PEMBELAJARAN
1. RPP
2. BAHAN AJAR ANALISIS KIMIA DASAR KELAS
3. LKPD X
4. PPT
5. INSTRUMEN EVALUASI
SEMESTER GANJIL
6. LAMPIRAN TAHUN 2022
Disusun oleh:
Yuni Sudarsih, S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KOMPETENSI DASAR
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR
4.3 Melaksanakan pemadaman api dengan APAR
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas
kebakaran dan jenis media pemadamnya melalui model pembelajaran RADEC (Read,
Answer, Discuss, Explain, Create) untuk mengembangkan keterampilan dalam
menjelaskan, kreatif, kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis serta menumbuhkan
sikap mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Materi prasyarat : K3LH (Penanggulangan keadaan darurat kebakaran)
2. Materi faktual : faktor penyebab kebakaran, jenis media pemadam api
3. Materi konseptual : pengertian kebakaran, klasifikasi kelas kebakaran
4. Materi prosedural : prosedur pemadaman api dengan APAR
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku
Yuzelma. 2019. Analisis Kimia Dasar SMK/MAK Kelas X. PT Kuantum Buku
Sejahtera, hal 59 – 80
2. Internet
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
Apersepsi : 5 menit
1. Peserta didik mengingat kembali materi K3LH tentang
penanggulangan keadaan darurat kebakaran yang sudah
disampaikan oleh guru di pertemuan sebelumnya dengan
menjawab pertanyaan, yaitu:
Masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu
lalu?
Apakah masih ada yang ingat bagaimana cara
menanggulangi kebakaran yang terjadi di area kerja?
Pertanyaan ditampilkan dalam slide power point disertai
dengan gambar kebakaran. (critical thinking) Mengamati
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2. Peserta didik mengajukan pertanyaan atau pendapat
berdasarkan artikel (berita kebakaran) yang diberikan oleh
guru. (critical thinking)
LKPD
(Question) (mandiri dan berpikir krittis)
4. Peserta didik membaca literature dari berbagai sumber
belajar yang diperoleh. Kegiatan membaca akan diarahkan
oleh guru supaya menjadi kegiatan membaca aktif, dimana
peserta didik tidak hanya membaca sekilas, tetapi juga
mencari jawaban dari pertanyaan yang sudah dibuat
sebelumnya. (Read)
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
Discuss Mengomunika 7 menit
1. Peserta didik membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sikan
orang tiap kelompok sesuai pembagian yang sudah
ditentukan oleh guru. (collaboratif)
2. Peserta didik mendiskusikan jawaban yang sudah
dikemukakan secara berkelompok dan melakukan studi
literature untuk memperkuat jawaban. (communicative &
critical thinking)
3. Diskusi dilakukan dengan bimbingan guru, tiap anggota
kelompok saling memberi pendapat agar jawaban yang
dihasilkan lebih maksimal. (collaboratif)
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1. Penilaian Sikap
a. Teknik penilaian : observasi oleh guru
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen penilaian : (terlampir)
2. Pengetahuan
a. Teknik penilaian : tertulis, penugasan
b. Bentuk penilaian : uraian
c. Instrumen penilaian : (terlampir)
3. Keterampilan
a. Teknik penilaian : observasi
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen penilaian : (terlampir)
J. TINDAK LANJUT
1. Remedial
a. Remedial dilakukan untuk peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas.
b. Remedial dilakukan dengan bimbingan secara klasikal atapun tutor sebaya
dilanjutkan dengan pemberian tugas.
2. Pengayaan
a. Pengayaan diberikan untuk peserta didik yang mencapai nilai ketuntasan di atas
KKM (75-100).
b. Materi diberikan dengan cakupan melebihi KD sebelumnya sebagai pengetahuan
tambahan untuk pendalaman materi.
c. Materi yang diberikan yaitu tentang dasar hukum kebakaran yang dituangkan
dalam Undang-undang Keselamatan Kesehatan Kerja (UU K3) Nomor 1 Tahun
1970, Kepmenaker RI No. 186/Men 1999, dan Permenaker RI Nomor
02/Men/1992.
RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 1
»»» ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) «««
KOMPETENSI DASAR
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR
4.3 Melaksanakan pemadaman api dengan APAR
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas kebakaran dan jenis
media pemadamnya melalui model pembelajaran RADEC (Read, Answer, Discuss, Explain, Create ) untuk
mengembangkan keterampilan dalam menjelaskan, kreatif, kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis serta
menumbuhkan sikap mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.
MATERI PEMBELAJARAN
1. Peristiwa Kebakaran Di Area Kerja
Kebakaran adalah peristiwa pelepasan energi yang tidak terkendali. Secara kimia,
kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis (reaksi yang mengeluarkan panas) yang
berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau
penyalaan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebakaran bisa didefinisikan sebagai kobaran api yang
membesar dan tidak terkendali yang dapat merugikan makhluk hidup.
Kebakaran terjadi akibat penyimpangan dari standar Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).
Kebakaran dapat menimbulkan kerugian baik materi, jiwa manusia, maupun lingkungan sehingga
Padat ( Batu bara, kayu, kertas, kain, lilin, plastik, Bahan bakar
kulit, tepung dll )
Cairan ( Minyak tanah, Bensin, Alkohol, Tinner,
Gasoline, Plitur dll )
Gas ( LPG, LNG, Hydrogen, Acetylene dll )
Teori segitiga api “ api akan terjadi bila antara bahan bakar, oksigen, dan sumber panas saling
bereaksi.
Gambar 6 Sprinkler
Membatasi menjalarnya
kebakaran, dapat berguna pada
kebakaran kecil untuk
Memadamkan bahan-bahan
Percampuran bahan-bahan
Busa kimia
kimia
Jenis
Kelas Tipe Basah Tipe Kering
Kebakaran
Air Foam Powder Clean Agent
Kayu, kertas,
√√√ √ √√ √*
kain
A
Bahan
XX XX √√**) √√√
berharga
Kalium, litium,
D dan XXX XXX Khusus XXX
magnesium
Keterangan :
√√√ sangat efektif X tidak tepat
√√ dapat digunakan XX merusak
√ kurang tepat/tidak dianjurkan XXX berbahaya
*) tidak efisien **) kotor/korosif
1. Kebakaran adalah peristiwa pelepasan energi yang tidak terkendali. Sedangkan yang dimaksud
kebakaran secara kimia adalah …
a. Reaksi oksidasi yang disertai dengan pelepasan oksigen dan penangkapan senyawa lain
b. Kebakaran yang terjadi dalam ruang tertutup yang kehabisan oksigen apabila ada kesempatan
udara masuk akan terjadi ledakan
c. Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan quantities jenis material yang
terbakar
d. Reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengan timbulnya api atau penyalaan
e. Peristiwa dekomposisi kimia pada proses pembakaran
2. Salah satu segitiga api yang dapat menyebabkan terjadinya api adalah sumber panas. Selain
matahari, sumber panas berasal dari …
a. Titik nyala api, bahan bakar, bahan kimia, dan nuklir
b. Reaksi kimia, panas, titik nyaal, dan titik didih
c. Titik didih, listrik, reaksi kimia, dan bahan bakar
d. Titik didih, listrik, nuklir, dan bahan bakar
e. Reaksi kimia, listrik, mekanik, dan nuklir
3. Usaha mencegah kebakaran dapat dilakukan dengan cara memutus segitiga api seperti pada
gambar di bawah ini.
1 2 3 4
NAMA : ……………………………..
KELAS : ……………………………..
NAMA KELOMPOK : ……………………..………
HARI/TANGGAL : ……………………………..
MATERI : ……………………………..
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan terjadinya peristiwa kebakaran di area
kerja melalui pembelajaran dengan model RADEC (Read, Answer, Discuss,
Explain, Create) dan menerapkan manajeman penanganan kebakaran di
area kerja dengan teliti dan sistematis.
PETUNJUK BELAJAR
1. Berdoalah sebelum Anda mengerjakan LKPD.
2. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) merupakan penunjang dalam
kegiatan pembelajaran.
3. LKPD diberikan untuk masing-masing individu dan dikerjakan
secara berkelompok.
4. Masing-masing kelompok menjawab setiap pertanyaan di LKPD
melalui diskusi.
5. Sebelum menjawab pertanyaan yang ada di LKPD, cermati dan
pahami instruksi yang disajikan di LKPD.
6. Selamat belajar dan selamat berdiskusi.
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
APERSEPSI
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
3
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
MOTIVASI
Sumber: https://kaltim.suara.com/read/2022/01/16/161725/heboh-gudang-toko-di-rawa-indah-
bontag-nyaris-terbakar-4-mobil-tanki-air-diluncurkan?page=1
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
4
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
READ
Carilah referensi dari berbagai sumber belajar (internet, buku teks, dsb) untuk kalian gunakan
dalam pembelajaran hari ini! Jangan lupa sesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.
Kemudian buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut dan tuliskan pada kolom di
bawah ini! Pertanyaan yang kalian buat akan menjadi acuan dalam melakukan studi literature.
Pertanyaan tentang peristiwa kebakaran di area kerja:
Setelah membuat pertanyaan, silahkan kalian cari jawabannya dari berbagai sumber belajar yang
relevan. Bacalah sumber belajar dengan cermat dan teliti agar diperoleh jawaban yang benar.
Sebagai bahan referensi awal tentang materi belajar hari ini, bacalah bahan ajar yang sudah
dipersiapkan oleh guru pada link yang ditampilkan dalam power point.
Catatan: Pada saat mencari sumber belajar dari internet, jangan lupa untuk mencantumkan
sumbernya, seperti nama penulisnya, tahun terbit, judul artikel/bacaan, dan link
websitenya. Mari hargai karya orang lain dengan tetap mencantumkan sumber
pustakanya.
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
5
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
ANSWER
Berdasarkan studi literature yang sudah kalian lakukan, tuliskan jawabannya pada kolom di bawah
ini. Baca kembali pertanyaan dan jawaban yang sudah kalian tulis sampai kalian memahami
materinya!
Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
6
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
DISCUSS
Apakah semua pertanyaan yang kalian buat sudah terjawab?
Sekarang diskusikan jawaban yang sudah kalian tulis dalam LKPD bersama dengan kelompok
belajar yang sudah dibuat oleh guru kalian. Kalian juga bisa melakukan studi literature untuk
memperkuat hasil diskusi, kemudian buatlah rangkuman dari hasil diskusi kelompokmu untuk
kemudian dipresentasikan di depan kelas!
Penyebab terjadinya peristiwa kebakaran:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Klasifikasi kebakaran menurut……………………..:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jenis media pemadam api:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
7
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
EXPLAIN
CREATE
Setelah melakukan diskusi dan tanya jawab, tuliskan ide-ide kreatif kalian untuk membuat tugas
kelompok tentang alat pemadam api dari bahan-bahan yang bisa ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari!
Konsultasikan setiap perkembangan dalam pengerjaan tugas kepada guru kalian melalui whatsapp
group kelas. Buktikan dengan mengirimkan foto dan video pembuatan tugas bersama kelompok.
Batas akhir pengumpulan tugas pada Selasa, 25 Oktober 2022 pukul 23.59 wita.
Rabu, 19 Oktober 2022 : mengumpulkan desain tugas, alat dan bahan yang diperlukan
………………………………………..………………………………………..………………………………………..………………………………………..
Bontang, …………………………
Guru Mata Pelajaran
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
KIMIA INDUSTRI – ANALISIS KIMIA DASAR
PENGANTAR
TUJUAN MATERI
Tahap panas
F H O C
KEBAKARAN
Menghilangkan sumber
bahan bakar
DETEKSI DINI KEBAKARAN
A B C D
Kalium,
D litium, dan XXX XXX Khusus XXX
magnesium
Keterangan :
√√√ sangat efektif X tidak tepat
√√ dapat digunakan XX merusak
√ kurang tepat/tidak dianjurkan XXX berbahaya
*) tidak efisien **) kotor/korosif
APAR Pertemuan Ke-2
Bagian-bagian APAR
dst
Mandiri:
1. Bekerja keras
2. Bertanggung jawab
3. Berusaha sendiri untuk menyelesaikan permasalahan
Gotong royong:
1. Peduli kepada sesama
2. Saling membantu
3. Bermusyawarah bersama teman
Integritas:
1. Bersikap sopan
2. Berusaha dan bersungguh-sungguh
3. Disiplin waktu
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR
B. Instrumen Pengetahuan
Kisi-kisi soal uraian
Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
3
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR
dll), bahan bakar cair (bensin, minyak tanah, dll), dan Nilai 0 : jika tidak
bahan bakar gas (LPG, dll), sedangkan sumber panas menjawab
antara lain matahari, listrik, mekanik, reaksi kimia, dll.
Jika salahs atu dari 3 unsur dapat dihilangkan, maka api
dapat dipadamkan.
Tuliskan klasifikasi kelas-kelas (golongan) kebakaran Pedoman Penskoran :
secara lengkap!
Nilai 4 : jika menjawab
Kunci jawaban: 4 kelas kebakaran
Kelas-kelas (golongan) kebakaran : secara lengkap
Kelas A yaitu kebakaran yan disebabkan oleh bahan Nilai 3 : jika menjawab
padat kecuali logam 3 kelas kebakaran
Kelas B yaitu kebakaran yang disebabkan oleh
secara lengkap
2 bahan bakar
Kelas C yaitu kebakaran yang disebabkan oleh Nilai 2 : jika menjawab
listrik
2 kelas kebakaran
Kelas D yaitu kebakaran yang disebabkan oleh
logam secara lengkap
APAR Air. APAR jenis ini diisi oleh air dengan Nilai 3 : jika menjawab
tekanan tinggi. APAR jenis ini bisa digunakan 3 jenis media pemadam
untuk memadamkan api kelas A. dengan benar
APAR Busa. APAR jenis ini diisi dengan busa
3 AFFF (Aqueous Film Forming Foam). Bisa Nilai 2 : jika menjawab
digunakan untuk memadamkan api kelas A dan 2 jenis media pemadam
kelas B.
dengan benar
APAR Serbuk Kimia. Jenis APAR ini berisi serbuk
kimia kering yang merupakan kombinasi Nilai 1 : jika menjawab
Monoamonium danamonium sulphate. Bisa 1 jenis media pemadam
digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A, dengan benar
B, dan C.
APAR clean agent. APAR jenis ini menggunakan
bahan karbon dioksida dan bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran kelas A, B dan C.
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
4
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR
Kelompok 1
Kelompok 2
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
5
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑥 100%
8
92 < X ≤ 100 A
83 < X ≤ 91 B
73 < X ≤ 82 C
0,00 < X ≤ 72 D
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
1. Mencabut ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
1. Mencabut :
Veiligheidsreglement Tahun 1910 (Stbl. No. 406),
2. Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KESELAMATAN KERJA.
BAB I.
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :
(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di
mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
(3) "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang
atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang
diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
untuk melaksanakan Undang-undang ini;
BAB II.
RUANG LINGKUP
Pasal 2.
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat
kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu
tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan
atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya,
termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan;
d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. dilakukan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
BAB III.
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA.
Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Pasal 4.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah
menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,jelas
dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan
dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-
tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) dan (2) : dengan peraturan perundangan
ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-
syarat keselamatan tersebut.
BAB IV ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
BAB IV.
PENGAWASAN
Pasal 5.
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang
ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja
ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur
dengan peraturan perundangan.
Pasal 6.
(1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat
mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas
Panitia Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga
Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7.
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur
dengan peraturan perundangan.
Pasal 8.
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
(3) Norma ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
BAB V.
PEMBINAAN.
Pasal 9.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja
yang dijalankannya.
BAB IV ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
BAB VI.
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Pasal 10.
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja-
sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
BAB VII.
KECELAKAAN.
Pasal 11.
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
BAB VIII.
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA.
Pasal 12.
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
BAB IX.
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA.
Pasal 13.
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan.
BAB X.
KEWAJIBAN PENGURUS.
Pasal 14.
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja;
b. Memasang ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
BAB XI.
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP.
Pasal 15.
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih
lanjut dengan peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16.
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di
didalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-
undang ini.
Pasal 17 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Pasal 17.
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini mulai
berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-
undang ini.
Pasal 18.
Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA" dan mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO.
Jenderal T.N.I.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 1970.
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ALAMSJAH
Mayor Jenderal T.N.I.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA.
PENJELASAN UMUM
Veiligheidsreglement yang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl. No. 406) dan
semenjak itu di sana-sini mengalami perobahan mengenai soal-soal yang tidak begitu berarti,
ternyata dalam banyak hal sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai dengan
perkembangan peraturan perlindungan tenaga kerja lainnya dan perkembangan serta kemajuan
teknik, teknologi dan industrialisasi di Negara kita dewasa ini dan untuk selanjutnya.
Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang serba pesik banyak dipakai
sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan, sedangkan mekanisasi
dan elektrifikasi diperluas di mana-mana.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam
kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitet kerja operasionil dan tempo kerja
para pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga secara intensief pula dari para
pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain
merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab terjadinya kecelakaan.
Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat dan
sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan
latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa
merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah
difahami perlu adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan
tepat.
Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang
merupakan faktor sangat penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan
bekerja pada tenaga-kerja yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan,
meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Pengawasan berdasarkan Veiligheidsreglement seluruhnya bersifat repressief.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Dalam Undang-undang ini diadakan perobahan prinsipiil dengan merobahnya menjadi lebih
diarahkan pada sifat preventief.
Dalam praktek dan pengalaman dirasakan perlu adanya pengaturan yang baik sebelum
perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel didirikan, karena amatlah sukar
untuk merobah atau merombak kembali apa yang telah dibangun dan terpasang di dalamnya
guna memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang bersangkutan.
Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak mendapatkan perobahan-
perobahan yang penting, baik dalam isi, maupun bentuk dan sistimatikanya.
Pasal 1.
Ayat (1).
Dengan perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya Undang-undang ini jelas
ditentukan oleh tiga unsur:
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha,
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana,
3. Adanya bahaya kerja ditempat itu.
Tidak selalu tenaga kerja harus sehari-hari bekerja dalam sesuatu tempat kerja.
Sering pula mereka untuk waktu-waktu tertentu harus memasuki ruangan-
ruangan untuk mengontrol, menyetel, menjalankan instalasi-instalasi, setelah
mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di lain tempat.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6).
Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan pengawasan dan untuk ini
diperlukan staf-staf tenaga-tenaga pengawas yang kuantitatief cukup besar
serta bermutu.
Tidak saja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis bidang-bidang
spesialisasi yang beraneka ragam, tapi mereka harus pula mempunyai banyak
pengalaman di bidangnya.
Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di Departemen Tenaga
Kerja saja.
Karena itu dengan ketentuan dalam ayat ini Menteri Tenaga Kerja dapat
menunjuk tenaga-tenaga ahli dimaksud yang berada di Instansi-instansi
Pemerintah dan atau Swasta untuk dapat memformeer Personalia operasionil
yang tepat.
Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerja dapat mendesentralisir
pelaksanaan pengawasan atas ditaatinya Undang-undang ini secara meluas,
sedangkan POLICY NASIONALNYA tetap menjadi TANGGUNG-
JAWABNYA dan berada di tangannya, sehingga terjamin pelaksanaannya
secara SERAGAM dan SERASI bagi seluruh Indonesia.
Pasal 2.
Ayat (1).
Materi yang diatur dalam Undang-undang ini mengikuti perkembangan
masyarakat dan kemajuan teknik, teknologi serta senantiasa akan dapat sesuai
dengan perkembangan proses industrialisasi Negara kita dalam rangka
Pembangunan Nasional Selanjutnya akan dikeluarkan peraturan-peraturan
organiknya, terbagi baik atas dasar pembidangan teknis maupun atas dasar
pembidangan industri secara sektoral. Setelah Undang-undang ini, diadakanlah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
Ayat (2).
Dalam ayat ini diperinci sumber-sumber bahaya yang dikenal dewasa ini yang
bertalian dengan:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja serta peralatan
lainnya, bahan-bahan dan sebagainya.
2. Lingkungan,
3. Sifat pekerjaan.
4. Cara kerja.
5. Proses produksi.
Ayat (3).
Dengan ketentuan dalam ayat ini dimungkinkan diadakan perubahan-
perobahan atas perincian yang dimaksud sesuai dengan pendapatan-pendapatan
baru kelak kemudian hari, sehingga Undang-undang ini, dalam pelaksanaannya
tetap berkembang.
Pasal 3.
Ayat (1).
Dalam ayat ini dicantumkan arah dan sasaran-sasaran secara konkrit yang
harus dipenuhi oleh syarat-syarat keselamatan kerja yang akan dikeluarkan.
Ayat (2).
Cukup jelas.
Pasal 4.
Ayat (1).
Syarat-syarat keselamatan kerja yang menyangkut perencanaan dan pembuatan
diberikan pertama-tama pada perusahaan pembuata atau produsen dari barang-
barang tersebut, sehingga kelak dalam pengangkutan dan sebagainya itu
barang-barang itu sendiri tidak berbahaya bagi tenaga kerja yang bersangkutan
dan bagi umum, kemudian pada perusahaan-perusahaan yang
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6.
Cukup jelas.
Panitia Banding ialah Panitia Teknis, yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli
dalam bidang yang diperlukan.
Pasal 7.
Cukup jelas.
Pasal 8.
Cukup jelas.
Pasal 9.
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Pasal 10.
Ayat (1).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi
pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan
dalam,perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan penjelasan dan
penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.
Ayat (2).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan
yang terdiri dari unsur-unsur penerima kerja, pemberi kerja dan pemerintah
(tripartite).
Pasal 11.
Cukup jelas.
Pasal 12.
Cukup jelas.
Pasal 13.
Yang dimaksud dengan barang siapa ialah setiap orang baik yang bersangkutan
maupun tidak bersangkutan dengan pekerjaan di tempat kerja itu.
Pasal 14.
Cukup jelas.
Pasal 15.
Cukup jelas.
Pasal 16.
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
Pasal 17.
Peraturan-peraturan Keselamatan Kerja yang ditetapkan berdasarkan
veiligheidsreglement 1910 dianggap ditetapkan berdasarkan Undang-undang ini
sepanjang tidak bertentangan dengannya.
Pasal 18.
Cukup jelas.
--------------------------------
CATATAN
Mengingat :
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 28/1994 tentang struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KETENTUAN UMUM
a. Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penganggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan
melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran.
f. Regu penanggulangan kebakaran ialah Satuan tugas yang mempunyai tugas
khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
g. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang
penanggulangan kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
h. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkehalian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha ialah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
dan angka (2) yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
Pasal 2
BAB II
Pasal 3
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi
bahaya kebakaran.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan ndan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
BAB III
Pasal 7
2. Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus memenuhi syarat:
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Tata cara penunjukan Ahli K3 sebagaimanan dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf e,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 12
Pasal 13
1. Tenaga kerja yang telah mengikuti kursus teknik penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 berhak mendapat sertifikat.
2. Serifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditanda tangani oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 14
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 15
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Ketentuan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999
FAHMI IDRIS
LAMPIRAN I :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999
FAHMI IDRIS
LAMPIRAN II :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999
<td
width="
LAMPIRAN III :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999
Keterangan :
PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER-02/MEN/1992
TENTANG
TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 1 ayat (6) dan pasal 5 ayat
(2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, perlu
menetapkan tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. bahwa tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER-
03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-
04/Men/1987 sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu
disempurnakan;
c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
1 dari 7
PER-02/MEN/1992
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN, KEWAJIBAN DAN
WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknik berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
d. Direktur ialah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada
perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;
2 dari 7
PER-02/MEN/1992
BAB II
TATA CARA PENUNJUKAN
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana Muda atau Sederajat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.
Pasal 4
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan berdasarkan
permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus melampirkan:
a. Daftar riwayat hidup;
b. Surat keterangan pengalaman kerja dibidang keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. Surat keterangan pemeriksaan psikologi yang menyatakan sesuai untuk
melaksanakan tugas sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja;
e. Surat berkelakuan baik dari Polisi;
f. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan/instansi yang
bersangkutan;
g. Foto copy ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar terakhir;
h. Sertifikat pendidikan khusus keselamatan dan kesehatan kerja, apabila yang
bersangkutan memilikinya.
3 dari 7
PER-02/MEN/1992
Pasal 5
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja diberikan setelah memperhatikan
pertimbangan Tim Penilai;
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk Menteri Tenaga Kerja,
dan diketuai oleh Direktur Jenderal yang membidangi keselamatan dan kesehatan
kerja yang anggotanya terdiri dari Pejabat Departemen Tenaga Kerja, Badan dan
Instansi lain yang dipandang perlu.
Pasal 6
(1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 mempunyai tugas melakukan
penilaian tentang syarat-syarat administrasi dan kemampuan pengetahuan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kemampuan pengetahuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah
kemampuan melakukan identifikasi, evaluasi dan pengendalian masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 7
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan menurut
prosedur dalam pasal 4 ayat (1) dengan melampirkan:
a. Semua lampiran sebagaimana disebut dalam pasal 4 ayat (2);
b. Salinan keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang lama;
c. Surat pernyataan dari pengurus atau pimpinan instansi mengenai prestasi ahli
keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan;
d. Rekapitulasi laporan kegiatan selama menjalankan tugas.
(4) Dalam keputusan penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Tim Penilai dapat melakukan pengujian kembali tentang kemampuan pengetahuan
teknis keselamatan dan kesehatan kerja.
4 dari 7
PER-02/MEN/1992
Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak berlaku apabila
yang bersangkutan:
a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. Mengundurkan diri;
c. Meninggal dunia.
(2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut apabila yang
bersangkutan terbukti:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan
kerja;
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya;
c. Dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan terbukanya suatu
rahasia perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk dirahasiakan.
BAB III
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 9
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3
(tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan
jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.
(2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;
5 dari 7
PER-02/MEN/1992
Pasal 10
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meninta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya;
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan
lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk berdasrkan Undang-undang uap
tahun 1930 dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang bekerja pada perusahaan
yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam memberikan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c harus mendapat
persetujuan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditunjuk sebelum Peraturan Menteri
ini berlaku, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu dalam keputusan
penunjukannya.
6 dari 7
PER-02/MEN/1992
(2) Setelah berakhir jangka waktu penunjukannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat dimintakan perpanjangan sesuai prosedur sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya
Peraturan Menteri ini.
Pasal 13
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Per-04/Men/1987 pasal 1, huruf a, b dan c, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 13, khususnya
yang mengatur Ahli Keselamatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 14
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Desember 1992
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
7 dari 7