INFORMASI UMUM
Nama FEBRIANI RAHAYU PUTRI, S.Pd
Satuan Pendidikan/ Jenjang SMAN 4 PAYAKUMBUH
Fase/ Kelas E/ 10
Elemen/ Topik
Konsep berpikir sejarah
Kata Kunci
Asal usul nenek Moyang
Pengetahuan/Keterampilan Prasyarat
Memahami asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia
Penutup : Peserta didik merefleksi dari apa yang sudah dipelajari melalui
google form
Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang
diperoleh selama pembelajaran tadi
Peserta didik mempelajari secara mandiri terlebih dahulu
pembelajaran pekan depan melalui google classroom
Pertemuan 2 (2 X 45 MENIT)
Materi: Menganalisis jalur rempah di Nusantara (Indonesia)
Penutup : Peserta didik merefleksi dari apa yang sudah dipelajari melalui
google form
Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang
diperoleh selama pembelajaran tadi
Peserta didik mempelajari secara mandiri terlebih dahulu
pembelajaran pekan depan melalui google classroom
Pertemuan 3 (2 X 45 MENIT)
Materi : Membuatkan video sederhana mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
dan jalur rempah
Penutup : Peserta didik merefleksi dari apa yang sudah dipelajari melalui
google form
Peserta didik diminta menyampaikan hambatan dan apa yang
diperoleh selama pembelajaran tadi
Peserta didik mempelajari secara mandiri terlebih dahulu
pembelajaran pekan depan melalui google classroom
Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan
sebagai berikut :
Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) n n(maksimum) diberikan materi
masih dalam cakupan capaian pembelajaran dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan
Siwa yang mencapai nilai n n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan capaian
pembelajaran dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang hasil capaian pembelajaran rendah
melalui
Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes
Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan apabila setelah 2 kali tes remedial belum
mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis
kembali
LAMPIRAN
Nusantara
A. Pengertian Ras
Menurut KBBI 2002, ras adalah golongan masyarakat luas yang terdiri dari berbagai
rumpun, misalnya ras Kaukasoid yang menurunkan beberapa rumpun-bangsa. Rumpun adalah
golongan besar dari bangsa-bangsa yang sama asalnya, misalnya rumpun Melayu. Bangsa
adalah kumpulan manusia yang biasa terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti
umum dan menempati wilayah tertentu, misalnya India, Cina, atau Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku. Sedangkan suku (atau suku-bangsa) adalah kesatuan sosial yang disatukan oleh
identitas kebudayaan, khususnya dari identitas bahasa, misalnya Dayak di Kalimantan atau
Dani di Papua.
B. Teori-Teori Mengenai Asal-Usul Masyarakat Indonesia
Para ahli memiliki pandangan masing-masing mengenai asal-mula bangsa Indonesia.
Masing-masing berpendapat berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Ada ahli yang
menyelidiki asal-usul bangsa Indonesia dari persebaran bahasa, ada pula yang melihatnya
dari persebaran peninggalan artefak-artefak (benda-benda rumah tangga dari batu, tulang
dan logam) atau pun fosil-fosil manusia purbanya. Berikut ini teori-teori para ahli tentang
asal-usul masyarakat Indonesia.
1. Teori Yunan
Menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan, Cina bagian selatan.
Teori ini di dukung oleh
a. Prof. Dr. H. Kern
Ilmuwan asal Belanda, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern
berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia, Polinesia,
Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa Austronesia.
b. Van Heine Geldern
Berpendapat bahwa bahasa Indonesia berasal dari Asia Tengah.Teori Geldern ini
didukung oleh penemuan-penemuan sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya,
yang ditemukan di Indonesia mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di
daratan Asia.
c. Willem Smith
Melihat asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang
Indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang
dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa
yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa
Austro Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa
Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
d. Drs. Moh.Ali
Menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini
dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari
daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke
selatan, termasuk ke Indonesia. Ali mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia
berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan
secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM
(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro
Melayu).
e. Prof. Dr. Krom
Menguraikan bahwa masyarakat awal Indonesia berasal dari Cina Tengah karena di
daerah Cina Tengah banyak terdapat sumber sungai besar. Mereka menyebar ke kawasan
Indonesia sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM.
2. Teori Nusantara
a. Prof. Mohammad Yamin
Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli berasal dari wilayah Indonesia
sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada sebagian bangsa atau suku di luar negeri yang
berasal dari Indonesia. Yamin menyatakan bahwa temuan fosil dan artefak lebih banyak
dan lengkap di Indonesia dari pada daerah lainnya di Asia, misalnya, temuan fosil Homo
atau Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tak ditemukan di daerah Asia lain
termasuk Indocina (Asia Tenggara).
C. Proto Melayu dan Deutro Melayu
Berdasarkan kesimpulan Kern bahwa nenek-moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Campa di Vietnam Utara (Tonkin), Kamboja, dan Kochin Cina (Indocina). Namun, sebelum
mereka tiba di Kepulauan Indonesia, di Indonesia sendiri telah ada bangsa yang lebih dulu
berdiam. Bangsa tersebut berkulit hitam dan berambut keriting (ras Negrito). Hingga sekarang
bangsa tersebut mendiami Indonesia bagian timur pedalaman dan sebagian Australia. Jadi,
sebetulnya bangsa berkulit hitam inilah yang merupakan penduduk asli Indonesia. Sementara
itu, sekitar tahun 1.500 SM, bangsa dari Campa terdesak oleh bangsa lain yang lebih kuat yang
datang dari Asia Tengah (sekitar Mongol).
Bangsa yang terdesak ini lalu bermigrasi ke Kamboja dan meneruskannya ke Semenanjung
Malaka. Dari Malaka, mereka melanjutkan pelariannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Filipina. Yang di Filipina lalu melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi dan Maluku.
Selanjutnya, mereka yang mendiami wilayah Indonesia membentuk komunitas masing-masing.
Mereka berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti Aceh, Batak, Padang, Palembang, di
Sumatera; Sunda dan Jawa di Pulau Jawa; Dayak di Kalimantan, Minahasa, Bugis, Toraja,
Makassar di Sulawesi; Ambon di Maluku. Sedangkan mereka yang bercampur dengan bangsa
asli yang berkulit hitam berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti di Flores. Selain
teori di atas, ada pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah
orang-orang Melayu. Bangsa Melayu ini telah mendiami Indonesia bagian barat dan
Semenanjung Melayu (Malaysia) sejak dulu. Para ahli membagi dua bangsa Melayu ini: Proto
Melayu atau Melayu Tua dan Deutro Melayu atau Melayu Muda.
a. Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua ini memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.
Mereka masuk melalui dua rute: jalan barat dan jalan timur. Jalan barat adalah melalui
Semenanjung Melayu kemudian terus ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke seluruh
Indonesia. Sementara jalan timur adalah melalui Kepulauan Filipina terus ke Sulawesi dan
kemudian tersebar ke seluruh Indonesia. Para ahli memperkirakan bahwa bangsa Melayu Tua
ini peradabannya satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan manusia purba yang ada di
Indonesia. Orang-orang Melayu Tua ini berkebudayaan Batu Muda (Neolitikum). Benda-benda
buatan mereka masih menggunakan batu namun telah sangat halus. Kebudayaan kapak persegi
dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong melalui
jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras kulit hitam. Pada
perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena kedatangan bangsa Melayu
Muda. Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih berdiam di Indonesia bagian timur,
seperti di Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (Ras
Negrito) yang tidak mau bercampur dengan bangsa Proto Melayu lalu berpindah ke pedalaman
atau pulau terpencil agar terhindar dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka
anggap sebagai “peganggu”. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat meski
populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang
Semang di Malaka.
b. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Muda memasuki kawasan Indonesia sekitar 500 SM secara bergelombang.
Mereka masuk melalui jalur barat, yaitu melalui daerah Semenanjung Melayu terus ke
Sumatera dan tersebar ke wilayah Indonesia yang lain. Kebudayaan mereka lebih maju
daripada bangsa Proto Melayu. Mereka telah pandai membuat benda-benda logam (perunggu).
Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat besi. Kebudayaan Melayu Muda ini sering
disebut kebudayaan Dong Son. Nama Dong Son ini disesuaikan dengan nama daerah di sekitar
Teluk Tonkin (Vietnam) yang banyak ditemukan benda-benda peninggalan dari logam. Daerah
Dong Son ini ditafsir sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi menuju
Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia di antaranya adalah
kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan bejana perunggu. Benda-benda logam ini umumnya
terbuat dari tuangan (cetakan).
Keturunan bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku
tersendiri, misalnya Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan
hasil penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal dari bahasa
Austronesia. Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah Nusantara seperti bahasa Jawa,
Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan lain-lainnya, merupakan akibat dari keadaan
alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan selat. Di samping dipisahkan oleh selat
dan samudera, perbedaan bahasa pun disebabkan karena setiap pulau di Indonesia memiliki
karakteristik alam yang berbeda-beda.
Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun setelah menetap di tempat masing-
masing mereka pun mengembangkan bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu dipakai dan masih
diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang baru dilihat di tempat
tinggal yang baru (Indonesia) mereka membuat kata-kata mereka sendiri. Jadi, jangan heran,
bila ada sejumlah kata yang terkadang sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti
yang berbeda sama sekali, tak ada hubungan. Ada pula kata yang memiliki arti yang masih
berhubungan meski tak identik, seperti kata “awak”. Kata awak bagi orang Minang berarti
“saya”, sedangkan menurut orang Sunda berarti “badan”. Selanjutnya, bangsa Melayu Muda
inilah yang berhasil mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju daripada
bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang menjadi penduduk di pedalaman. Hingga
sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan Negrito masih bermasyarakat secara sederhana,
mengikuti pola moyang mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya luar seperti India,
Islam, dan Eropa. Sedangkan bangsa Deutero Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan
Hindu- Budha, Islam, dan Barat.
GLOSARIUM
Ras adalah golongan masyarakat luas yang terdiri dari berbagai rumpun, misalnya ras
Kaukasoid yang menurunkan beberapa rumpun-bangsa.
Suku (atau suku-bangsa) adalah kesatuan sosial yang disatukan oleh identitas kebudayaan,
khususnya dari identitas Bahasa
Artefak merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah
Fosil adalah sisa-sisa yang diawetkan atau jejak sisa-sisa organisme itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia Jilid 1. Jakarta. Balai Pustaka
Kohn, Hans 1958. Nasionalisme, Arti dan Sejarah. Jakarta. PT Pembangunan