Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

Analisis Value For Money Pada Laporan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah (Lakip) Pada Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Riau

Oleh

Nama : Monika Oktarina Rianti


NIM : 2062201106

Jurusan : S1 Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUTANSI S1
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi sektor publik merupakan salah satu instansi pemerintah yang

bertugas membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat umum berupa pelayanan pada bidang pendidikan, transportasi,

kesehatan, jasa pelayanan publik, keamanan, kepastian hukum, dan lain

sebagainya. Pada umumnya organisasi sektor publik bisa dikatakan baik apabila

organisasi tersebut dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan mencapai tujuan

sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan dilaksanakan pada tingkat

ekonomis, efisien, dan efektif (Khalikussabir., 2017)

Pengukuran atas kinerja keuangan pemerintah dilakukan dengan cara

membandingkan hasil yang telah dicapai pada suatu periode dengan periode

sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan atas kinerja

keuangan yang telah terjadi. Salah satu cara dalam penilaian kinerja dapat

digunakan dengan menggunakan konsep value for money yaitu melakukan

pengukuran/penilaian suatu kinerja mulai tahap perencanaan anggaran sampai

tahap pelaksanaan anggaran. Pengukuran kinerja value for money adalah

pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektifitas suatu

kegiatan, program, dan organisasi. Pengukuran kinerja value for money

merupakan bentuk pengukuran kinerja yang spesifik dan unik pada organisasi

sektor publik.

Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau adalah salah satu

1
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan tugas, kewenangan dan

tanggung jawab untuk mengelola dana APBD. Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi Riau ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008. Sebagai

Teknis Daerah Pemerintah Provinsi Riau yang bertanggung jawab langsung

kepada Gubernur Riau Sekretaris Daerah Provinsi Riau dalam hal pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Tabel 1.1
Laporan Kinerja Tahun 2018-2021

Tahun (%)
No Program
2018 2019 2020 2021
1 Pelayanan administrasi 92,31 93,62 - -
perkantoran
2 Peningkatan sarana dan 100 99,45 97,59 127,17
prasarana aparatur
3 Peningkatan disiplin aparatur 72 93,37 95,45 97,07
4 Peningkatan kapasitas 75 88,09 - 99,94
sumber daya aparatur
Peningkatan pengembangan 99,12
5 - - -
sistem pelaporan pencapaian
kinerja keuangan
Pendidikan kedinasan 99,96
6 49 87,76 99,11
Peningkatan kapasitas 99,94
7 50 85,91 -
sumber daya aparatur
Pembinaan dan 98,93
8 80 85,94 141
pengembangan aparatur
9 Pelayanan administrasi 119 99,78
92,14 91,55
aparatur sipil negara
Peningkatan kesejahteraan 99,90
10 100 95,22 91,20
aparatur
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau 2021
Pada tabel 1.1 pada tahun 2018-2021 Program Pengelolaan Assessment

Center mengalami penurunan serta kenaikan yang tidak menentu yang mana pada

2
tahun 2018 terealisasi sebesar 86,38% lebih besar dibandingkan dengan 2019

yang terealisasi sebesar 42,43% serta 2020 terealisasi sebesar 84% dan 2021

terealisasi sebesar 85,13% . Pada tahun 2018-2021 program Pengelolaan

Administrasi Diklat Dan Sertifikat ASN mengalami kenaikan serta penurunan

yang tidak menentu yang mana pada tahun 2018 terealisasi sebesar 86,84% , pada

tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 67,1% dan pada tahun 2020 mengalami

kenaikan sebesar 94,98% dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2021 sebesar

72,65%. Pada tahun 2018 sampai 2021 program Pengelolaan Pendiidkan Lanjutan

ASN telah dihilangkan/dihapuskan dikarenakan adanya perubahan rencana

strategis pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, yang mana pada tahun

2018 program tersebut terealisasi sebesar 91,92%. Program Koordinasi Dan

Kerjasama Pelaksanaan Diklat terealisasi terkecil terdapat pada tahun 2019 yang

mana hanya terealisasi sebesar 38,09% dibandingkan dengan tahun 2020 realisasi

yang cukup besar sebesar 85,08% dan 2018 hanya 59,57% dan pada 2021 tidak

terealisasi. Pada program Fasilitsi Sertifikasi Jabatan ASN capaian kinerja dan

keuangan pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 mengalami peningkatan

yang mana pada tahun 2018 terealisasi sebesar 79,98%, tahun 2019 sebesar

82,07%, dan pada tahun 2020 sebesar 88,61% dan pada tahun 2021 tidak

terealisasikan. Pada program Fasiliatsi Sertifikat Fungsional ASN teralisasi

terkecil terdapat pada tahun 2019 yaitu sebesar 53,42% dibandingkan dengan

pada tahun 2018 yang terealisasi sebesar 78,96%, dan pada tahun 2020 terealisasi

sebesar 86,1% dan pada tahun 2021 terealisasi sebesar 85,72%. Berdasarkan

penjelasan diatas menunjukkan bahwa pada setiap tahunnya masih belum

3
konsisten kinerja yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau

atas penggunaan anggaran pada setiap bidangnya pada tahun 2018-2021

dikarenkan terjadinya kenaikan dan penurunan yang tidak menentu.

Berikut penelitian terdahulu terkait Value For Money pada laporan

keuangan kinerja pemerintah oleh Khalikussabir (2017), menyatakan bahwa

analisis value for maney dari persepektif ekonomis dapat meningkat segi

ekonomis dalam melakukan pekerjaan, sedangkan Analisis value for maney dari

persepektif efektifitas pekerjaan, dapat membuat kinerja lebih efektif dalam

melangsungkan pekerjaan. Sedangkan Analisis value for maney dari persepektif

efisiensi , bisa membuat kinerja pekerjaan lebih efisien terhadap program kinerja

Dinas PU Kabupaten Probolinggo. Penelitian Sumual (2017) menyatakan bahwa

selama tahun 2013-2016 Kota Tomohon hanya mendapatkan predikat sebagai

Kota yang efektif karena banyak target yang telah dicapai, tapi untuk

pertumbuhan kemandirian dan efesiensi Kota Tomohon belum memenuhi sesuai

standar yang diinginkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan

Kota Tomohon kurang baik. Penelitian Pancanugraha Indra (2017) menyatakan

bahwa dengan menggunakan pendekatan value for money, elemen efisiensi serta

elemen efektivitas menyatakan bahwa Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Poso pada Tahun 2013 telah menjalankan Programnya dengan ekonomis kecuali

Program Penyelenggara Haji dan Umrah Output tidak tercapai.

Maka dari ketiga peneltian tersebut maka peneliti ingin sekali meneliti

tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP)

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, untuk melihat apakah kinerja dari

4
Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau sudah efektif sebagaimana mestinya,

maka dari itu ada beberapa indikator value for money yang harus dijalankan agar

bisa melihat sejauh mana tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dan juga kita

lihat data dari laporan kinerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau tahun

anggaran 2017-2020 yang mana pada masing-masing program kinerja nya ada

yang turun tiap tahun dan ada juga yang naik tiap tahunya.

Penulis tertarik melakukan penelitian terkait value for money karena ada

beberapa indikator dalam menentukan kinerja sebuah instansi pemerintah yaitu

dengan indikator ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Oleh sebab itu, penulisan

proposal ini diberi judul “Analisis Value For Money Pada Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian

Daerah Provinsi Riau”

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana hasil kinerja Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan

memakai metode Value for Money ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hasil kinerja Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan

menggunakan metode Value for Money.

1.3.2 Manfaat Penelitian :

a. Manfaat Teoritis

Sebagai pengetahuan tentang kinerja keuangan, anggaran yang

dibutuhkan, serta realisasi anggaran yang telah digunakan pada.

5
b. Manfaat Praktis

1. Bagi penulis : Dengan penelitian ini penulis dapat menambah

wawasan pengetahuan secara langsung di lapangan tentang kinerja

keuangan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau.

2. Bagi Pemerintah : Dengan penelitian ini memberikan pengetahuan

bahwa setiap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang dipertanggungjawabkan setiap tahun, memberikan informasi

rinci kepada masyarakat tentang program yang direncanakan

pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan

anggaran program yang diberikan sesuai dengan perencanaan

pemerintah.

3. Bagi Pembaca : Dengan penelitian ini memberikan pengetahuan bagi

masyarakat tentang kinerja keuangan Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi Riau. Serta mengetahui anggaran yang terealisasi untuk

program yang direncanakan dan realisasi pengeluaran yang telah

dilakukan oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini, menguraikan tentang latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II : Telaah Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

6
Pada bab ini, menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan

dengan masalah yang tertuang didalam rumusan masalah,

penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini, membahas tentang objek penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik

pengambilan data, identifikasi dan operasionalisasi variabel, serta

analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab ini, menjelaskan secara singkat tentang sejarah, struktur

organisasi dan aktifitas umum dari objek penelitian.

BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini, hasil penelitian menjelaskan tentang hasil temuan di

lapangan. Dan untuk pembahasan menjelaskan dari hasil analisis

yang didasari oleh konsep teori sehingga merupakan jawaban dari

hipotesis yang dirumuskan.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini, memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan

temuan hasil penelitian.

7
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 TELAAH PUSTAKA

2.1.1 Value For Money

Value For Money merupakan penghargaan terhadap nilai uang. Hal tersebut

menjelaskan bahwa setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan

sebaik-baiknya (Mahmudi., 2015). Value for money adalah pengukuran kinerja

untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan, program, dan

organisasi. Manfaat dari implementasi konsep value for money menurut

(Mahmudi., 2013) antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.

3. Menurunkan biaya pelayanan publik.

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.

Menurut Mardiasmo (2018) menyatakan value for money merupakan

konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen

utama, yaitu ekonomi, efisiensi, efektifitas.

a. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input

dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi

terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat

meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan

8
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

Ekonomi memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya di

peroleh dengan harga lebih rendah yaitu harga yang mendekati harga

pasar. Nilai ekonomi dapat diukur dengan membandingkan antara input

dan harga input. Dimana input merupakan sumber daya yang digunakan

untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan kegiatan.

Rasio Ekonomis = Realisasi Pengeluaran


Anggaran Pengeluaran
Ketentuan:

Jika < 100% berarti ekonomis

Jika > 100% berarti tidak ekonomis

Jika = 100% berarti ekonomis berimbang

(Sumber; Khikmah, 2014)

b. Rasio Efesiensi : Efisiensi dapat diukur dengan pencapaian output yang

maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input terendah untuk

mencapai output tertentu. Dimana output merupakan hasil yang dicapai

dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan, sedangkan input

merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan.

Efisiensi juga disebut sebagai pencapaian output yang maksimum

dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk

mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan

output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang

telah ditetapkan.

Rasio Efisiensi = Realisasi Biaya untuk Memperoleh Pendapatan

9
Realisasi Pendapatan

Ketentuan :

Jika < 100% berarti efisien

Jika > 100% berarti tidak efisien

Jika = 100% berarti efisien berimbang

(Sumber; Khikmah, 2014)

c. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan

outcome dengan output.

Rasio Efektifitas dapat diukur dengan membandingkan antara

outcome dengan output. Dimana outcome merupakan dampak yang

ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu, sedangkan output merupakan

hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan.

Sehingga ukuran efektivitas dapat diartikan sebagai suatu standar akan

terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai.

Rasio Efektifitas = Realisasi Pendapatan


Anggaran Pendapatan
Ketentuan :

Jika > 100% berarti efektif

Jika < 100% berarti tidak efektif

Jika = 100% berarti efektif berimbang

Menurut Mardiasmo (2018) peran indikator kinerja adalah untuk

menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal

ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian

program yang pasti. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian yaitu

10
indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi) dan indikator kualitas pelayanan

(efektifitas). Manfaat pelaksanaan value for money menurut Mardiasmo

(2011;112) pada organisasi sektor publik yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam

pengadaan dan alokasi sumber daya, efesiensi (berdaya guna) dalam penggunaan

sumber daya, dan efektif (berhasil guna) dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Menurut University of Cambridge (2010), Pendanaan Pendidikan Tinggi

Dewan Inggris (HEFCE) menggambarkan nilai uang dengan cara 'Nilai untuk

uang (Value For Money) adalah istilah yang digunakan untuk menilai apakah

organisasi telah memperoleh manfaat maksimal dari barang dan jasa yang baik

memperoleh dan memberikan, dalam sumber daya yang tersedia untuk itu.

Beberapa elemen mungkin subyektif, sulit diukur, tidak berwujud dan disalah

pahami. Penghakiman Oleh karena itu, diperlukan ketika mempertimbangkan

apakah value for money telah tercapai atau tidak memuaskan. Tidak hanya

mengukur biaya barang dan jasa, tetapi juga memperhitungkan campuran kualitas,

biaya, penggunaan sumber daya, kesesuaian untuk tujuan, ketepatan waktu, dan

kenyamanan untuk menilai apakah atau tidak, bersama-sama, mereka merupakan

nilai yang baik.

Menurut Arisaudi (2016) Value For Money merupakan tolak ukur dari

pengukuran kinerja pada organisai pemerintah yang berdasarkan pada ukuran

ekonomis, efesiensi, dan efektivitas, sedangkan menurut Halim et al., (2014)

Value For Money merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengukur

ekonomi, efesiensi dan efektivitas kinerja program, kegiatan dan organisasi, yaitu

ekonomi terkait sejauh mana organisasi sektor publik meminimalisir input

11
resource yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros

dan tidak produktif, efisiensi terkait pencapaian output yang maksimum

dengan Input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai

output tertentu dan efektivitas tingkat pencapaian hasil program dengan target

yang ditetapkan.

2.1.2 Laporan Keuangan Pemerintah

Menurut Mahmudi (2010:9), meskipun laporan keuangan sudah bersifat

general purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk

memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan

dapat memahami laporan tersebut dengan baik.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan

informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan

membuat keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.

Berdasarkan Lampiran 1 Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah

Daerah menjelaskan bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam satu set

Laporan Keuangan terdiri atas laporan pelaksanaan anggaran (budgetary report)

dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen terdiri atas Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan.

12
Berdasarkan PSAP No. 01 PP. Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian

Laporan Keuangan tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian

laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)

dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap

anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Basis akuntansi yang digunakan

dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual. Entitas pelaporan

menyelenggarakan akuntansi dan penyajian aporan keuangan dengan

menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas.

Berdasarkan PSAP No. 02 PP. Nomor 71 Tahun 2010 tentang Laporan

Realisasi Anggaran Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah

menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah

dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh

peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah

memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan

antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target

yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan PSAP No. 03 PP. Nomor 71 Tahun 2010 tentang Laporan Arus

Kas tujuan pernyataan standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian

laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan

setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas

berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris selama satu

13
periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi

mengenai sumber, pengunaan, perubahan kas dan setara selama suatu periode

akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi

disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan PSAP No. 04 PP. Nomor 71 Tahun 2010 tentang Catatan Atas

Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang

diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-

komitmen lainnya.

2.1.3 Pengukuran Kinerja

Menurut (Dr.H. Bahrul Kirom; 2015) Kinerja merupakan suatu istilah

secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas

dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar

biaya-biaya masa lalu atau diproyeksikan, dengan dasar efesiensi,

pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.

Menurut (Kasmir; 2016:182) menyatakan: “Kinerja merupakan hasil kerja

dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan

tanggungjawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu”.

14
Menurut (Masram; 2017:138) menyatakan: “Kinerja adalah hasil atau

tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar

hasil kerja, target atau sasaran maupun kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu telah disepakati bersama”.

Menurut (Masram; 2017:138) juga menyebutkan “Kinerja pada dasarnya

adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja

adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan

kelompok kerja di perusahaan tersebut”.

Menurut (Masram; 2017:139) menyatakan “Kinerja karyawan adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya”.

Menurut (Rozarie; 2017:64) menyebutkan “Penilaian kinerja karyawan

perlu dilakukan dalam rangka pelayanan kepada konsumen/public sebagai

pedoman untuk menjadikan karyawan dapat dipromosikan ke jenjang yang lebih

baik. Kinerja yang memuaskan tidak terjadi secara otomatis, oleh karena itu untuk

memastikan apakah pegawai mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik

diperlukan penilaian terhadap pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan”.

Menurut (Wibowo dalam Rozarie; 2017:66) penilaian kinerja dapat

dipergunakan untuk kepentingan yang lebih luas, seperti:

1. Evaluasi tujuan dan saran, evaluasi terhadap tujuan dan sasaran memberikan

15
umpan balik bagi proses perencanaan dalam menetapkan tujuan sasaran

kinerja organisasi diwaktu yang akan datang.

2. Evaluasi rencana, bila dalam penilaian hasil yang dicapai tidak sesuai

dengan rencana dicari apa penyebabnya.

3. Evaluasi lingkungan, melakukan penilaian apakah kondisi lingkungan yang

dihadapi pada waktu proses pelaksanaan tidak seperti yang diharapkan,

tidak kondusif, dan mengakibatkan kesulitas atau kegagalan.

4. Evaluasi proses kinerja, melakukan penilaian apakah terdapat kendala dalam

proses pelaksanaan kinerja. Apakah mekanisme kerja berjalan seperti

diharapkan, apakah terdapat masalah kepemimpinan dan hubungan antar

manusia dalam organisasi.

5. Evaluasi pengukuran kinerja, menilai apakah penilaian kinerja telah

dilakukan dengan benar, apakah sistem review dan coaching telah berjalan

dengan benar serta apakah metode sudah tepat.

6. Evaluasi hasil, apabila terdapat deviasi, dicari faktor yang menyebabkan dan

berusaha memperbaikinya di kemudian hari.

Menurut (Rozarie; 2017:64) menjelaskan bahwa “Penilaian kinerja dapat

dipergunakan untuk sejumlah kepentingan organisasi. Manajemen menggunakan

evaluasi untuk mengambil keputusan tentang sumber daya manusia. Penilaian

memberikan masukan untuk kepentingan penting seperti promosi, mutase dan

pemberhentian”.

Menurut (Rozarie; 2017:66) tujuan dari penilaian kinerja dapat

dipergunakan untuk:

16
1. Administrasi penggajian;

2. Umpan balik kinerja;

3. Identifikasi kekuatan dan kelemahan individu;

4. Mendokumentasi keputusan kepegawaian;

5. Penghargaan terhadap kinerja individu;

6. Mengidentifikasi kinerja buruk;

7. Membantu dalam mengidentifikasi tujuan;

8. Menetapkan keputusan promosi;

9. Pemberhentian pegawai;

10. Mengevaluasi pencapaian tujuan.

Menurut Masram (2017:147) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan terdiri dari:

1. Efektivitas dan efisiensi.

2. Otoritas (wewenang).

3. Disiplin.

4. Inisiatif.

Menurut Masram (2017:142) menyatakan “meskipun mustahil

mengidentifikasi setiap kriteria kerja yang universal yang dapat diterapkan pada

semua pekerjaan, adalah mungkin menentukan beberapa karakteristik yang harus

dimiliki dan diharapkan bermanfaat bagi penilaian kinerja karyawan yaitu:

1. Stabilitas dan Konsistensi. Kriteria yang baik harus mampu diukur dengan

cara-cara yang dapat dipercaya.

2. Evaluasi Kinerja Anggota Organisasi. Kriteria yang baik harus mampu

17
membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja mereka.

3. Efektifitas Individu Anggota Organisasi. Kriteria yang baik haruslah

sensitive terhadap masukan dan tindakan pemegang jabatan.

4. Dapat diukur. Kriteria yang baik harus dapat diterima oleh individu yang

mengetahui kinerjanya sedang dinilai.

Menurut (Masram; 2017:143) menyebutkan unsur-unsur yang dinilai harus

ada dalam penilaian kinerja adalah:

1. Kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksud adalah tekat dan kesanggupan

mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan

penuh kesadaran dan tanggungjawab.

2. Hasil kerja. Yang dimaksud dengan hasil kerja adalah kinerja yang dicapai

oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

3. Tanggung jawab. Yaitu kesanggupan seorang tenaga kerja dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya.

4. Ketaatan. Kesanggupan seorang tenaga kerja untuk mentaati segala

ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang

berwenang.

5. Kejujuran. Yang dimaksud kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga

kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk

tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

18
6. Kerjasama. Kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja sama dengan

orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah

ditetapkan.

7. Prakarsa. Kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan,

langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas.

8. Kepemimpinan. Kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk

meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk

melaksanakan tugas pokok.

Menurut Masram (2017:147) unsur-unsur dalam kinerja adalah prestasi,

ketaatan dan prakarsa.

Menurut (Mardiasmo; 2018) peran indikator kinerja adalah:

1. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

2. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome)

3. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial

4. Memungkinkan bagi pemaka ijasa layanan pemerintah untuk melakukan

pilihan

5. Untuk menunjukkan standar kinerja

6. Untuk menunjukkan efektivitas

7. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya

yang paling baik untuk mencapai target sasaran

8. Untuk menunjukkan wilayah,bagian, atau proses yang masih potensial

untuk dilakukan penghematan biaya.

19
Menurut (Mardiasmo; 2018) tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

1. Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom

up).

2. Untuk mengukur kinerja financial dan non finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah

dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence;

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual

dan kemampuan kolektif yang rasional.

Menurut (Mardiasmo; 2018) manfaat pengukuran kinerja sektor publik yaitu:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai

kinerja manajemen.

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif

untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward dan

punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai

dengan system pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah

20
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif

Menurut (Zubair et al; 2016) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses

penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam

menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil

kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Pengukuran kinerja menurut (Sinambela; 2012:187) mempunyai tiga tujuan,

yaitu:

1. Membantu memperbaiki kinerja agar kegiatan terfokus pada tujuan dan

sasaran program unit kerja.

2. Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan.

Menurut (Ayu; 2014) laporan kinerja dihasilkan dari suatu sistem

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang diselenggarakan oleh setiap Entitas

Pelaporan dan/atau Entitas Akuntansi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Indrayani dan Khairunnisa (2018), tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui rasio ekonomis menggunakan metode analisis value for money. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa rasio ekonomis pada Dinas Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Lhokseumawe menunjukkan kinerja

pemerintah daerah pada tahun 2014-2016 bernilai ekonomis. Sehingga untuk

indikator rasio ekonomis Pemerintah Kota Lhokseumawe sudah mencapai kinerja

21
yang baik, karena dari tahun 2014-2016 (periode pengamatan), telah berhasil

mengelola penggunaan anggaran belanja dengan baik.

Khalikussabir (2017), tujuan dari penelitian ini adalah analisis value vor

money ditinjau melalui perspektif ekonomis, efektifitas pekerjaan dan efesiensi.

Hasil penelitiannya menyatakan bahwa analisis value for maney dari persepektif

ekonomis dapat meningkat segi ekonomis dalam melakukan pekerjaan, sedangkan

Analisis value for maney dari persepektif efektifitas pekerjaan, dapat membuat

kinerja lebih efektif dalam melangsungkan pekerjaan. Sedangkan Analisis value

for maney dari persepektif efisiensi bisa membuat kinerja pekerjaan lebih efisien

terhadap program kinerja Dinas PU Kabupaten Probolinggo.

Sumual, C, dkk (2017), tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat efektif, pertumbuhan kemandirian dan efesiensi Kota Tomohon yang akan

dicapai menggunakan analisis value for money. Hail penelitiannya menunjukkan

bahwa selama tahun 2013-2016 Kota Tomohon hanya mendapatkan predikat

sebagai Kota yang efektif karena banyak target yang telah dicapai, tapi untuk

pertumbuhan kemandirian dan efesiensi Kota Tomohon belum memenuhi sesuai

standar yang diinginkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan

Kota Tomohon kurang baik.

Pancanugraha, Indra (2017), tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan analisis value for money untuk mengetahui tingkat efesiensi dan

efektivitas Kementerian Agama Kabupaten Poso. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan value for money, elemen

efisiensi serta elemen efektivitas menyatakan bahwa Kantor Kementerian Agama

22
Kabupaten Poso pada Tahun 2013 telah menjalankan Programnya dengan

ekonomis kecuali Program Penyelenggara Haji dan Umrah Output tidak tercapai.

Harly, Kristy dan Afriyenti, Mayar (2018), tujuan dari penelitian ini adalah

menilai kinerja pemerintah Kota Solok berdasarkan aspek finansial dan non

finansial. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Penilaian kinerja pemerintah

ditinjau berdasarkan aspek finansial pada kota Solok dikategorikan baik karena

pada tingkatan nilai ekonomis tercapai dengan sangat baik. Sedangkan aspek non

finansial pada Kota Solok cendrung lemah. Hal tersebut dikarenkan rendahnya

perhatian dan daya tanggap pemerintah terhadap keinginan dan kebutuhan

masyarakat menjadikan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan

menjadi rendah.. Hasil keseluruhan menunjukan bahwa kinerja yang ditunjukan

informasi finansial tidak dipengaruhi oleh informasi non finansial.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian


1. Indrayani dan Value for money, Rasio ekonomis pada Dinas
Khairunnisa ( Ekonomi,Efeisnsi, Pengelolaan Keuangan dan
2018), Analisis Efektifitas Aset Daerah (DPKAD)
Pengukuran Kinerja Kota Lhokseumawe
Menggunakan menunjukkan kinerja
Konsep Value For pemerintah daerah pada
Money Pada tahun 2014-2016 bernilai
Pemerintah Kota ekonomis,sehingga berjalan
Lhoksoeumawe dengan baik.
(Studi Kasus pada
DPKAD Kota
Lhoksoemawe
Periode 2014-2016)
2. Sumual, C, dkk Pengukuran Kinerja Bahwa selama tahun 2013-
(2017), Analisis 2016 Kota Tomohon hanya
Pengukuran Kinerja mendapatkan predikat
Kuangan Pada sebagai Kota yang efektif
Pemerintah Kota Oleh karena itu dapat
Tomohon dikatakan bahwa kinerja

23
keuangan Kota Tomohon
kurang baik.

3. Khalikussabir (2017), Value for money, bahwa analisis value for


Analisis Kinerja Ekonomi,Efeisnsi, maney dari persepektif
Keuangan Efektifitas ekonomis dapat meningkat
Berdasarkan Value segi ekonomis dalam
For Money (Studi melakukan pekerjaan,
Kasus Pada Dinas PU sedangkan Analisis value
Pengairan, PU for maney dari persepektif
Binamarga & PU efektifitas pekerjaan, dapat
Cipta membuat kinerja lebih
KaryaKabupaten efektif dalam
Probolinggo) melangsungkan pekerjaan.
Sedangkan Analisis value
for maney dari persepekti
efisiensi bisa membuat
kinerja pekerjaan lebih
efisien terhadap program
kinerja Dinas PU
Kabupaten Probolinggo

4. Pancanugraha, Indra Value for money, bahwa dengan


(2017), Ekonomi,Efeisnsi, menggunakan pendekatan
Analisis Pengkuran Efektifitas value for money, elemen
Kinerja Dengan efisiensi serta elemen
Pendekatan efektivitas menyatakan
Value for money Pada bahwa Kantor Kementerian
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Poso
Agama Kabupaten pada Tahun 2013 telah
Poso Tahun 2013- menjalankan Programnya
2014 dengan ekonomis kecuali
Program Penyelenggara
Haji dan Umrah Output
tidak tercapai.

5. Harly, Kristy dan Kinerja Pemerintah, Bahwa Penilaian kinerja


Afriyenti, Mayar Informasi Finansial pemerintah ditinjau
(2018), dan Informasi Non berdasarkan aspek finansial
Analisis Kinerja Finansial pada kota Solok
Pemerintah Daerah dikategorikan baik karena
Berdasarkan

24
Informasi Finansial pada tingkatan nilai
Dan Informasi Non- ekonomis tercapai dengan
Finansial Pada Kota sangat baik. Sedangkan
Solok (Studi Empiris aspek non finansial pada
Pada Pemerintah Kota Solok cendrung
Daerah Kota Solok lemah. Hal tersebut
Tahun 2014-2016) dikarenkan rendahnya
perhatian dan daya
tanggap pemerintah
terhadap keinginan dan
kebutuhan masyarakat
menjadikan tingkat
kepuasan masyarakat..
Hasil keseluruhan
menunjukan bahwa kinerja
yang ditunjukan inforasi
finansial tidak dipengaruhi
oleh informasi non
finansiaL.

2.3 Kerangka Pemikiran

Tujuan analisis value for money adalah suatu proses yang dimaksudkan

untuk menganalisis atau menilai suatu kinerja dari organisasi sektor publik yang

membentuk 3 faktor yaitu ekonomis, efesiensi, efektifitas. Berdasarkan hasil

penelitian (Indrayani dan Khairunnisa; 2018) dengan menggunakan konsep

analisis value for money menunjukkan kinerja pemerintah daerah pada setiap

tahunnya bernilai ekonomis, efesiensi dan efektifitas sehingga berjalan dengan

baik.

25
Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Riau

Analisis Value For Money

Ekonomis Efesiensi Efektifitas

Kinerja Laporan
Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (LAKIP)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Untuk melihat kinerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau maka

kita harus melihat analisis Value For Money yang mana ada beberapa faktor

Value For Money anatara lain :

a. Faktor Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input

value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait

dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir

input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari

pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Maka dapat

disimpulkan bahwasanya apabila nilai ekonomi pemerintah bagus

maka dan dikatakan kinerja pemerintah juga bagus .

b. Faktor Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.

Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi

26
efisiensi suatu organisasi. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi

tingkat output efisensi maka semakin bagus kinerja pemerintah.

c. Faktor Efektitvitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuannya. Maka dapat disimpulkan untuk

fakator efektivitas ini kita dapat melihat berhasil atau tidaknya

kinerja dari pemerintah . Dari ketiga faktor diatas maka kita dapat

melihat sejauh mana kinerja laporan akuntabilitas instansi

Pemerintah (LAKIP).

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Supriati (2012:38) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian

adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan.” Objek

penelitian dalam penelitian ini yaitu Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif . Menurut

(Sudaryono; 2017: 91) penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

menganalisis kehidupan sosial dengan cara menggambarkan dunia sosial dari

sudut pandang atas interpretasi dari individu (informan) dalam latar alamiah.

Penelitian kualitatif berupaya memahami bagaimana seseorang individu melihat,

memaknai atau menggambarkan dunia sosialnya dengan cara berinteraksi secara

langsung

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) pengertian data primer adalah: “Data

primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat

melalui wawancara, jejak dan lain-lain. Sumber data primer dalam penelitian ini

diperoleh melalui wawancara dengan pegawai Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi Riau.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

28
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut (Maman Abdulrahman dan Sambas Ali; 2012:85) “teknik

wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak

langsung secara bertatap muka (personal face to face interview) dengan sumber

data (responden)”

Dalam penelitian ini penulis melakukan tanya jawab secara langsung

dengan pihak-pihak yang terkait mengenai permasalahan yang akan dibahas

dalam penulisan penelitian, yaitu mengenai laporan keuangan kinerja pemerintah

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau bagian Perencanaan Program dengan

menggunakan konsep value for money yaitu ekonomis, efesiensi. efektifitas.

2. Dokumentasi

Menurut (Suharsimi Arikanto; 2013:201) “Dokumentasi adalah barang-

barang tertulis”. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pencatatan dan pengumpulan data yang di identifikasikan dari

dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, penulis

mengumpulkan data atau dokumentasi yang diperoleh dari Badan Kepegawaian

Daerah Provinsi Riau.

3.4 Analisis Data

Analisis Value For Money Pada Laporan Keuangan Kinerja Pemerintah

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau ini dilakukan melalui pendekatan

29
deskriptif kualitatif. Metode kualitatif menurut Moleong, l.J., (2011: 4)

menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati. Data yang dihasilkan berupa kata-kata, gambar serta

perilaku manusia. Setelah data penelitian yang dibutuhkan terkumpul dan

terklasifikasi maka selanjutnya dianalisa dengan mengaitkan teori-teori yang

berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil

yang akurat dan relevan. Value for money merupakan konsep pengukuran kinerja

organisasi sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas (Agustin, 2017).

A. Rasio Ekonomis

Ekonomi memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya di

peroleh dengan harga lebih rendah yaitu harga yang mendekati harga pasar.

Nilai ekonomi dapat diukur dengan membandingkan antara input dan harga

input. Dimana input merupakan sumber daya yang digunakan untuk

pelaksanaan suatu kebijakan, pro-gram, dan kegiatan.

Rasio Ekonomis = Realisasi Pengeluaran


Anggaran Pengeluaran
Ketentuan:

Jika < 100% berarti ekonomis

Jika > 100% berarti tidak ekonomis

Jika = 100% berarti ekonomis berimbang

(Sumber; Khikmah, 2014)

B. Rasio Efesiensi

30
Efisiensi dapat diukur dengan pencapaian output yang maksimum dengan

input tertentu atau penggunaan input terendah untuk mencapai output

tertentu. Dimana output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program,

aktivitas, dan kebijakan, sedangkan input merupakan sumber daya yang

digunakan untuk pelaksanaan.

Rasio Efisiensi = Realisasi Biaya untuk Memperoleh Pendapatan


Realisasi Pendapatan
Ketentuan :

Jika < 100% berarti efisien

Jika > 100% berarti tidak efisien

Jika = 100% berarti efisien berimbang

(Sumber; Khikmah, 2014)

C. Rasio Efektifitas

Efektifitas dapat diukur dengan membandingkan antara outcome dengan

output. Dimana outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu

aktivitas tertentu, sedangkan output merupakan hasil yang dicapai dari suatu

program, aktivitas, dan kebijakan. Sehingga ukuran efektivitas dapat

diartikan sebagai suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang

akan dicapai.

Rasio Efektifitas = Realisasi Pendapatan


Anggaran Pendapatan
Ketentuan :

Jika > 100% berarti efektif

Jika < 100% berarti tidak efektif

Jika = 100% berarti efektif berimbang

(Sumber; Khikmah, 2014)

31
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Risa Dwi, 2017, Konsep Value For Money Dalam Mengukur Kinerja
Pelayanan Sektor Publik, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia,
Surabaya

Ali, Sambas Muhidin dan Abdurrahman Maman, 2012, Panduan Praktis


Memahami Penelitian Bidang Sosial Administrasi Pendidikan, Bandung,
Pustaka Setia

Andi Asrini, 2020, Analisis Value For Money Dalam Meningkatkan Kinerja
Pelayanan Sektor Publik Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kepulauan Selayar, Tidak Diterbitkan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar

Arikunto, S, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,


Rineka Cipta

Bahrul Kirom, 2015, Mengukur Kinerja & Kepuasan Konsumen : Servive


Performance and Costumer Satisfacttion Measurement, Bandung, Edisi
Revisi, Pustaka Reka Cipta

Christian D. Sumual, Lintje Kalangi, Natalia Y.T Gerunggai, Analisis


Pengukuran Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kota Tomohon, Vol.12
No.2, hal.782-791

Gabriela Thalia Wuwungan, Jantje Tinangon, Sintje Rondonuwu, Penerapan


Metode Value For Money Sebagai Tolok Ukur Penilaian Kinerja
Keuangan Pada Organisasi Sektor Publik Di Dinas Kesehatan Kota
Manado, Vol.14 No.4, hal.354-361

Indrayani dan Khairunnisa, 2018, Analisis Pengukuran Kinerja Dengan


Menggunakan Konsep Value For Money Pada Pemerintah Kota
Lhokseumawe (Studi Kasus Pada Dpkad Kota Lhokseumawe Periode
2014-2016),Vol.6 No.1, hal.1-10

Jumania Septariani, Penerapan Konsep Value For Money Pada Pengelolaan


Keuangan Daerah Dalam Mewujudkan Good Government Governance
(Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik) Pada Kabupaten Musi Banyuasin,
hal.158-170

Kasmir, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik,. Depok,
PT Rajagrafindo Persada

32
Khalikussabir, Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Value For Money
(Studi Kasus Pada Dinas PU Pengairan, Pu Binamarga & Pu Cipta
Karyakabupaten Probolinggo), Hal.1-22

Khikmah, Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan


Berdasarkan Konsep Value For Money, Hal. 1-25

Kristy Harly dan Mayar Afriyenti, Analisis Kinerja Pemerintah Daerah


Berdasarkan Informasi Finansial Dan Informasi Non-Finansial Pada
Kota Solok (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kota Solok Tahun
2014-2016), Vol.5 No.2, hal.1063-1072

Moleong, L.J., 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung,


PT. Remaja Rosdakarya.

Mahmudi, 2010; 9, Manajemen Keuangan Daerah, Jakarta, Salemba Empat

Mahmudi, 2013, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta, Sekolah Tinggi


Ilmu Manajemen YKPN

Masram dan Mu’ah, 2017, Manajemen Sumber Daya Manusia, Sidoarjo,


Zifatama Publiser

Nur Zeni, 2020, Analisis Value For Money Pada Kinerja Keuangan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Tidak Diterbitkan, Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam, Surabaya

Pancanugraha Indra, 2017, Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan


Value For Money Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Poso
Tahun 2013-2014, Vol.5 No.6, hal.20-27
Sri Rahayu, 2018, Penerapan Konsep Value For Money Dalam Menilai Kinerja
Pelayanan Sektor Publik Pada Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang
Pinrang, Tidak Diterbitkan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Univeristas
Muhammadiyah Makassar, Makassar
Sudaryono, 2017, Pengantar Manajemen: Teori dan Kasus, Yogyakarta, CAPS
(Center for Academic Publishing Service)

Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung,


Alfabeta.

Supriati, 2012, Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti
ditempat penelitian dilakukan. Jakarta, Rajawali Press.
Wibowo, 2017, Manajemen Kinerja, Edisi Kelima, Depok, PT. Raja Grafindo
Persada

33
Yosie Dwinanada, 2018, Analisis Value For Money Dalam Pengukuran Kinerja
Pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Tidak Diterbitkan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 09 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Riau

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014, Otonomi Daerah


Dan Pemerintah Daerah, 30 September 2014, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 No 244, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, Otonomi Daerah


Dan Pemerintah Daerah, 15 Oktober 2004, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No 126, Jakarta

34
RENCANA DAFTAR ISI

BAB Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian :

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 TELAAH PUSTAKA

2.1.1 Value For Money

2.1.2 Laporan Keuangan Pemerintah

2.1.3 Pengukuran Kinerja

2.1.4 Penelitian Terdahulu

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.2 Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

3.2.2 Sumber Data

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.4 Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

35
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

36
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Laporan Kinerja Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi

Riau Tahun Anggaran 2017-2019

37
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

38

Anda mungkin juga menyukai