SYUFU’AH
DISUSUN OLEH:
2023
KATA PANGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada Dr. H. Misbahuddin,S.Ag., M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqhi Muamalah
yang telah memberikan tugas makalah ini dengan topik pembahasan “Syufu’ah.” Selain itu, kami
juga ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Namun kami berharap pembaca
dapat mengambi lmanfaat dan ilmu dari makalah ini.Selain itu, kami juga membutuhkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna meningkatkan kesempurnaan kualitas makalah
kami yang akan datang.
Penulis
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...............................................................................................................iv
1.1 LatarBelakang..........................................................................................................iv
1.3 Tujuan.......................................................................................................................iv
BAB II................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 1
D. Pewarisan AL Syufu’ah…………………………..…………………………………7
E. Tindakan Pembeli……………………………………………………………………7
F. Kategori Pemilik……………………………..……………………………………...8
BAB III................................................................................................................................ 9
PENUTUP........................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................................... 9
DAFTARPUSTAKA........................................................................................................ 10
BAB I
PENDHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak masyarakat jahiliyah, sudah sering dikenal adanya kerja sama dalam
lapangan ekonomi. Baik yang bersifat produktif atau bentuk kerja sama dalam
kepemilikan suatu harta oleh dua orang atau lebih. Kemudian bagaimana jika salalh stu
dari orang yang ikut dalam perkongsian tersebut ingin menjual haknya kepada pihak
lain yang juga ikut prsekutuan itu? Bolehkah salah seorang melakukan hal tersebut
kepada pihak yang tidak ikut dalam perkongsian tersebut?.
Menurut ketentuan agama, pihak-pihak yang termasuk dalam perekutuan itu
tidak boleh menjual haknya kepada orang lain secara sendiri-sendiri tanpa persetujuan
anggota persekutuan.Jika Hal tersebut terjadi, maka anggota lain yang dalam
persekutuna itu dapat meminta secara paksakepada pihak mpembeli. Semua yang ditulis
di atas, akan dijelaskan lebih terperinci pada makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian syuf’ah?
2. Apa dasar hukum al syufu’ah?
3. Apa rukun dan syarat syufu’ah?
4. Siapa pewaris syufu’ah?
5. Bagaimana tindakan pembeli?
6. Apa kaegori pemilik syufu’ah?
7. Apa macam-macam tuntuan pemilik syufu’ah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu syufu’ah
2. Mengetahui dasar hukum syufu’ah
3. Mengetahui rukun dan syarat syufu’ah
4. Mengetahui siapa saja pewaris syufu’ah
5. Mengetahui bagaimana tindakan pembeli
6. Mengeahui kategori pemilik syufu’ah
7. Mengetahui macam-macam tuntutan pemiluk syufu’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Syuf’ah
Syufu’ah berasal dari kata syaf’ yang secara bahasa berarti “memadukan”.
Maksudnya adalah memadukan kepemilikan menjadi satu melalui akad jual beli.
Sedangkan secara terminology, pengertian syuf’ah adalah: “Akad yang objeknya
memindahkan hak milik kepada rekan syirkah sesuai harga pembelian untuk mencegah
kemudharatan.” Hak syuf’ah dapat diberikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar
kepercayaan. Menurut Pasal 1009 KUH Perdata Islam (Majalla Al-Ahkam Al-
‘Adaliyah), hak syuf’ah itu dimiliki oleh (1) orang yang menjadi anggota pemilik
bersama suatu barang; (2) orang yang memiliki percampuran hak atas harta yang dijual;
(3) orang yang bertetangga langsung. Pada zaman Jahiliyah, seseorang yang akan
menjual rumah atau kebun mereka selalu didatangi oleh tetangga, teman atau sahabatnya
untuk meminta syuf’ah dari apa yang akad jualnya. Kemudian pemilik menjual dengan
memprioritaskan yang lebih dekat daripada yang jauh, terlebih lagi pihak yang belum
dikenal. Hikmahnya dibolehkannya syuf’ah ialah untuk mencegah terjadinya
kemudharatan. Karena hak pemilikan oleh syafi’ dapat menghindari pembelian pihak
asing (ajnabi) yang keberadaannya belum dikenal.
b. Syarat yang kedua adalah bahwa Syafi’I meminta dengan segera. Maksudnya,
Syafi’i jika telah mengetahui penjualan, ia wajib meminta dengan segera jika hal itu
memungkinkan. Jika ia telah mengetahuinya, kemudian memperlambat permintaan
tanpa adanya uzur, maka haknya gugur. Alasannya ialah jika Syafi’i memperlambat
permintaannya niscaya hal ini berbahaya buat pembeli, karena kepemilikannya
terhadap barang yang dibeli tidak mantap (labil) dan tidak memungkinkan ia
bertindak untuk membangunnya karena takut tersia-sianya usaha dan takut disyuf’ah.
Jika Syafi’i tidak ada atau belum mengetahui penjualan atau tidak mengetahui bahwa
memperlambat dapat menggugurkan syuf’ah, dalam keadaan seperti ini haknya tidak
gugur. Salah satu riwayat dari Abu Hanifah bahwa permintaan tidak wajib dengan
segera setelah mengetahui, karena syafi’I memerlukan pertimbangan dalam persoalan
ini, maka ia berhak khiar seperti khiar dalam jual beli. Ibnu Hazm berpendapat bahwa
penetapan syuf’ah diwajibkan oleh Allah, maka ia tidak boleh gugur karena
tertinggalnya delapan puluh tahun sekalipun, kecuali jika Syafi’I sendiri yang
menggugurkannya.
c. Syafi’i memberikan kepada pembeli sejumlah harga yang telah ditentukan ketika
akad, kemudian Syafi’I mengambil syuf’ah harga yang sama jika jual beli itu mitslian
atau dengan suatu nilai jika dihargakan. Syuf’ah 8 Fithriana Syarqawie d. Syafi’I
mengambil keseluruhan barang. Maksudnya, Jika syafi’I meminta untuk mengambil
sebagian, maka semua haknya gugur. Apabila syuf’ah terjadi antara dua syafi’I atau
lebih, sebagian syafi’I melepaskannya, maka syafi’I yang lain harus menerima
semuanya. Hal ini dimaksudkan agar benda syuf’ah tidak terpilah-pilah atas pembeli.
3. Masyfu’ min hu, yaitu orang tempat mengambil syuf’ah. Disyaratkan pada masyfu’
min hu bahwa ia memiliki benda terlebih dahulu secara syarikat.
D. Pewaris Syuf’ah
Jika seseorang berhak memperoleh syuf’ah, kemudian meninggal dunia dan dia dalam
keadaan tidak atau belum mengetahui atau ia tahu tetapi meninggal sebelum dapat
melakukan pengambilan, maka haknya beralih kepada ahli waris. Alasannya ialah bahwa
syuf’ah diqiyaskan kepada irts.
E. Tindakan Pembeli
Terkait pembeli Syuf'ah, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukannya. Berikut
beberapa di antaranya:
a. Membeli Benda : Pembeli dapat membeli benda yang dijual, namun hanya setelah
pemilik Syuf'ah menolak untuk membelinya.
f. Perlu diketahui bahwa pembeli Syuf'ah tidak mempunyai hak apapun atas barang
tersebut sampai pemilik Syuf'ah menolak untuk membelinya
F. Kategori Pemilik
Pemilik al-syufu'a ( )الشفعة صاحبadalah istilah dalam hukum Islam yang mengacu
pada seseorang yang memiliki hak bersama atas suatu benda atau harta bersama dengan
individu lain. Dalam konteks kepemilikan bersama ini, hak ini biasanya terkait dengan
pembagian warisan atau kepemilikan bersama atas suatu properti.
Hak pemilik al-syufu'a dapat ada dalam beberapa konteks, seperti warisan atau
pembagian harta bersama. Dalam kasus warisan, pemilik al-syufu'a adalah individu yang
memiliki hak bersama dengan yang lain untuk mendapatkan bagian dari harta pusaka
yang ditinggalkan oleh seorang almarhum.
Syuf’ah adalah hak membeli suatu benda yang didirikan untuk sekutu lama atas
sekutu baru karena adanya persekutuan atas harta tersebut. Berikut beberapa tuntutan
yang dapat dilakukan oleh pemilik Syuf'ah:
1. Tuntutan Membeli : Pemilik Syuf'ah mempunyai hak untuk membeli benda
yang dijualnya sebelum orang lain.
2. Tuntutan Ganti Rugi : Jika barang yang dijual adalah milik bersama, maka
pemilik Syuf'ah berhak menuntut ganti rugi kepada sekutu baru yang hendak
membeli barang tersebut.
6. Perlu diketahui bahwa tuntutan pemilik Syuf'ah hanya dapat dilakukan jika
benda yang dijual adalah milik bersama. Apabila benda tersebut merupakan milik
pribadi, maka pemiliknya berhak menjualnya tanpa perlu adanya Syuf’ah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syuf’ah adalah pemilikan barang syuf’ah oleh Syafi’ sebagai pengganti dari pembeli
dengan membayar harga barang kepada pemiliknya, sesuai dengan nilai yang biasa dibayar
oleh pembeli lain.
Jika didalam Syuf’ah berlaku untuk perkongsian, maka sesungguhnya dia berlaku
untuk barang yang dapat dibagi. Partner dipaksakan untuk membagi dengan syarat ia dapat
memanfaatkan bagiannya itu, seperti ketika barang tersebut belum dibagi. Oleh karena itu,
Syuf’ah tidak berlaku untuk barang yang apabila dibagi/dipecah manfaatnya menjadi tidak
ada.
Penjelasannya bahwa ada salah satu dari dua orang yang bersekutu dan ingin menjual
bagian dari rumah atau tanahnya. Kemudian datanglah seorang pembeli yang barangkali
adalah musuh bagi sekutu yang lain dan membeli bagian ini kemudian bersandingan
(bertetangga) dengannya. Dan, kalian tahu bahwa kebanyakan tetangga apabila tidak
memenuhi kriteria yang ditentukan akan mengakibatkan kebencian dalam jiwa dan rasa
dengki dalam hati. Terlebih jika ada rasa iri dari tetangga. Maka, secara tidak langsung
seseorang telah menyakiti teman sekutu-nya yang lain dengan adanya tetangga ini.
B. DAFAR PUSTAKA
Al-asqalani,al-hafidz ibnu hajar, 2011. Bulughul maram. surabaya: mutiara ilmu.
Alislami.com/muamalah/11-jual-beli/290-bab-syuf`ah.html