Anda di halaman 1dari 92

PERANGKAT

PEMBELAJARAN
1. RPP
2. BAHAN AJAR ANALISIS KIMIA DASAR KELAS
3. LKPD X
4. PPT
5. INSTRUMEN EVALUASI
SEMESTER GANJIL
6. LAMPIRAN TAHUN 2022

ALAT PEMADAM API


RINGAN (APAR)
Pertemuan 1

Disusun oleh:
Yuni Sudarsih, S.Pd
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Satuan Pendidikan : SMKS IT Bani Abdurrahman Bontang


Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Kimia
Kompetensi Keahlian : Kimia Industri
Mata Pelajaran : Analisis Kimia Dasar
Kelas/Semester : X/I
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Materi Pokok : Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alokasi Waktu : 2 JP @ 35 menit (pertemuan ke-1)

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


KOMPETENSI INTI
KI-3 (Pengetahuan) : Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan
metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik
Kimia pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.

KI-4 (Keterampilan) : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat,


informasi, dan prosedur kerja yang Lazim dilakukan serta
memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik
Kimia.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara efektif,kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam
ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.

KOMPETENSI DASAR
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR
4.3 Melaksanakan pemadaman api dengan APAR

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.3.1 Menjelaskan terjadinya peristiwa kebakaran di area kerja
3.3.2 Mengklasifikasikan kelas-kelas (golongan) kebakaran
3.3.3 Menjelaskan jenis media pemadam api APAR dan kegunaannya
4.3.1 Mengomunikasikan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas
kebakaran dan jenis media pemadamnya

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas
kebakaran dan jenis media pemadamnya melalui model pembelajaran RADEC (Read,
Answer, Discuss, Explain, Create) untuk mengembangkan keterampilan dalam
menjelaskan, kreatif, kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis serta menumbuhkan
sikap mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Materi prasyarat : K3LH (Penanggulangan keadaan darurat kebakaran)
2. Materi faktual : faktor penyebab kebakaran, jenis media pemadam api
3. Materi konseptual : pengertian kebakaran, klasifikasi kelas kebakaran
4. Materi prosedural : prosedur pemadaman api dengan APAR

E. MODEL, PENDEKATAN, dan METODE


1. Model : RADEC (Read, Answer, Discuss, Explain, Create)
2. Pendekatan : Saintifik
3. Metode : Diskusi, Tanya Jawab

F. ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Alat
a. Laptop/Hp
b. LCD, papan tulis, spidol
2. Media
a. Slide power point
b. LKPD

G. SUMBER BELAJAR
1. Buku
Yuzelma. 2019. Analisis Kimia Dasar SMK/MAK Kelas X. PT Kuantum Buku
Sejahtera, hal 59 – 80
2. Internet

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah Alokasi
Deskripsi Kegiatan
Saintifik (5 M) Waktu
Pendahuluan 13 menit
Orientasi : 3 menit
1. Peserta didik menjawab salam yang diucapkan oleh guru.
(communication)
2. Peserta didik memeriksa kebersihan ruang belajar.
(mandiri)
3. Peserta didik berdoa dengan dipimpin oleh ketua kelas.
(religius)
4. Peserta didik menjawab panggilan kehadiran dari guru.
(disiplin)
5. Peserta didik dan guru saling menanyakan kabar.
(communication)

Langkah 1 dan 5 merupakan implementasi keterampilan abad 21 (4C),


sedangkan langkah 2-3 merupakan integrasi PPK dalam pembelajaran.

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
Apersepsi : 5 menit
1. Peserta didik mengingat kembali materi K3LH tentang
penanggulangan keadaan darurat kebakaran yang sudah
disampaikan oleh guru di pertemuan sebelumnya dengan
menjawab pertanyaan, yaitu:
 Masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu
lalu?
 Apakah masih ada yang ingat bagaimana cara
menanggulangi kebakaran yang terjadi di area kerja?
Pertanyaan ditampilkan dalam slide power point disertai
dengan gambar kebakaran. (critical thinking) Mengamati

Gambar 1 Kebakaran di Area Kerja


2. Peserta didik menyimak dan mengamati arahan guru
terhadap jawaban yang dikemukakan oleh siswa.
3. Peserta didik mendapat informasi mengenai tujuan
pembelajaran dan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan ini.

Langkah 1 merupakan implementasi keterampilan abad 21 (4C) dan


konsep TPACK terutama pada unsur TCK.
Motivasi : 5 menit
1. Peserta didik mendapatkan informasi mengenai manfaat Mengamati
mempelajari materi tentang penyebab dan penanganan
kebakaran melalui artikel (berita kebakaran) yang
disampaikan oleh guru.
Menanya

Artikel kebakaran di Bontang

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2. Peserta didik mengajukan pertanyaan atau pendapat
berdasarkan artikel (berita kebakaran) yang diberikan oleh
guru. (critical thinking)

Langkah 1-2 merupakan implementasi keterampilan abad 21 (4C) dan


implementasi konsep TPACK terutama pada unsur TCK.
Kegiatan Inti 42 menit
Read 8 menit
1. Peserta didik menerima LKPD dan membaca petunjuk Mengamati
pengisian LKPD. (mandiri)
2. Peserta didik mencari literature dari berbagai sumber belajar
(buku, internet, LKPD) yang relevan untuk menjawab pra-
pertanyaan yang akan dibuat. (Survey) (creative)
3. Peserta didik membuat pra-pertanyaan tentang materi yang
akan dipelajari dan menuliskannya di LKPD, yaitu tentang:
 Peristiwa kebakaran di area kerja Mengumpulka
 Klasifikasi kelas-kelas kebakaran n informasi
 Jenis media pemadam api

LKPD
(Question) (mandiri dan berpikir krittis)
4. Peserta didik membaca literature dari berbagai sumber
belajar yang diperoleh. Kegiatan membaca akan diarahkan
oleh guru supaya menjadi kegiatan membaca aktif, dimana
peserta didik tidak hanya membaca sekilas, tetapi juga
mencari jawaban dari pertanyaan yang sudah dibuat
sebelumnya. (Read)

Langkah 1 merupakan integrasi nilai PPK, langkah 2-4 merupakan


implementasi TPACK pada unsur TCK dan integrasi nilai 4C pada
abad 21, sedangkan langkah 2-4 merupakan penerapan teori belajar
SQ3R pada langkah Survey, Question, Read yang digunakan untuk
mengatasi masalah literasi membaca siswa.
Pada tahap ini, telah dilakukan kegiatan literasi membaca.
Answer 5 menit
1. Peserta didik menjawab pra-pertanyaan pada langkah Mengolah
sebelumnya dan menuliskan jawabannya di LKPD. informasi
(critical thinking)
2. Peserta didik membaca kembali pertanyaan dan jawaban
secara berulang sampai mampu menjawab tanpa melihat
sumber belajar lagi. (Recall)

Langkah pada sintaks ini merupakan implementasi nilai 4C pada abad


21 dan merupakan penerapan teori belajar SQ3R pada langkah Recall
yang digunakan untuk mengatasi masalah literasi membaca siswa.

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
Discuss Mengomunika 7 menit
1. Peserta didik membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sikan
orang tiap kelompok sesuai pembagian yang sudah
ditentukan oleh guru. (collaboratif)
2. Peserta didik mendiskusikan jawaban yang sudah
dikemukakan secara berkelompok dan melakukan studi
literature untuk memperkuat jawaban. (communicative &
critical thinking)
3. Diskusi dilakukan dengan bimbingan guru, tiap anggota
kelompok saling memberi pendapat agar jawaban yang
dihasilkan lebih maksimal. (collaboratif)

Langkah 1-3 merupakan integrasi nilai 4C pada abad 21 dan


implementasi nilai PPK yaitu gotong royong dan mandiri. Pada
langkah 2 dilakukan kegiatan literasi membaca.
Explain Mengomunika 20 menit
1. Masing-masing anggota kelompok me-review kembali sikan
hasil diskusi sebelum dipresentasikan di kepada peserta
didik lainnya. (Review)
2. Perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
(creative) dan anggota kelompok lainnya memberikan
pertanyaan dan tanggapan kepada kelompok yang sedang
presentasi. (communicative & critical thinking)
3. Diskusi dan tanya jawab antar kelompok dilakukan dengan
bimbingan guru.
4. Peserta didik memperhatiakn penguatan yang diberikan
oleh guru dan mendapatkan reward atas hasil diskusi yang
telah dilakukan.

Langkah 1-2 merupakan integrasi nilai 4C pada abad 21 dan


implementasi nilai PPK yaitu gotong royong dan mandiri. sedangkan
langkah 1 merupakan penerapan teori belajar SQ3R pada langkah
Review yang digunakan untuk mengatasi masalah literasi membaca
siswa. Pada tahap Review juga dilakukan kegiatan literasi membaca.
Create 2 menit
Peserta didik menyampaikan ide-ide kreatif sebagai konsep
tugas yang akan dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya. Tugas yang dikerjakan berupa produk
alat pemadam api yang dibuat dengan bahan yang bisa ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. (creative)

Langkah create merupakan implementasi nilai 4C pada abad 21 dan


merupakan impementasi TPACK terutama pada unsut TCK.
Penutup 15 menit
1. Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran dengan 15 menit
bimbingan guru. (critical thinking) (mandiri)
2. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi secara individu.
3. Peserta didik memperoleh informasi tentang materi
pembelajaran berikutnya.
4. Peserta didik berdoa untuk mengakhiri kegiatan dan
mengucapkan salam kepada guru. (religius)

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1. Penilaian Sikap
a. Teknik penilaian : observasi oleh guru
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen penilaian : (terlampir)
2. Pengetahuan
a. Teknik penilaian : tertulis, penugasan
b. Bentuk penilaian : uraian
c. Instrumen penilaian : (terlampir)
3. Keterampilan
a. Teknik penilaian : observasi
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen penilaian : (terlampir)

J. TINDAK LANJUT
1. Remedial
a. Remedial dilakukan untuk peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas.
b. Remedial dilakukan dengan bimbingan secara klasikal atapun tutor sebaya
dilanjutkan dengan pemberian tugas.
2. Pengayaan
a. Pengayaan diberikan untuk peserta didik yang mencapai nilai ketuntasan di atas
KKM (75-100).
b. Materi diberikan dengan cakupan melebihi KD sebelumnya sebagai pengetahuan
tambahan untuk pendalaman materi.
c. Materi yang diberikan yaitu tentang dasar hukum kebakaran yang dituangkan
dalam Undang-undang Keselamatan Kesehatan Kerja (UU K3) Nomor 1 Tahun
1970, Kepmenaker RI No. 186/Men 1999, dan Permenaker RI Nomor
02/Men/1992.

Bontang, September 2022


Mengetahui Guru Mata Pelajaran/Kelas
Kepala Sekolah

H. Irsyad, S.Pd.I Yuni Sudarsih, S.Pd


NIY. 0409001 NIY. 0716062

RPP – ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) | oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 1
»»» ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) «««

KOMPETENSI DASAR
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR
4.3 Melaksanakan pemadaman api dengan APAR

INDIAKTOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.3.1 Menjelaskan terjadinya peristiwa kebakaran di area kerja
3.3.2 Mengklasifikasikan kelas-kelas (golongan) kebakaran
3.3.3 Menjelaskan jenis media pemadam api APAR dan kegunaannya
3.3.4 Mengomunikasikan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas kebakaran dan jenis
media pemadamnya

TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan peristiwa kebakaran berdasarkan klasifikasi kelas-kelas kebakaran dan jenis
media pemadamnya melalui model pembelajaran RADEC (Read, Answer, Discuss, Explain, Create ) untuk
mengembangkan keterampilan dalam menjelaskan, kreatif, kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis serta
menumbuhkan sikap mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.

MATERI PEMBELAJARAN
1. Peristiwa Kebakaran Di Area Kerja
Kebakaran adalah peristiwa pelepasan energi yang tidak terkendali. Secara kimia,
kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis (reaksi yang mengeluarkan panas) yang
berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau
penyalaan. Dalam kehidupan sehari-hari, kebakaran bisa didefinisikan sebagai kobaran api yang
membesar dan tidak terkendali yang dapat merugikan makhluk hidup.
Kebakaran terjadi akibat penyimpangan dari standar Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).
Kebakaran dapat menimbulkan kerugian baik materi, jiwa manusia, maupun lingkungan sehingga

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 2


dapat menyebabkan korban jiwa, kerusakan, kerugian, penderitaan, hilangnya lapangan pekerjaan,
dan rusaknya citra badan usaha.

Gambar 1 Fenomena kebakaran


Sumber : http://www.kiscerti.co.id

Tahap awal : ada atau tidak Tahap terbakar tanpa jilatan


ada asap atau jilatan api api

Tahap panas Tahap jilatan api

Gambar 2 Tahapan kebakaran


Terjadinya api tidak bisa diduga waktu dan tempatnya. Api akan menjadi besar dan meluas bila
cukup media penghantarnya. Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan quantites
jenis material yang terbakar. Kebakaran akan surut dan padam jika keseimbangan reaksinya tidak
lagi seimbang.

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 3


Sumber panas
Gas yang mendukung proses
pembakaran (21% di udara) Matahari, api terbuka,
mekanik (permukaan panas,
Oksigen/udara percikan dan lelehan), kimia
(logam, asetilida, dsb), energi
listrik (elektrik), gas
bertekanan, nuklir, dll

 Padat ( Batu bara, kayu, kertas, kain, lilin, plastik, Bahan bakar
kulit, tepung dll )
 Cairan ( Minyak tanah, Bensin, Alkohol, Tinner,
Gasoline, Plitur dll )
 Gas ( LPG, LNG, Hydrogen, Acetylene dll )

Teori segitiga api “ api akan terjadi bila antara bahan bakar, oksigen, dan sumber panas saling
bereaksi.

Gambar 3 Faktor Penyebab Kebakaran


Sumber : http://www.kiscerti.co.id
2. Manajemen Kebakaran

Gambar 4 Pencegahan Kebakaran


Menghilangkan sumber oksigen dengan cara menurunkan kadar oksigen melalui teknik
purging. Purging adalah pembersihan bejana dari kadar oksigen dengan cara

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 4


mendorongnya dengan gas inert (gas yang tidak dapat bereaksi, contoh : gas nitrogen atau
gas karbondioksida).
Menghilangkan sumber bahan bakar dengan cara mengosongkan tangki jika bekerja
dengan api, melakukan pengetesan bahan bakar sebelum bekerja dengan hot work,
menjauhkan bahan yang mudah terbakar, melakukan inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan terhadap keandalan integritas proses.
Menghilangkan sumber api/panas dengan cara memasang larangan merokok di area kerja,
mengontrol aksesbilitas untuk meminimalkan potensi kebakaran, adanya pengawas
kebakaran, adanya prosedur pembakaran bahan limbah yang aman, meminimalkan
pemantik api dari listrik statis, memastikan semua peralatan listrik terisolasi dengan baik,
melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan listrik secara berkala, memberi label pada bahan
yang mudah terbakar.
3. Deteksi Dini Kebakaran
Sistem deteksi dini kebakaran dapat diketahui dari alarm kebakaran, fire detector, dan sprinkler.
 Fire detector

Terdiri dari 3 jenis :


1. Detektor asap
2. Detektor panas
3. Detektor nyala

Gambar 5 Fire Detector


 Sprinkler
Sprinkler adalah alat deteksi
kebakaran yang terdiri dari
rangkaian pipa yang dilengkapi
ujung penyemprot yang kecil.
Terdiri dari 2 jenis, yaitu
sprinkler pipa basah dan
sprinkler pipa kering.

Gambar 6 Sprinkler

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 5


 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran berfungsi


mendeteksi api awal di area yang
dipasang dengan cara
mengeluarkan bunyi yang bising
dan lampu indikator di panel
kontrol.

Gambar 7 Alarm Kebakaran


4. Kelas-Kelas (Golongan) Kebakaran
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu pada standar National Fire Prevention Association
(NFPA) dan dimuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.04/Men/1980.
Tabel 1 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA
Sifat Utama
Kelas Sumber Penyebab Prinsip Pemadaman
Kebakaran
Bahan padat  Panas yang Bahan bakarnya
non logam datang dari luar. tidak mengalir
seperti selulosa,  Molekul benda dan sanggup
A  Menurunkan
kertas, jenis padat terurai menyimpan
plastik, dan serat dan membentuk panas yang baik suhu dengan
alam gas, lalu gas sekali cepat
inilah yang  Media pemadam
terbakar. yang cocok
adalah air
 Bahan bakar  Di atas cairan Sifat cairan ini
cair dan gas pada umumnya adalah mudah
B
 Dapat terdapat gas mengalir dan
berupa  Gas ini yang menyalakan api  Menghilangkan
produk dapat terbakar ke tempat lain oksigen dan
minyak bumi pada bahan

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 6


seperti bakar cair, dapat menghalangi
bensin, solar, menimbulkan nyala api
kerosin, dan bunga api yang  Jenis media yang
sebagainya akan cocok adalah
 Pelarut menimbulkan busa
(solvent) kebakaran
 Pelumas
 Pengencer
cat
 Cairan yang
mudah
terbakar lain
Bersumber dari Dari kebakaran Jika listrik
aliran listrik kelas A atau B atau diputuskan akan
bertegangan kombinasi yang ada berubah menjadi
tinggi aliran listrik kebakaran kelas  Memutuskan
A atau B aliran listrik
 Melindungi
C
orang yang
memadamkan
dari aliran listrik
 Bahan pemadam
biasanya
menggunakan
CO2 kering atau
gas halon
Bahan logam Panas yang terlalu Menimbulkan
D seperti tinggi temperature
magnesium,

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 7


titanium, yang sangat  Melapisi
uranium, tinggi permukaan
sodium, lithium, logam yang
dan potasium terbakar dan
mengisolasinya
dari oksigen
 Menggunakan
alat atau media
khusus

5. JENIS MEDIA PEMADAM API APAR


Tabel Jenis Media Pemadam Kebakaran
Jenis Media Fungsi

Membatasi menjalarnya
kebakaran, dapat berguna pada
kebakaran kecil untuk

Pasir dan tanah menutupi permukaan bahan


bakar sehingga memisahkan
udara dari proses nyala yang
Media padat
terjadi

Tepung kimia (dry chemical)

Memadamkan kebakaran yang

Tepung kimia biasa (reguler) disebabkan oleh cairan, gas,


dan listrik

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 8


Sangat efektif untuk

Tepung kimia serbaguna memadamkan kebakaran kelas

(multipurpose)/tepung kimia ABC A, B, dan C misalnya minyak,


kayu, gas, dan listrik

Tepung kimia kering (khusus) Memadamkan logam

Memutuskan rantai reaksi


pembakaran dan mendesak

Media gas Clean agent (VAN-3) udara atau memisahkan zat


asam. Sangat efektif untuk
kebakaran kelas A, B dan C

Merupakan media yang paling


banyak digunakan karena
mudah didapat, murah, mudah
Air
disimpan, mudah diangkut,
dialirkan, dan dapat

Media cair dipancarkan

Busa (foam) berdasarkan kelas kebakaran :

Memadamkan bahan-bahan

Busa reguler yang berasal dari bahan cair


bukan pelarut

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 9


Memadamkan kebakaran yang

Busa serbaguna berasal dari cairan pelarut


seperti alkohol dan eter

Busa (foam) berdasarkan terjadinya :

Percampuran bahan-bahan
Busa kimia
kimia

Terjadi karena proses mekanis


yang berupa adukan dari

Busa mekanik bahan pembuat busa tang


terjadi dari cairan busa dan
udara

Tabel Media Pemadam dan Kelas Kebakaran


Media Pemadam

Jenis
Kelas Tipe Basah Tipe Kering
Kebakaran
Air Foam Powder Clean Agent

Kayu, kertas,
√√√ √ √√ √*
kain
A
Bahan
XX XX √√**) √√√
berharga

Bahan cair XXX √√√ √√ √*)


B
Bahan gas X X √√ √√√

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 10


C Panel listrik XXX XXX √√ √√√

Kalium, litium,
D dan XXX XXX Khusus XXX

magnesium

Keterangan :
√√√ sangat efektif X tidak tepat
√√ dapat digunakan XX merusak
√ kurang tepat/tidak dianjurkan XXX berbahaya
*) tidak efisien **) kotor/korosif

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 11


LATIHAN SOAL

Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Kebakaran adalah peristiwa pelepasan energi yang tidak terkendali. Sedangkan yang dimaksud
kebakaran secara kimia adalah …
a. Reaksi oksidasi yang disertai dengan pelepasan oksigen dan penangkapan senyawa lain
b. Kebakaran yang terjadi dalam ruang tertutup yang kehabisan oksigen apabila ada kesempatan
udara masuk akan terjadi ledakan
c. Intensitas nyala api dipengaruhi oleh sifat flammability dan quantities jenis material yang
terbakar
d. Reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengan timbulnya api atau penyalaan
e. Peristiwa dekomposisi kimia pada proses pembakaran
2. Salah satu segitiga api yang dapat menyebabkan terjadinya api adalah sumber panas. Selain
matahari, sumber panas berasal dari …
a. Titik nyala api, bahan bakar, bahan kimia, dan nuklir
b. Reaksi kimia, panas, titik nyaal, dan titik didih
c. Titik didih, listrik, reaksi kimia, dan bahan bakar
d. Titik didih, listrik, nuklir, dan bahan bakar
e. Reaksi kimia, listrik, mekanik, dan nuklir
3. Usaha mencegah kebakaran dapat dilakukan dengan cara memutus segitiga api seperti pada
gambar di bawah ini.

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 12


Tindakan yang dilakukan untuk mencegah api seperti pada gambar tersebut adalah …
a. Melakukan purging pada bejana
b. Menghilangkan sumber bahan bakar
c. Mendorong gas oksigen keluar dari bejana dan kontainer
d. Menata kembali bahan-bahan yang mudah terbakar serta menjauhkan dari panas, listrik,
kompor, dan sumber lain
e. Menghilangkan sumber api/panas
4. Kebakaran kelas B menurut NFPA adalah kebakaran yang disebabkan oleh …
a. Plastik, kertas, dan karet
b. Etanol, dietil eter, dan n-heksana
c. Hot plate, kayu, dan tekstil
d. Kertas, etanol, dan sodium
e. Magnesium, heating mantle, dan plastik
5. Bahan berikut yang merupakan bahan kebakaran kelas C berdasarkan klasifikasi kebakaran
menurut NFPA adalah …
a. Tanur listrik dan konsleting listrik
b. Kayu, kertas, dan daun kering
c. Bensin, kerosin, dan LPG
d. Asetilen, etilen, dan hidrogen
e. Solar, kerosin, dan asetilen
6. Gambar di bawah ini merupakan jenis-jenis detektor dan alat pengaman kebakaran yang
digunakan pada instalasi pemadam kebakaran. Fungsi alat yang ditunjukkan pada gambar nomor
1 adalah …

1 2 3 4

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 13


a. Memberikan informasi atau peringatan terjadinya kebakaran pada suatu tempat
b. Mendeteksi asap yang masuk ke detector sehingga memungkinkan pencegahan secara cepat
c. Alat yang dihubungkan dengan alarm kebakaran dan mampu mendeteksi temperature tinggi
sehingga otomatis akan memancarkan air pada heat sprinkle
d. Alat yang berfungsi sebagai salah satu sumber air apabila terjadi kebakaran
e. Alat yang berguna mengendalikan api atau memadamkan kebakaran dalam skala kecil
7. Pada industri kimia terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh percikan api yang berasal dari tanur
listrik. Alat pemadam kebakaran yang cocok menurut NFPA untuk memadamkan api tersebut
adalah …
a. Blanket fire
b. Water
c. Foam
d. Dry chemical
e. Halon
8. Departemen quality control dalam sebuah industri semen tiba-tiba mengalami kebakaran. Di
ruangan tersebut terdapat banyak komputer, oven, dan alat nstrumen. Media pemadam kebakaran
yang paling sesuai untuk memadamkan kebakaran tersebut adalah …
a. Water
b. Foam
c. Dry chemical
d. Halon
e. Pasir dan tanah

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 14


9. Di sebuah laboratorium telah terjadi kebakaran kecil. Sumber api diduga berasal dari tumpahnya
etanol yang digunakan pada percobaan penentuan kenaikan titik didih larutan. Jenis pemadam api
yang direkomendasikan untuk memadamkan kebakaran tersebut adalah …
a. Dry chemical, Bromo Chloro di-fluoro Metana
b. Dry chemical, air, CO2, dan foam
c. Dry chemical, Bromo Chloro di-fluoro Metana, CO2, atau foam
d. Dry chemical , Bromo Chloro di-fluoro Metana, air, atau foam
e. Air, Bromo Chloro di-fluoro Metana, CO2, atau foam
10. Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan alat pemadam api jenis air ke sumber api yang
terjadi di gudang kertas sehingga proses pembakaran jadi terganggu karena kekurangan oksigen.
Prinsip pemadaman kebakaran yang dilakukan petugas kebakaran tersebut disebut …
a. Pendinginan (cooling)
b. Penyelimutan (smoothering)
c. Lokasi bahan yang mudah terbakar
d. Pengurangan satu bahan bakar (starvation)
e. Isolasi penguapan bahan bakar

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) KELAS X/SEMESTER GANJIL 15


1
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

LEMBAR KERJA PESERTA


DIDIK (LKPD)

NAMA : ……………………………..
KELAS : ……………………………..
NAMA KELOMPOK : ……………………..………
HARI/TANGGAL : ……………………………..
MATERI : ……………………………..

TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan terjadinya peristiwa kebakaran di area
kerja melalui pembelajaran dengan model RADEC (Read, Answer, Discuss,
Explain, Create) dan menerapkan manajeman penanganan kebakaran di
area kerja dengan teliti dan sistematis.

PETUNJUK BELAJAR
1. Berdoalah sebelum Anda mengerjakan LKPD.
2. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) merupakan penunjang dalam
kegiatan pembelajaran.
3. LKPD diberikan untuk masing-masing individu dan dikerjakan
secara berkelompok.
4. Masing-masing kelompok menjawab setiap pertanyaan di LKPD
melalui diskusi.
5. Sebelum menjawab pertanyaan yang ada di LKPD, cermati dan
pahami instruksi yang disajikan di LKPD.
6. Selamat belajar dan selamat berdiskusi.

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

APERSEPSI

Masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu lalu?


Materi yang Ibu sampaikan pada pertemuan sebelumnya yaitu K3LH (Konsep Keselamatan
Kesehatan dan Lingkungan Hidup). Apakah masih ada yang ingat bagaimana cara menanggulangi
kebakaran yang terjadi di area kerja?

Gambar 1 Kebakaran di Area Kerja


Jika terjadi kebakaran di area kerja, cara menanggulanginya yaitu:
1. Pecahkan kaca bel tanda bahaya kebakaran.
2. Gunakan alat pemadam api atau selang air terdekat jika kebakaran masih dapat dikontrol, jika
kebakaran sudah membesar segera tutup semua pintu dan tinggalkan area kerja melalui tangga
dan pintu darurat (jangan menggunakan lift).
3. Jangan membuang waktu untuk mengemasi barang-barang, utamakan keselamatan diri.
4. Jika terjebak di dalam ruangan, segera basahi kain dan letakkan di bawah pintu agar asap tidak
masuk ke ruangan, kemudian hubungi operator melalui telepon di lokasi area kerja.
5. Jika asap kebakaran sudah terlanjur masuk ke ruangan, gunakan kain basah untuk menutup
mulut dan hidung. Bernafas secara perlahan menggunakan kain basah tersebut.
6. Jika baju Anda terbakar, berhentilah sejenak dan berbaringlah. Tutup wajah dan bergulinglah
perlahan untuk memadamkan api (jangan berlari karena akan mengakibatkan api semakin besar).

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
3
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

MOTIVASI

Bacalah dan cermati artikel berikut !

Heboh, Gudang Toko di Rawa Indah Bontang Nyaris


Terbakar, 4 Mobil Tanki Air Diluncurkan
Denada S Putri Minggu, 16 Januari 2022 | 16:17 WIB

SuaraKaltim.id - Gudang Warung Yayuk Sayur


yang berlokasi di Jalan KS Tubun, Bontang, nyaris terbakar di Minggu (16/1/2022). Peristiwa itu
terjadi sekitar pukul 14.30 Wita tadi.
Komandan Pleton Disdamkatran Bontang, Amir Hamzah mengatakan, setelah mendapat telpon,
dirinya bersama dengan 4 mobil tanki dan 1 mobil komando langsung mendatangi lokasi kejadian.
"Menerima telpon. Kalau toko terbakar. Pasukan langsung meluncur ke lokasi," katanya, melansir
dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, di hari yang sama.
Selanjutnya, setelah pasukan tiba, tim pemadam langsung bergegas mencari titik kepulan asap
yang berasal dari gudang toko tersebut. Pemilik warung juga berinisiatif untuk memadamkan api
yang telah membakar beberapa kardus berisi tepung.
"Setelah datang, tim pemadam membantu pemilik untuk memadamkan sisa api. Yang terlebih
dahulu diselimuti kain basah oleh pemilik warung," ungkapnya.
Setelah, kepulan asap mulai hilang, petugas lalu menyisir lokasi tersebut. Tujuannya untuk
memeriksa apakah ada titik api yang berpotensi terbakar.
"Sudah dipastikan tidak ada. Petugas juga menanyakan dari mana awal titik api. Namun, pemilik
juga tidak mengetahui. Kondisi sudah aman dan pasukan diperintahkan balik kanan," terangnya.
Dikonfirmasi terpisah pemilik warung yang enggan disebutkan namanya, mengetahui ada kepulan
asap di gudang. Setelah melihat, langsung melapor ke Pemadam Kebakaran.
Ia bahkan berusaha mencari titik api. Beruntung, dengan kain basah yang ia bawa untuk menutupi
tumpukan kardus.
“Saya bawa kain yang basah, Terus menutup kardus yang memunculkan asap,” katanya. Diketahui
dalam kejadian itu, Disdamkartan menurunkan 4 mobil tanki air, 1 mobil komando. Sementara Tim
BPBD menurunkan satu uni mobil penyelamatan dan ada 2 mobil dari PLN.

Sumber: https://kaltim.suara.com/read/2022/01/16/161725/heboh-gudang-toko-di-rawa-indah-
bontag-nyaris-terbakar-4-mobil-tanki-air-diluncurkan?page=1

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
4
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
READ

Carilah referensi dari berbagai sumber belajar (internet, buku teks, dsb) untuk kalian gunakan
dalam pembelajaran hari ini! Jangan lupa sesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.
Kemudian buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut dan tuliskan pada kolom di
bawah ini! Pertanyaan yang kalian buat akan menjadi acuan dalam melakukan studi literature.
Pertanyaan tentang peristiwa kebakaran di area kerja:

Pertanyaan tentang klasifikasi kelas-kelas kebakaran:

Pertanyaan tentang jenis media pemadam api:

Setelah membuat pertanyaan, silahkan kalian cari jawabannya dari berbagai sumber belajar yang
relevan. Bacalah sumber belajar dengan cermat dan teliti agar diperoleh jawaban yang benar.
Sebagai bahan referensi awal tentang materi belajar hari ini, bacalah bahan ajar yang sudah
dipersiapkan oleh guru pada link yang ditampilkan dalam power point.

Catatan: Pada saat mencari sumber belajar dari internet, jangan lupa untuk mencantumkan
sumbernya, seperti nama penulisnya, tahun terbit, judul artikel/bacaan, dan link
websitenya. Mari hargai karya orang lain dengan tetap mencantumkan sumber
pustakanya.

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
5
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

ANSWER

Berdasarkan studi literature yang sudah kalian lakukan, tuliskan jawabannya pada kolom di bawah
ini. Baca kembali pertanyaan dan jawaban yang sudah kalian tulis sampai kalian memahami
materinya!

Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jawaban :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
6
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
DISCUSS
Apakah semua pertanyaan yang kalian buat sudah terjawab?
Sekarang diskusikan jawaban yang sudah kalian tulis dalam LKPD bersama dengan kelompok
belajar yang sudah dibuat oleh guru kalian. Kalian juga bisa melakukan studi literature untuk
memperkuat hasil diskusi, kemudian buatlah rangkuman dari hasil diskusi kelompokmu untuk
kemudian dipresentasikan di depan kelas!
Penyebab terjadinya peristiwa kebakaran:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Klasifikasi kebakaran menurut……………………..:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jenis media pemadam api:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
7
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
EXPLAIN

Presentasikan hasil diskusi kelompok kalian di depan kelas!


Pilihlah satu orang perwakilan dari kelompokmu yang dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan
baik, anggota kelompok lainnya akan bertugas mencatat dan menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh kelompok lawan.
Perhatikan penguatan yang disampaikan oleh guru dan bandingkan dengan jawabn yang sudah
kalian kerjakan.

Pertanyaan dari kelompok lain:


1. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Jawaban:
1. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………
…………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………….………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….……
SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
8
LKPD ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

CREATE

Setelah melakukan diskusi dan tanya jawab, tuliskan ide-ide kreatif kalian untuk membuat tugas
kelompok tentang alat pemadam api dari bahan-bahan yang bisa ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari!
Konsultasikan setiap perkembangan dalam pengerjaan tugas kepada guru kalian melalui whatsapp
group kelas. Buktikan dengan mengirimkan foto dan video pembuatan tugas bersama kelompok.
Batas akhir pengumpulan tugas pada Selasa, 25 Oktober 2022 pukul 23.59 wita.

JADWAL PENGERJAAN TUGAS

Selasa, 18 Oktober 2022 : menuliskan ide kreatif

Rabu, 19 Oktober 2022 : mengumpulkan desain tugas, alat dan bahan yang diperlukan

Kamis, 20 Oktober 2022 : pengerjaan tugas secara berkelompok

Jumat, 21 Oktober 2022 : pengerjaan tugas secara berkelompok

Sabtu, 22 Oktober 2022 : pengerjaan tugas secara berkelompok

Senin, 24 Oktober 2022 : pengerjaan tugas secara berkelompok

Selasa, 25 Oktober 2022 : pengumpulan tugas secara berkelompok

Selasa, 18 Oktober 2022 : menuliskan ide kreatif


………………………………………..………………………………………..………………………………………..………………………………………..

………………………………………..………………………………………..………………………………………..………………………………………..

Bontang, …………………………
Guru Mata Pelajaran

Yuni Sudarsih, S.Pd

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
KIMIA INDUSTRI – ANALISIS KIMIA DASAR

ALAT PEMADAM API


RINGAN (APAR)
Pertemuan 1

Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG TAHUN PELAJARAN 2022/2023


APERSEPSI

Masih ingatkah kalian dengan pelajaran


minggu lalu?

Apakah masih ada yang ingat bagaimana


cara menanggulangi kebakaran yang terjadi
di area kerja?
APERSEPSI

Jika terjadi kebakaran di area kerja, cara menanggulanginya yaitu:


1. Pecahkan kaca bel tanda bahaya kebakaran.
2. Gunakan alat pemadam api atau selang air terdekat jika kebakaran masih dapat dikontrol,
jika kebakaran sudah membesar segera tutup semua pintu dan tinggalkan area kerja melalui
tangga dan pintu darurat ( jangan menggunakan lift).
3. Jangan membuang waktu untuk mengemasi barang-barang, utamakan keselamatan diri.
4. Jika terjebak di dalam ruangan, segera basahi kain dan letakkan di bawah pintu agar asap
tidak masuk ke ruangan, kemudian hubungi operator melalui telepon di lokasi area kerja.
5. Jika asap kebakaran sudah terlanjur masuk ke ruangan, gunakan kain basah untuk menutup
mulut dan hidung. Bernafas secara perlahan menggunakan kain basah tersebut.
6. Jika baju Anda terbakar, berhentilah sejenak dan berbaringlah. Tutup wajah dan bergulinglah
perlahan untuk memadamkan api ( jangan berlari karena akan mengakibatkan api semakin
besar).
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

PENGANTAR

TUJUAN MATERI

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai : Peristiwa kebakaran di area kerja

Pengetahuan Keterampilan Klasifikasi Media pemadam


Peserta didik dapat menjelaskan mengembangkan keterampilan dalam Kalsifikasi kebakaran menurut NFPA Jenis media pemadam api
peristiwa kebakaran berdasarkan menjelaskan, kreatif, kolaborasi,
klasifikasi kelas-kelas kebakaran dan komunikasi dan berpikir kritis serta
jenis media pemadamnya melalui menumbuhkan sikap mandiri,
model pembelajaran RADEC (Read, disiplin, dan bertanggung jawab
Answer, Discuss, Explain, Create)
Link Bahan Ajar
https://drive.google.com/drive/folders/1eVtELJS_h1VRnmtzWdcgWja3a8gI9Fgx?
usp=sharing
KEBAKARAN adalah

Nyalanya api kecil


Peristiwa pelepasan
maupun besar pada
energi yang tidak
tempat, stuasi, dan
terkendali
waktu yang tidak
dikehendaki

Kobaran api yang Suatu reaksi oksidasi


membesar yang tidak eksotermis yang

terkendali dan dapat berlangsung dengan cepat

merugikan makhluk dari suatu bahan bakar


disertai timbulnya api
hidup
TAHAPAN KEBAKARAN
Tahap awal
01 Terbentuknya partikel pembakaran dalam periode tertentu.

Tahap terbakar tanpa jilatan api


02 Jumlah partikel pembakaran meningkat hingga level terlihat,
disebut asap.

Tahap jilatan api


03 Tercapainya titik pengapian dan muncul jilatan api.

Tahap panas

04 Dihasilkan panas, jilatan api, asap, dan gas beracun dalam


jumlah besar.
FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN

F H O C

Fuel/Bahan bakar Heat/Sumber panas Oxygen/Oksigen Chain Reaction


Padat, cair, gas Kimia, elektrik, Oksigen di udara api akan terjadi
mekanik, nuklir (± 21%) bila antara bahan
bakar, oksigen,
dan sumber panas
saling bereaksi
Menghilangkab sumber
oksigen

UPAYA MENCEGAH Menghilangkan sumber


panas

KEBAKARAN
Menghilangkan sumber
bahan bakar
DETEKSI DINI KEBAKARAN

Fire Detector Detektor asap. Detektor


panas, detector nyala

Sprinkler Sprinkler pipa basah dan


pipa kering

Alarm Kebakaran Mengeluarkan bunyi dan


lampu indikator
KLASIFIKASI KELAS (GOLONGAN) KEBAKARAN

A B C D

BAHAN PADAT NON


BAHAN BAKAR LISTRIK LOGAM
LOGAM

• Selulosa • Bahan bakar cair • Listrik • Magnesium,


• Kertas dan gas bertegangan tinggi titanium, lithium,
• Plastik • Minyak bumi dan potasium
• Serat alam (solar, bensin,
kerosin, dll)
• Pelarut (solvent)
• Pengencer cat
• Cairan yang
mudah terbakar
JENIS MEDIA PEMADAM API APAR
Tabel Media Pemadam dan Kelas Kebakaran
Media Pemadam
Jenis Tipe Basah Tipe Kering
Kelas
Kebakaran Clean
Air Foam Powder
Agent
Kayu,
√√√ √ √√ √*
kertas, kain
A
Bahan
XX XX √√**) √√√
berharga

Bahan cair XXX √√√ √√ √*)


B
Bahan gas X X √√ √√√
Panel
C XXX XXX √√ √√√
listrik

Kalium,
D litium, dan XXX XXX Khusus XXX
magnesium

Keterangan :
√√√ sangat efektif X tidak tepat
√√ dapat digunakan XX merusak
√ kurang tepat/tidak dianjurkan XXX berbahaya
*) tidak efisien **) kotor/korosif
APAR Pertemuan Ke-2

Prosedur penggunaan dan


perawatan APAR

Bagian-bagian APAR

SAMPAI JUMPA DI PERTEMUAN BERIKUTNYA


1
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR

KISI-KISI, INSTRUMEN PENILAIAN, RUBRIK PENILAIAN

A. Instrumen Penilaian Sikap


Butir nilai yang diamati
Jumlah Nilai
No Nama Siswa Gotong
Religius Mandiri Integritas skor
royong
1

dst

Indikator Penilaian Sikap


Religius:
1. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
2. Memberi salam di awal dan akhir pelajaran
3. Saling menghormati

Mandiri:
1. Bekerja keras
2. Bertanggung jawab
3. Berusaha sendiri untuk menyelesaikan permasalahan

Gotong royong:
1. Peduli kepada sesama
2. Saling membantu
3. Bermusyawarah bersama teman

Integritas:
1. Bersikap sopan
2. Berusaha dan bersungguh-sungguh
3. Disiplin waktu

Rubrik Pemberian Skor:


4 = jika siswa menunjukkan 3 butir nilai sikap
3 = jika siswa menunjukkan 2 butir nilai sikap
2 = jika siswa menunjukkan 1 butir nilai sikap
1 = jika siswa tidak menunjukkan butir nilai sikap sama sekali

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
16
Predikat :
A : sangat baik (92-100)
B : baik (83-91)
C : cukup baik (73-82)
D : kurang baik (<73)

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
2
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR

B. Instrumen Pengetahuan
Kisi-kisi soal uraian
Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan prosedur pemadaman api dengan APAR

Indikator Pencapaian Materi Indikator Soal Bentuk Nomor Level


Kompetensi Soal Soal Kognitif

3.3.1 Menjelaskan Peristiwa Disajikan gambar


terjadinya peristiwa kebakaran di segitiga api (tanpa
kebakaran di area area kerja keterangan), siswa
kerja diminta
menjelaskan Uraian 1 C2
terjadinya
peristiwa
kebakaran dengan
lengkap.
3.3.2 Mengklasifikasikan Klasifikasi Siswa
kelas-kelas kelas-kelas mengklasifikasikan
(golongan) (golongan kelas-kelas
Uraian 2 C2
kebakaran
kebakaran (golongan)
kebakaran dengan
lengkap.
3.3.3 Menjelaskan jenis Jenis media Siswa menjelaskan
media pemadam pemadam jenis media
api APAR dan api APAR pemadam api C2
Uraian 3
kegunaannya dan APAR dan
kegunaannya kegunaannya
dengan benar.
Soal uraian :
No Soal dan kunci jawaban Skor
Pedoman Penskoran :
1
Nilai 4 : jika jawaban
sesuai kunci dan ada
tambahan

Jelaskan terjadinya peristiwa kebakaran berdasarkan Nilai 3 : jika jawaban


gambar segitiga api di atas! sesuai kunci

Kunci jawaban: Nilai 2 : jika jawaban


Kebakaran bisa terjadi jika 3 unsur dalam segitiga api kurang sesuai
bereaksi, yaitu oksigen, bahan bakar, dan sumber panas.
Dalam keadaan normal, bahan bakar sangat mudah Nilai 1 : jika jawaban
bergabung dengan oksigen di udara. Bahan bakar yang tidak sesuai
dimaksud antara lain bahan bakar padat (kertas, kayu,

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
3
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR

dll), bahan bakar cair (bensin, minyak tanah, dll), dan Nilai 0 : jika tidak
bahan bakar gas (LPG, dll), sedangkan sumber panas menjawab
antara lain matahari, listrik, mekanik, reaksi kimia, dll.
Jika salahs atu dari 3 unsur dapat dihilangkan, maka api
dapat dipadamkan.
Tuliskan klasifikasi kelas-kelas (golongan) kebakaran Pedoman Penskoran :
secara lengkap!
Nilai 4 : jika menjawab
Kunci jawaban: 4 kelas kebakaran
Kelas-kelas (golongan) kebakaran : secara lengkap
 Kelas A yaitu kebakaran yan disebabkan oleh bahan Nilai 3 : jika menjawab
padat kecuali logam 3 kelas kebakaran
 Kelas B yaitu kebakaran yang disebabkan oleh
secara lengkap
2 bahan bakar
 Kelas C yaitu kebakaran yang disebabkan oleh Nilai 2 : jika menjawab
listrik
2 kelas kebakaran
 Kelas D yaitu kebakaran yang disebabkan oleh
logam secara lengkap

Nilai 1 : jika menjawab


1 kelas kebakaran
secara lengkap

Jelaskan jenis-jenis media pemadam api APAR dan Pedoman Penskoran :


kegunaanya!
Nilai 4 : jika menjawab
Kunci jawaban: 4 jenis media pemadam
Jenis-jenis media pemadam api APAR dan kegunaan : dengan benar

 APAR Air. APAR jenis ini diisi oleh air dengan Nilai 3 : jika menjawab
tekanan tinggi. APAR jenis ini bisa digunakan 3 jenis media pemadam
untuk memadamkan api kelas A. dengan benar
 APAR Busa. APAR jenis ini diisi dengan busa
3 AFFF (Aqueous Film Forming Foam). Bisa Nilai 2 : jika menjawab
digunakan untuk memadamkan api kelas A dan 2 jenis media pemadam
kelas B.
dengan benar
 APAR Serbuk Kimia. Jenis APAR ini berisi serbuk
kimia kering yang merupakan kombinasi Nilai 1 : jika menjawab
Monoamonium danamonium sulphate. Bisa 1 jenis media pemadam
digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A, dengan benar
B, dan C.
 APAR clean agent. APAR jenis ini menggunakan
bahan karbon dioksida dan bisa digunakan untuk
memadamkan kebakaran kelas A, B dan C.

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
4
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR

C. Instrumen Penilaian Keterampilan

Sistematika Penggunaan Kejelasan Nilai dan


Nama Peserta Didik
Presentasi Bahasa Penyampaian Predikat

Kelompok 1

Kelompok 2

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PRESENTASI

No Aspek yang Dinilai Kriteria Skor

1. Sistematika presentasi Materi presentasi disajikan secara runtut dan


4
sistematis

Materi presentasi disajikan secara runtut tetapi


3
kurang sistematis

Materi presentasi disajikan secara kurang runtut


2
dan tidak sistematis

Materi presentasi disajikan secara tidak runtut dan


1
tidak sistematis

2. Penggunaan bahasa Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami 4

Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami 3

Bahasa yang digunakan agak sulit dipahami 2

Bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami 1

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
5
KISI-KISI, INSTRUMEN, & RUBRIK PENILAIAN - APAR

3. Ketepatan intonasi dan suara terdengar di seluruh kelas, pelafalannya


kejelasan artikulasi jelas dari awal sampai akhir dan tempo bicara 4
sedang

Suara terdengar di seluruh kelas, pelafalannya


jelas hanya di bagian awal atau akhir, dan tempo 3
bicara sedang

Suara terdengar di seluruh kelas, pelafalannya


jelas hanya di bagian awal atau akhir dan tempo 2
bicara cepat

Suara terdengar di seluruh kelas, namun


pelafalannya tidak jelas dari awal sampai akhir 1
dan tempo bicara sangat cepat

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑥 100%
8

Interval Nilai Keterampilan

92 < X ≤ 100 A

83 < X ≤ 91 B

73 < X ≤ 82 C

0,00 < X ≤ 72 D

SMKS IT BANI ABDURRAHMAN BONTANG – ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X Oleh Yuni Sudarsih, S.Pd
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;
b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu
terjamin pula keselamatannya;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan effisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja;
e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik dan teknologi;

Mengingat : 1. Pasal-pasal 5, 20 dan 27 Undang-Undang Dasar 1945;


2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1969 No. 55, Tambahan
Lembaran Negara No. 2912);

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.

MEMUTUSKAN :

1. Mencabut ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

1. Mencabut :
Veiligheidsreglement Tahun 1910 (Stbl. No. 406),
2. Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KESELAMATAN KERJA.

BAB I.
TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :
(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di
mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
(3) "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang
atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang
diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
(4) "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
untuk melaksanakan Undang-undang ini;

(5) ”pegawai ...


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

(5) "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari


Departemen Tenaga Kerja;
(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

BAB II.
RUANG LINGKUP

Pasal 2.
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat
kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu
tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan
atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya,
termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan;
d. dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak,


logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun
di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau
manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air,
dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah
atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang
tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,
televisi atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.

(3) Dengan ...


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,


ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau
yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah
perincian tersebut dalam ayat (2).

BAB III.
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA.

Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;


p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan
baru di kemudian hari.

Pasal 4.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah
menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,jelas
dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan
dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-
tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) dan (2) : dengan peraturan perundangan
ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-
syarat keselamatan tersebut.

BAB IV ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-

BAB IV.
PENGAWASAN

Pasal 5.
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang
ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja
ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur
dengan peraturan perundangan.

Pasal 6.
(1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat
mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas
Panitia Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga
Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7.
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur
dengan peraturan perundangan.

Pasal 8.
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
(3) Norma ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-

(3) Norma-norma mengenai pengujian keselamatan ditetapkan dengan


peraturan perundangan.

BAB V.
PEMBINAAN.

Pasal 9.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja
yang dijalankannya.

BAB IV ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-

BAB VI.
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Pasal 10.
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja-
sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

BAB VII.
KECELAKAAN.

Pasal 11.
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

BAB VIII.
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA.

Pasal 12.
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;


c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan.

BAB IX.
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA.

Pasal 13.
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan.

BAB X.
KEWAJIBAN PENGURUS.

Pasal 14.
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja;

b. Memasang ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar


keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

BAB XI.
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP.

Pasal 15.
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih
lanjut dengan peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
(3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16.
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di
didalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-
undang ini.

Pasal 17 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

Pasal 17.
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini mulai
berlaku, tetapi berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-
undang ini.

Pasal 18.
Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN
KERJA" dan mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Januari 1970.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO.
Jenderal T.N.I.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 1970.
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ALAMSJAH
Mayor Jenderal T.N.I.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA.

PENJELASAN UMUM

Veiligheidsreglement yang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl. No. 406) dan
semenjak itu di sana-sini mengalami perobahan mengenai soal-soal yang tidak begitu berarti,
ternyata dalam banyak hal sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai dengan
perkembangan peraturan perlindungan tenaga kerja lainnya dan perkembangan serta kemajuan
teknik, teknologi dan industrialisasi di Negara kita dewasa ini dan untuk selanjutnya.
Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang serba pesik banyak dipakai
sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan, sedangkan mekanisasi
dan elektrifikasi diperluas di mana-mana.
Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam
kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitet kerja operasionil dan tempo kerja
para pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga secara intensief pula dari para
pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain
merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab terjadinya kecelakaan.
Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat dan
sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan
latihan kerja, tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa
merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah
difahami perlu adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan
tepat.
Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang
merupakan faktor sangat penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan
bekerja pada tenaga-kerja yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan,
meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Pengawasan berdasarkan Veiligheidsreglement seluruhnya bersifat repressief.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

Dalam Undang-undang ini diadakan perobahan prinsipiil dengan merobahnya menjadi lebih
diarahkan pada sifat preventief.
Dalam praktek dan pengalaman dirasakan perlu adanya pengaturan yang baik sebelum
perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel didirikan, karena amatlah sukar
untuk merobah atau merombak kembali apa yang telah dibangun dan terpasang di dalamnya
guna memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang bersangkutan.
Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak mendapatkan perobahan-
perobahan yang penting, baik dalam isi, maupun bentuk dan sistimatikanya.

Pembaruan dan perluasannya adalah mengenai :


1. Perluasan ruang lingkup.
2. Perobahan pengawasan repressief menjadi preventief.
3. Perumusan teknis yang lebih tegas.
4. Penyesuaian tata-usaha sebagaimana diperlukan bagi pelaksanaan pengawasan.
5. Tambahan pengaturan pembinaan Keselamatan Kerja bagi management dan Tenaga
Kerja.
6. Tambahan pengaturan mendirikan Panitya Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan
Kerja.
7. Tambahan pengaturan pemungutan retribusi tahunan.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1.
Ayat (1).
Dengan perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya Undang-undang ini jelas
ditentukan oleh tiga unsur:
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha,
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana,
3. Adanya bahaya kerja ditempat itu.
Tidak selalu tenaga kerja harus sehari-hari bekerja dalam sesuatu tempat kerja.
Sering pula mereka untuk waktu-waktu tertentu harus memasuki ruangan-
ruangan untuk mengontrol, menyetel, menjalankan instalasi-instalasi, setelah
mana mereka keluar dan bekerja selanjutnya di lain tempat.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

Instalasi-instalasi itu dapat merupakan sumber-sumber bahaya dan dengan


demikian haruslah memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang berlaku
baginya, agar setiap orang termasuk tenaga kerja yang memasukinya dan atau
untuk mengerjakan sesuatu disana, walaupun untuk jangka waktu pendek,
terjamin keselamatannya.
Instalasi-instalasi demikian itu misalnya rumah-rumah, transformator, instalasi
pompa air yang setelah dihidupkan berjalan otomatis, ruangan-ruangan
instalasi radio, listrik tegangan tinggi dan sebagainya.
Sumber berbahaya adakalanya mempunyai daerah pengaruh yang meluas.
Dengan ketentuan dalam ayat ini praktis daerah pengaruh ini tercakup dan
dapatlah diambil tindakan-tindakan penyelamatan yang diperlukan. Hal ini
sekaligus menjamin kepentingan umum.
Misalnya suatu pabrik dimana diolah bahan-bahan kimia yang berbahaya dan
dipakai serta dibuang banyak air yang mengandung zat-zat yang berbahaya.
Bila air buangan demikian itu dialirkan atau dibuang begitu saja ke dalam
sungai maka air sungai itu menjadi berbahaya, akan dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak ikan dan pertumbuhan tanam-tanaman.
Karena itu untuk air bungan itu harus diadakan penampungannya tersendiri
atau dikerjakan pengolahan terdahulu, dimana zat-zat kimia di dalamnya
dihilangkan atau dinetraliseer, sehingga airnya itu tidak berbahaya lagi dan
dapat dialirkan kedalam sungai.
Dalam pelaksanaan Undang-undang ini dipakai pengertian tentang tenaga kerja
sebagaimana dimuat dalam Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Mengenai Tenaga Kerja, maka dipandang tidak perlu di muat definisi
itu dalam Undang-undang ini.
Usaha-usaha yang dimaksud dalam Undang-undang ini tidak harus selalu
mempunyai motif ekonomi atau motif keuntungan, tapi dapat merupakan
usaha-usaha sosial seperti perbengkelan di Sekolah-sekolah teknik, usaha
rekreasi-rekreasi dan di rumah-rumah sakit, di mana dipergunakan instalasi-
instalasi listrik dan atau mekanik yang berbahaya.

Ayat (2)
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6).
Guna pelaksanaan Undang-undang ini diperlukan pengawasan dan untuk ini
diperlukan staf-staf tenaga-tenaga pengawas yang kuantitatief cukup besar
serta bermutu.
Tidak saja diperlukan keahlian dan penguasaan teoritis bidang-bidang
spesialisasi yang beraneka ragam, tapi mereka harus pula mempunyai banyak
pengalaman di bidangnya.
Staf demikian itu tidak didapatkan dan sukar dihasilkan di Departemen Tenaga
Kerja saja.
Karena itu dengan ketentuan dalam ayat ini Menteri Tenaga Kerja dapat
menunjuk tenaga-tenaga ahli dimaksud yang berada di Instansi-instansi
Pemerintah dan atau Swasta untuk dapat memformeer Personalia operasionil
yang tepat.
Maka dengan demikian Menteri Tenaga Kerja dapat mendesentralisir
pelaksanaan pengawasan atas ditaatinya Undang-undang ini secara meluas,
sedangkan POLICY NASIONALNYA tetap menjadi TANGGUNG-
JAWABNYA dan berada di tangannya, sehingga terjamin pelaksanaannya
secara SERAGAM dan SERASI bagi seluruh Indonesia.

Pasal 2.
Ayat (1).
Materi yang diatur dalam Undang-undang ini mengikuti perkembangan
masyarakat dan kemajuan teknik, teknologi serta senantiasa akan dapat sesuai
dengan perkembangan proses industrialisasi Negara kita dalam rangka
Pembangunan Nasional Selanjutnya akan dikeluarkan peraturan-peraturan
organiknya, terbagi baik atas dasar pembidangan teknis maupun atas dasar
pembidangan industri secara sektoral. Setelah Undang-undang ini, diadakanlah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

Peraturan-peraturan perundangan Keselamatan Kerja bidang Listrik, Uap,


Radiasi dan sebagainya, pula peraturan perundangan Keselamatan Kerja
sektoral, baik di darat, di laut maupun di udara.

Ayat (2).
Dalam ayat ini diperinci sumber-sumber bahaya yang dikenal dewasa ini yang
bertalian dengan:
1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja serta peralatan
lainnya, bahan-bahan dan sebagainya.
2. Lingkungan,
3. Sifat pekerjaan.
4. Cara kerja.
5. Proses produksi.
Ayat (3).
Dengan ketentuan dalam ayat ini dimungkinkan diadakan perubahan-
perobahan atas perincian yang dimaksud sesuai dengan pendapatan-pendapatan
baru kelak kemudian hari, sehingga Undang-undang ini, dalam pelaksanaannya
tetap berkembang.

Pasal 3.
Ayat (1).
Dalam ayat ini dicantumkan arah dan sasaran-sasaran secara konkrit yang
harus dipenuhi oleh syarat-syarat keselamatan kerja yang akan dikeluarkan.
Ayat (2).
Cukup jelas.

Pasal 4.
Ayat (1).
Syarat-syarat keselamatan kerja yang menyangkut perencanaan dan pembuatan
diberikan pertama-tama pada perusahaan pembuata atau produsen dari barang-
barang tersebut, sehingga kelak dalam pengangkutan dan sebagainya itu
barang-barang itu sendiri tidak berbahaya bagi tenaga kerja yang bersangkutan
dan bagi umum, kemudian pada perusahaan-perusahaan yang
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -

memperlakukannya selanjutnya yakni yang mengangkutnya, yang


mengedarkannya, memperdagangkannya, memasangnya, memakainya atau
mempergunakannya, memeliharanya dan menyimpannya.
Syarat-syarat tersebut di atas berlaku pula bagi barang-barang yang
didatangkan dari luar negeri.
Ayat (2).
Dalam ayat ini ditetapkan secara konkrit ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh syarat-syarat yang dimaksud.
Ayat (3).
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6.
Cukup jelas.
Panitia Banding ialah Panitia Teknis, yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli
dalam bidang yang diperlukan.

Pasal 7.
Cukup jelas.

Pasal 8.
Cukup jelas.

Pasal 9.
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -

Pasal 10.
Ayat (1).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi
pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan
dalam,perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan penjelasan dan
penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.
Ayat (2).
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan
yang terdiri dari unsur-unsur penerima kerja, pemberi kerja dan pemerintah
(tripartite).

Pasal 11.
Cukup jelas.

Pasal 12.
Cukup jelas.

Pasal 13.
Yang dimaksud dengan barang siapa ialah setiap orang baik yang bersangkutan
maupun tidak bersangkutan dengan pekerjaan di tempat kerja itu.

Pasal 14.
Cukup jelas.

Pasal 15.
Cukup jelas.

Pasal 16.
Cukup jelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -

Pasal 17.
Peraturan-peraturan Keselamatan Kerja yang ditetapkan berdasarkan
veiligheidsreglement 1910 dianggap ditetapkan berdasarkan Undang-undang ini
sepanjang tidak bertentangan dengannya.

Pasal 18.
Cukup jelas.

--------------------------------

CATATAN

Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA


TAHUN 1972 YANG TELAH DICETAK ULANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I
No.KEP.186/MEN/1999

TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN


DITEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA R.I


Minimbang :

1. bahwa kebakaran di tempat kerja berakibat sangat merugikan baik bagi


perusahaan, pekerja maupun kepentingan pembangunan nasional, oleh karena itu
perlu ditanggulangi;
2. bahwa untuk menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya
pralatan proteksi kebakaran yang memadahi, petugas penanggulangan yang
ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan
keadaan darurat;
3. bahwa agar petugas penanggulangan kebakaran di tempat kerja dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif, perlu diatur ketentuan tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja dengan Keputusan Menteri

Mengingat :

1. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
R.I. Nomor 1, Tambahan Negara Nomor 2918);
3. Keputusan presiden RI Nomor 122/M/1988 tentang Pembentukan Kabinet
Reformasi Pembangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/10\992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 28/1994 tentang struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja;

MEMUTUSKAN

Menetapkan

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI TENTANG UNIT


PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA
BAB I

KETENTUAN UMUM

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

a. Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan
organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penganggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan
melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran.
f. Regu penanggulangan kebakaran ialah Satuan tugas yang mempunyai tugas
khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
g. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang
penanggulangan kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
h. Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkehalian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannnya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha ialah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
dan angka (2) yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
Pasal 2

1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan


kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja.
2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pengendalian setiap bentuk energi;


b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

3. Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam


kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran asap, panas dan
gas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kerbakaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat antara lain:

a. informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara


pencegahannya;
b. jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di
tempat kerja;
c. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran;
e. prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.

BAB II

PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pasal 3
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi
bahaya kebakaran.

Pasal 4

1. Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal


3 terdiri :

a. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;


b. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
c. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
d. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
e. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.

2. Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran


sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan
Menteri ini.
3. Jenis tempat kerja yang belum termasuk dalam klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sendiri oleh Menteri
atau pejabat yang di tunjuk.

Pasal 5

Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:

a. Petugas peran kebakaran;


b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.

Pasal 6

1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dlam pasal 5 huruf a, sekurang-


kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima)
orang.
2. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 hurf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan
tenga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat
resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 juruf
c, ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan ndan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

BAB III

TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pasal 7

1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a


mempunyai tugas:

a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat


menimbulkan bahaya kebakaran;
b. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;
c. Mengarahkan evakuasi orang dan barang;
d. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
e. Mengamankan lokasi kebakaran.

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus memenuhi syarat:

a. sehat jasmani dan rohani;


b. pendidikan minimal SLTP
c. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I.

Pasal 8

1. Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b


mempunyai tugas:

a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat


menimbulkan bahaya kebakaran;
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran;
c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal;
d. membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran;
e. memadamkan kebakaran;
f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;
g. mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;
h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. mengamankan lokasi tempat kerja;
j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi Regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi


syarat:

a. Sehat jasmani dan rohani;


b. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;
c. Pendidikan minimal SLTA
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar II.

Pasal 9

1. Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal


5 huruf c mempunyai tugas:

a. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari


instansi yang berwenang;
b. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan
kebakaran;
c. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus.

2. Untuk dapat ditunjuk menjadi Regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi


syarat:

a. sehat jasmani dan rohani;


b. pendidikan minimal SLTA
c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5
tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama.

Pasal 10

1. Ahli K3 sebgaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf d mempunyai tugas:

a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang


penangggulangan kebakaran
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi
yang dapat berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;
f. melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait.

2. Syarat-syarat ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:

a. Sehat jasmani dan rohani;


b. Pendidikan minimal D3 teknik;
c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5
tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama dan tingkat Ahli Madya.

3. Dalam melaksanakan tugasnya ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran


mempunyai wewenang:

a. memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang


dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan;
b. meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
K3 dibidang kebakaran di tempat kerja.

Pasal 11

Tata cara penunjukan Ahli K3 sebagaimanan dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf e,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

Kursus teknik penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 7


ayat (2), padal 8 ayat (2), pasal 9 ayat 92), dan pasal 10 ayat (2) harus sesuai
kurikulum dan silabi sebagaimanan tercantum dalam lampiran II Keputusan
Menteri ini.

Pasal 13
1. Tenaga kerja yang telah mengikuti kursus teknik penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 berhak mendapat sertifikat.
2. Serifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditanda tangani oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.

Pasal 14

1. Kursus teknik penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 12


diselenggarakan oleh Perusahaan Jasa K3 yang telah ditunjuk oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.
2. Penunjukan perusahaan jasa pembinaan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat 91)
didasarkan pada kualifikasi tenaga ahli, istruktur dan fasilitas penunjang yang
dimilikinya.

BAB IV

PENGAWASAN

Pasal 15

Pegawai pengawas ketenagakerjaan melaksanaakan pengawasan terhadap ditaatinya


Keputusan Menteri ini.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Pengurus atau pengusaha yang telah membentuk unit penanggulangan kebakaran


sebelum keputusan ini ditetapkan, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun harus
menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Kepurusan Menteri ini.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP
Ketentuan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

FAHMI IDRIS
LAMPIRAN I :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999

DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA


BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA

KLASIFIKASI JENIS TEMPAT KERJA


Bahaya Kebakaran Ringan • Tempat ibadah
• Gedung/ruang Perkantoran
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan • Gedung/ruang Pendidikan
kemudahan terbakar rendah, dan apabila • Gedung/ruang Perumahan
terjadi kebakaran melepaskan panas rendah • Gedung/ruang Perawatan
sehingga menjalarnya api lambat • Gedung/ruang Restoran
• Gedung/ruang Perpustakaan
• Gedung/ruang Perhotelan
• Gedung/ruang Lembaga
• Gedung/ruang Rumah sakit
• Gedung/ruang Museum
• Gedung/ruang Penjara

Bahaya Kebakaran Sedang I • Tempat Parkir


• Pabrik Elektronika
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan • Pabrik roti
kemudahan terbakar sedang, menimbun • Pabrik barang gelas
bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 • Pabrik minuman
meter dan apabila terjadi kebakaran • Pabrik permata
melepaskan panas sedang • Pabrik Pengalengan
• Binatu
• Pabrik susu

Bahaya Kebakaran Sedang II • Penggilingan padi


• Pabrik bahan makanan
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan • Percetaqkan dan penerbitan
kemudahan terbakara sedang, menimbun • Bengkel mesin
bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan • Gudang pendinginan
apbila terjadi kebakaran melepaskan panas • Perakitan kayu
sedang sehingga menjalarnya api sedang • Gudang perpustakaan
• Pabrik barang keramik
• Pabrik tembakau
• Pengolahan logam
• Penyulingan
• Pabrik barang kelontong
• Pabrik barang kulit
• Pabrik tekstil
• Perakitan kendaraan bermotor
• Pabrik kimia (kimia dengan
kemudahan terbakar sedang)
• Pertokoan dengan pramuniaga
kurang dari 50 orang

Bahaya kebakaran Sedang III • Ruang pameran


• Pabrik permadani
Tempat kerja yang mempuyai jumlah dan • Pabrik makanan
kemudahan terbakar tinggi, dan apabia • Pabriksikat
terjadi kebakaran melepaskan anas tinggi, • Pabrik Ban
sehingga menjalarnya api cepat • Pabrik Karung
• Bengkel mobil
• Pabrik sabun
• Pabrik tembakau
• Pabrik lilin
• Studio dan pemancar
• Pabrik barang plastik
• Pergudangan
• Pabrik pesawat terbang
• Pertokoan dengan pramuniaga lebih
dari 30 orang
• Penggergajian dan pengolahan kayu
• Pabrik makanan kering dari bahan
tepung
• Pabrik minyak nabati
• Pabrik tepung terigu
• Pabrik pakaian

Bahaya kebakaran Berat • Pabrik kimia dengan kemudahan


terbakar tinggi
Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan • Pabrik kembang api
kemudahan terbakar tinggi, menyimpan • Pabrik korek api
bahan cair • pabrik cat
• Pabrik bahan peledak
• Penggergajian kayu dan
penyelesaannya menggunakan
bahan mudah terbakar
• studo film dan televisi
• Pabrik karet buatan
• Hanggar pesawat terbang
• Penyulingan minyak bumi
• Pabrik karet busa dan plastik busa

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

FAHMI IDRIS
LAMPIRAN II :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999

KURIKULUM DAN SILABI KURSUS TEKNIS PENANGGULANGAN


KEBAKARAN

I. PAKET D (TINGKAT DASAR I)

NO KURIKULUM SILABI JAM


1. Norma K3 Penanggulangan Dasar-dasar K3 dengan K3 penanggulangan
4
kebakaran kebakaran
2. Manajemen Dasar- dasar Manajemen Penangggulangan
Penangggulangan Kebakaran 2
Kebakaran
3. Teori Api dan anatomi • Teori api dan anatomi kebakaran
kebakaran I • Prinsip-prinsip pencegahan dan,
4
• Teknik pemadaman kebakaran

4. Pengenalan Sistem Proteksi • Sistem proteksi pasif


Kebakaran (Kompartemanisasi, dll)
• Sistem proteksi aktif (APAR, Hidran 4
dll.

5. Prosedur darurat bahaya • Pengetahuan prosedur menghadapi


kebakaran kebakaran (Dasar-dasar IFre
2
Emergency Procedure)

6. Praktek Pemadaman dengan APAR/ Hydrant 6


7. Evaluasi 3
Jumlah jam pelajaran @ 45 menit 25

II. PAKET C (TINGKAT DASAR II)

NO KURIKULUM SILABI JAM


1. Peraturan perundangan • kEBIJAKAN k3 2
K3 • Undang-undang No. 1 Th. 1970 2
• Sistem manajemen K3 2
• Norma-norma K3 Penanggulangan 2
Kebakaran

2. Pengetahuan teknik • Teori api dan anatomi kebakaran 2


pencegahan kebakaran • Penyimpanan dan penangganan 4
bahan mudah terbakar/meledak
• metoda pengendalian proses 4
pekerjaan/penggunaan peralatan,
instalansi dan energi/panas lainnya

3. Sistem instalasi deteksi, • Sistem Deteksi & alarm kebakaran 2


alarm dan pemadam • Alat Pemadam Api Ringan 2
kebakaran • Hydran, sprinkler 2
• Sistem pemadam api kimia 2
• Fire safety equipment 2

<td
width="
LAMPIRAN III :
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 186/MEN/ 1999
TANGGAL; 29 SEPTEMBER 1999

RASIO JUMLAH MINIMUM


KLASIFIKASI, KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI
PERSONIL PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI TEMPAT KERJA
DIKAITKAN DENGAN RESIKO BAHAYA

JUMLAH TINGKAT RESIKO BAHAYA KEBAKARAN


TENAGA
RINGAN SEDANG I SEDANG II SEDANG III BERAT
KERJA
2D 2D 3D 4D 5D
- - 2C 3C 4C
25 Orang
- - 1B 1B 1B
- - 1A 1 A 1A
4D 4D 6D 8D 10 D
- - 3C 4C 5C
50 Orang
- - 1B 1B 1B
- - 1A 1A 1A
8D 8D 10 D 12 D 14 D
- - 4C 5C 6C
100 Orang
1B 1B 1B 1B 1B
- - 1A 1A 1A
16 D 16 D 20 D 24 D 28 D
- - 5C 6C 7C
200 Orang
2B 2B 2B 2B 2B
- - 1A 1A 1A
24 D 24 D 30 D 36 D 42 D
300 Orang 6C 6C 7C 8C 9C
atau lebih 3B 3B 1B 3B 3B
1A 1A 1A 1A 1A

Keterangan :

• Tingkat D = Pemimpin Petugas Peran Kebakaran


• Tingkat C = Regu Penanggulangan Kebakaran
• Tingkat B = Koordinator Unit Pananggulangan Kebakaran
• Tingkat A = Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran
Disususun berdasarkan :

Kepmenaker No. : KEP/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di tempat Kerja


PER-02/MEN/1992

PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER-02/MEN/1992

TENTANG
TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 1 ayat (6) dan pasal 5 ayat
(2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, perlu
menetapkan tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. bahwa tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER-
03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-
04/Men/1987 sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu
disempurnakan;
c. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat: 1. Undang-undang Uap tahun 1930 (Stb 1930 No. 225);


2. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Tenaga Kerja;
3. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
4. Peraturan Uap tahun 1930 (Stb 1930 No. 339);
5. Keputusan Presiden RI No. 15 tahun 1984 yo. Keputusan Presiden No.
30 tahun 1987 tentang Susunan Organisasi Departemen;
6. keputusan Presiden RI No. 64/M tahun 1988 tentang pembentukan
Kabinet Pembangunan V;
7. peraturan menteri tenaga kerja No. Per-04/Men/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

1 dari 7
PER-02/MEN/1992

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG TATA CARA PENUNJUKAN, KEWAJIBAN DAN
WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknik berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
b. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
c. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja melakukan pekerjaan atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha, dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
d. Direktur ialah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada
perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;

2 dari 7
PER-02/MEN/1992

BAB II
TATA CARA PENUNJUKAN
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana Muda atau Sederajat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.

Pasal 4
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan berdasarkan
permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus melampirkan:
a. Daftar riwayat hidup;
b. Surat keterangan pengalaman kerja dibidang keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. Surat keterangan pemeriksaan psikologi yang menyatakan sesuai untuk
melaksanakan tugas sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja;
e. Surat berkelakuan baik dari Polisi;
f. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan/instansi yang
bersangkutan;
g. Foto copy ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar terakhir;
h. Sertifikat pendidikan khusus keselamatan dan kesehatan kerja, apabila yang
bersangkutan memilikinya.

3 dari 7
PER-02/MEN/1992

Pasal 5
(1) Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja diberikan setelah memperhatikan
pertimbangan Tim Penilai;
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk Menteri Tenaga Kerja,
dan diketuai oleh Direktur Jenderal yang membidangi keselamatan dan kesehatan
kerja yang anggotanya terdiri dari Pejabat Departemen Tenaga Kerja, Badan dan
Instansi lain yang dipandang perlu.

Pasal 6
(1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 mempunyai tugas melakukan
penilaian tentang syarat-syarat administrasi dan kemampuan pengetahuan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Kemampuan pengetahuan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah
kemampuan melakukan identifikasi, evaluasi dan pengendalian masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 7
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2) Keputusan penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dimintakan
perpanjangan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan menurut
prosedur dalam pasal 4 ayat (1) dengan melampirkan:
a. Semua lampiran sebagaimana disebut dalam pasal 4 ayat (2);
b. Salinan keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang lama;
c. Surat pernyataan dari pengurus atau pimpinan instansi mengenai prestasi ahli
keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan;
d. Rekapitulasi laporan kegiatan selama menjalankan tugas.
(4) Dalam keputusan penunjukan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Tim Penilai dapat melakukan pengujian kembali tentang kemampuan pengetahuan
teknis keselamatan dan kesehatan kerja.

4 dari 7
PER-02/MEN/1992

Pasal 8
(1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja tidak berlaku apabila
yang bersangkutan:
a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. Mengundurkan diri;
c. Meninggal dunia.
(2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja dicabut apabila yang
bersangkutan terbukti:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan
kerja;
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya;
c. Dengan sengaja dan atau karena kehilafannya menyebabkan terbukanya suatu
rahasia perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk dirahasiakan.

BAB III
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 9
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3
(tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan
jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.
(2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat;

5 dari 7
PER-02/MEN/1992

2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat;


3. Direktur Bina Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 10
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meninta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya;
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan
lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
(2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat dirubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk berdasrkan Undang-undang uap
tahun 1930 dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang bekerja pada perusahaan
yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam memberikan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c harus mendapat
persetujuan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditunjuk sebelum Peraturan Menteri
ini berlaku, tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu dalam keputusan
penunjukannya.

6 dari 7
PER-02/MEN/1992

(2) Setelah berakhir jangka waktu penunjukannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat dimintakan perpanjangan sesuai prosedur sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya
Peraturan Menteri ini.

Pasal 13
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. Per-04/Men/1987 pasal 1, huruf a, b dan c, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 13, khususnya
yang mengatur Ahli Keselamatan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 14
Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Desember 1992
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

DRS. COSMAS BATUBARA

7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai