No KOMPONEN DESKRIPSI/KETERANGAN
INFORMASI UMUM
1 IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun Rosa Adaliya Marta, S.Pd.
Nama Institusi SMA Bayt Al-Hikmah
Tahun Penyusunan 2022
Perangkat Ajar
Jenjang Sekolah SMA
Kelas X/I
Alokasi Waktu 6 JP
2 KOMPETENSI AWAL
Fase Capaian Pembelajaran E
(CP)
Elemen / Domain CP - Membaca dan memirsa
- Menulis
- berbicara
Konsep Utama dan Essensial Teks Hikayat
Kompetensi Awal 1. Karakteristik teks hikayat
2. Nilai-nilai dalam teks hikayat
3. Kebahasan teks hikayat (kata arkais)
2 PEMAHAMAN BERMAKNA
Kata hikayat diturunkan dari kata bahas Arab “haka” yang mempunyai arti: menceritakan,
menirukan, mewartakan, menyerupai, berkata, maneruskan, dan melukiskan. Hikayat adalah
karya sastra lama Melayu berbentuk prosa. Prosa berisi cerita, undang-undang, dan silsilah
berdifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu.
3 PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apakah di daerah kalian terdapat kisah lama yang disampaikan secara turun-
temurun?
2. Apakah seluruh kisah tersebut masuk akal?
3. Bandingkanlah kisah yang kalian miliki dengan kisah temanmu! Apa saja
persamaan dan perbedaan antara kisah tersebut?
4 KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pembelajaran
Pertemuan ke 1-2 Kegiatan pembuka:
Peserta didik merespon salam dan berdoa.
Peserta didik merespon apersepsi yang disampaikan pendidik dan
mempersiapkan diri untuk belajar.
Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang
akan diterapkan dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti
Peserta didik menyimak video Hikayat Puteri Hijau (Stimulus).
Peserta didik merespon apersepsi yang disampaikan Pendidik
berupa pertanyaan : “Pernahkah Anda membaca cerita rakyat?”
“Bagaimana perasaanmu ketika mendengar dongeng?”
Peserta didik menerima informasi tentang materi dan tujuan yang akan
dipelajari serta kegiatan pembelajaran yang akan dipelajari dalam teks
hikayat.
Peserta didik diberikan materi karakteristik teks hikayat.
Peserta mengidentifikasi karakteristik teks hikayat berdasarkan video yang
telah disaksikan.
Peserta didik mendata kata arkais yang sulit atau tidak dimengerti.
Kegiatan Penutup
Peserta didik diberikan kesempatan menyampaikan kendala yang dihadapi
saat menyimak teks hikayat.
Beberapa perwakilan peserta didik menyampaikan hasil analisisnya dan
yang lain menanggapi.
Peserta didik dan guru menyimpulkan pembelajaran .
Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
Pertemuan 3-4 Kegiatan pembuka:
Peserta didik merespon salam dan berdoa.
Peserta didik merespon apersepsi yang disampaikan pendidik dan
mempersiapkan diri untuk belajar.
Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang
akan diterapkan dalam pembelajaran.
Guru menyampaikan tujuan materi pada pertemuan 3-4.
Kegiatan Inti
Peserta didik diberikan materi struktur dan nilai-nilai yang terkandung dalam
teks hikayat.
Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok masinh-masing berisi 4-5
orang
Peserta didik diberikan teks Hikayat Si Miskin.
Peserta didik secara berkelompok menganalisis struktur teks Hikayat Si
Miskin.
Peserta didik secara berkelompok menganalisis nilai-nilai yang terkandung
dalam teks Hikayat Si Miskin.
Kelompok mendiskusikan hasil analisis yang benar dan memastikan setiap
anggota kelompok mengerjakan.
Kegiatan Penutup
Peserta didik diberikan kesempatan menyampaikan kendala yang dihadapi
saat menganalisis teks hikayat.
Kelompok melaporkan hasil analisis dan membahasnya bersama guru dan
kelompok lain.
Peserta didik dan guru menyimpulkan pembelajaran .
Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
Pertemuan 5-6 Kegiatan pembuka:
Peserta didik merespon salam dan berdoa.
Peserta didik merespon apersepsi yang disampaikan pendidik dan
mempersiapkan diri untuk belajar.
Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang
akan diterapkan dalam pembelajaran.
Guru menyampaikan tujuan materi pada pertemuan 5-6.
Kegiatan Inti
Peserta didik diberikan materi kebahasaan dalam teks hikayat meliputi:
a. Konjungsi urutan waktu
b. Majas atau gaya bahasa.
Peserta didik diberikan teks Hikayat Si Miskin.
Peserta didik menganalisis penggunaan konjungsi temporal dan majas yang
terdapat dalam teks Hikayat Si Miskin.
Hasil analisis dikumpulkan dan diberikan penilaian oleh guru.
Setelah menganalisis, peserta didik diminta untuk mengalih wacanakan teks
hikayat menjadi cerpen.
Kegiatan Penutup
Peserta didik diberikan kesempatan menyampaikan kendala yang dihadapi.
Peserta didik melaporkan hasil analisis dan membahasnya bersama guru.
Peserta didik dan guru menyimpulkan pembelajaran .
Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
5 ASESMEN
Target penilaian Individu dan kelompok
Jenis penilaian - Diagnostik
- Formatif
- Sumatif
Bentuk penilaian Tes tertulis
Refleksi Manajemen kelas:
a. Apakah semua siswa aktif mengikuti kegiatan ?
b. Apakah pembagian waktunya cukup?
c. Apakah siswa yang memiliki hambatan ketika berkegiatan,
dapat teratasi dengan baik (kembali berkegiatan dan
mengikuti prosesnya)
d. Apakah metode pembelajaran yang digunakan sudah tepat?
e. Adakah metode pembelajaran lain yang lebih tepat untuk
kegiatan pembelajaran ini?
f. Apakah menemukan kendala lainnya?
g. Adakah strategi lain untuk menjawab kendala yang
timbul?
Ketercapaian kompetensi:
a. Apakah semua siswa mampu mencapai kompetensi
yang diharapkan?
b. Apakah semua siswa mampu mengikuti proses kegiatan
belajar dengan baik?
c. Adakah perubahan sikap dan keterampilan siswa selama
proses kegiatan belajar?
Hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa dari Melayu yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah
yang bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan dari sifat-sifat tersebut. Hikayat dapat
dikatakan sebagai hasil rekaan berbentuk prosa yang disampaikan secara turun temurun dan dijadikan sebagai
kenang-kenangan atau sejarah yang disampaikan secara lisan (Evanirmala,2018). Hikayat berisi cerita
kehidupan seputar istana. Kisah cerita anak-anak raja, pertempuran antarnegara, seorang pahlawan yang
memiliki senjata sakti, dan sebagainya. Tokoh dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra dan putri raja, juga
para kerabat raja. Cerita terjadi di Negeri Antah Berantah dan selalu berakhir dengan berpihak pada hal yang
benar. Hikayat berguna sebagai pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Contoh hikayat antara lain yaitu "Hang Tuah", "Perang Palembang", dan "Seribu Satu Malam".
Kata hikayat diturunkan dari bahasa arab yang artinya cerita dan kisah. Berasal dari bentuk kata kerja haka,
yang artinya ‘menceritakan, mengatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam Bahasa Melayu, kata ini berarti (1)
cerita kuno atau cerita lama dalam bentuk prosa, (2) riwayat. Hikayat adalah jenis sastra yang menggunakan
Bahasa Melayu dalam penyampaiannya. Bahasa ini digunakan di suatu daerah di Sumatera bagian timur, yang
kemudian disebarluaskan oleh para imigran ke daerah sekitarnya, seperti Jazirah Malaka, Riau, Kepulauan
Lingga, dan selanjutnya ke daerah pantai pulau-pulau lainnya.
Teks hikayat memiliki perbedaan dari teks lain. Salah satu perbedaan yang menonjol adalah penggunaan Bahasa
Melayu. Bahasa Melayu ini merupakan akar dari perkembangan Bahasa Indonesia. Teks hikayat asli banyak
ditemui dalam bentuk Aksara Arab Melayu. Pada kegiatan ini Kalian akan belajar mentranskip hikayat dari
Aksara Arab Melayu ke Aksara Latin.
Karena hikayat berasal dari Melayu, maka hikayat banyak ditulis dalam Bahasa Melayu. Kemudian, hikayat
banyak mengalami proses adaptasi dan terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, dengan tujuan agar pembaca
dapat lebih memahami isi dari hikayat tersebut.
Hikayat dapat berfungsi sebagai cerita penghibur atau pada masa itu disebut sebagai pelipur lara. Contohnya
seperti hikayat "Hang Tuah" yang bercerita mengenai perjalanan seorang prajurit. Di dalamnya terdapat cerita
yang membuat pembacanya akan merasa hanyut.
Selain itu, ada pula hikayat yang sengaja ditulis untuk mendokumentasikan sesuatu, seperti silsilah kerajaan.
Lalu, ada juga hikayat yang ditulis dengan jalan cerita yang dibuat-buat sesuai perintah dari raja, untuk
membuat para musuh merasa takut, karena seolah-olah kerajaannya adalah yang paling perkasa. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kerajaannya dari serangan musuh.
2. Nilai Agama
Nilai agama merupakan nilai yang berkaitan dengan kepercayaan tokoh akan keberadaan Tuhan. Hikayat
banyak mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan untuk mempertebal iman.
3. Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan nilai yang berkaitan dengan relasi antarmanusia. Melalui hikayat, kita bisa banyak
belajar mengenai nilai-nilai sosial yang dapat melatih kita menjadi manusia yang dapat bersosial dengan sesama
manusia lainnya dengan baik.
4. Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan nilai yang berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan di suatu wilayah tertentu.
Karena hikayat berasal dari Melayu, maka kita bisa banyak belajar mengenai kebudayaan Melayu dengan
membaca hikayat.
Karakteristik Hikayat
Kita bisa mengenali apakah suatu karya sastra merupakan hikayat atau bukan dari karakteristiknya.
Karakteristik hikayat antara lain seperti tergambar pada infografik berikut.
a. Kemustahilan
Teks hikayat banyak mengandung kemustahilan, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan
berarti hal yang tidak logis atau tidak dapat diterima nalar. Contohnya seperti bayi lahir disertai pedang dan
panah. Kemudian contoh lainnya yaitu seorang putri yang keluar dari gendang.
b. Anonim
Hikayat bersifat anonim, maksudnya adalah tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang dari
hikayat tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak ada nama penulis yang jelas dalam hikayat tersebut dan cerita
yang ditulis dalam hikayat pun disampaikan dari satu orang ke orang lain secara lisan.
c. Kesaktian
Tokoh dalam hikayat seringkali diceritakan memiliki kesaktian tertentu. Contohnya yaitu tokoh Garuda yang
memiliki kemampuan merusak kerajaan dikalahkan oleh Syah Peri. Lalu, contoh lainnya yaitu Raksasa yang
memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud.
d. Istanasentris
Hikayat seringkali bersifat istanasentris yaitu bertema dan berlatar kerajaan. Tokoh-tokoh yang diceritakan
dalam hikayat biasanya adalah raja, anak raja, atau prajurit. Selain itu, latar tempat yang digunakan adalah suatu
negeri yang dipimpin oleh raja, atau istana dalam suatu kerajaan.
e. Arkais
Hikayat bersifat arkais yaitu menggunakan bahasa yang sudah lampau. Bahasa yang digunakan dalam hikayat
sudah jarang dipakai atau tidak lazim digunakan dalam komunikasi masa kini. Contohnya seperti hatta, titah,
upeti, dan bejana.
Ini hikayat, ceritera orang dahulu kala sekali. Peristiwa Allah subhanahu wata’ala menunjukkan kemuliaan-
Nya kepada hambanya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling Negeri
Antah Berantah. Adapun nama raja di dalam negeri itu Maharaja Indra Dewa namanya terlalu amat besar
kerajaannya Baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah dewa itu takluk kepada Baginda dan mengantar upeti
kepada Baginda pada tiap-tiap tahun.
Hatta, maka pada suatu hari, Baginda sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja menteri hulubalang rakyat
sekalian ada di penghadapan. Maka Si Miskin itu pun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang
banyak Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun
ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu, maka dilemparinyalah akan Si Miskin itu kena tubuhnya
habis bengkak-bengkak dan berdarahlah, maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah, maka orang pun
gemparlah.
Maka titah Baginda “Apakah yang gempar di luar itu?” Sembah segala raja-raja itu
“Ya Tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin, Tuanku”
Maka titah Baginda “Suruh usir jauh-jauh!”
Maka diusir oranglah akan Si Miskin itu hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itu pun kembalilah,
maka hari pun malamlah. Maka Baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya itu. Maka segala raja-raja
menteri hulubalang dan rakyat sekalian itupun masingmasing pulang kerumahnya. Adapun akan Si Miskin itu,
apabila malam ia pun tidurlah di dalam hutan itu.
Setelah siang hari maka ia pun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari rizkinya. Maka apabila sampailah
dekat kepada kampung orang, apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah
denga kayu. Maka Si Miskin itu pun larilah ia
ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu Si Miskin datang, maka masing-masing pun datang ada yang
melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itu pun larilah tunggang langgang,
tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersangat
lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya.
Maka ia pun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-sampah, maka berhentilah ia di sana. Maka,
dicarinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu, barang yang boleh dimakannya.
Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi, dibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu, lalu
dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu, maka baharulah dimakannya
buku tebu itu. Maka adalah segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi, hendak
mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut,
jangankan diberi orang barang suatu, hampir kepada rumah orang itupun tiada boleh. Demikianlah hal Si Miskin
itu seharihari.
Hatta, maka hari pun petanglah. Maka Si Miskin pun berjalanlah masuk kedalam hutan tempatnya sediakala itu,
disanalah ia tidur. Maka disapulah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering,
maka Si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari, maka berkatalah Si Miskin kepada
istrinya ”Ya Tuanku, matilah rasaku ini sangatlah sakit rasanya tubuhku ini, maka tiadalah berdaya lagi hancurlah
rasanya anggotaku ini”. Maka ia pun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati istrinya melihat laku
suaminya demikian itu. Maka ia pun menagis pula seraya mengambil daun kayu, lalu dimamahnya.
Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata ”Diamlah Tuan! Jangan menagis dengan
anteng, kita maka jadi selaku ini.”
Adapun asal Si Miskin itu asalnya dari pada Raja Keindraan, maka kena sumpah Batara Indra. Maka jadilah ia
demikan itu. Maka adalah suaminya itu segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu, suaminya masuk ke dalam hutan
mencari embut yang muda yang patut dimakanya, maka dibawanyalah kepada istrinya, maka dimakannyalah laki
bini.
Hatta, beberapa lamanya maka istri Si Miskin itu hamillah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak
makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terkenangkan anaknya tatkala
ia di Keindraan menjadi raja. Tiada ia mau beranak.
Maka, sekarang telah mudhorot. Maka, baharulah hendak beranak seraya berkata kepada isterinya ”Aduhai
Adinda tuan hendak membunuh Kakandalah rupanya ini. Tiadakah Tuan tahu akan hal itu yang sudah lalu itu,
jangan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh”.
Setelah didengar oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis.
Maka kata suaminya ”Diamlah tuan jangan menangis biarlah Kakanda pergi mencari tuan buah mempelam itu.
Jikalau dapat oleh Kakanda akan buah mempelam itu, Kakanda berikan kepada tuan”.
Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah
sampailah ia di kedai orang berjualan buah mempelam. Maka Si Miskin itu pun berhentilah di sana hendak pun
dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka,kata orang yang berjualan buah mempelam itu ”Hai Si Miskin apa
kehendakmu?” Maka sahut Si Miskin itu
”Jikalau ada belas dan kasihan serta tuan akan hamba, orang miskin ini minta diberikan yang sudah terbuang itu.
Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan”. Maka, terlalu
belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata Si Miskin itu, seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada
yang memberi buah mempelam, ada yang
memberikan juadah, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-
buahan, oleh sebab anak yang diidamkan oleh istrinya itu.
Maka, Si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian.
Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu, mampir pun tiada boleh habislah dilemparinyalah
dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu. Maka, ia pun kembalilah ke dalam
hutan mendapatkan isterinya.
Maka katanya ”Inilah tuan” buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju itupun
ditunjukkanlah kepada istrinya seraya menceritakan hal ihwal tatkala ia di pasar itu. Maka, isterinya pun
menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu “Biarlah aku mati
sekali”. Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan
akan kelakukan isterinya itu seperti orang yang hendak mati rupanya, tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya
itupun pergilah menghadap Maharaja Indra Dewa itu.
Maka Baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka Si Miskin datanglah lalu masuk ke dalam
sekali. Maka titah baginda ”Hai Miskin apa kehendakmu?” Maka sahut Si Miskin ”Ada juga tuanku” . Lalu ia
sujud kepalanya lalu diletakkan ke tanah ”Ampun tuanku beribu-ribu ampun tuanku, jikalau ada karunia duli
Syah Alam akan patik hamba orang yang hina ini, hendaklah memohonkan daun-daun mempelam Syah Alam
yang sudah gugur ke bumi itu barang sehelai tuanku. Maka titah Baginda ”Hendak engkau buatkan apa daun-
daun mempelam itu?” Maka sembah Si Miskin ”Hendak dimakan tuanku”. Maka titah Baginda ”Ambilkanlah
barang setangkai berikan kepada Si Miskin ini”.
Maka diambilkan oranglah diberikan kepada Si Miskin itu. Maka diambilah oleh Si Miskin itu seraya
menyembah kepada Baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali, setelah itu maka baginda pun berangkatlah
masuk ke dalam istananya. Maka, segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itu pun masing-masing
pulang ke rumahnya.
Arkian, maka Si Miskin pun sampailah kepada tempatnya, setelah dilihat oleh isterinya akan suaminya datang itu
membawa buah mempelam setangkai, maka ia tertawa-tawa seraya disambutnya lalu dimakannya. Maka adalah
antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu
juga. Maka Si Miskin itupun pergilah pula memohonkan kepada Baginda itu, maka sujudlah pula ia kepada
Baginda. Maka titah baginda ”Apa pula kehendakmu hai Miskin?”
Maka sahut Si Miskin ”Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun”. Sahut ia sujud kepalanya lalu
diletakkannya ke tanah serta ia berkata pula ”Hamba ini orang yang miskin, hamba minta daun nangka yang
gugur ke bumi barang sehelai. Maka titah baginda ”Hai Miskin hendakmu buatkan apa daun nangka? Baiklah aku
beri buahnya barang sebiji”. Maka diberikan kepada Si Miskin
itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan isterinya itu. Maka ia pun sampailah, setelah
dilihat oleh isterinya itu suaminya datang itu, maka disambutnya buah nangka itu lalu dimakan oleh istrinya itu.
Ada pun selama istrinya Si Miskin hamil, maka banyaklah makan-makanan dan kain baju dan beras padi dan
segala perkakas-perkakas itu di beri orang kepadanya.
Hatta, maka dengan hal yang demikian itu maka gemparlah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang
sempurna pada malam empat belas hari bulan, maka bulan-bulan ia pun sedang terang temerang. Maka pada
ketika itu istri Si Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki, terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka
dinamainya akan anaknya itu Marakarmah artinya anak di dalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya
itu, maka terlalulah amat kasih sayangnya akan anak itu, tiada boleh bercerai barang seketika jua pun dengan
anaknya Marakarmah itu.
Hatta, maka dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala menganugerahi kepada hambanya. Maka Si Miskin pun
menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tinggal beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan
tiang, maka tergalilah kepada sebuah taju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka, istrinya itupun datanglah
melihat akan emas itu seraya berkata kepada suaminya ”Ada pun akan emas itu sampai kepada anak cucu kita
sekalipun tiada habis dibuat belanja”.
Maka terlalu suka cita hatinya laki istri itu. Maka oleh istrinya diambilnya emas itu dibawanya kepada suaminya.
Maka, Si Miskin it pun pergilah kepada saudagar-saudagar yang di dalam Negeri Antah Berantah itu. Setelah itu,
maka bertemulah ia dengan saudagar itu.
Maka segeralah ia ditegur oleh saudagar itu seraya katanya ”Marilah tuan hamba duduk dekat hamba di sini.
Darimana tuan datang ini? Dan apakah maksud tuan hamba datang kepada hamba ini?” Maka kata Si Miskin itu
seraya tersenyum ”Ada juga kehendak hamba ini kepada Tuan Hamba, jikalau Tuan Hamba boleh menolong akan
hamba ini hamba katakanlah.”
Maka sahut saudagar itu ”Katakanlah hajat Tuan Hamba sampai hamba tahu”. Maka Si Miskin itu pun berkata
seraya mengeluarkan emas daripada kandungannya sambil katanya ”Inilah emas hamba, hamba hendak minta
tolong kepada Tuan Hamba belikan kaos sepasang”. Maka
setelah dilihat oleh saudagar itu akan emas itu terlalu banyak. Maka terlalulah heran saudagar itu melihat hal Si
Miskin itu seraya berkata saudagar itu “Baiklah, tetapi hamba berjanji kepada Tuan, jikalau Tuan ada suka
perjanjian setahun lamanya karena sukar-sukar pekerjaan ini”. Maka kata Si Miskin ”Baiklah!” Maka ia pun
bermohon kepada saudagar itu. Maka, pergilah ia pula kepada saudagar yang lain. Di sanalah ia meminta belikan
tongkat.
Hatta, dengan hal yang demikian maka habislah segala saudagar-saudagar dalam Negeri Antah Berantah itu. Ada
yang disuruhnya membeli payung, ada yang disuruhnya membeli kendil, ada yang disuruhnya membeli lampit,
ada yang disuruhnya membeli pedang, ada yang disuruhnya
membeli uter-uter, ada yang disuruhnya membeli kursi, ada yang disuruhya membeli kuda, ada yang disuruhnya
membeli palan kuda, ada yang disuruhnya membeli kain. Setelah sudah, maka kembalilah ia ke tempatnya.
Maka ia pun mandi, setelah sudah ia mandi maka diambillah anaknya itu seraya ia berkata ”Jikalau sungguh-
sungguh anak dewa, dewa hendak menerangkan muka Ayahanda ini, jadilah negeri di dalam hutan ini sebuah
lengkaplah dengan kota parit dan istananya, serta dengan
menteri hulubalang rakyat sekalian dan segala raja-raja di bawah Baginda. Betapa adat segala raja-raja yang
besar-besar, maka dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala menunjukkan kodrat irodatnya atas hambanya, maka
jadilah sebuah negeri dengan selengkapannya alat kerajaan itu. Maka Si Miskin bersalin nama Maharaja Indra
Angkasa dan istrinya dinamainya Tuan Putri Ratni Dewi dan negerinya dinamainya Negeri Puspa Sari.
Hatta, beberapa lamanya Maharaja Angkasa duduk di atas tahta kerajaan, maka terlalu adil Baginda serta dengan
murahnya diberi anugerah akan segala raja-raja yang dibawahinya dan kepada menteri hulubalang rakyat sekalian
itu betapa adat tatkala ia jadi raja di keindraan itu.
Demikianlah diperbuatnya, maka masyhurlah wartanya itu kepada segala raja-raja mengatakan hal Si Miskin itu
telah menjadi raja di Negeri Puspa Sari, lagi amat sekutunya dapatlah ia mencita negeri dengan selengkapannya
itu.
Arkian, maka beberapa lama Baginda itu duduk di istana kerajaan, maka Anakanda Maharaja Marakarmah ia pun
telah besarlah ia. Maka makin besar makin baik parasnya dan budi pekertinya pun terlalu amat baik, kepada
segala inang pengasuhnya itu pun terlalu amat kasih sayangnya kepada Maharaja Marakarmah itu. Maka Tuan
Putri Ratni Dewi itu pun hamilah pula. Maka segala inang pengasuhnya dan segala istri raja-raja dan istri segala
menteri hulubalang pun masuklah menghadap membawa persembahan idam-idaman dan segala buah-buahan dan
santap-santapan.
Setelah beberapa lamanya, maka gemparlah bulannya. Maka datanglah pada ketika yang baik dan saat yang
sempurna, maka Tuan Putri pun berputrilah seorang perempuan terlalu amat baik parasnya gilang gemilang kilau-
kilauan rupanya. Maka dimandikan oranglah di dalam
botol emas. Setelah sudah dimandikan itu, maka diperbuat orang betapa adat raja-raja yang besar-besar berputri
itu. Demikian diperbuat akan Anakanda Baginda itu seraya menamainya akan Anakanda ini Tuan Putri Nila
Kusuma. Maka, segala bunyi-bunyian pun dipalu oranglah terlalu gegap gempita bunyinya. Maka Baginda pun
keluarlah memberi persalin.
Akan segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itu masing-masing dengan kadarnya.
Maka Baginda pun duduklah makan minum bersukasukaan empat puluh hari dan empat puluh malam, orang
berjaga-jaga dan makan minum masing-masing dengan permainannya. Wallahuallam bishowab wailaihi
almarj’iun walma’aab.
Teks 2
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa
lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa
qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan
bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang.
Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda
Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji
kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir
sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat
tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena
anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada
kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa
yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh
perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju
ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan
tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan
ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun
menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas
mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia
terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu,
maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah
dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di
dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-
dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan
dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu
luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi
neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai
upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir
sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak
perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu
sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan
penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan
menjadi suami tuan puteri."
Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing
serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya
dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak
muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang
menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya
untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu
kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu,
Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri.
Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri
sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki
apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja
bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera
Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan
memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil
Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu
tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah
Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan
segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah
Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja
mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar
pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong
diketahui raja dan rakyatnya.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
1. Abstraksi
Dalam penulisan karya ilmiah, kita akan menemukan abstrak. Pada penulisan hikayat kita juga akan
menemukan abstraksi yang merupakan inti dari cerita yang akan dituliskan. Karena konteksnya adalah
hikayat, maka bentuk abstraksi berupa rangkaian-rangkaian peristiwa cerita. Pada dasarnya, dalam
penulisan hikayat, abstraksi bersifat optional. Artinya, abstraksi boleh disertakan, dan boleh juga tidak
disertakan.
2. Orientasi
Orientasi salah satu bagian teks yang berkaitan dengan beberapa aspek. Mulai dari aspek waktu, tempat dan
suasana. Dimana tiga aspek ini akan mempengaruhi penulisan hikayat.
3. Komplikasi
Sedangkan yang dimaksud komplikasi di sini adalah urutan kejadian yang mengaitkan antara sebab dan
akibat. Komplikasi dapat pula diartikan sebagai puncak masalah, munculnya konflik dalam alur hikayat.
Konflik inilah yang sebenarnya mengeluarkan karakter dan watak asli dari tokoh yang ada di dalam hikayat.
4. Evaluasi
Jika bagian konflik sudah tertuang secara menyeluruh. Maka wajib menuju ke penyelesaian atau jalan
keluar, yang disebut dengan istilah evaluasi.
5. Resolusi
Resolusi adalah bagian yang menawarkan solusi terhadap permasalahan yang sudah diciptakan oleh penulis.
Kehadiran solusi yang ditawarkan inilah yang akan mengarahkan hikayat pada koda.
6. Koda
Istilah koda lebih tepat digunakan untuk mengartikan pesan dan amanat yang ingin disampaikan oleh si
penulis. Setidaknya di bagian koda inilah pembaca bisa mengambil pelajaran atau pesan moral.
JENIS HIKAYAT
1. Hikayat Hang Tuah, Secara garis besar salah satu cerita rakyat yang ada unsur-unsur islam di
dalamnya.
2. Hikayat si Miskin, adalah hikayat yang nilai-nilai keislamananya juga masih sangat kental.
1. Hikayat Sri Rama (sebuah cerita Ramayana yang sampai sekarang, di Yogyakarta, di panggung
Ramyana Prambanan pun masih sering dipertontonkan)
2. HIkayat Perang Pandhawa (Ini juga hikayat yang cukup disenangi bagi masyarakat).
3. Hikayat Bayan Budiman
4. Hikayat Sang Boma
Kata hikayat diturunkan dari bahasa arab yang artinya cerita atau kisah. Berasal dari bentuk kata kerja haka
yang artinya “menceritakan sesuatu kepada orang lain”. Hikayat dalam penyebarannya disebarkan secara turun
temuran.
Hikayat memiliki beberapa karakteristik antara lain: menggunakan Aksara Arab Melayu, menggunakan kata
arkais, ceritanya berpusat di istana, menyajikan banyak unsur fantasi dan tokoh yang terdapat di dalam hikayat
memiliki kesaktian yang tidak mungkin terjadi didalam kehidupan nyata.
GLOSARIUM (ARKAIS)
Kegiatan 1
Pada kegiatan kali ini, kalian akan membaca Hikayat si Miskin untuk meng- identifikasi karakterisasi
dan plot pada hikayat. Gunakanlah tabel-tabel di bawah ini untuk mengidentifikasi hal tersebut.
Nama Tokoh Karakter Tokoh Masalah yang dihadapi Cara menyelesaikan
masalah
Kegiatan 2
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kegiatan 4
Tindak Lanjut
No Pertanyaan Ya Tidak
Isi
Sistematika penyajian
Bahasa
1. Jika 70—100% materi di atas sudah dikuasai, kalian dapat meminta aktivitas pengayaan
kepada guru.
2. Jika materi yang dikuasai masih di bawah 70%, kalian dapat mendiskusikan kegiatan
remedial yang dapat dilakukan dengan guru kalian.