DISUSUN OLEH :
E031211011
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kepada
hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “PERANG ANTAR SUKU
DI PAPUA MELALUI PENDEKATAN KESALAHPAHAMAN ANTAR BUDAYA”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Final Ekstrakulikuler Karya Tulis
Ilmiah (KTI).
Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan
baik dalam hal isi, sistematik, dan teknik penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
i
PERANG ANTAR SUKU DI PAPUA MELALUI PENDEKATAN
KESALAHPAHAMAN ANTAR BUDAYA
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Email : annisanrsntt23@gmail.com
Abstrak
Tanah Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang masih menyimpan berbagai
bentuk bencana salah satunya adalah konflik sosial yang sering disebut sebagai perang
suku. Bisa dikatakan bahwa kehidupan masyarakat Papua masih sangat tradisional,
terutama untuk suku-suku pedalaman. Tradisi perang suku masih sering dilakukan oleh
suku-suku di Papua yang mendiami wilayah di antara pegunungan tengah Jayawijaya.
Mereka sangat menjaga masuknya dunia luar dan beberapa masih merasa terancam oleh
keberadaan pendatang baru, oleh karena itu mereka selalu memiliki senjata yang khas
digunakan untuk membela diri berupa pisau belati yang terbuat dari tulang burung kasuari
yang dihiasi bulunya pada bagian hulu belati tersebut. Salah satunya adalah suku Dani dan
suku Moni. Perang suku ini telah memakan 10 korban jiwa yang disebabkan oleh ego
kedua belah pihak yang saling mempertahankan tanah adat yang mereka tempati atau kelola
adalah sah milik mereka.
Abstract
Papua is one of the areas in Indonesia that still has various forms of disaster, one of which
is social conflict which is often referred to as tribal war. It can be said that the life of the
Papuan people is still very traditional, especially for the interior tribes. The tradition of
tribal wars is still often carried out by the tribes in Papua who inhabit the area between the
central mountains of Jayawijaya. They are very guarded against the entry of the outside
ii
world and some still feel threatened by the presence of newcomers, therefore they always
have a special weapon used for self-defense in the form of a dagger made of cassowary
bone decorated with feathers on the hilt of the dagger. One of them is the Dani tribe and
the Moni tribe. This tribal war has consumed 10 newspapers of the soul caused by the egos
of both parties who defend each other the customary land they occupy or manage is their
rightful possession.
Keywords: Papua, Tribal War, Customary Land
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ................................................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi konflik berasal dari bahasa latin configure yang berarti
saling berbenturan, menurut Kartini Kartono istilah ini termasuk semua bentuk
benturan, tabrakan, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan
interaksiinteraksi yang antagonis-bertentangan (Kartono, 1990: 173). Sedangkan
secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, konflik berarti pertentangan atau percekcokan dan
pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik
antara dua belah pihak yang bersebrangan.
Tanah Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang masih
menyimpan berbagai bentuk bencana salah satunya adalah konflik sosial yang
sering disebut sebagai perang suku. Tradisi perang suku sampai saat ini masih
dilakukan oleh suku-suku yang mendiami wilayah yang membentang di antara
pegunungan tengah Jayawijaya, yakni Suku Dani, Suku Nduga, Suku Dem, Suku
Damal/ Amungme, Suku Moni, Suku Wolani serta Suku Ekari/ Me. Suku Dani
merupakan salah satu dari ketujuh suku yang sampai saat ini masih memiliki tradisi
perang yang sangat kuat.
Dalam menyelesaikan konflik kelompok, masyarakat tradisional biasa
melakukan negosiasi ganti rugi atau biasa disebut dengan bayar kepala kepada
pihak yang dianggap telah merugikan/ mengganggu aspek social-ekonomi
masyarakat tersebut atau melanggar norma adat yang berlaku. Tetapi,
kecenderungan dalam mengambil jalan keluar kekerasan masih sangat kuat di dalam
1
2
konflik antar suku. Adanya provokasi pihak lain maupun pihak internal suku akan
dengan mudah menimbulkan perilaku agresi yang berujung pada perang (Rohim,
2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perang antar suku?
2. Apa saja dampak yang terjadi akibat perang antar suku?
3. Berikan satu contoh kasus perang antar suku yang terjadi di Papua
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
perang antar suku
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja dampak yang terjadi akibat perang
antar suku
3. Untuk mengetahui dan memahami contoh kasus perang antar suku yang terjadi
di Papua
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adat adalah sebuah kebiasaan pada masyarakat yang bersifat ajeg (dilakukan terus-
menerus), dipertahankan oleh para pendukungnya. Perkembangan kebiasaan, walaupun
cepat tetapi tidak membongkar semua akar kebudayaan bangs aitu, sebab didalamnya
terdapat nilai-nilai yang menjadi dasarnya. Jika kebiasaan itu telah bertahan selama
bertahun-tahun dan telah berurat akar didalam hari Nurani anggota masyarakatnya, ia
menjadi kebudayaan.
Perang merupakan suatu peristiwa yang memiliki umur yang sama tuanya dengan
peradaban manusia dimuka bumi. Perang lahir dari hubungan-hubungan yang ada diantara
manusia itu sendiri. Peristiwa perang biasanya terjadi karena adanya perselisihan yang
timbul dari kedua belah pihak yang saling tidak mau mengalah terhadap suuatu
kepentingan. Baik itu kepentingan yang bersifat politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.
Menurut Oppenheim :1 “war is contention between two or more state trhoug their armed
forced, for the purpose of overpowering each other and imposing such condition of peace
as the victor please”. Berdasarkan pendapat diatas dapat dilihat bahwa perang merupakan
pertikaian anatara dau Negara atau lebih melalui angkaran bersenjatanya yang bertujuan
saling mengalahkan dan memberikan keadaan damai sesuai keinginan pemenangnya.
Perang antar suku di Provinsi Papua kerap kali terjadi, terutama di wilayah
Pegunungan Tengah Papua dan khususnya di Kabupaten Mimika. Kabupaten Mimika
hampir setiap pekan terjadi perang antar suku dengan berbagai macam permasalahan
diantaranya yaitu masalah tanah atau hak ulayat, masalah harta wanita, masalah jabatan
ataupun posisi, masalah pemilihan kepala daerah, kecemburuan sosial, dendaman dan
lainnya. Bahkan menginterpretasikan dan mengangkap pemaknaan-pemaknaan sosial
disekitarnya yang keliru. Artinya, tindakan manusia atau masyarakat yang ada selalu
meresponi dengan pemahaman-pemahaman yang keliru atau salah memaknai oleh individu
4
5
yang lain. Bahkan penafsiran-penafsiran terhadap suatu objek yang keliru, sehingga perang
antar suku masih sering terjadi di Kabupaten Mimika.
METODE PENELITIAN
2. Sifat Penelitian
Jika dilihat dari sifatnya, maka penelitian studi literatur termasuk penelitian
deskriptif, dimana penelitian deskriptif berfokus pada bagaimana penjelasan
sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.
6
7
yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis maupun
tercetak di media massa. Analisis isi juga dapat digunakan untuk menganalisis
semua bentuk komunikasi, baik itu surat kabar, berita radio, iklan televisi ataupun
semua bahan dokumentasi yang lainnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
8
9
Tindakan balas dendam bisa berawal dari beberapa kejadian atau faktor
tertentu. Salah satunya adalah keinginan melampiaskan amrah kepada pihak lain.
Disana hukum rimba masih berlaku, berupa pembalasan nyawa dengan nyawa,
membalas kematian dengan kematian. Ini adalah faktor utama yang memicu
pecahnya perang antar suku di Papua dan sulit untuk dihilangkan karena sudah
merupakan suatu lingkaran yang sulit terputus.
2. Isu-isu Tidak Jelas
Banyak beredarnya isu yang tidak jelas kebenarannya dan dipercaya oleh
masyarrakt antar suku merupakan penyebab lain perang antar suku di Papua.
Contohnya, ketika terjadi pembunuhan terhadap satu orang suku A, beredar isu
bahwa pembunuhnya adalah orang suku B, padahal sebenarnya tidak jela siapa
pelakunya. Walaupun berita tersebut tidak disertai bukti dan fakta yang cuku,
namun warga yang suda dikuasai kemarahan tidak akan mencari tahu dulu
kebenarannya.
3. Kedatangan Warga Baru
Melimpahnya sumber kekayaan alam di Papua menyebabkan banyak orang
asing dan pendatang yang berbondong-bondong memasuki Papua untuk mengadu
nasib. Kaum pendatang yang mencari peruntungan di tanah Papua ini kerap menjadi
sumber penyebab perang antar suku di Papua. Kebanyakan dari pendatang baru ini
memiliki kemampuan yang diatas rata-rata penduduk asli Papua dan juga membawa
budaya serta adat dan kebiasaan yang berbeda daripada rakyat Papua tersebut.
4. Tingkat Pendidikan Rendah
Tingkat Pendidikan yang rendah juga turut menyumbang sebagai penyebab
perang antar suku di Papua yang sering menjadi konflik berdarah namun tidak
kesudahan. Tingkat Pendidikan maksimal yang diraih oleh masyarakat Papua hanya
setingkat SMA namun tidak merata.
5. Provokasi Pihak Lain
10
akan menimbulkan kesan bahwa negara kita tidak aman padahal kondisi ini tidak
terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
bentrokan yang sudah berlangsung sejak 3 bulan terakhir, belasan orang meninggal
dunia dan ratusan orang dari ke-2 kubu mengalami luka-luka. Namun, ke-2
kelompok masih tetap melanjutkan perang yang entah sampai kapan akan berakhir.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
bencana yang ditimbulkan oleh manusia yakni perang antar suku. Perilaku pada
masyarakat tradisional tidak semata-mata disebabkan oleh satu faktor saja,
melainkan merupakan sesuatu yang kompleks. Perilaku agresi perang suku dapat
muncul tergantung adanya faktor-faktor pemicu yaitu permasalahan yang dianggap
merugikan aspek socialekonomi masyarakat atau melanggar norma adat yang
berlaku. Faktor-faktor penyebab timbulnya perang antar suku diantaranya adalah 1)
budaya pembalasan dendam, 2) isu-isu tidak jelas, 3) kedatangan warga baru, 4)
tingkat Pendidikan rendah, dan 5) provokasi pihak lain. Berbagai dampak yang
ditimbulkan akibat perang antar suku pun akan sangat merugikan, salah satunya
adalah korban akan terus berjatuhan berjatuhan baik yang tidak bersalah maupun
dari pihak-pihak yang bertikai, termasuk korban luka dan tewas
13
DAFTAR PUSTAKA
Devita Retno. 2019. 5 Penyebab Perang Antar Suku di Papua dan Dampaknya. Dipetik
April 17, 2022, dari Sejarahlengkap.com:
https://sejarahlengkap.com/indonesia/penyebab-perang-antar-suku-di-papua
Ida Ayu. Jatie Kusmiati. 2021. Damai atau Perang? Faktor-faktor Penyebab Perilaku Agresi
Pada Budaya Perang Suku Masyarakat Tradisional di Papua. Jurnal Diversita Vol. 7
No. 1. 122-131
Lusye Howay. 2018. Budaya (Kearifan Lokal) Dalam Perang Suku Pada Masyarakat Suku
Dani di Papua. Surabaya: LLPM Universitas Surabaya
Melfianora. 2019. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur. Dipetik Mei 31,
2022, dari stikesmajapahit.ac.id:
https://stikesmajapahit.ac.id/lppm/wp-content/uploads/2019/04/panduan-
penyusunan-studi-literatur.pdf
Odi Murib. 2015. Peranan Kepala Suku Dalam Penyelesaian Perang Antarsuku Di
Kabupaten Timika Kajian Dari Segi Hukum Adat. Lex Et Societatis Vol. III No. 9.
64-65
Salma. 2021. Studi Literatur: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Teknik Pengumpulan Datanya.
Dipetik dari Mei 31, 2022, dari penerbitdeepublish.com:
https://penerbitdeepublish.com/studiliteratur/#:~:text=Studi%20literatur
%20merupakan%20salah%20satu,tulisan%20yang%20pernah%20dibuat
%20sebelumnya
Tim Liputan 6 SCTV. 2014. Suku Dani dan Suku Moni di Timika Perang Lagi. Dipetik
April 17, 2022, dari liputan6.com:
https://www.liputan6.com/news/read/2040532/suku-dani-dan-suku-moni-di-timika-
perang-lagi
Yuliayanto. 2016. Penyelesaian Konflik Sosial (Studi Kasus Tawuran Warga Berlan
dengan Palmeriam). Jurnal Penelitian Hukum De Jure Vol. 16 No.4. 497
14