“SYUF’AH”
Di susun guna memenuhi satu tugas makalah pada mata kuliah Hadis Muamalah
Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
2022 – 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah hanya kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita kekuatan iman dan islam,memberikan kesehatan jasmani dan rohani, dan semoga kita
termasuk orang-orang yang selamat dan diselamatkan oleh Allah SWT.Sholawat dan salam
tetaplah kita curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kita kepada jalan yang terang dan mengurangi kerumitan hidup menjadi jalan yang amat
indah berupa ajaran Agama Islam.
Penulis telah merasa sangat lega karena telah menyelesikan makalah dengan judul
“SYUF’AH” ini sebagai tugas salah satu mata kuliah Bahasa Indonesia.Dalam makalah ini
telah sedikit kami sajikan tentang karya tulis ilmiah.Semoga karya ini akan mampu memberi
manfaat kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya
kami dilain waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................2
C. TUJUAN .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. PENGERTIAN SYUF’AH......................................................................................4
B. KETENTUAN SYUF’AH.......................................................................................4
C. RUKIN DAN SYARAT SYUF’AH........................................................................5
D. DASAR HUKUM SYUF’AH ................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
A. KESIMPULAN ......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam menetapkan beberapa peraturan dalam bidang mu’amalah yang bertujuan
untuk mendapatkan ke-maslahat-an pada pihak yang saling berhubungan dan
menghindari terjadinya ke-mudarat-an ataupun kerugian, diantara ketentuan
yang ditetapkan adalah di-syari’at-kannya syuf’ah terhadap harta serikat yang
akan dijual oleh salah satu pihak dari peserikat tersebut. Syuf’ah adalah hak
untuk membeli secara paksa yang ditetapkan untuk serikat lama atas serikat baru
dengan sebab adanya perserikatan terhadap harta yang mereka miliki bersama.
Berdasarkan defenisi tersebut jelas bahwa teman serikat (syafi’) mempunyai hak
membeli dengan paksa barang serikat yang telah dijual oleh teman serikatnya
kepada orang lain baik dia rela menjual kembali barang yang telah dibelinya
atau tidak rela, dengan kata lain ditetapkannya hukum syuf’ah agar salah
seorang peserikat tidak menjual barang serikatnya kepada orang lain sebelum
ditawarkan kepada teman serikatnya lebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tidak
menimbulkan ke-mudharat-an pada teman serikatnya jika seandainya ia harus
berserikat dengan orang yang baru
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian syuf’ah
2. Ketentuan,syarat dan dasar hukum syuf’ah
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu Syuf’ah
2. Mengetahui apa saja Ketentuan, syarat dan dasar hukum syuf’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SYUF’AH
Kata syuf’ah berasal dari bahasa arab )شفعsyafa’a) yang berarti menggabungkan
kepadanya yang sepertinya. Dikatakan demikian karena orang yang mempunyai
hak syuf’ah menggabungkan benda serikat yang dijual oleh temannya kepada
miliknya dalam serikat itu sehingga terlihat seolah-olah berpasangan.
Adapun pengertian syuf’ah menurut terminologi adalah berikut ini: Dan yang
dimaksud dengan syuf’ah menurut syara, syuf’ah adalah Pemilikan barang
syuf’ah oleh syafi’, sebagai pengganti dari pembeli dengan membayar harga
barang kepada pemiliknya, sesuai dengan nilai yang biasa dibayar oleh pembeli
lain.
Adapun menurut jumhur ulama selain ulama Hanafiyyah syuf’ah adalah hak
seorang peserikat untuk mengambil (membeli) benda yang dijual teman
serikatnya berupa benda tidak bergerak, dengan mengganti harga atau nilainya
yang telah dibayarkan oleh pihak ketiga itu dengan shighat (lafaz).
Hak syuf’ah dapat diberikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar kepercayaan.
Menurut Pasal 1009 KUH Perdata Islam (Majalla Al-Ahkam Al-‘Adaliyah), hak
syuf’ah itu dimiliki oleh
(1) orang yang menjadi anggota pemilik bersama suatu barang
(2) orang yang memiliki percampuran hak atas harta yang dijual
(3) orang yang bertetangga langsung.
Pada zaman Jahiliyah, seseorang yang akan menjual rumah atau kebun mereka
selalu didatangi oleh tetangga, teman atau sahabatnya untuk meminta syuf’ah
dari apa yang akad jualnya. Kemudian pemilik menjual dengan memprioritaskan
yang lebih dekat daripada yang jauh, terlebih lagi pihak yang belum dikenal.
Hikmahnya dibolehkannya syuf’ah ialah untuk mencegah terjadinya
kemudharatan. Karena hak pemilikan oleh syafi’ dapat menghindari pembelian
pihak asing (ajnabi) yang keberadaannya belum dikenal.
B. KENTENTUAN SYUF’AH
Syuf’ah merupakan ketetapan Rasulullah yang tidak ada alasan membantahnya.
Untuk mencapai tujuan Syuf’ah, beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan
adalah:
(1) Syafi’ sebagai pihak yang menerima hak syuf’ah harus memenuhi syarat
sebagai subjek hukum. Syafi’ yang akan membeli melalui hak syuf’ah adalah
parner syirkah yang terkait dengan objek (musya).
Berlakunya hak syuf’ah ditentukan berdasarkan kesediaan syafi’. Syuf’ah adalah
berlaku bagi siapapun yang mengusulkannya. Maksudnya, apabila syafi’
mengetahui adanya penjualan benda yang termasuk kategori syuf’ah dan
berminat untuk membelinya,maka wajib baginya untuk segera menggunakan
haknya. Karena apabila tidak menyegerakan meskipun telah mengetahui, maka
hak syuf’ahnya menjadi gugur. Ketentuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
kemudharatan bagi pihak yang akan menjual. Dikatakan demikian, karena
kepemilikannya terhadap barang yang akan dijual belum bersifat tetap, sehingga
tidak memungkinkan untuk dikelola dan dikembangkan.
(2) Adanya objek yang di-syuf’ahkan(masyfu’). Pada prinsipnya, objek syuf’ah
berlaku terhadap segala sesuatu. Berlakunya objek syuf’ah pada harta benda, ada
yang bersifat bergerak maupun tidak bergerak. Dalam hal ini, kalangan ulama
ada dua pendapat, Menurut Jumhur fuqaha, objek syuf’ah adalah benda yang
tidak bergerak (mal al-‘uqar).
(3) Objek syuf’ah berlaku terhadap kepemilikan bersama (al-mal almusytarak)
yang belum dibagi.
Syarat dibolehkannya pembagian harta benda dalam syuf’ah adalah selama tidak
mengurangi nilai kemanfaatan benda tersebut. Karenanya apabila dalam
pembagiannya ternyata tidak mendatangkan manfaat, maka syuf’ah itu menjadi
tidak berlaku.”Rasulullah SAW menetapkan syuf’ah untuk segala jenis (harta
bersama) yang belum dibagi, apabila terjadi batasan hak dan telah jelas
tindakannya, maka tidak ada syuf’ah.”
(4) Pengalihan barang syuf’ah melalui akad jual beli.
Menurut Mazhab Hanafi, hak syuf’ah hanya boleh berlaku pada barang tertentu
melalui jual beli. Dengan demikian, berarti tidak ada syuf’ah yang berpindah
kepemilikan selain akad jual beli. Syuf’ah merupakan bentuk kepemilikan harta
tertentu oleh syafi’ dari hasil pembelian dengan harga sesuai dengan nilai yang
biasa (berlaku) dibayar oleh pembeli lain. Untuk memiliki barang syuf’ah, syafi’
disyaratkan mengambil barang secara keseluruhan. Apabila syafi’ hanya
mengambil sebagian saja, maka hak syuf’ah gugur secara keseluruhan. Setelah
barang diambil alih, syafi’ menyerahkan kepada pihak pembeli sebagai pemilik
hak syuf’ah sejumlah harga sesuai yang telah diakadkan.
Karim Helmi, Fiqh Muamalah, PT: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.
Rasjid Sulaiman, Fiqh, PT: Sinar Baru, Bandung, 1954.
S Burhanuddin, Hukum Kontrak Syari’ah, PT: BpFe, Yogyakarta,2009.
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, PT: Rajawali Pers, Jakarta,1997.
Lubis, Ibrahim. Suatu Pengantar Ekonomi Islam. Juz II. Jakarta: Kalam Mulia,
1995.
https://www.depokpos.com/2022/03/pengertian-syufah-dalam-ekonomi-islam/