DI SUSUN OLEH
MUHAMMAD FATCHURROHMAN
NIM : -
SEMESTER : 1
DAFTAR ISI_______________________________________________________
BAB I PENDAHULUAN_____________________________________________
A. LATAR BELAKANG__________________________________________
B. RUMUSAN MASALAH________________________________________
C. TUJUAN_____________________________________________________
BAB II PEMBAHASAN______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________
i
KATA PENGANTAR
,Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan
terus dapat menimba ilmu di sekolah tinggi ilmu ekonomi syariah al mujaddid tanjung
jabung timur.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah studi agama
agama Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan,
kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
Terima kasih
Penyusun
Muhammad fatchurrohman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi studi islam merupakan ilmu yang perlu dikaji secara mendalam oleh kaum
muslim khususnya di kalangan pelajar/mahasiswa. Tetapi terkadang banyak mereka-
mereka yang akan mempelajari ilmu bingung dan banyak timbul pertanyaan dalam
benak mereka, ini ilmu apa ? ,gunanya untuk apa ? , sasaran ilmu ini apa ? .yang ironis
ketidaktahuan mereka akan hal-hal tersebut justru tidak menjadi pemacu adrenalin
mereka untuk mencari tahu dan berusaha mendalami ilmu ini, tetapi justru menjadikan
mereka malas untuk mempelajari ilmu ini. Padahal ilmu ini sangat penting dikaji
khususnya oleh kaum muslim terutama dizaman yang semakin maju ini yang disitu
badai-badai besar semakin menerpa ajaran islam
B. Rumusan Masalah
.C. Tujuan
BAB II
1
PEMBAHASAN
Secara etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di
Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara sistematis dan
terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun
realit`s pelaksanaannya dalam kehidupan. Islamikatnya membawa ajaran yang bukan
hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. sumber ajaran yang
mengambil berbagai aspek ialah Al-Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai
pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik
penghambaan kepada Tuhan, baik bersifat teologis maupun humanistis.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti selamat,
sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan kedamaian.
Maka studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada 3 hal :
2. Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada keselamatan dunia dan akhirat
sebab ajaran Islam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia untuk
berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan di dunia termasuk
kehidupan akhirat.
Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan
praktis yang berrnuara pada kedudukan Tuhan, selamat di dunia dakhirat dan berdamai
dengan makhluk lain. Dengan demikian studi Islam tidak hanya bermuara pada wacana
pemikiran tetapi juga pada praktis kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan
benar dalam kehidupan.
2
Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus
ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan studi
Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar
mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya
sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami dan mengkaji Islam direfleksikan
dalam konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam adalah agama yang
mengarahkan pada pemeluknya sebagai hamba yang berdimensi teologis, humanis,
dan keselamatan di dunia dan akhirat. Dengan studi Islam, diharapkan tujuan di atas
dapat di tercapai.
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah secara transparan
yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk agama dan
praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat Islam dijadikan dasar ilmu
pengetahuan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi Islam tidak hanya sekedar
dogmentis, teologis. Tetapi ada aspek empirik sosiologis. Ajaran Islam yang diklaim
sebagai ajaran universal betul-betul mampu menjawab tantangan zaman, tidak
sebagaimana diasumsikan sebagian orientalis yang berasumsi bahwa Islam adalah
ajaran yang menghendaki ketidak majuan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman.
Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin
ilmu lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin
ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya
diharapkan mata kuliah ini harus ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
3
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup
yang pada akhirnya dapat menjadi muslim sejati.
Dari fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat, Islam memang menarik untuk
dijadikan sebagai objek kajian dan dalam mengkaji Islam, tentu kita harus berpedoman
pada dua sumber otentiknya yakni Alquran dan hadis.
Orang yang memeluk Agama Islam, yang disebut muslim adalah orang yang bergerak
menuju ketingkat eksistensi yang lebih tinggi. Demikian yang tergambar dalam konotasi
yang melekat dalam kata Islam apabila kita melakukan suatu kajian tentang arti Islam
itu sendiri.
Untuk memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, maka seorang muslim
mengadakan suatu penafsiran terhadap Alquran dan hadis sehingga timbullah
pemikiran Islam, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual.
Islam sebagai agama, pemikiran atau penafsiran Alquran dan hadis, juga sebagai objek
kajian, sebuah sistem yang hidup dan dinamis. Sistem ini meliputi sebuah matriks
mengenai nilai dan konsep yang abadi. Hidup dan realistis sehingga memberikan
karakter yang unik bagi peradaban. Karena Islam merupakan suatu sistem total, maka
nilai dan konsep ini menyerap setiap aspek kehidupan manusia.
Islam sebagai agama teologis juga merupakan agama pengetahuan yang melahirkan
beragan pemikiran, lahirnya pemikiran ini memberi indiksi yang kuat bahwa pada
dataran pemahaman dan aktualisasi nilai Islam merupakan suatu wujud keterlibatan
manusia dalam Islam, dan bukan berarti mereduksi atau mentransformasikan doktrin
esensialnya. Bukankah dalam Islam telah memotivasi pelibatan akal pikiran untuk
dikenali, diketahui dan diimplementasikan ajarannya (QS. 96;1). Ajarannya yang
berbentuk universal hanya bisa ditangkap dalam bentuk nilai, sehingga ketika ia turun
dan jatuh ke tangan manusia, ia baru menjadi bentuk (Muhammad Wahyudi Nafis, 7).
Jadi, ketika pemikiran hendak masuk dalam wilayah Islam untuk dikaji dengan beragam
intensi dan motif, sudut pandang atau perspektif, metodologi dan berbagai aspeknya,
maka dalam proses dan bentuknya kemudian, Islam dapat dipandang sebagai
pemikiran. Islam yang ditunjuk di sini tentu bukan saja apa yang terdapat dalam Alquran
dan hadis (tekstuan dan skriptual) tetapi mencakup juga Islam yang berupa pemahaan
dan pengejawantahan nilai-nilainya.
Islam berbentuk nilai-nilai, jika pemikiran (akal pikiran) dilibatkan dalam proses
memahami dan mengaktualisasikannya dalan senarai sejarah Pemikiran Islam terpotret
4
bagaimana pemikiran peminat studi Islam memberi andil kreatif dan signifikan terhadap
bangunan pemahaman ajaran Islam dalam berbagai dimensinya yang melahirkan
berbagai jenis pengetahuan Islam (ulumul Islam) seperti teologis, filsafat Islam, ulumul
Quran dan hadis, ilmu-ilmu syariah dan sebagainya.
Jadi, mengkaji Islam sebagai pemikiran berarti mempelajari apa yang dipahami oleh
pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran Islam yang melahirkan bentuk
pemahaman atau kajian tertentu.
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang belum
serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam bidang ilmiah
terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi
2 hal yaitu:
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan sandaran
sentral agar kajian keislaman tidak keluar dan tercabut dari teks dan konteks. Dari
aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat ditransformasikan secara baik dan
menajdikan landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka
normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan pegangan: pertama, islam
sebagai dogma juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena
itu sasaran study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada
kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan demikian
sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran
Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh
karena itu studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak
bisa dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya relatif.
5
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai agama wahyu terakhir, agama islam merupakan satu sistem akidah dan
syari’ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai
6
hubungan. Ruang lingkup ajaran islam lebih luas dari ruang lingkup agama nasrani
yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan. Agama tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dengan diri manusia
itu sendiri tetapi juga dengan alam sekitarnya (Ali,1998:51).
Islam sebagai agama terus-menerus mendasarkan dirinya pada pemusatan perhatian
kepada tuhan. Ia didasarkan pada tauhid (keesaan tuhan). Islam sebagai agama yang
berdasarkan tauhid,tidak pernah memisahkan antara hal-hal yang disebut spiritual
(keagamaan), temporal (keduniaan),religious (yang berhubungan dengan agama),dan
profane (yang duniawi) didalam segala bidang (Ali,1998:57). Secara garis besar, ruang
lingkup ajaran islam dibagi meenjadi tiga yaitu: hubungan manusia dengan Tuhan,
Hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.
Hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah), dibagi menjadi dua pengertian yaitu:
a. Ibadah dalam arti khas (terbatas): peraturan peraturan yang mengatur hubungan
angsung antara hamba dengan tuhannya, yang tata cara dan upacaranya telah diatur
secara terperinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosul. Ibadah dalam arti khas terdiri
atas:
· Rukun islam
· Ibadah lainnya dan ibadah yang berhubungan dengan rukun islam, seperti
ibadah bersifat fisik. Contohnya bersuci yang meliputi berwudhu, mandi, tayammum.
Ibadah bersifat mali (harta). Seperti Qurban, Aqiqah, Waqof, Hibbah, dan lain-lain.
b. Ibadah dalam arti luas: segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas, titik
tujuannya ridho Allah, garis amalnya amal sholeh. Ibadah dalam arti luas meliputi
ibadah dalam arti khas dan amal-amal ibadah lainnya. Ibadah dalam arti khas
merupakan titik pusat dari ibadah dalam arti luas (Ibrahim, 1996:60).
Dalil yang menerangkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan sebagai berikut:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.”
Dengan adanya dalil maka sudah jelas bahwa Allah menciptakan manusia dan juga jin
untuk beribadah hanya kepada Allah.
Hubungan manusia dengan manusia dapat terwujud dalam:
7
a. Transaksi kebendaanatau mu’amalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan
antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam hal tukar-menukar harta, contohnya
dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, pungutan, wasiat, jizyah, pesanan da lain-
lain.
b. Hubungan kekeluargaan atau masyarakat(munakahat), yaitu peraturan yang
mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan berkeluarga.
Contohnya perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, mas kawin, meminang,
pemeliharaan anak dan lain-lain.
c. Hubungan kemasyarakatan (siyasah), yaitu peraturan yang menyangkut
masalah-masalah kemsyarakatan (politik). Contohnya persaudaraan, musyawarah,
keadilan, tolong-menolong, kebebasan, toleransi, pemerintahan dan sebagainya.
d. Kaitan dengan kepidanaan (jinayat), yaitu perauran yang menyangkut pidana.
Contohnya Qisas, diat, kifarat, pembunuhan, murtad, minuman keras, zina, kesaksian
dan lain sebagainya (ibrahim, 1996:76-77).
Dalil mengenai Hubungan manusia dengan manusia sebagai berikut;
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sebagaimana Allah telah menciptakan alam semesta
ini dengan haq (tujuan tertentu yang pasti), maka manusiapun sebagai salah satu
makhluknya juga diciptakan dengan tujuan yang haq pula yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. (Rasad, 1989:4).
Hubungan manusia dengan alam, yaitu Allah menjadikan manusia sebagai kholifah
artinya penguasa alam, manusia perlu mengeksploitir alam ini agar dapat bermanfaat
bagi manusia sendiri. Alam yang dimaksud adalah alam yang universal yang meliputi
tumbuhan, tanah, laut, air, angin, angkasa dan lain sebagainya. Semua hal yang
berkaitan dengan alam telah diatur garis-garis besarnya oleh agama islam. Namun,
hanya sebagian besar kaum muslimin tidak atau belum mengetahui karena kekurangan
dalam bidang ilmu pengetahuan (Ibrahim, 1996:77).
Dalil hubungan manusia dengan alam tertuang dalam QS. Ali Imron 191, yaitu:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
8
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron 191)
Manusia dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia diberi akal agar mampu
mengolah ciptaan Allah ini (alam semesta) karena Allah menciptakan alam ini tiada
yang sia-sia semua diciptakan agar dapat dimanfaatkan oleh manusia sebaik mungkin.
Dan celakalah bagi orang-orang yang menyia-nyiakan ciptaan Allah karena mereka
sama dengan mendustakan nikmat Allah.
9
DAFTAR PUSTAKA