2
3
Nama Lengkap : ...........................................
NIM : ...........................................
Suku : ...........................................
Agama : ...........................................
Kepanjen, 20…
Mahasiswa,
( )
NIM.
4
KATA PENGANTAR
Penyusun
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------1
VISI MISI -----------------------------------------------------------------2
HALAMAN PENGESAHAN -----------------------------------------3
IDENTITAS MAHASISWA -------------------------------------------4
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------5
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------6
PENDAHULUAN--------------------------------------------------------7
A. Deskripsi Mata Kuliah------------------------------------------7
B. Manfaat Mata Kuliah--------------------------------------------7
POKOK BAHASAN----------------------------------------------------8
TUJUAN------------------------------------------------------------------9
INDIKATOR--------------------------------------------------------------10
MATERI-------------------------------------------------------------------14
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR----------------------14
PENILAIAN---------------------------------------------------------------15
DAFTAR REFERENSI------------------------------------------------15
LAMPIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR------17
LAMPIRAN TUGAS RESUME--------------------------------------108
LAMPIRAN LAIN-LAIN------------------------------------------------131
6
I. PENDAHULUAN
7
Manfaat mata Kuliah
8
6. Mendemontrasikan intervensi keperawatan pada
kasus dengan gangguan sistem endokrin, imunologi,
pencernaan dan perk Respirasi Kardio Hematologi
pada klien dewasa sesuai dengan standar yang
berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.
I. POKOK BAHASAN
A. Perekaman dan interpretasi EKG
B. Teknik Fisioterapi Dada &Teknik postural drainage
C. Nebulisasi/inhalasi
D. Prosedur Suctioning
E. Terapi O2
F. Perawatan WSD
G. Perawatan Trakheostomi
H. Tourniquet test
I. Transfusi
J. Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi
AGD/Analisa Gas Darah
II. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pokok bahasan:
A. Perekaman dan interpretasi EKG
9
B. Teknik Fisioterapi Dada &Teknik postural drainage
C. Nebulisasi/inhalasi
D. Prosedur Suctioning
E. Terapi O2
F. Perawatan WSD
G. Perawatan Trakheostomi
H. Tourniquet test
I. Transfusi
J. Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi
AGD/Analisa Gas Darah
III. INDIKATOR
Mahasiswa mampu : Melaksanakan pokok bahasan:
A. Perekaman dan interpretasi EKG
B. Teknik Fisioterapi Dada &Teknik postural drainage
C. Nebulisasi/inhalasi
D. Prosedur Suctioning
E. Terapi O2
F. Perawatan WSD
G. Perawatan Trakheostomi
H. Tourniquet test
I. Transfusi
J. Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi
10
AGD/Analisa Gas Darah
dengan indikator mampu melakukan Tindakan di
laoratorium dengan tepat secara bersama-sama
(demonstrasi) dan mandiri.
A. TUGAS MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum
sebelum pelaksanaan praktikum dilaksanakan
bersama dengan pasangannnya yang telah ditunjuk
oleh fasilitator sesuai dengan modul praktikum yang
telah diberikan.
2. Mahasiswa dalam kelompok wajib melakukan
praktek secara berpasangan dan dapat
menghubungi fasilitator jika diperlukan dalam
penguatan pelaksanaan prosedur yang dilakukan.
12
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk
melakukan keterampilan yang telah ditetapkan
bersama kelompok pasangannya.
B. TUGAS FASILITATOR
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada
mahasiswa pada awal pertemuan.
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam
kelompok yang ditunjuk setiap kali melakukan
keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan oleh kelompok dan fasilitator
(masing-masing kelompok maksimal 5x pertemuan
sekaligus evaluasi).
3. Membagi pasangan mahasiswa dalam kelompok
untuk berperan sebagai mahasiswa dan
demonstrator dari setiap keterampilan yang
diajarkan.
4. Melakukan evaluasi dari masing-masing pasangan
mahasiswa terkait dengan pencapaian keterampilan
yang diharapkan.
13
V. MATERI
Perekaman dan interpretasi EKG
Teknik Fisioterapi Dada &Teknik postural drainage
Nebulisasi/inhalasi
Prosedur Suctioning
Terapi O2
Perawatan WSD
Perawatan Trakheostomi
Tourniquet test
Transfusi
Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi
AGD/Analisa Gas Darah
VI. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
SOP 1. (terlampir)
SOP 2. (terlampir)
SOP 3. (terlampir)
SOP 4. (terlampir)
SOP 5. (terlampir)
SOP 6. (terlampir)
SOP 7. (terlampir)
SOP 8. (terlampir)
SOP 9. (terlampir)
SOP 10. (terlampir)
14
VII. PENILAIAN
1. Persiapan Alat = 10 %
2. Persiapan pasien dan lingkungan = 10 %
3. Prosedur Tindakan = 70 %
4. Evaluasi =5%
5. Dokumentasi =5%
Referensi
Ackley, B. J. & Ladwig, G. B. (2013). Nursing Diagnosis
Handbook: An Evidence-Based Guide to Planning Care,
10e. Mosby elsevier.
Barber B, Robertson D, (2012).Essential of
Pharmacology for Nurses, 2nd edition, Belland Bain Ltd,
Glasgow
Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey
Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012). Nursing
Interventions Classification (NIC), 6e. Philladelphia:
Mosby Elsevier
Dudek,S. G. (2013). Nutrition Essentials for Nursing
Practice, 7th. Lippincott: William Wilkins
Fikriana,R. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta :
Deepublish Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G.
M., Butcher, H. K., Maas, M.
L. & Swanson, S. (2011). NOC and NIC Linkages to
NANDA-I and Clinical Conditions: Supporting Critical
Reasoning and Quality Care, 3e. Philladelphia: Mosby
Elsevier
15
Lewis S.L, Dirksen S. R, Heitkemper M.M, Bucher L,
Harding M. M, (2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problems.
Canada: Elsevier.
Lynn P. (2011). Taylor's Handbook of Clinical Nursing
Skill, China: Wolter Kluwer Health
Madara B, Denino VP, (2008). Pathophysiology; Quick
Look Nursing, 2nd ed. Jones and Barklet Publisher,
Sudbury
McCance, K.L. & Huethe, S. E. (2013).
Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in
Adults and Children, 7e. Elsevier
Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E.
(2012). Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Outcomes, 5e. Mosby Elsevier.
Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-
17: Definitions and Classification (Nanda International).
Philladelphia: Wiley Blackwell
Silverthorn, D. U. (2012). Human Physiology: An
Integrated Approach (6th Edition)
Skidmore-Roth, Linda (2009). Mosby's 2009 nursing
drug reference Toronto : Mosby
16
PEREKAMAN
PEMBACAAN EKG
1. Konsep
18
1. Ganti baju klien dengan baju tindakan atau buka
pakaian bagian atas klien
2. Bersihkan daerah yang akan dipasang sadapan
dan berikan jelly
3. Pasang sadapan ekstremitas sesuai dengan
warna atau kode yang terdapat pada mesin
perekam
a. Putih/ RA di lengan kanan
b. Hitam/ LA di lengan kiri
c. Merah/ LL di kaki kiri
d. Hijau/ Rl di kaki kanan
19
Gambar 1.1 tempat pemasangan sadapan
ekstremitas berdasarkan warna atau kode
yang digunakan alat EKG
21
Dokumentasi 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat respon klien terhadap tindakan Nama dan paraf
perawat
Pembacaan EKG
Menghitung nilai-nilai normal pada tiap gelombang EKG, anda harus
mengenal dulu ukuran dan macam-macam kotak yang terdapat dalam
elektrokardiogram. Ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil
dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua
yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik
x 0,20 detik. Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik. Ini
artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang
horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1
mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau
10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt. (lihat gambar
29).
22
Gambar 1.3 Jumlah Kotak dalam Kertas EKG
23
Jadi :
1500
Jumlah kotak besar antara gelombang R ke R /
gelombang P ke P atau
Hitung jumlah gelombang QRS dalam EKG strip
sepanjang 6 detik (30 kotak besar) dan hasilnya
dikalikan 10.
Bila ditemukan jarak gelombang R ke R atau
gelombang P ke P ditemukan perbedaan yang
siknifikan atau irama tidak teratus maka perlu
dihitung frekwensi terpendek dan frekwensi
terpanjang.
c. Tentukan gelombang P (normal bila setiap
25
gelombang P diikuti gelombang QRST)
d. Tentukan interval PR (normal 0,12- 0,20 detik)
e. Tentukan gelombang QRS (normal 0,06- 0,12 detik)
f. Tentukan apakah semua gelombang sama dapat
diketahui dengan bentuknya, interval tiap
gelombang (Gambar 2.2).
2) Tentukan sumbu jantung (Axis).
Penghitungan sumbu jantung yang mudah digunakan
dengan melihat titik potong dari gelombang QRS di lead
I dan aVF. Pertama hitung tinggi gelombang QRS pada
lead I kemudian pada aVF, setelah ketemu nilainya
tentukan titik pada sumbu X & Y sesuai nilai yang
didapat. Dari kedua titik tersebut tarik garis lurus untuk
menentukan titik temunya. Axis normal bila titik
temunya berada di -30 s/d 90 derajat.
26
Gambar 1.5 Axis jantung berdasarkan garis imajiner.
i. Tentukan adanya tanda hipertropi
a Hipertropi atrium kanan ditandai dengan adanya
gelombang P yang lancip dan tinggi, paling jelas terlihat
di lead II, III, dan aVF atau gelombang P bifasik dominan
defleksi positif di V1.
b Hipertropi atrium kiri ditandai dengan adanya
gelombang P yang lebar dan berlekuk, paling jelas
terlihat di lead I, II, dan aVL.
c Hipertropi ventrikel kanan ditandai dengan gelombang R
lebih jelas dari gelombang S pada lead perikordial kanan
(V1, V2, V3), atau rasio gelombang R dan S lebih dari
0,03 detik di V1. Gelombang S menetap di V5/ V6, Right
axis deviasi.
d Hipertropi ventrikel kiri ditandai dengan gelombang R
pada V5/ V6 lebih dari 27 mm atau gelombang S di V1
ditambah gelombang R di V5/ V6 lebih dari 35 mm, Left
axis deviasi.
ii. Tentukan adanya tanda iskemia/ infark
miokard.
a Iskemia ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau
gelombang T terbalik
b Infark ditandai dengan adanya gelombang Q patologis.
c Infark fase akut ditandai dengan Q patologis disertai
elevasi segmen ST atau hanya elevasi segmen ST saja.
d Infark fase subakut atau recent ditandai dengan Q
patologis disertai gelombang T terbalik.
e Infark lama ditandai dengan Q patologis dan lainnya kembali
normal.
f Lokasi iskemia atau infark harus ditemukan di 2 tempat
pasangannya.
POSTURAL
DRAINAGE dan
FISIOTERAPI DADA
1. Konsep
2. Clapping
Clapping dilakukan dengan tangan yang membentuk mangkok pada
dinding dada diatas bagian Paru yg akan didrainase. Clapping
(perkusi) adalah tepukan yang dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk dengan tujuan
3. Vibrasi
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping.
Selama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih
cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi
dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan napas yang
besar sedangkan perkusi melepaskan atau melonggarkan sekret.
Vibrasi dilakukan hanya pada waktu klien mengeluarkan napas.
Klien disuruh bernapas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan
bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan
bergetar. Vibrasi tidak boleh dilakukan pada klien dengan patah
tulang dan hemoptisis.
4. Nafas Dalam
Nafas dalam dilakukan untuk membantu melepaskan sekresi dan
5. Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan bagian dari fisioterapi dada, langkah ini
dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang telah terkumpul pada
saluran nafas utama. Batuk efektif juga merupakan mekanisme
pertahanan utama melawan mukus yang tertahan dalam paru.
4. Komplikasi
a) Mual
b) Muntah
c) Pusing
2. Clapping
a. Membantu klien untuk posisi duduk atau
posisi tidur miring kiri / kanan.
b. Memberikan tissue dan pot suptum kepada
klien.
c. Melakukan clapping dengan cara kedua
tangan menepuk punggung klien secara
bergantian sampai ada rangsangan untuk
batuk.
d. Menganjurkan klien untuk batuk dan
mengeluarkan sekret / sputum pada pot
sputum
3. Vibrasi
a. Menganjurkan klien untuk nafas dalam dan
lambat melalui hidungdan
menghembuskannya melalui mulut.
b. Meletakkan telapak tangan secara datar
diatas dada yang akan divibrasi.
c. Meminta klien untuk nafas dalam dan ketika
klien menghembuskan nafas getarkan telapak
tangan secara perlahan diatas dada klien.
d. Menganjurkan klien untuk batuk untuk
mengeluarkan suputum dan membuangnya
pada pot sputum.
e. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk
setiap segmen paru.
f. Dengan perlahan mengembalikan posisi klien
pada posisi semula.
g. Melakukan oral hygiene.
h. Berikan tisu untuk membersihkan sputum
i. Minta klien untuk duduk, nafas dalam dan
batuk efektif
j. Jika pasien mengalami kesulitan
mengeluarkansekret lanjutkan dengan
prosedur nebulizer
Evaluasi 1. Evaluasi hasil subjektif dan objektif
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan reinforcement positif
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
1. Konsep Nebulizer
3. Indikasi Tindakan
a. Pasien sesak nafas dan batuk;
b. Broncho pneumonia;
c. PPOM (bronchitis, emfisema);
d. Asma bronchial;
e. Rhinitis dan sinusitis;
f. Paska tracheostomy;
g. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir;
h. Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir;
i. Saluran pernafasan bagian atas.
4. Kontra indikasi Tindakan
a. Pasien yang alergi terhadap preparat obat
b. Pasien yang mengalami fraktur di daerah hidung
c. Pasien dengan penderita trakeotomi
5. SOP Nebulizer
SOP Nebulizer
Persiapan Alat 1. Nebulizer set:
2. Air compressor
3. Nebulizer cup, medication cup
4. Selang
5. Masker atau mouth piece
6. Sarung tangan
7. Pot sputum berisi larutan desinfektan
8. Kertas tisu
9. Stetoskop
10. Tabung oksigen
2. Macam-macam nebulasi
a. Mobile type : memiliki daya hisap yang kuat yaitu 90 liter
permenit.
b. Portable type : memiliki daya hisap yang tidak terlalu besar,
memiliki daya tampung lendir 1 hingga 1,5 liter.
c. Transport type : memiliki desain untuk transport atau
perjalanan. Ukuran suction :
Dewasa : 12-18 Fr
Balita : 6-8 Fr
3. Efek suction
Menurut Willkins & Williams L, (2004) efek yang dapat terjadi dari
suction yaitu hipoksemia, dispnea, kecemasan, aritmia jantung,
trauma trakhea, trauma bronkus, hipertensi, hipotensi, perdarahan,
peningkatan intra kranial.
Efek samping suction menurut penelitian Manggorie (2001) :
1. Penurunan saturasi oksigen: berkurang hingga 5%
2. Cairan perdarahan: terdapat darah dalam sekret suction
3. Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistolik hingga 200
mmHg
4. Dapat terjadi hipotensi: penururnan tekanan darah sdiastolik
hingga 80 mmHg
5. Takikardia: meningkatkan detak jantung hingga 150
detak/menit
6. Bradikardia: detak jantung hingga 50 detak/menit
7. Arrhythmia: irama denyut jantung tidak teratur
Dalam Saskatoon Health Regional Authority (2010) mengatakan
bahwa komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghisapan
lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia.
4. Kanul Suction
a. Jenis
Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat dibedakan menjadi
open suction dan close suction. Open suction merupakan kanul
konvensional, dalam penggunaannya harus membuka
sambungan antara ventilator dengan ETT pada pasien,
sedangkan close suction: merupakan kanul dengan sistem
tertutup yang selalu terhubung dengan sirkuit ventilator dan
penggunannya tidak perlu membuka konektor sehingga aliran
udara yang masuk tidak terinterupsi.
Usia Suction
7. SOP Suction
SOP Suction
Persiapan Alat 1. Stetoskop
2. Mesin penghisap dengan botol berisi
larutan disinfektan
3. Kateter penghisap lendir
4. Set streil
5. Pinset steril (steril)
6. Sarung tangan streil (steril) dan bersih
7. Kom berisi larutan aquades/NaCL 0,9% (set streil)
8. Kassa (steril)
9. Tissue/sapu tangan
10. Tabung Oksigen (jika perlu)
Persiapan Klien & 1. Memberikan salam
Lingkungan perkenalkan
dan mengidentifikasi klien dengan memeriksa
identitas
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya
4. Menjaga privasi klien (menutup tirai/sketsel)
5. Mengatur posisi nyaman dan menutup siderail
tempat tidur.
Pelaksanaan
1. Tempatkan pada posisi terlentang
2. Gunakan sarung tangan
3. Hubungkan kateter pengisap dengan selang alat
penghisap
4. Mesin penghisap dihidupkan Lakukan
penghisapan lendir dengan memasukkan kateter
penghisap ke dalam kom berisi aquabides atau
naCl 0.9% untuk mempertahankan tingkat
keseterilan (aseptic)
5. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-
150mmHg untuk dewasa,95-110 untuk anak- anak
dan 50-95 untuk bayi.
6. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidka
lebih dari 15 detik
7. Bilas kateter dengan aquades/ NaCl 0.9 %
8. Lakukan penghisapan antara pengihsapan
pertama dengan berikutnya
B. Rebreathing mask
Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
60 – 80%. Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara
ekspirasi 1/3 bagian volume ekhalasi masuk ke kantong, 2/3
bagian volume ekhalasi melewati lubang pada bagian
samping.
Gambar Rebreathing mask
C. Nonrebreathing mask
Aliran yang diberiakan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
80 – 100%. Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi. Tidak dipengaruhi oleh udara luar.
Kerugian pada penggunaan sungkup:
a. Mengikat (masker harus terus menerus melekat pada
pipi atau wajah pasien untuk mencegah kebocoran).
b. Lembab
c. Pasien tidak bebas bergerak
d. Resiko aspirasi jika pasien muntah, terutama pada anak-
anak dan pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran.
1. Konsep
a. Pneumotoraks ( > 30 % )
b. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
c. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
d. Adanya darah (Hemothoraks)
e. Adanya cairan (Efusi Pleura)
f. Adanya pus (Empyema)
g. Pleidopneumothorax (cairan dan udara)
h. Pyopneumothorax (pus dan udara)
5. Kontra indikasi Tindakan
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
6. SOP WSD
6. Indikasi Tindakan
Klien dengan lubang stoma pada trakhea
7. SOP Trakeostomi
3. Indikasi Tindakan
Untuk mendukung diagnose DBD dan ITP
4. SOP Rumple Tes
2.Tujuan
a. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah
pembedahan, trauma atau perdarahan.
b. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut
oksigen (transfusi darah dapat meningkatkan kadar Hb
dalam darah, fungsi dari Hb adalah mengangkut oksigen).
c. Memperbaiki volume darah tubuh.
d. Memperbaiki kekebalan dalam tubuh. Pemberian transfusi
darah dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita, hal
ini karena dalam darah mempunyain komponen leukosit
yang berperan sebagai makrofag (pemakan antigen atau zat
asing).
e. Memperbaiki masalah pembekuan. Pemberian transfusi
dapat meningkatkan fungsi trombosit yang berperan penting
dalam pembekuan darah, sehingga dapat mencegah
terjadinya perdarahan.
3.Indikasi Tindakan
Praktikum Nebulisasi/inhalasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
Praktikum Terapi O2
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat !
Praktikum Transfusi
STATION : ...............................................................
Global performance