UNDANG-UNDANG DASAR
l Pengantar.............................................................................................1 9
l Sifat dan Fungsi Undang-Undang Dasar...................................1 9
l Konstitusionalisme.............................................................................171
l Ciri-Ciri Undang-Undang Dasar....................................................177
l Undang-Undang Dasar dan Konvensi........................................179
l Pergantian Undang-Undang Dasar..............................................181
l Perubahan Undang-Undang Dasar (Amandemen).................182
l Supremasi Undang-Undang Dasar..............................................184
Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis dan
Undang-Undang Dasar Tertulis.....................................................18
t Undang-Undang Dasar Tidak Tertulis...........................187
t Undang-Undang Dasar Tertulis.......................................190
17
www.bacaan-indo.blogspot.com
Undang-Undang Dasar
Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah terbiasa menerjemahkan istilah
dalam bahasa Inggris constitution menjadi Undang-Undang Dasar (UUD).
Se-benarnya ada kesukaran atau kekurangan dengan pemakaian istilah
UUD, yakni kita langsung membayangkan suatu naskah tertulis. Padahal
istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu politik merupakan sesuatu yang
lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan—baik yang tertulis,
maupun yang tidak—yang mengatur secara mengikat cara-cara
pemerintahan dise-lenggarakan dalam suatu masyarakat.
Terjemahan kata constitution dengan kata UUD memang sesuai
dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan
sehari-hari memakai kata Grondwet (Grond = dasar; wet = undang-
undang), dan Grundgesetz (Grund = dasar; gesetz = undang-undang),
yang dua-duanya menunjuk pada naskah tertulis. Dan memang tidak
dapat disangkal bahwa dewasa ini hampir semua negara (kecuali
Inggris) memiliki naskah tertulis sebagai UUD-nya.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa dalam kepustakaan Belanda (misalnya
L.J. van Apeldoorn) diadakan pembedaan antara pengertian UUD (grondwet)
dan UUD (constitutie). Menurut paham tersebut, UUD adalah bagian tertulis dari
suatu UUD, sedangkan UUD memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
yang tidak tertulis. Dengan kata lain, setiap UUD tertulis ada unsur “tidak
tertulisnya”, sedangkan setiap UUD tak tertulis ada unsur “tertulisnya”.
Dan rupa-rupanya para penyusun UUD 1945 menganut pikiran yang
sama, sebab dalam Penjelasan UUD 1945 dikatakan: “UUD suatu negara
ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu. UUD ialah Hukum
dasar yang tertulis, sedang di samping UUD itu berlaku juga Hukum Dasar
yang tak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam prak-tik penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis.”
Apakah Undang Undang Dasar (UUD) itu? Umumnya dapat dikatakan bahwa
UUD merupakan suatu perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan
tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan. UUD juga menentukan
19
Dasar-Dasar Ilmu Politik
1
E.C.S. Wade and G. Godfrey Philips, Contitutional Law, ed. ke-7 (London:
Longmans, 1965), hlm. 1.
2
Herman Finer, The Theory and Practice of Modern Government, vol. 2 (London:
Meutheun & Co., Ltd., 1932).
3
Seperti dikutip oleh Larry Alexander, ed., Constitutionalism: Philosophical Foundations
170
Undang-Undang Dasar
Konstitusionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme,
suatu konsep yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan.
Ide pokok dari konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu
dibatasi kekuasaannya (the limited state), agar
penyelenggaraannya tidak bersifat sewenang-
wenang. Dianggap bahwa suatu UUD adalah
jaminan utama untuk melindungi warga dari
perlakuan yang semena-mena. Dengan demikian
timbul konsep the constitutional state, di mana
UUD dianggap sebagai institusi yang paling efektif
untuk melindungi warganya melalui konsep Rule of socsci.auc.dk
171
Dasar-Dasar Ilmu Politik
Jadi, konsep Rule of law dan Rechtsstaat merupakan inti dari demokrasi
konstitusional.
Sementara itu, sarjana ilmu politik Andrew Heywood mengartikan
konstitusionalisme dari dua sudut pandang. Dalam arti sempit,
konstitusionalisme adalah penyelenggaraan pemerintahan yang dibatasi
oleh UUD. Dengan kata lain, konstitusionalisme ada apabila lembaga-
lembaga pemerintahan dan proses politik dibatasi secara efektif oleh
aturan-aturan konstitusionalisme. Sedangkan dalam arti yang lebih luas,
konstitusionalisme merupakan perangkat nilai dan aspirasi politik yang
mencerminkan adanya keinginan untuk melindungi kebebasan dengan
melakukan pengawasan (checks) internal maupun eksternal terhadap
kekuasaan pemerintah. Jadi, dalam arti ini konstitusionalisme
merupakan bagian penting dari demokrasi konstitusional.
Mengapa hak-hak rakyat harus dilindungi? Menurut Walter F.
Murphy konstitusionalisme sangat menjunjung tinggi kehormatan atau
harga diri manusia sebagai prinsip utamanya. Walter F Murphy
berpandangan: ”Agar kehormatannya terlindungi, manusia harus
mempunyai hak untuk ber-partisipasi dalam politik, dan kekuasaan
pemerintah harus dipagari dengan batas-batas yang bersifat substantif
terhadap apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah, sekalipun andaikata
pemerintah itu mencerminkan kemauan rakyat secara sempurna.”7
Kita perlu menyadari bahwa gagasan konstitusionalisme telah timbul
www.bacaan-indo.blogspot.com
5
Seperti dikutip oleh Larry Alexander, ed., Constitutionalism, hlm. 4.
Andrew Heywood, Politics (New York: Palgrave, 2002), ed. ke-2, hlm. 297.
7
Walter F. Murphy, “Constitutions, Constitutionalism, and Democracy”, dalam
Constitutionalism and Democracy: Transitions in the Contemporary World, Douglas
Greenberg et al., ed. (Oxford: Oxford University Press, 1993), hlm. 3.
172
Undang-Undang Dasar
bebas dengan dikaruniai hak-hak yang tidak dapat dirampas atau dienyahkan.
Bahwa setiap manusia berhak untuk hidup dalam kesejahteraan dan
perdamaian tanpa ketakutan akan dirampas hak miliknya oleh penguasa.
173
Dasar-Dasar Ilmu Politik
uv.fr
menyalahgunakan atau menyelewengkannya
174
Undang-Undang Dasar
175
Dasar-Dasar Ilmu Politik
8
Andrei Y. Vyshinky, The Law of the Soviet State (New York: The MacMillan, 19 1), hlm. 87.
17
Undang-Undang Dasar
naskah.tersendiri).
3.. Prosedur.mengubah.UUD.(amandemen).
4.. Adakalanya. memuat. larangan. untuk. mengubah. sifat. tertentu. dari. UUD..
177
Dasar-Dasar Ilmu Politik
Hal ini biasanya ada jika para penyusun UUD ingin menghindari
terulang-nya kembali hal-hal yang baru saja diatasi, seperti misalnya
munculnya seorang diktator atau kembalinya suatu monarki. Misalnya,
UUD Federasi Jerman melarang untuk mengubah sifat federalisme
karena dikhawa-tirkan bahwa sifat unitarisme dapat melicinkan jalan
untuk munculnya kembali seorang diktator seperti Hitler.
Merupakan aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga
negara dan lembaga negara tanpa kecuali.
berikut: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan
178
Undang-Undang Dasar
9
kekosongan dalam hukum yang terkodiikasi.
9
Heywood, Politics, hlm. 294.
179
Dasar-Dasar Ilmu Politik
10
Seperti dikutip oleh Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, edisi ke-5
(Jakarta: Aksara Baru, 1983), hlm. 40.
180
Undang-Undang Dasar
181
Dasar-Dasar Ilmu Politik
182
Undang-Undang Dasar
183
Dasar-Dasar Ilmu Politik
11
Seperti dikutip dalam Heywood, Politics, hlm. 295.
184
Undang-Undang Dasar
185
Dasar-Dasar Ilmu Politik
12
C.F. Strong, Modern Political Constitutions (London: Sidgwick and Jackson, 19 3), hlm. -
7.
13
Frank Bealey et al., Elements in Political Science (Edinburgh: Edinburgh University Press,
1999), hlm. 8 .
18
Undang-Undang Dasar
Inggris: Salah satu UUD yang dewasa ini dianggap tak tertulis ialah UUD
Inggris. UUD ini disebut tak tertulis karena tidak merupakan satu naskah,
tetapi jika diselidiki benar-benar, ternyata bahwa sebagian terbesar UUD
Inggris itu terdiri atas berbagai bahan tertulis berupa dokumen-dokumen
resmi. Di Inggris tidak ada perbedaan antara undang-undang tata negara
dan undang-undang biasa, oleh karenanya Parlemen, sebagai badan
tertinggi (parliamentary supremacy), berhak untuk mengadakan perubahan
konstitusional dengan undang-undang biasa. Jadi hal ini berlainan dengan
keadaan banyak negara lain, di mana biasanya suatu badan yang lebih
tinggi dari dewan perwakilan rakyat berhak untuk mengubah UUD.
Ketentuan-ketentuan ketatanegaraan Inggris yang merupakan
UUD terdapat dalam:
Beberapa undang-undang, antara lain:
Magna Charta 1215 (yang ditandatangani oleh Raja John atas
desakan golongan bangsawan). Meskipun naskah ini bersifat
feodal, tetapi dianggap penting oleh karena untuk pertama kali
raja mengakui beberapa hak dari bangsawan bawahannya.
Bill of Rights 1 89 dan Act of Settlement 1701. Kedua undang-undang ini
merupakan hasil kemenangan Parlemen melawan raja-raja Dinasti
Stuart karena memindahkan kedaulatan dari tangan raja ke tangan
Parlemen (King in Parliament). Parlemen menghentikan Raja James
II dari jabatannya dan mempersembahkan mahkota kepada Puteri
Mary dan suaminya Pangeran William of Orange (Holland) dalam apa
yang dinamakan Glorious Revolution of 1 .
Parliament Acts 1911 dan 1949. Kedua undang-undang ini mem-
batasi kekuasaan Majelis Tinggi (House of Lords) dan
menetapkan supremasi Majelis Rendah (House of Commons).
www.bacaan-indo.blogspot.com
187
Dasar-Dasar Ilmu Politik
Jadi, UUD Inggris hanya dapat disebut “tak tertulis” dalam arti
bahwa ia tidak bersifat naskah tunggal dan bahwa konvensi dan tradisi
memegang peranan yang lebih penting daripada di negara lain yang
mempunyai UUD tertulis.
Konvensi menurut Edward M. Sait dalam bukunya Political
Institutions, adalah: “Aturan-aturan perilaku politik (rules of political
behaviour).”14 Ada konvensi yang sudah berdasarkan tradisi beberapa
puluh tahun, bahkan be-berapa ratus tahun, sehingga sudah menjadi
darah daging orang Inggris. Be-berapa konvensi yang penting ialah:
Prinsip tanggung jawab politik yang merupakan tulang punggung sistem
pemerintahan Inggris, yaitu bahwa kabinet, kalau tidak lagi men-
dapat kepercayaan dari mayoritas anggota Majelis Rendah, harus
meng-undurkan diri.
Jika Kabinet mengundurkan diri, maka raja pertama-tama memberi ke-
sempatan kepada pemimpin partai oposisi untuk membentuk kabinet
baru.
Setiap waktu, sebelum berakhirnya masa jabatan anggota Majelis
Rendah, perdana menteri dapat meminta kepada raja untuk
membubarkan majelis itu dan mengadakan pemilihan umum baru.
Dengan demikian perselisihan antara kabinet dan parlemen pada
tahap terakhir diputuskan oleh rakyat.
Perdana Menteri merupakan anggota Majelis Rendah.
Dilihat dari sudut yuridis, konvensi tidak mempunyai kekuatan hukum dan
badan-badan pengadilan tidak dapat melaksanakannya. Dengan demikian
timbul pertanyaan mengapa konvensi-konvensi ini ditaati. Salah satu sebabnya
ialah karena faktor praktisnya. Misalnya jika yang diberi tugas membentuk
kabinet baru bukan pemimpin partai oposisi, tetapi pemimpin partai lain, maka
orang itu sukar mendapat dukungan dalam parlemen,
www.bacaan-indo.blogspot.com
14
Sait, Edward Mc Chesney, Political Institutions: A Preface (New York: Appleton
Century Crofts Inc., 1938).
188
Undang-Undang Dasar
karena biasanya hanya ada dua partai besar. Sebab lain ialah karena aturan-
aturan itu didukung dan dianggap wajar oleh masyarakat, sehingga jika
dilanggar, maka pasti orang itu pada suatu ketika akan kehilangan dukungan
masyarakat. Maka dari itu konvensi oleh seorang ilsuf Inggris J.S. Mill pernah
dinamakan: “Aturan-aturan keakhlakan umum (rules of public morality).”
Akhir-akhir ini banyak konvensi dikodiikasi (dituang dalam bentuk
undang-undang) sehingga boleh diperkirakan di masa yang akan datang
jumlah konvensi akan berkurang. Salah satu konvensi yang dituang dalam
undang-undang ialah Statute of Westminster (1931) yang untuk pertama
kali menetapkan kedudukan dari dominion-dominion dalam
Persemakmuran Inggris. Suatu undang-undang lain, Minister of the Crown
Act (1937) menetapkan gaji perdana menteri serta menteri-menteri lainnya,
dan juga gaji pemimpin partai oposisi. Dengan demikian untuk pertama kali
diakui adanya seorang perdana menteri beserta menteri-menterinya,
padahal sistem kabinet sudah beberapa ratus tahun usianya. Undang-
undang itu juga mengatur hak perdana menteri untuk memilih menterinya
sendiri, suatu hal yang dulu juga merupakan konvensi.
Salah satu penganjur dari kodiikasi adalah Ivor Jennings yang dalam
bukunya Cabinet Government menggunakan alasan-alasan sebagai berikut:
Undang-undang lebih besar kewibawaannya daripada konvensi.
Pelanggaran terhadap undang-undang lebih mudah diketahui dan dapat
diambil tindakan lebih cepat. Untuk seorang hakim lebih gampang
menafsirkan undang-undang daripada konvensi yang tak tertulis.
Undang-undang biasanya terang dan tegas perumusannya. Konvensi
biasanya timbul dari kebiasaan, dan kadang-kadang sukar menetapkan
kapan suatu kebiasaan menjadi konvensi.15
Pendapat ini didukung oleh seorang sarjana politik kontemporer, Joseph
Raz dalam tulisanya On the Authority and Interpretation of
Constitutions, di-katakan bahwa: ”Asas-asas moralitas sering
mengurangi kewibawaan UUD, sehingga praktik dan konvensi mengisi
kekosongan ini. Boleh saja konvensi timbul, tetapi undang-undang-
dasar harus tetap jelas dan lengkap untuk menjamin stabilitas politik.” 16
www.bacaan-indo.blogspot.com
15
W. Ivor Jennings, Cabinet Government (Cambridge: Cambridge University Press, 1951), hlm.
1-13.
16
Joseph Raz, “On the Authority and Interpretation of Constitutions” dalam Larry
Alexander, ed., Constitutionalism, hlm. 173-174.
189
Dasar-Dasar Ilmu Politik
Amerika Serikat: UUD Amerika Serikat yang disusun pada tahun 1787 dan
diresmikan pada tahun 1789, merupakan naskah yang tertua di dunia. Hak
asasi warga negara tercantum dalam suatu naskah tersendiri yang dinamakan
Bill of Rights. Di samping itu ada beberapa ketentuan katatanegaraan yang
tidak termuat dalam UUD, misalnya adanya partai-partai politik, atau wewenang
Mahkamah Agung untuk menguji undang-undang (judicial review).
Ketentuan-ketentuan konstitusional Amerika Serikat terdapat dalam:
Naskah UUD,
Sejumlah undang-undang,
Sejumlah keputusan Mahkamah Agung berdasarkan hak menguji.
UUD Amerika Serikat tidak menyebut adanya partai politik. Hal ini di-
atur dalam undang-undang. Memang timbulnya partai politik terjadi di luar
dugaan dan harapan dari para negarawan yang menyusun UUD (The
Fathers Of the Constitution), sebab banyak di antara mereka mewakili
golongan berada yang ingin mencegah rakyat jelata bertambah kuat. Sifat
aristokratis ini ternyata terlihat dalam beberapa pasal UUD. Misalnya,
secara formal presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat, akan tetapi
melalui pemilihan bertingkat oleh sebuah Majelis Pemilihan (Electoral
College), yang anggota-anggotanya dipilih oleh negara-negara bagian.
Tetapi sebagai akibat dari berkembangnya partai-partai politik, maka
dewasa ini presiden praktis dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan
pemilihan oleh Majelis Pemilihan hanya merupakan formalitas saja. Akan
tetapi dalam keadaan yang sangat khusus hasil pemilihan Majelis Pemilihan
dapat berbeda dengan hasil pemilihan umum langsung. Dalam keadaan
semacam itu perhitungan Electoral College berlaku, seperti yang terjadi
pada pertarungan antara Al Gore (Partai Demokrat) dan George W. Bush
(Partai Republik). Bush berhasil menjadi Presiden sekalipun jumlah suara
secara nasional kurang dari jumlah suara Al Gore.
www.bacaan-indo.blogspot.com
190
Undang-Undang Dasar
191
Dasar-Dasar Ilmu Politik
penting dalam menyesuaikan UUD yang sudah lebih dari 200 tahun
umurnya pada perubahan-perubahan masyarakat, sekalipun prosedur
mengubah UUD secara formal sangat sukar. Misalnya, ruang gerak
pemerintah federal yang dalam abad ke-18 dan ke-19 sangat terbatas
karena fungsinya dianggap hanya sebagai Nachtwächterstaat dan karena
negara-negara bagian sangat mempertahankan kekuasaan masing-masing,
mulai abad ke-20 telah menjadi begitu luas sehingga dia mengatur
bermacam-macam aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Dan dalam proses
ini pemerintah federal telah berhasil memperbesar kekuasaannya sendiri,
baik terhadap warganya maupun terhadap negara-negara bagian.
Perubahan ini tidak terjadi dengan jalan mengadakan amandemen
UUD yang memang sukar sekali prosedurnya (sampai sekarang hanya
ada 27 amandemen), tetapi dengan memberi tafsiran yang luas kepada
beberapa ketentuan dalam UUD. Salah satu pasal yang perlu dicatat
ialah pasal I/8 mengenai perdagangan antarnegara bagian (interstate
commerce). Pasal ini memberi kekuasaan kepada pemerintah federal
untuk mengurus perdagang-an internasional dan perdagangan
antarnegara-bagian (interstate). Hanya perdagangan yang bukan
antarnegara-bagian boleh diurus oleh negara bagian.
Berdasarkan tafsiran yang diberikan oleh Mahkamah Agung maka
pemerintah federal dewasa ini mempunyai wewenang untuk mengatur soal-
soal seperti asuransi, monopoli, pekerjaan anak-anak, lotere, social security
(pensiun), dan sebagainya yang akibat-akibatnya terasa sampai di pelosok-
pelosok negara bagian. Jadi, proses perkembangan dari staatsonthouding
(Nachtwachterstaat atau Negara Penjaga Malam, negara yang sangat
sempit ruang geraknya) abad ke-18 menjadi staatsbemoeienis (negara
yang turut campur) abad ke-20 telah dimungkinkan oleh kegiatan dan
wewenang Mahkamah Agung yang tidak termaktub dalam naskah UUD.
Begitu pula Mahkamah Agung telah memainkan peranan penting
dalam memajukan status golongan orang Amerika keturunan Afrika, melalui
beberapa keputusannya, di antaranya yang paling terkenal kasus Brown vs.
Board of Education of Topeka (1954) yang menyatakan bahwa pemisahan
www.bacaan-indo.blogspot.com
192
Undang-Undang Dasar
17
Strong, Modern political Constitutions, Bab IV dan Bab VII.
18
Rod Haque et al., Comparative Government and Politics, ed. ke-4 (London: Macmillan Press,
1998), hlm. 152.
193
Dasar-Dasar Ilmu Politik
194
Undang-Undang Dasar
berlaku telah beberapa kali berganti, yaitu dari UUD 1945, kemudian
diganti UUD RIS 1949, lalu berganti lagi dengan UUD Sementara 1950,
dan akhirnya kembali ke UUD 1945. UUD yang kini berlaku itu juga
telah mengalami be-berapa amandemen.
Sekalipun demikian, ada baiknya kita pelajari secara khusus beberapa
peristiwa yang dialami UUD 1945. Ada tiga krisis yang langsung melibatkan
UUD. Pertama, pada bulan November 1945 sistem pemerintahan
presidensial diubah menjadi sistem pemerintahan parlementer. Kedua, Juli
1959 kita kembali. ke. UUD. 1945.. Ketiga,. 1999−2002. terjadi. empat.
amandemen. yang. banyak.mengubah.sistem.ketatanegaraan.kita.
Sehari. setelah. kemerdekaan. Indonesia. diproklamasikan,. Panitia.
Persiapan. Kemerdekaan. Indonesia. (PPKI). menetapkan. UUD. 1945. sebagai.
UUD. Indonesia.. Pada. waktu. itu. dinyatakan. bahwa. penetapan. tersebut.
bersifat. sementara. dengan. ketentuan. bahwa. enam. bulan. setelah. perang.
berakhir,.presiden.akan.melaksanakan.UUD.itu,.dan.enam.bulan.setelah.MPR.
terbentuk,.lembaga.ini.akan.mulai.menyusun.UUD.yang.baru.
Pada.17.Agustus.1945,.Soekarno-Hatta,.didukung.oleh.masyarakat.luas,.
memproklamasikan. kemerdekaan. Republik. Indonesia.. PPKI. secara. resmi.
mendukung.Proklamasi.itu.dan.pada.tanggal.18.Agustus.1945.mengeluarkan.
undang-undang. untuk. memberlakukan. UUD. yang. telah. disusun. sebelum-
nya.19
UUD. itu. menetapkan. sistem. pemerintahan. presidensial. dengan.
kekuasaan. yang. besar. di. tangan. presiden,. meskipun. kekuasaan. tertinggi.
berada.di.tangan.MPR..Selain.itu,.ada.Dewan.Perwakilan.Rakyat.dan.Dewan.
Pertimbangan. Agung. yang. berwenang. memberi. nasihat. kepada. presiden.
dan.Mahkamah.Agung.20.
Sifat. sementara. UUD. itu. terungkap. dalam. ketentuan. bahwa. enam.
bulan. setelah. perang. berakhir,. presiden. akan. melaksanakan. UUD. itu,. dan.
bahwa.enam.bulan.setelah.pembentukannya,.MPR.akan.memulai.menyusun.
sebuah.UUD.baru.
UUD. itu. memuat. sejumlah. Peraturan. Peralihan,. yang. sebagai. akibat.
www.bacaan-indo.blogspot.com
19
Pernyataan. Panitia. Persiapan. Kemerdekaan. Indonesia. pada. 22. Agustus. 1945,. dalam.
Kuntjoro. Purbopranoto,.“Tiga.Tahun. Pekerjaan. Legislatif. Negara”,. Mimbar Indonesia,. no.. 33,. 17.
Agustus.1948,.hlm..117-120.
20
Pasal.2,.16,.19,.dan.24.Undang-Undang.Dasar.1945.(sebelum.amandemen).
195
Dasar-Dasar Ilmu Politik
21
Pasal 3 dan 4 Peraturan Peralihan.
22
George McTurnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia (Ithaca, NY:
Cornell University Press, 1970), hlm. 151.
23
Moh. Hatta, Memoir (Jakarta: PT Tintamas, 1979), hlm. 480.
19
Undang-Undang Dasar
KNIP24 tidak hanya sebagai badan penasihat tetapi juga diberi kekuasaan
legislatif. Baik Soekarno maupun Hatta setuju dan pada tanggal 1 Oktober
1945, dalam rapat KNIP berikutnya di Jakarta, Wakil Presiden atas nama
Presiden menandatangani Maklumat Wakil Presiden No. X, 1 Oktober
1945. Ditentukan bahwa selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum dapat dibentuk, KNIP akan
diberi kekuasaan legislatif dan wewenang untuk ikut serta dalam penentuan
garis-garis besar haluan negara.
Oleh karena disadari bahwa suatu badan yang besar seperti KNIP
tidak mungkin melaksanakan fungsinya dalam keadaan genting yang
sedang di-hadapi, ditentukan juga bahwa tugas harian KNIP akan
dijalankan oleh sua-tu Badan Pekerja yang dipilih dari anggota KNIP dan
bertanggung jawab (ministerial responsibility) kepada KNIP.25 Sjahrir di-
angkat sebagai ketua Badan Pekerja, yang
kemu-dian menjadi penggerak revolusi.
Sebagai langkah akhir, pada tanggal 11
November 1945 Badan Pekerja mengajukan petisi
kepada pemerintah agar para menteri kabinet kepu
stak
aan-
presi
24
A. Halim, “Menuju ke Parlemen Sempurna”, dalam Revue Indonesia 194 (Yogyakarta:
194 ), hlm. 12.
25
Kahin, Nationalism and Revolution, hlm. 152.
2
Pengumuman Badan Pekerja 11 November 1945, Kusnodiprodjo, op. cit., hlm. 139.
27
J.W. Logemann dalam Het Staatsrecht van Indonesie (Den Haag: W. van Hoeve, 1954), hlm. 3 ,
menyebutnya een vrijwillige zelfbeperking van de presidentiele macht (pembatasan diri secara
sukarela atas kekuasaan presiden). Assaat dalam Hukum Tata Negara Republik Indonesia dalam
www.bacaan-indo.blogspot.com
Masa Peralihan (Yogyakarta, Jakarta: Bulan Bintang, 1951), hlm. 13, berpendapat bahwa keputusan
itu memiliki “kekuatan sama dengan undang-undang” karena merupakan kesepakatan antara KNIP
dan Presiden. A.K. Pringgodigdo dalam Perubahan Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer
mempunyai pendapat yang sama. Ismail Suny dalam Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, ed. ke-5
(Jakarta: Aksara Baru, 1983), hlm. 20-27, menyebutnya “konvensi
197
Dasar-Dasar Ilmu Politik
ketatanegaraan”.
28
Mohammad Hatta, Memoir, hlm. 480.
29
Ibid.
198
Undang-Undang Dasar
30
A.K. Pringgodigdo, Kedudukan Presiden menurut Tiga Undangundang Dasar,
dalam Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Pembangunan, 195 ), hlm. 20-21.
199
Dasar-Dasar Ilmu Politik
pertama yang menyangkut UUD 1945 telah selesai, dan kita telah
memasuki peristiwa kedua yang menyangkut UUD 1945.
Konstituante yang dibentuk melalui pemilihan umum Desember
200
Undang-Undang Dasar
31
M. Syai’i Anwar, ed., Menggapai Kedaulatan Rakyat: 7 Tahun Prof. Miriam Budiardjo
(Bandung: Mizan, 1998).
201
Dasar-Dasar Ilmu Politik
dan mengikat ketika pada tahun 1983, MPR mengeluarkan Tap No. IV/1983
tentang referendum, yang kemudian disusul dengan keluarnya Undang-Undang
No. 5/1985 tentang hal yang sama.
202
Undang-Undang Dasar
masa.5.tahun.dan.sesudahnya.dapat.dipilih.kembali.untuk.jabatan.yang.sama.
32
Lihat.Putusan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 000, 001, dan 00 .
203
Dasar-Dasar Ilmu Politik
terhadap UUD pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat
inal. Selain itu Mahkamah Konstitusi juga berhak memutus sengketa
kewenangan lembaga yang diberikan oleh UUD, membubarkan partai politik;
204
Undang-Undang Dasar
205
Dasar-Dasar Ilmu Politik
20
Undang-Undang Dasar