Ss Afaldo Tuwolaporanptb.
Ss Afaldo Tuwolaporanptb.
MATA KULIAH
ILMU REPRODUKSI TERNAK BABI
Disusun oleh:
AFALDO AURI CRISTIAN TUWO
NIM : 20041104001
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan Judul “Laporan
reproduksi dan karkas ternak babi” ini dapat tersesaikan dengan tepat waktu. Adapun tujuan
dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh Dosen dalam
Mata Kuliah Produksi Ternak Babi.
Selain itu laporan ini juga untuk menambah wawasan tentang ternak babi tentu saja
bagi penulis dan juga bagi pembaca. Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas saya untuk Menyusun laporan ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan saya sebagai mahasiswa yang sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagikan Sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
Sehingga kemudian dapat memberikan yang terbaik.
Penyusun
Tujuan Praktikum
Mengukur karkas dan keadaan fisiologis dan data vital ternak, mengetahui cara penafsiran
berat badan ternak, dan mengamati kinerja produksi ternak babi. Dan juga mengtahui cara
pemotogngan karkas yg baik dan benar.
Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum acara komoditas babi antara lain dapat mengetahui dapat
mengetahui cara melakukan pengukuran data fisiologis ternak dan pengukuran data ternak
vital. Mengetahui bagaimanana cara mengestimasi bobot ternak. Dan mengetahui alat
reprodukis terak babi, dan mengatahui pemotongan karkas babi.
BAB II
MATERI DAN METODE
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum identifikasi bangsa ternak babi yaitu
lembar kerja, alat tulis, kamera.
Pengukuran Data Fisiologis Ternak
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data fisiologis
ternak babi yaitu babi betina, dan babi jantan
engukuran Data Vital Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi
yaitu papan dada, lembar kerja, alat tulis, pita ukur, mistar ukur, dan kamera.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak
babi yaitu babi betina dan babi jantan
Penafsiran Berat Badan Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak babi
yaitu lembar kerja, kalkulator, pita rondo, dan tabel subnet.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak
babi yaitu seekor babi betina Dan babi jantan
Metode
Proses pemotongan
Disetrun, di tusu, selanjutnya dimasukan ke dalam bak air panas (dengan didih 80OC)
dandi diamkan selama 1 jam untuk 2 x rendam.
Pengukuran Data Vital Ternak
Metode yang dilakukan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi yaitu
panjang kepala, lebar kepala, panjang badan, lingkar dada, dan panjang telinga diukur
dengan menggunakan pita ukur. Dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, dan tinggi pinggul
diukur dengan mistar ukur. Indeks kepala dihitung dengan menggunakan rumus
Penafsiran Berat Badan Ternak
Metode yang dilakukan pada saat penafsiran berat badan ternak babi yaitu dengan
cara perhitungan menggunakan tabel subnet dan tafsiran pita rondo. Penafsiran
menggunakan tabel subnet dihitung berdasarkan data lingkar dada dan panjang badan.
Berat badan riil babi dilihat pada pita rondo menggunaka data lingkar dada.
Hasil rata – rata bobot potong ternak babi betina yaitu 65,40 kg. Rata-rata Bobot potong
ternak jantan (48,32 kg) lebih rendah dibanding ternak betina (65,40 kg). Secara teoritis,
Soeparno (1998) dan Bures dan Barton (2012) mengatakan, bahwa steroid kelamin, hormon
androgen, terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan terutama bertanggung jawab atas
perbedaan komposisi tubuh antara jenis kelamin jantan dan betina, dan pada umur yang
sama, ternak jantan akan memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibanding ternak betina.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini karena ternak jantan lebih banyak dipotong pada
umur muda dimana ternak jantan masih dalam masa pertumbuhan dibanding dengan ternak
betina.
Bobot dan Persentase Karkas Hasil penelitian rata – rata bobot dan persentase karkas
masing-masing ternak yang dipotong di RPH Wailang adalah 32,32 kg dan 66,82% untuk
ternak jantan dan 90kg dan 80kg untuk ternak betina. Penelitian yang dilakukan pada babi
lokal jantan kastrasi berumur sekitar 7 – 9 bulan diperoleh hasil rata-rata bobot badan
adalah 68,47 kg dengan rata-rata bobot karkas adalah 47,46 kg (Verika, 2013) sehingga
rata-rata persentase karkas yang diperoleh adalah sebesar 69,32%.
Tebal Lemak Punggung Rata- rata tebal lemak punggung untuk babi jantan dan babi betina
masing-maing adalah yaitu 2 cm dan 2,1 cm (Tabel 1). Tebal lemak punggung babi betina
nampak lebih tinggi dari ternak jantan. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain disebabkan
oleh lebih banyak dipotong pada umur yang lebih tinggi, ternak babi betina juga memiliki
bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan panjang karkas yang lebih tinggi dari
ternak babi jantan. Pertumbuhan lemak pada ternak terjadi secara cepat setelah umur
pubertas dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya umur ternak bahkan terjadi
penimbunan setelah berakhirnya masa pertumbuhan atau telah tercapainya masa dewasa
tubuh ketika tidak ada lagi pertumbuhan otot dan tulang (Lawrie, 2006). Tebal lemak
punggung yang diukur pada titik antara tulang rusuk ke-6 dan ke-7 pada babi lokal Lithuania
murni, ¼ babi persilangan babi lokal Lithuania dan babi liar adalah 3,9 cm, sementara yang
diukur pada rusuk ke-10 diperoleh angka masing-masing 2,61 cm, 2,42 cm dan 3,46 cm dan
yang diukur pada tulang rusuk terakhir masing-masing adalah 2,66 cm, 2, 55 cm dan 3,16
cm (Razmaite, et.al., 2008). Tebal lemak babi lokal hampir sama dengan hasil penelitian ini
yaitu ratarata berkisar dari 1 cm – 2,3 cm untuk babi jantan dan untuk babi betina berkisar
dari 2,0 cm – 3,5 cm. Babi lokal memiliki tebal lemak pada tulang belakang khususnya pada
tulung rusuk pertama 2,42 cm, tualng rusuk terakhir 0,78 cm dan tulang pinggang terakhir
(vertebrae lumbalis) 0,72 cm dengan rata-rata tebal lemak punggung 1,31 cm (Faylon and
Bueno, 2018). Semua nilai tebal lemak tulang belakang yang ada pada beberapa ternak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Data Vital Ternak dan bagian-bagian karkas ternak babi
Berdasarkan hasil praktikum data vital merupakan data yang didapatkan dari hasil
pengukuran pada ternak secara langsung. Data vital dapat digunakan untuk mengetahui
performance dari ternak tersebut serta dapat digunakan sebagai indikator bahwa ternak
tersebut sudah siap untuk di jual apakah belum. Pada pengukuran data vital dilakakukan
pengukuran diantaranya panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lingkar dada,
panjang badan, dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, tinggi pinggul. Wea (2012)
menyatakan bahwa data vital meliputi panjang badan, lingkar dada, dalam dada, tinggi
pinggul, panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga. Berdasarkan literatur
tersebut maka kegiatan praktikum sudah sesuai. Swanjaya et al. (2016) menyatakan bahwa
panjang badan dapat diukur dari jarak lurus antara benjolan bahu sampai tulang duduk
menggunakan pita ukur. Tinggi pinggul diukur dengan cara mengukur antara jarak tertinggi
pinggul sampai sampai titik terendah pinggul pada saat ternak berdiri menggunakan mistar
ukur. Lebar dada dapat diukur dengan jarak ukur melingkar pada dada tepat dibelakang
sendi bahu menggunakan pita ukur. Gerti et al. (2016) menyatakan bahwa lebar dada dapat
diukur dari jarak antara benjolan sendi bahu ( Os. Scapula ) kiri dan kanan menggunakan
meter. Dalam dada dapat diukur dari jarak tertinggi pundak dan tulang dada menggunakan
mistar. Sitanggang et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi data vital
dibagi menjadi dua, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi bangsa ternak,
spesies ternak, jenis kelamin, dan faktor individu. Faktor luar meliputi suhu, lingkungan, dan
pakan ternak.
2 Tinggi Badan
Tinggi badan atau tinggi dapat diukur mulai dari ujung kaki depan tegak lurus sampai
pada bahu di tengah-tengah pundak dengan menggunakan pita ukur dan ternak yang akan
diukur harus berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Tinggi badan atau tinggi pundak
merupakan pengukuran dari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah dengan
menggunakan pita ukur (Pasaribu, 2015). Menurut Johansson dan Rendel (1968)
menyatakan, bahwa tinggi pundak pada ternak lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang,
bukan dipengaruhi oleh daging atau otot.
3 Lingkar Dada
Pertambahan lingkar dada dapat diukur dengan cara melingkarkan pita ukur di sekitar
dada (the long axis of the body) tepat di belakang siku dan ternak yang akan diukur harus
berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Lingkar dada yang semakin besar akan
mempermudah ternak dalam bernafas yang selanjutnya akan membantu memperlancar
metabolism sehingga konsumsi terhadap pakan akan meningkat (Ariana et al., 2017)
Berdasarkan praktikum data vital yang telah dilakukan, didapatkan dokumentasi dari
pengukuran data vital :
HASIL PENGUKURAN
Sistem reproduksi babi jantan berfungsi untuk memproduksi, menyimpan, dan menyalurkan
sperma untuk membuahi sel telur . Sementara itu, sistem reproduksi babi betina memiliki
fungsi untuk memproduksi sel telur dan sebagai tempat janin berkembang hingga proses
persalinan tiba. Babi jantan memiliki penis dan testis, sedangkan pada betina memiliki ovary
dan vagina.
PENJELASAN MENGENAI ALAT REPODUKSI PADA BABI JANTAN DAN BABI BETINA
Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuterkandungk memproduksi ovum dan
sebagai penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu
ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh
darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan sebagai
saluran reproduksi. Ovarium mengandung banyak folikel yang masing-masing didalamnya
terkandung satu ovum, yang perlu diketahui bahwa jumlah ovum didalam ovarium telah
ditentukan jumlahnya sejak masih embrio, sehingga itu jika jumlah ini habis maka hewan
betina akan mengalami yang disebut “ monopause “.
Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
1. Folikel primer (oosit primer), terbentuk sejak masih dalam kandungan dan
mengandung oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil pada tahap ini
pembelahanyang terjadi pembelahan meiosis namun hanya sampai pada fase profase I,
2. Folikel sekunder (oosit sekunder), terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya
lebih banyak,
3. Folikel tertier (ootid), terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai
mengalami siklus birahi,
4. folikel de Graaf ( ovum dan polosit), merupakan folikel terbesar pada ovarium pada
waktu hewan betina menjelang birahi dan folikel inilah yang akan diovulasikan.
Folikel adalah struktur berisi cairan yang merupakan tempat pertumbuhan sel-telur (oocyte).
Bagian penutup dari folikel mengandung sel-sel yang memproduksi hormon betina
(estrogen) dinamakan Estradiol 17 beta. Setelah melepaskan sel telur (ovulasi), sel-sel
produsen hormon ini ganti membuat hormon penunjang implantasi dinamakan Progesteron.
Struktur ini warnanya kuning dan dinamakan Corpus Luteum. Folikel berasal dari epitel
lembaga karena proses invaginasi. Dimana secara bertahap folikel akan berpisah dari epitel
lembaga dan terpancang di bawah tunica albuginea di dalam lapisan parenchyma. Di sini
folikel akan mengalami perubahan-perubahan untuk menjadi dewasa, ovulasi dan
pembentukan corpus luteum. Folikel pada semua periode perkembangan dapat ditemukan
pada kedua ovarium dewasa normal belum menopause. Folikel terletak di korteks ovarium
dan dibagi menjadi dua berdasarkan tipe fungsinya, yaitu primordial (nongrowing) dan
follikel yang tumbuh (growing).
Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada bagian stigma dipengaruhi
oleh hormon LH (Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipifise. LH
menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding folikel
pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang dapat
kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu
terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron
untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat
bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan
FSH.
Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon
pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang menekan birahi
yang berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and Bade, 1998).
Menurut Bearden and Fuquay (1997) panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak
adalah 20 sampai 30 cm.
c. Uterus
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang
telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu
mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis.
Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah
disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium.
Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu
uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri
merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu
badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus
uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus
uteri terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.
Bentuk-bentuk uterus ada 4, yaitu:
1. Uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi corpus uteri sangat pendek.
Contoh pada babi.
2. Uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di antara kedua cornu terdapat
penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral.
3. Uterus duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan
marmut.
4. Uterus simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.
Fungsi uterus:
1. Saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel telur
pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu.
2. Tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan embrio pada
endometrium uterus.
3. Tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
4. berperan pada proses kelahiran (parturisi).
5. Pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi
corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.
Di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat
ternak bunting. Sebagai contoh, menurut Lindsay et al., (1982) bahwa uterus pada sapi
yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Perbedaan panjang
uterus dipengaruhi oleh umur, bangsa ataupun kondisi ternak.
d. Cervix
Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke
dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang
terbentuk dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus
dan kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa
menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus.
Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga
fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and Bade, 1998).
Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk
masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.
e. Vagina
Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara cervix
dan vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak
berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa
sel mukosa yang berdekatan dengan cervix.
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio
vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan
portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.
Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan
saat proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar
pada waktunya.
Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai
25,0 sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan
frekuensi beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).
f. Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua bagian.
Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora
homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan
skrotum pada hewan jantan.
Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut
rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya
volume darah yang mengalir ke dalamnya.
g. Klitoris
Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis
pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri
atas dua krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang
tertutup oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa
yang berperan pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus.
Fungsi dari klitoris ini membantu dalam perkawinan.
GAMBAR ALAT REPRODUKSI PADA BABI BETIN
Daging Babi
– Pork Ham
( Paha belakang )
Daging ini adalah bagian paha belakang, dan tidak banyak serat
daging ini cocok untuk olahan daging giling, ham.
-Pork Fillet
( Lulur dalam )
Daging ini adalah terlunak dari bagian babi yang lain, dan tanpa lemak
daging.
-Pork Belly
( San cam )
-Pork Ribs
( Tulang Iga )
Daging ini terdiri dari tulang punggung, tulang iga belakang, lulur luar,
daging.
Daging ini memiliki pola yang bagus sehingga memudahkan untuk diolah, lemaknya
hampir tidak ada,
-Pork Jowl
( Leher )
Daging ini memiliki lemak keras yang sangat banyak, dan sedikit daging.
-Pork Roast
( Satean )
Daging ini memiliki lemak disetiap selanya, dan itu akan mengakibatkan
aroma yang harum saat dipanggang dan membuat daging lebih cepat empuk
saat dipanggang.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan yaitu:
1. Pada bagian karkas baik untuk di konsumsi untuk masyarakat
2. Pemeriksaan post mortem dan ante mortem tidak ditemukan gejala atau penyakit
Saran
Adapun saran yang ingin kami berikan pada praktikum di RPH Taas ini yaitu hanya tersedia
enam ekor ternak babi dan empat ekor babi tidak boleh di potong karena satu dan lain hal.
Untuk babi yang di potong hanya tersedia dua ekor dan mahaiswa ada kurang lebih 64
mahasiswa. Dan itu masih kurang untuk prktikum pada saat itu dengan jumlah mahasiswa
yang cukup banyak.dan diharapkan selanjutnya supaya babi yg di potong semakin banyak
atau menyesuaikan dengan mahasiswa yang datng. Dan jangan sampe RPH itu jarang
digunakan harus aktif atau beroprasi setiap hari kalau bisa. karna kmi mahasiswa mendengar
informasi bahwa banyak masyarkat lebih memilih memotong sendiri di rumah tampa
prosedur yang ada dan tanpa pemeriksaan post mortem dan pemeriksaan ante mortem.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukkan dapat disimpulkan bahwa kita
harus memperhatikan mutuh dari bobot badan, panjang badan, tinggi kaki depan
dan kaki belakang, ketebalan lemak dan kualitas karkas. Dan juga menggetahui cara
Pengukuran berat badan, panjang badan,tinggi dll. Dan mengetahui, mengetahui
pemotongan karkas, dan mempelajari bagian-bagian karkas, dan alat reproduksi dari
ternak babi jantan maupun babi betina.