Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH
ILMU REPRODUKSI TERNAK BABI

Disusun oleh:
AFALDO AURI CRISTIAN TUWO
NIM : 20041104001

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan Judul “Laporan
reproduksi dan karkas ternak babi” ini dapat tersesaikan dengan tepat waktu. Adapun tujuan
dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh Dosen dalam
Mata Kuliah Produksi Ternak Babi.
Selain itu laporan ini juga untuk menambah wawasan tentang ternak babi tentu saja
bagi penulis dan juga bagi pembaca. Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas saya untuk Menyusun laporan ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan saya sebagai mahasiswa yang sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagikan Sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca.
Sehingga kemudian dapat memberikan yang terbaik.

Penyusun

AFALDO AURI CRISTIAN TUWO


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan kegiatan pengembangan budidaya ternak babi adalah meningkatkan
populasi produksi, menata usaha budidaya ternak babi dikelompok, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan SDM dalam melaksanakan budidaya ternak babi. Babi
adalah hewan yang cepat tumbuh dan berkembangbiak, litter size babi sangatlah produktif,
konversi pakan yang sangat efisien, presentase karkas tinggi, bibit mudah didapat, biaya
dan tenaga relatif kecil sehingga pengembalian modal peternak relatif cepat. Hal tersebut
menandakan bahwa ternak babi lebih diunggulkan dari ternak yang lain. Berdasarkan hasil
sensus penduduk yang dilakukan sepuluh tahun sekali diperoleh bahwa penduduk
Indonesia berjumlah 237.641.326 orang dan 29.568.464 orang diantaranya adalah non-
Muslim atau sebesar 12,44% dari total penduduk Indonesia (BPS 2014). Oleh karena itu,
daging babi memiliki potensi sebagai sumber protein hewani bagi sebagian penduduk di
Indonesia. Bisnis babi terutama di Indonesia mengalami peningkatan yang relatif cepat
dengan ditandai tumbuh dan berkembangnya peternakan babi rakyat baik dalam skala kecil
maupun perusahaan peternakan yang lebih besar dengan teknologi yang lebih baik
(Shihombing, 2006). Rencana strategi Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
untuk tahun 2010-2014, adalah peningkatan populasi ternak babi baik itu ternak babi lokal
maupun babi eks impor sebesar 1,15% setiap tahunnya, sehingga jumlah populasi babi di
Indonesia mencapai 7.204.768 ekor dan menghasilkan daging sebesar 247.420 ton (Ditjen
PKH 2013b). Berdasarkan rencana strategis Ditjen PKH, maka pelestarian babi lokal dapat
dilakukan dengan cara membatasi jumlah impor babi dan daging babi, mengembangkan
ternak babi lokal serta melakukan konservasi untuk mencegah terjadinya kemusnahan
berbagai jenis babi lokal.

Tujuan Praktikum
Mengukur karkas dan keadaan fisiologis dan data vital ternak, mengetahui cara penafsiran
berat badan ternak, dan mengamati kinerja produksi ternak babi. Dan juga mengtahui cara
pemotogngan karkas yg baik dan benar.

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum acara komoditas babi antara lain dapat mengetahui dapat
mengetahui cara melakukan pengukuran data fisiologis ternak dan pengukuran data ternak
vital. Mengetahui bagaimanana cara mengestimasi bobot ternak. Dan mengetahui alat
reprodukis terak babi, dan mengatahui pemotongan karkas babi.
BAB II
MATERI DAN METODE

Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum identifikasi bangsa ternak babi yaitu
lembar kerja, alat tulis, kamera.
Pengukuran Data Fisiologis Ternak
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data fisiologis
ternak babi yaitu babi betina, dan babi jantan
engukuran Data Vital Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi
yaitu papan dada, lembar kerja, alat tulis, pita ukur, mistar ukur, dan kamera.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak
babi yaitu babi betina dan babi jantan
Penafsiran Berat Badan Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak babi
yaitu lembar kerja, kalkulator, pita rondo, dan tabel subnet.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak
babi yaitu seekor babi betina Dan babi jantan
Metode
Proses pemotongan
Disetrun, di tusu, selanjutnya dimasukan ke dalam bak air panas (dengan didih 80OC)
dandi diamkan selama 1 jam untuk 2 x rendam.
Pengukuran Data Vital Ternak
Metode yang dilakukan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi yaitu
panjang kepala, lebar kepala, panjang badan, lingkar dada, dan panjang telinga diukur
dengan menggunakan pita ukur. Dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, dan tinggi pinggul
diukur dengan mistar ukur. Indeks kepala dihitung dengan menggunakan rumus
Penafsiran Berat Badan Ternak
Metode yang dilakukan pada saat penafsiran berat badan ternak babi yaitu dengan
cara perhitungan menggunakan tabel subnet dan tafsiran pita rondo. Penafsiran
menggunakan tabel subnet dihitung berdasarkan data lingkar dada dan panjang badan.
Berat badan riil babi dilihat pada pita rondo menggunaka data lingkar dada.

Pengkarkasan Setelah penyembilihan, kemudian dilakukan pengkarkasan dengan cara


memisahkan bagian karkas dan non karkas (offal) yaitu jerohan, kepala, ekor, kaki depan
bagian bawah (metacarpal) dan kaki belakang bagianbawah (metatarsal).Kemudian karkas
dibagi menjadi dua bagian dengan cara pemisahan antara bagian karkas kanan dan karkas
kiri.
Bobot karkas hangat (kg) Bobot karkas hangat (kg) adalah Bobo tbabi setelah dikeluarkan
bulu, jerohan, kepala dan kaki depan dan kaki belakang bagian bawah. Presentase karkas
(%) Presentase bobot karkas hangat dihitung berdasarkan perbandingan antara Bobot
karkas hangat dengan Bobot potong dikalikan 100 %. % Karkas = Bobot karkas Bobot
Potong x 100 % Panjang karkas Panjang karkas (cm) diukur dari tulang rusuk pertama (1 st
os costae) sampai dengan bagian ujung depan pangkal tulang ekor aitch bone (tuber
ischium) (Blakely dan David, 1982).

Hasil rata – rata bobot potong ternak babi betina yaitu 65,40 kg. Rata-rata Bobot potong
ternak jantan (48,32 kg) lebih rendah dibanding ternak betina (65,40 kg). Secara teoritis,
Soeparno (1998) dan Bures dan Barton (2012) mengatakan, bahwa steroid kelamin, hormon
androgen, terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan terutama bertanggung jawab atas
perbedaan komposisi tubuh antara jenis kelamin jantan dan betina, dan pada umur yang
sama, ternak jantan akan memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibanding ternak betina.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini karena ternak jantan lebih banyak dipotong pada
umur muda dimana ternak jantan masih dalam masa pertumbuhan dibanding dengan ternak
betina.

Bobot dan Persentase Karkas Hasil penelitian rata – rata bobot dan persentase karkas
masing-masing ternak yang dipotong di RPH Wailang adalah 32,32 kg dan 66,82% untuk
ternak jantan dan 90kg dan 80kg untuk ternak betina. Penelitian yang dilakukan pada babi
lokal jantan kastrasi berumur sekitar 7 – 9 bulan diperoleh hasil rata-rata bobot badan
adalah 68,47 kg dengan rata-rata bobot karkas adalah 47,46 kg (Verika, 2013) sehingga
rata-rata persentase karkas yang diperoleh adalah sebesar 69,32%.

Tebal Lemak Punggung Rata- rata tebal lemak punggung untuk babi jantan dan babi betina
masing-maing adalah yaitu 2 cm dan 2,1 cm (Tabel 1). Tebal lemak punggung babi betina
nampak lebih tinggi dari ternak jantan. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain disebabkan
oleh lebih banyak dipotong pada umur yang lebih tinggi, ternak babi betina juga memiliki
bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan panjang karkas yang lebih tinggi dari
ternak babi jantan. Pertumbuhan lemak pada ternak terjadi secara cepat setelah umur
pubertas dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya umur ternak bahkan terjadi
penimbunan setelah berakhirnya masa pertumbuhan atau telah tercapainya masa dewasa
tubuh ketika tidak ada lagi pertumbuhan otot dan tulang (Lawrie, 2006). Tebal lemak
punggung yang diukur pada titik antara tulang rusuk ke-6 dan ke-7 pada babi lokal Lithuania
murni, ¼ babi persilangan babi lokal Lithuania dan babi liar adalah 3,9 cm, sementara yang
diukur pada rusuk ke-10 diperoleh angka masing-masing 2,61 cm, 2,42 cm dan 3,46 cm dan
yang diukur pada tulang rusuk terakhir masing-masing adalah 2,66 cm, 2, 55 cm dan 3,16
cm (Razmaite, et.al., 2008). Tebal lemak babi lokal hampir sama dengan hasil penelitian ini
yaitu ratarata berkisar dari 1 cm – 2,3 cm untuk babi jantan dan untuk babi betina berkisar
dari 2,0 cm – 3,5 cm. Babi lokal memiliki tebal lemak pada tulang belakang khususnya pada
tulung rusuk pertama 2,42 cm, tualng rusuk terakhir 0,78 cm dan tulang pinggang terakhir
(vertebrae lumbalis) 0,72 cm dengan rata-rata tebal lemak punggung 1,31 cm (Faylon and
Bueno, 2018). Semua nilai tebal lemak tulang belakang yang ada pada beberapa ternak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Data Vital Ternak dan bagian-bagian karkas ternak babi
Berdasarkan hasil praktikum data vital merupakan data yang didapatkan dari hasil
pengukuran pada ternak secara langsung. Data vital dapat digunakan untuk mengetahui
performance dari ternak tersebut serta dapat digunakan sebagai indikator bahwa ternak
tersebut sudah siap untuk di jual apakah belum. Pada pengukuran data vital dilakakukan
pengukuran diantaranya panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lingkar dada,
panjang badan, dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, tinggi pinggul. Wea (2012)
menyatakan bahwa data vital meliputi panjang badan, lingkar dada, dalam dada, tinggi
pinggul, panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga. Berdasarkan literatur
tersebut maka kegiatan praktikum sudah sesuai. Swanjaya et al. (2016) menyatakan bahwa
panjang badan dapat diukur dari jarak lurus antara benjolan bahu sampai tulang duduk
menggunakan pita ukur. Tinggi pinggul diukur dengan cara mengukur antara jarak tertinggi
pinggul sampai sampai titik terendah pinggul pada saat ternak berdiri menggunakan mistar
ukur. Lebar dada dapat diukur dengan jarak ukur melingkar pada dada tepat dibelakang
sendi bahu menggunakan pita ukur. Gerti et al. (2016) menyatakan bahwa lebar dada dapat
diukur dari jarak antara benjolan sendi bahu ( Os. Scapula ) kiri dan kanan menggunakan
meter. Dalam dada dapat diukur dari jarak tertinggi pundak dan tulang dada menggunakan
mistar. Sitanggang et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi data vital
dibagi menjadi dua, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi bangsa ternak,
spesies ternak, jenis kelamin, dan faktor individu. Faktor luar meliputi suhu, lingkungan, dan
pakan ternak.

HASIL DAN PEMBAHSAN PENGUKURAN PANJANG BADAN DAN TINGGI,


LINGAR DADA
1.Panjang Badan
Panjang badan adalah jarak dari bagian anterior vertebrae cervicales sampai tuber
sacrale atau jarak lurus antara benjolan bahu sampai tulang duduk / tulang tapis (Tuber
ischii) (Saranjaya et al., 2016). Panjang badan terdiri dari bagian depan yaitu dari pundak
sampai belakang sendi Scapula, bagian tengah terdiri dari bagian dada dan tulang iga,
bagian belakang terdiri dari pinggang sampai bagian paha (Pasaribu, 2015).

2 Tinggi Badan
Tinggi badan atau tinggi dapat diukur mulai dari ujung kaki depan tegak lurus sampai
pada bahu di tengah-tengah pundak dengan menggunakan pita ukur dan ternak yang akan
diukur harus berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Tinggi badan atau tinggi pundak
merupakan pengukuran dari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah dengan
menggunakan pita ukur (Pasaribu, 2015). Menurut Johansson dan Rendel (1968)
menyatakan, bahwa tinggi pundak pada ternak lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang,
bukan dipengaruhi oleh daging atau otot.

3 Lingkar Dada
Pertambahan lingkar dada dapat diukur dengan cara melingkarkan pita ukur di sekitar
dada (the long axis of the body) tepat di belakang siku dan ternak yang akan diukur harus
berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Lingkar dada yang semakin besar akan
mempermudah ternak dalam bernafas yang selanjutnya akan membantu memperlancar
metabolism sehingga konsumsi terhadap pakan akan meningkat (Ariana et al., 2017)
Berdasarkan praktikum data vital yang telah dilakukan, didapatkan dokumentasi dari
pengukuran data vital :

Gambar 1. Lingkar dada

Gambar 2. Lebar dada


Gambar 3. Tinggi pinggul

Gambar 4 Tinggi kaki depan

HASIL PENGUKURAN

Tabel 2. Pengkuran data vital Babi jantan dan babi betina

TEBAL LEMAK PUNGGUNG


1. Tebal Lemak Punggung (TLP) (cm), diukur di tiga tempat diatas punggung babi yaitu
tepat diatas tulang rusuk pertama, diatas tulang rusuk terakhir dan diatas tulang belakang
terakhir (Gambar 13) Alat yang digunakan adalah meteran biasa (Thrasher et al. 1970)
Lokasi untuk mengukur lemek punggung.

Lokasi Pengukuran Tebal Lemak Punggung


BABI JANTAN BABI BETINA
No Data Ket Data ket
1 Berat karkas 31,8kg Berat karkas 27,6kg
2 Berat kepala babi 5,15kg Berat kepala 5 kg
3 Lemak punggung 2 cm Lemak P 3 cm
4 Panjang karkas 78 cm Panjang k 70cm
5 Tebal lemak pinggul 4,1cm Tebal LP 4 cm
6 Tulang akhir 2cm Tulang akhir 2cm

Tabel 1 ternak babi


Tebal Lemak Punggung Rata- rata tebal lemak punggung untuk babi jantan dan babi
betina masing-maing adalah yaitu 2 cm dan 3 cm (Tabel 1). Tebal lemak punggung babi
betina nampak lebih tinggi dari ternak jantan. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain
disebabkan oleh lebih banyak dipotong pada umur yang lebih tinggi, ternak babi betina juga
memiliki bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan panjang karkas yang lebih
tinggi dari ternak babi jantan. Pertumbuhan lemak pada ternak terjadi secara cepat setelah
umur pubertas dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya umur ternak bahkan
terjadi penimbunan setelah berakhirnya masa pertumbuhan atau telah tercapainya masa
dewasa tubuh ketika tidak ada lagi pertumbuhan otot dan tulang (Lawrie, 2006). Tebal lemak
punggung yang diukur pada titik antara tulang rusuk ke-6 dan ke-7 pada babi lokal ,¼ babi
persilangan babi lokal Lithuania dan babi jantan adalah 3, cm, sementara yang diukur pada
rusuk ke-10 diperoleh angka masing-masing 2,cm cm, 2cm dan 3,46 cm dan yang diukur
pada tulang rusuk terakhir masing-masing adalah 2,66 cm, 2, 55 cm dan 3,16 cm (Razmaite,
et.al., 2008). Tebal lemak babi duroc hampir sama dengan hasil penelitian ini yaitu ratarata
berkisar dari 2 cm – 2,3 cm untuk babi jantan dan untuk babi betina berkisar dari 2,0 cm –
2,1 cm. Babi lokal Filipina memiliki tebal lemak pada tulang belakang khususnya pada tulung
rusuk pertama 2,42 cm, tualng rusuk terakhir 0,78 cm dan tulang pinggang terakhir
(vertebrae lumbalis) 0,72 cm dengan rata-rata tebal lemak punggung 1,31 cm (Faylon and
Bueno, 2018).

Tabel pengukuran vital pada babi jantan dan bentina


BABI JANTAN BABI BETINA
No Data vital Ket Data ket
Berat hidup jantan 90kg Berat hidup betina 85kg
Panjang badan cm Panjang badan 80cm
Tinggi kaki depan 61cm Tinggi kaki depan 52cm
Panjang pinggul 71cm Panajng pinggul 57cm
Panjang ekor 11cm Panjang ekor 10cm
Panjang telinga 25cm Panjang telinga 21cm
Lingkar dada 103cm Lingkar dada 73cm
Panjang kepala 31cm Panjang kepala 27cm
Tabel 2 ternak babi
ALAT REPRODUKSI PADA BABI BETINA DAN JANTAN

PERBEDAN REPRODUKIS BABI JANTAN DAN BABI BETINA

Sistem reproduksi babi jantan berfungsi untuk memproduksi, menyimpan, dan menyalurkan
sperma untuk membuahi sel telur . Sementara itu, sistem reproduksi babi betina memiliki
fungsi untuk memproduksi sel telur dan sebagai tempat janin berkembang hingga proses
persalinan tiba. Babi jantan memiliki penis dan testis, sedangkan pada betina memiliki ovary
dan vagina.
PENJELASAN MENGENAI ALAT REPODUKSI PADA BABI JANTAN DAN BABI BETINA

 SISTEM REPRODUKSI BABI JANTAN


a. Sistem alat reproduksi pejantan Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin
primer, sekunder, dan assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang berlokasi di dalam
skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder
terdiri dari jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian
luar, dan termasuk di dalamnya duktus effrerent, epididimis, fasa differentia, penis dan
uretra. Sedangkan organ 10 asesori terdiri dari kelenjer prostat, seminal vesicles dan
kelenjar bulbourethral (Sonjaya, 2005). Testis adalah alat reproduksi primer pada pejantan.
Fungsi utama utamanya adalah menghasilkan sel-sel sperma dan hormon-hormon jantan.
Kedua testis terbungkus dalam skrotum yang melindungi testis dan membantu
mempertahankan temperatur testis sekitar 9°C lebih rendah dari temperatur tubuh. Kelenjar-
kelenjar asesoris yang terdapat pada babi pejantan adalah vesica seminalis, prostata dan
cowper. Kelenjar vesica seminalis dan prostata menghasilkan cairan yang biasanya
dilepaskan sebelum fraksi yang kaya sperma keluar selama ejakulasi. Kelenjar cowper
menghasilkan cairan menyerupai gel yang diduga bertindak sebagai pengisi untuk
mengurangi sperma yang mati sewaktu melakukan inseminasi buatan (Sihombing, 2006).
Penis adalah organ kopulasi jantan, membentuk secara dorsal di sekitar uretra dari titik
uretra di bagian pelvis, dengan lubang uretra eksternal pada ujung bebas dari penis. Sapi,
babi hutan dan domba memiliki lentur sigmoid, sebuah lengkungan berbentuk S pada penis
yang memungkinkan untuk di tarik kembali sepenuhnya ke dalam tubuh. Glan penis yang
merupakan ujung bebas dari penis, disuplai dengan saraf sensorik yang merupakan
homolog dari klitoris betina (Sonjaya, 2005). Babi jantan sudah matang kelamin pada umur
5-6 bulan, namun babi jantan yang dipergunakan sebagai pemacek/pejantan haruslah yang
sudah berumur 8-10 bulan. Pejantan yang masih berusia sekitar 8 bulan hanya 11 boleh
mengawini satu kali per hari dan hanya boleh dipakai satu kali seminggu. Pejantan yang
sudah berusia di atas satu tahun bisa mengawini dua babi betina dalam sehari. Selain itu
pejantan tidak boleh dipergunakan secara berlebihan, atau dalam satu minggu dikawinkan
maksimal tiga kali (Mege, 2006).
GAMBAR ALAT REPRODUKSI PADA BABI JANTAN

 SISTEM REPRODUKSI BABI BETINA.


Sistem reproduksi betina merupakan suatu sistem untuk menghasilkan sel telur dan jika
dibuahi oleh sel jantan akan menghasilkan keturunan, hal ini harus ditunjang dengan
tercapainya sexual maturity atau dewasa kelamin.
Ketika setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang
dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina (Eki
Maura, 2011 ). Namun dalam dewasa kelamin harus didukung dengan tercapainya dewasa
tubuh agar tidak terjadi kefatalan seperti distokia, pertumbuhan menurun, dan lain-lain masih
banyak yang lain.
           Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum
pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh
dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis (Eki Maura, 2011). Organ
reproduksi betina terdiri dari organ reproduksi primer, yaitu ovaria atau biasa dikenal
ovarium, menghasilkan ovum atau sel telur dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-
organ sekunder  atau saluran reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct) (yang tediri dari
fimbrae, ampula, dan ithsmust ) , uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman, 1992).Secara
anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi,
dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992).
Berikut ini akan diuraikan anatomi dari alat-alat reproduksi ternak betina yang mungkin
dapat diuraikan berdasarkan sumber-sumber yang saya baca.
a.      Ovaria atau Ovarium
Ovarium merupakan organ primer reproduksi betina yang berproduksi menghasilkan sel
telur dan mensekresikan hormon progesteron dan esterogen untuk diserap kedalam
pembuluh darah dan juga kedalam ovum. Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang
terdiri dari ovari kanan yang terletak di belakang ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di
belakang ginjal kiri. Ovarium seekor sapi betina bentuknya menyerupai biji buah almond
dengan berat rata-rata 10 sampai 20 gram. Sebagai perbandingan, pada sapi jantan dimana
”biji” pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang letaknya di dalam, sedangkan  pada
betina jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat dengan permukaan
ovari.

Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuterkandungk memproduksi ovum dan
sebagai penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu
ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh
darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan sebagai
saluran reproduksi. Ovarium mengandung banyak folikel yang masing-masing didalamnya
terkandung satu ovum, yang perlu diketahui bahwa jumlah ovum didalam ovarium telah
ditentukan jumlahnya sejak masih embrio, sehingga itu jika  jumlah ini habis maka hewan
betina akan mengalami yang disebut “ monopause “.
Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
1.      Folikel primer (oosit primer), terbentuk sejak masih dalam kandungan dan
mengandung oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil pada tahap ini
pembelahanyang terjadi pembelahan meiosis namun hanya sampai pada fase profase I,
2.      Folikel sekunder (oosit sekunder), terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya
lebih banyak,
3.      Folikel tertier (ootid), terbentuk pada saat hewan mencapai dewasa dan mulai
mengalami siklus birahi,
4.      folikel de Graaf ( ovum dan polosit), merupakan folikel terbesar pada ovarium pada
waktu hewan betina menjelang birahi dan folikel inilah yang akan diovulasikan.
Folikel adalah struktur berisi cairan yang merupakan tempat pertumbuhan sel-telur (oocyte).
Bagian penutup dari folikel mengandung sel-sel yang memproduksi hormon betina
(estrogen) dinamakan Estradiol 17 beta. Setelah melepaskan sel telur (ovulasi), sel-sel
produsen hormon ini ganti membuat hormon penunjang implantasi dinamakan Progesteron.
Struktur ini warnanya kuning dan dinamakan Corpus Luteum. Folikel berasal dari epitel
lembaga karena proses invaginasi. Dimana secara bertahap folikel akan berpisah dari epitel
lembaga dan terpancang di bawah tunica albuginea di dalam lapisan parenchyma. Di sini
folikel akan mengalami perubahan-perubahan untuk menjadi dewasa, ovulasi dan
pembentukan corpus luteum. Folikel pada semua periode perkembangan dapat ditemukan
pada kedua ovarium dewasa normal belum menopause. Folikel terletak di korteks ovarium
dan dibagi menjadi dua berdasarkan tipe fungsinya, yaitu primordial (nongrowing) dan
follikel yang tumbuh (growing).
Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada bagian stigma dipengaruhi
oleh hormon LH (Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipifise. LH
menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding folikel
pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang dapat
kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu
terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron
untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat
bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan
FSH.
Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon
pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang menekan birahi
yang berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and Bade, 1998).

b.      Oviduk atau tuba fallopi


Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari
ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang
merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk
uterus.
Oviduct terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang
letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk
berjumbai yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium.
Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada ovarium
sehingga pada saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang
dilewati ovum menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh fimbria, kemudian
menuju ampula yaitu bagian oviduct yang kedua, di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel
spermatozoa akan menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan
setengah dari panjang oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir
yaitu isthmus. Bagian yang membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary
ismich junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk) sehingga di
antara keduanya dibatasi oleh utero tubal junction.
Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa merupakan lapisan terdiri dari
jaringan ikat dan paling besar, membrana muscularis merupakan lapisan otot dan
membrana mucosa merupakan lapisan yang membatasi lumen.
Fungsi oviduct :
1.      Menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium,
2.      Transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan
3.      Tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi)
4.      Tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa
5.      Memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa
6.      Transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.

Menurut Bearden and Fuquay (1997) panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak
adalah 20 sampai 30 cm.

c.       Uterus
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang
telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu
mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis.
Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah
disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium.
Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu
uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri
merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu
badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus
uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus
uteri terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.
Bentuk-bentuk uterus ada 4, yaitu:
1.      Uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi corpus uteri sangat        pendek.
Contoh pada babi.
2.       Uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di antara kedua cornu terdapat
penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral.
3.      Uterus duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan
marmut.
4.       Uterus simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.

Fungsi uterus:
1.      Saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel telur
pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu.
2.       Tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan embrio pada
endometrium uterus.
3.      Tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
4.       berperan pada proses kelahiran (parturisi).
5.       Pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi
corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.

Di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat
ternak bunting. Sebagai contoh, menurut Lindsay et al., (1982) bahwa uterus pada sapi
yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Perbedaan panjang
uterus  dipengaruhi oleh umur, bangsa ataupun kondisi ternak.

d.      Cervix
Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke
dalam uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang
terbentuk dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus
dan kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa
menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus.
Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga
fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and Bade, 1998).

Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk
masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.

e.       Vagina
Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara cervix
dan vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak
berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa
sel mukosa yang berdekatan dengan cervix.
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio
vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan
portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.

Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan
saat proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar
pada waktunya.

Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai
25,0 sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan
frekuensi beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).
f.       Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua bagian.
Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora
homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan
skrotum pada hewan jantan.

Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut
rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya
volume darah yang mengalir ke dalamnya.
g.      Klitoris  
Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis
pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri
atas dua krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang
tertutup oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa
yang berperan pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus.
Fungsi dari klitoris ini membantu dalam perkawinan.
GAMBAR ALAT REPRODUKSI PADA BABI BETIN

KARKAS TERNAK BABI

 PENJELASAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS

Daging Babi
– Pork Ham
( Paha belakang )

Daging ini adalah bagian paha belakang, dan tidak banyak serat
daging ini cocok untuk olahan daging giling, ham.

-Pork Fillet
( Lulur dalam )

Daging ini adalah terlunak dari bagian babi yang lain, dan tanpa lemak
daging.
-Pork Belly
( San cam )

Daging ini memiliki 5 lapis


1.Kulit
2.Lemak
3.Daging
4.Lemak
5.Daging

-Pork Ribs
( Tulang Iga )

Iga babi ini ada 2 jenis,


yang pertama iga dengan daging sam cam yang tebal, cocok untuk olahan seperti steak,

-Pork Loin Bone In


( Karbonat Tulang )

Daging ini terdiri dari tulang punggung, tulang iga belakang, lulur luar,
daging.

-Pork Loin Boneless


( Lulur Luar )

Daging ini memiliki pola yang bagus sehingga memudahkan untuk diolah, lemaknya
hampir tidak ada,
-Pork Jowl
( Leher )
Daging ini memiliki lemak keras yang sangat banyak, dan sedikit daging.

-Pork Arm Roast


( Kapsim, Paha Depan )
Daging ini memiliki serat  yang sedikit lebih banyak dari jenis lainnya, dan memiliki lemak
disela-selanya, tapi tidak sebanyak Pork Roast ( Satean ).

-Pork Roast
( Satean )
Daging ini memiliki lemak disetiap selanya, dan itu akan mengakibatkan
aroma yang harum saat dipanggang dan membuat daging lebih cepat empuk
saat dipanggang.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan yaitu:
1. Pada bagian karkas baik untuk di konsumsi untuk masyarakat
2. Pemeriksaan post mortem dan ante mortem tidak ditemukan gejala atau penyakit
Saran
Adapun saran yang ingin kami berikan pada praktikum di RPH Taas ini yaitu hanya tersedia
enam ekor ternak babi dan empat ekor babi tidak boleh di potong karena satu dan lain hal.
Untuk babi yang di potong hanya tersedia dua ekor dan mahaiswa ada kurang lebih 64
mahasiswa. Dan itu masih kurang untuk prktikum pada saat itu dengan jumlah mahasiswa
yang cukup banyak.dan diharapkan selanjutnya supaya babi yg di potong semakin banyak
atau menyesuaikan dengan mahasiswa yang datng. Dan jangan sampe RPH itu jarang
digunakan harus aktif atau beroprasi setiap hari kalau bisa. karna kmi mahasiswa mendengar
informasi bahwa banyak masyarkat lebih memilih memotong sendiri di rumah tampa
prosedur yang ada dan tanpa pemeriksaan post mortem dan pemeriksaan ante mortem.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukkan dapat disimpulkan bahwa kita
harus memperhatikan mutuh dari bobot badan, panjang badan, tinggi kaki depan
dan kaki belakang, ketebalan lemak dan kualitas karkas. Dan juga menggetahui cara
Pengukuran berat badan, panjang badan,tinggi dll. Dan mengetahui, mengetahui
pemotongan karkas, dan mempelajari bagian-bagian karkas, dan alat reproduksi dari
ternak babi jantan maupun babi betina.

Anda mungkin juga menyukai