Anda di halaman 1dari 14

MODUL AJAR P5

INFORMASI
UMUM
A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Penyusun ONI ROCHMAWATI
Institusi SMK MA’ARIF NU KENCONG
Tahun Pelajaran 2022 - 2023
Jenjang Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kompetensi Keahlian TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Kelas XI
Fase F
Tema Kearifan Lokal (1)
Topik Pesona Budaya Lokal
Nama Projek Pembuatan Budaya Batik Tulis
JP 48 JP
Alokasi Waktu 6 pertemuan x 45 menit
B. DESKRIPSI
Pemanfaatan kearifan lokal berupa batik tulis sebagai sarana untuk mendukung ibadah sebagai bentuk
percampuran budaya lokal dengan agama
B. TUJUAN
Siswa mampu menghasilkan produk budaya lokal melalui pembuatan sajadah yang dikombinasi dengan
batik, guna mengenalkan budaya lokal di sekiolah dan masyarakat
C. PROFIL PELAJAR PANCASILA
- Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Gotong royong
- Mandiri
- Berpikir kritis
D. SARANA DAN PRASARANA
Media Lembar kerja peserta didik, laptop, handphone, LCD
Proyektor, dan Batik
Sumber Belajar Lembar kerja peserta didik, laman e-learning, e-book, buku
Bacaan, Youtube dan narasumber
E. TARGET PESERTA DIDIK
1. Peserta didik regular
2. Peserta didik dengan hambatan belajar
3. Peserta didik cerdas istimewa berbakat
F. MODEL PEMBALAJARAN
Project Based Learning
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
10.1.1 Pembelajaran berbasis kearifan lokal ini menumbuhkan kecintaan terhadap pengetahuan asli
masyarakat sebagai bagian dari budaya bangsa utamanya batik tulis khas daerah Kencong
10.1.2 Pembelajaran mampu mengubah persepsi pengetahuan asli siswa mengenai batik yang
terkesan sebagai pengetahuan budaya warisan saja, akan tetapi menjadi sebuah kegiatan sekolah
yang menyenangkan
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh
leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan
yang tak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya. Corak ragam batik yang
mengandung penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat istiadat maupun budaya
yang berkembang di Indonesia. Motif Batik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah
corak atau pola. Motif adalah suatu corak yang di bentuk sedemikian rupa hinga menghasilkan suatu
bentuk yang beraneka ragam.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
● Apa yang dimaksud dengan seni batik?
● Sebutkan ciri-ciri batik tradisional!
● Sebutkan bahan dan alat untuk membuat batik!
D. PERSIAPAN PEMBELAJARAN
● Guru menyusun LKPD
● Guru menyusun instrument assesmen yang digunakan
● Guru melakukan tes diagnostik
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan mengajak berdo’a sebelum pembelajaran
dimulai
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
3. Guru memberi apersepsi tentang materi yang akan dipelajari
4. Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan menanyakan kondisi
kesehatan
5. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran hari
ini
6. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi yang dipelajari
7. Guru menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
Inti Orientasi peserta didik pada masalah
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan (stimulus) tentang materi yang
akan dipelajari dengan cara mengamati video yang berhubungan dengan
materi
Mengorganisasi peserta didik
1. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen
2. Peserta didik secara berkelompok menjelaskan definisi tujuan kearifan
lokal
3. Peserta didik secara berkelompok menganalisis kearifan lokal
Membimbing Penyelidikan Individu
1. Peserta didik diberikan LKPD
2. Pserta didik mencari dan mengumpulkan informasi tentang kearifan lokal
3. Peserta didik menemukan informasi rinci terkait kearifan lokal
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan maslah
Peserta didik bersama dengan guru melakukan diskusi kelas
untuk
menganalisis hasil jawaban dan menyamakan persepsi tentang materi
yang dipelajari.

Penutup 1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk mereview pembelajaran yang


telah dilaksanakan;
2. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
3. Guru dan peserta didik berdo’a bersama.
PERTEMUAN KE-2
Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan mengajak berdo’a sebelum pembelajaran
dimulai
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
3. Guru memberi apersepsi tentang materi yang akan dipelajari
4. Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan menanyakan kondisi
kesehatan
5. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini
6. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi yang dipelajari
7. Guru menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
Inti Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan (stimulus) tentang materi yang
akan dipelajari dengan cara mengamati video yang berhubungan dengan
materi
Mengorganisasi peserta didik
1. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen
2. Peserta didik secara berkelompok menjelaskan macam – macam batik
3. Peserta didik secara berkelompok menganalisis macam – macam batik
dalam grup.
Membimbing Penyelidikan Individu
1. Peserta didik diberikan LKPD
2. Peserta didik mencari dan mengumpulkan informasi tentang macam –
macam batik
3. Peserta didik menemukan informasi rinci terkait macam – macam batik
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peserta didik bersama dengan guru melakukan diskusi kelas
untuk
menganalisis hasil jawaban dan menyamakan persepsi tentang materi
yang dipelajari.
Penutup 1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk mereview pembelajaran yang
telah dilaksanakan;
2. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
3. Guru dan peserta didik berdo’a bersama.
PERTEMUAN KE-3
Pendahuluan 1. Guru memberi salam dan mengajak berdo’a sebelum pembelajaran
dimulai
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
3. Guru memberi apersepsi tentang materi yang akan dipelajari
4. Guru memberi motivasi kepada peserta didik dan menanyakan kondisi
kesehatan
5. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini
6. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi yang dipelajari
7. Guru menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
Inti Orientasi peserta didik pada masalah
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan (stimulus) tentang materi yang
akan dipelajari dengan cara mengamati video yang berhubungan dengan
materi
Mengorganisasi peserta didik
4. Peserta didik dikelompokkan secara heterogen
5. Peserta didik secara berkelompok menjelaskan pembuatan batik tulis
6. Peserta didik secara berkelompok membuat batik tulis
Membimbing Penyelidikan Individu
4. Peserta didik diberikan LKPD
5. Peserta didik mencari dan mengumpulkan informasi tentang membuat
batik tulis
6. Peserta didik menemukan informasi rinci terkait membuat batik tulis
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peserta didik bersama dengan guru melakukan diskusi kelas
untuk
menganalisis hasil jawaban dan menyamakan persepsi tentang materi
yang dipelajari.
Penutup 1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk mereview pembelajaran yang
telah dilaksanakan;
2. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
3. Guru dan peserta didik berdo’a bersama.
F. ASESMEN
Asesmen non kognitif ● Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
● Bagaimana perasaanmu saat belajar sendiri di rumah?
● Hal apa yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan?
● Apa yang kamu inginkan dalam pembelajaran hari ini?

Asesmen kognitif 1. Klik link dibawah ini:


https://www.youtube.com/watch?v=f2YifhyQp0o
2. Tentang apakah video tersebut?
3. Apa yang bisa kamu jelaskan setelah melihat dan mempelajari video
tersebut?
Asesmen Formatif ● Kuis
● Unjuk kerja
● Penilaian harian
Asesmen Sumatif Ulangan Harian
G. PENGAYAAN DAN REMEDIAL
● Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang menguasai materi ini dengan sangat baik,
yaitu dengan cara memberikan ragam soal yang tingkatannya lebih tinggi.
● Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi dengan baik, yaitu
dengan cara memberikan pengulangan materi dasar serta materi spesifik yang kurang
dikuasai oleh peserta didik . (Materi pengayaan dan remedial terlampir)
H. REFLEKSI PESERTA DIDIK DAN GURU
● Apakah model pembelajan yang saya gunakan sesuai dengan materi dan karakteristik
peserta didik?
● Apakah semua peserta didik nyaman belajar dalam kelompoknya?
● Pada bagian mana dari materi ini peserta didik mudah memahami?
● Bagaimana kesesuaian durasi waktu dan tujuan belajar yang ingin dicapai pada pembelajaran ini?
LAMPIRAN
A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Terlampir
B. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
● Lembar Kerja Peserta Didik
● E-Book Modul P5 Kearifan Lokal
● https://www.youtube.com/watch?v=KIiqQZoGn3A
C. GLOSARIUM
Batik Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara
seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia.
D. DAFTAR PUSTAKA
● Kearifan Lokal, https://www.youtube.com/watch?v=KIiqQZoGn3A
● Batik Sebagai Potensi Lokal, https://www.youtube.com/watch?v=7ZJLeq-YjO0
● Batik Tulis Nusantara, https://www.youtube.com/watch?v=KVD-BabOoFY
● Batik Khas Jember, https://www.youtube.com/watch?v=aRDOrTzab08
nj

Jember, …… ………….
Kepala Sekolah, Guru Pengampu,

Muhammad Yusqi, M.Pd.I Oni Rochmawati, S.Pd


Pertemuan 1

Kearifan Lokal “Batik”

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak
dan kemampuan sendiri. Kearifan lokal juga merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat
lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Di Indonesia, Kesadaran akan kearifan lokal mulai tumbuh subur pasca jatuhnya rezim Presiden
Soeharto pada tahun 1998. Lebih lanjut kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan beradaptasi,
menata, dan menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain yang menjadi motor penggerak transformasi dan
penciptaan keanekaragaman budaya Indonesia yang luar biasa. Ini juga bisa menjadi suatu bentuk
pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau persepsi beserta kebiasaan atau etika adat yang menjadi pedoman
perilaku manusia dalam kehidupan ekologis dan sistemik.
Nilai-nilai yang mengakar dalam suatu budaya jelas bukan objek material yang konkret, tetapi
cenderung menjadi semacam pedoman bagi perilaku manusia. Dalam pengertian itu, untuk mempelajarinya
kita harus memperhatikan bagaimana manusia bertindak dalam konteks lokal. Dalam keadaan normal, perilaku
orang terungkap dalam batas-batas norma, etiket, dan hukum yang terkait dengan wilayah tertentu. Namun,
dalam situasi tertentu di mana budaya menghadapi tantangan dari dalam atau dari luar, respons dalam bentuk
reaksi dapat terjadi.
Tanggapan dan tantangan adalah cara normal untuk melihat bagaimana perubahan terjadi dalam
budaya. Struktur dan nilai sosial, serta tata krama, norma dan hukum setempat akan berubah sesuai dengan
kebutuhan situasi sosial. Tantangan dalam suatu budaya dapat terjadi karena umpan balik yang terjadi dalam
jaringan kehidupan suatu sistem sosial. Hal ini menandakan sedang berlangsungnya autopoesis yang
menandakan bahwa suatu sistem sosial dalam suatu budaya mengatur dirinya sendiri, suatu tanda bahwa suatu
masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang hidup. Dalam menghadapi perubahan inilah kearifan
lokal memainkan peran dan fungsinya. Berikut paparan mengenai fungsi, karkateristik, dan ciri-ciri dari
kearifan lokal.
A. Pengertian
Pengertian Kearifan Lokal Dalam Modul Sosiologi, dijelaskan bahwa kearifan lokal merupakan tata
nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal secara arif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kearifan lokal
tidak hanya berhenti pada etika tetapi juga pada norma, tindakan, dan tingkah laku masyarakat. Oleh karena
itu, kearifan lokal dapat menjadi pedoman masyarakat untuk bersikap dan bertindak dalam konteks kehidupan
sehari-hari.
Lebih lanjut, Robert Sibarani juga mengungkapkan bahwa kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau
pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan
kehidupan masyarakat. Jika hendak berfokus pada nilai budaya, maka kearifan lokal dapat juga didefinisikan
sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan guna mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara
bijaksana.

B. Fungsi Kearifan Lokal


● Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
● Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.
● Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
● Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
● Bermakna sosial, misalnya upacara integrasi komunal atau kekerabatan dan pada upacara pertanian.
● Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan selametan roh.
● Bermakna politik atau hubungan kekuasaan patro-client, dsb.

C. Karakteristik Kearifan Lokal


● Harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang tentang etika dan nilai-nilai
moral;
● Kearifan lokal harus mengajar orang untuk mencintai alam, bukan untuk menghancurkannya;
● Kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua;
● Kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum, adat, aturan-
aturan khusus.

D. Ciri - Ciri Kearifan Lokal


● Mampu bertahan di tengah gempuran budaya luar yang semakin masif
● Memiliki kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur dari budaya luar
● Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembauran terhadap unsur budaya luar ke dalam budaya
asli.
● Mempunyai kemampuan mengendalikan, memberi arah pada perkembangan budaya.
Pertemuan 2

Kearifan Lokal “Batik”

A. Batik, Pemersatu Budaya Lokal


Batik merupakan salah satu kearifan lokal atau warisan budaya (heritage) sekaligus kekayaan budaya
Indonesia yang telah lama dikenal tidak hanya lingkup nasional, tetapi juga dunia internasional. Tradisi luhur
ini sarat menyimpan sejuta kearifan yang mengakar kokoh secara substansial mulai dari ornamentasi dan
harmonisasinya, proses pembuatannya, hingga makna filosofis dalam setiap goresannya.
Secara tidak langsung, adikarya bangsa ini mampu membangkitkan ruh semangat dalam menjalankan
kehidupan ini. Batik juga mampu menjadi alat pemersatu dan mempererat Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Bukti nyata, bahwa batik telah membudaya dari Sabang sampai Merauke, diproduksi di
setiap daerah dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tradisi. Batik meskipun berakar dari Jawa
telah meluas menjadi budaya Indonesia.

B. Sejarah Batik
Tradisi batik ini telah lama ada sejak pada zaman Kerajaan Majapahit dan kemudian terus berkembang
ke kerajaan-kerajaan berikutya, termasuk Kerajaan Mataram (Yogyakarta).
Pada masa itu, batik bukan sekadar seni untuk melatih keterampilan lukis ataupun sungging saja. Tapi
lebih dari pada itu, teknik perintang warna ini sejatinya sarat dengan makna, terutama dalam aspek pendidikan
etika dan estetika bagi kaum wanita. Batik menjadi entitas budaya penting dalam kehidupan karena telah
terjalin erat mengikat kuat dalam lingkaran hidup masyarakat sosial.
Batik kemudian meluas menjadi milik rakyat Indonesia khususnya suku Jawa pada awal abad ke-19.
Setelah melalui rangkaian sejarah panjang, pada 2 Oktober 2009 di Prancis, UNESCO menetapkan batik
Indonesia sebagai warisan budaya dunia nirwujud (Intangible Global Cultural Heritage). Kemudian Badan
Kerajinan Dunia (World Craft Counsil/WCC) menobatkan DIY sebagai Kota Batik Dunia (The World’s Batik
City) yang digelar pada 18-24 Oktober 2014 di Zhejiang, Tiongkok.
Corak/motif batik yang sangat khas turut memberikan sumbangsih khasanah budaya bangsa ini. Tapi
meskipun demikian, tugas berat kita selanjutnya yaitu menjaga predikat ini supaya tetap dipertahankan.
Pasalnya, seiring dengan kemajuan teknologi, ada kekhawatiran batik mulai ditinggalkan para peminatnya
serta tersisihkan oleh serbuan pakaian impor luar negeri.
Tanda-tanda kegelisahan ini pun mulai terlihat, ketika para generasi muda sebagai penerus estafet
tongkat perjuangan batik, malah justru lebih menyukai trend gaya pakaian luar negeri. Mayoritas para
pengrajin batik yang ada saat ini juga merupakan orang yang sudah lanjut usia.
Para generasi muda enggan melirik keterampilan ini. Belum lagi pada ranah produksi, dimana industri-
industri batik kecil ataupun menengah yang merupakan motor penggerak utama produksi batik malah justru
terlihat lesu. Kemudian perusahaan-perusahaan konveksi skala besar juga cenderung mengikuti pasar dalam
memproduksi produk pakaiannya. Hadirnya batik cap/printing juga menjadi problem tersendiri yang turut
mengusik nasib keberlangsungan batik tulis ke depannya.
Melihat kompleksitas permasalahan di atas, sudah saatnya kita sadar sebagai bangsa pewaris tradisi
luhur ini, cinta dan peduli terhadap batik. Setidaknya ada tiga pilar sebagai upaya melestarikan batik.

C. Macam dan Ragam Batik


Indonesia sangat kaya dengan beragam kain batik, termasuk motifnya. Setiap daerah di
Indoesia memiliki ciri khas motif batik, dari motif-motif yang khas tersebut kita bisa mengenali dari mana
motif batik itu berasal.
Batik Jember dapat dikenali dengan ciri khas yaitu bermotif daun tembakau. Daun yang dijuluki daun
emas tersebut dilukis diatas sehelai kain hingga menampilkan kekhasan tersendiri. Motif-motif cantik, warna
beraneka ragam dan keindahan perpaduannya memberikan nilai tersendiri.
Berikut adalah batik khas Jember:
Pertemuan 3

Kearifan Lokal “Batik”

A. Ragam Batik dan Cara Membuatnya


Berikut beberapa teknik membatik yang sering digunakan oleh masyarakat:
- Teknik Celup Ikat
Teknik ini dapat dikatakan sebagai salah satu yang termudah. Teknik celup ikat merupakan pembuatan
motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, lalu dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah
diangkat dari larutan pewarna, ikatan dibuka sehingga bagian yang diikat tidak terkena warna.
- Teknik Canting Tulis
Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting. Canting
berfungsi untuk menorehkan cairan malam atau lilin pada sebagian pola di kain mori. Teknik ini membutuhkan
ketelitian dan keuletan yang tinggi, sehingga tak heran harga batik tulis cukup mahal. Jadi, saat kain
dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan
canting tulis disebut juga teknik membatik tradisional, yang banyak ditemukan di Jawa.
- Teknik Cap
Teknik batik cap dilakukan dengan menggunakan alat canting cap. Caranya, canting cap dicelupkan
pada cairan malam, lalu ditorehkan di atas kain mori. Teknik membatik satu ini memiliki kelebihan, yaitu
menjadi teknik yang pembuatannya relatif cepat selesai.
- Teknik Printing
Metode membatik teknik printing adalah jenis batik baru yang cara pembuatannya melalui proses
printing mesin pabrik.
- Teknik Colet
Teknik membatik colet biasa disebut juga dengan teknik lukis. Melalui teknik colet, pembatik dapat
mengoleskan pewarna kain dengan kuas, lalu melukis motif di atas kain mori.

B. Alat dan Bahan untuk Teknik Canting Tulis


Alat yang digunakan untuk membatik adalah kain mori, pewarna, bak plastik, malam, canting, wajan,
kompor, saringan, dan gawangan.
Alat dan bahan membatik adalah sebagai berikut:
1. Kain
Kain mori merupakan tempat melukis batik. Kain yang biasa digunakan untuk membatik biasanya kain yang
berasal dari serat alam.
2. Zat Pewarna
Berfungsi untuk mewarnai batik. Pewarna batik ada dua macam, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan
(sintetis). Bahan pewarna alam berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti akar mengkudu, kayu tingi, daun
indigo/nila, dan lain-lain. Pewarna sintetis yang umum digunakan dalam membatik adalah jenis naftol,
indigosol, procion, dan remazol.
3. Bak/Ember
Bak atau ember biasanya digunakan sebagai tempat untuk proses pencelupan warna.
4. Malam
Malam adalah bahan lilin khusus untuk membatik. Malam berfungsi sebagai perintang warna kain, sehingga
pola yang dibuat bisa terlihat jelas. Malam memiliki warna coklat, baik itu coklat muda atau coklat tua. Malam
batik terdiri atas campuran parafin, getah pinus (gondorukem), dan lemak hewan.

5. Canting
Canting berbentuk seperti pena, digunakan sebagai alat untuk menggambar/menorehkan malam pada kain.
Canting yang umum digunakan dalam membatik, yaitu canting cecek, canting, klowong, dan canting tembok.

6. Wajan
Wajan digunakan adalah wajan yang berukuran kecil berbentuk cekung dan bundar. Wajan digunakan sebagai
tempat untuk mencairkan malam/lilin.
7.Kompor
Kompor digunakan sebagai alat untuk memanaskan malam/lilin yang ada di wajan.
8. Saringan
Saringan digunakan untuk menyaring malam/lilin yang sudah dicairkan sebelumnya.
9. Gawangan
Gawangan biasanya digunakan untuk membentangkan kain mori yang akan dibatik.
C. Langkah – Langkah Pembuatan Batik Tulis
Proses pembuatan batik di berbagai daerah di Indonesia, cenderung memiliki teknik yang sama.
Berikut adalah proses beserta cara membatik pada kain:
- Siapkan alat dan bahan untuk membatik. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih, kemudian dikanji agar
mempermudah proses pelepasan malam (melorod).
- Menggambar motif pada kain. Menggambar motif bisa dilakukan dengan cara menjiplak motif yang telah
ada. Jika batik yang ingin dibuat adalah batik tulis, maka gambarlah desain di atas kain mori sesuai dengan pola
yang diinginkan. Dalam perbatikan menggambar desain batik sering disebut ngengreng.
- Panaskan malam/lilin pada wajan yang berada diatas kompor, hingga malam mencair sempurna.
- Untuk memudahkan mengambil malam dan menggoreskannya ke atas kain, duduklah dengan posisi kompor
berada di sebelah kanan (tidak berlaku bagi yang kidal).
- Celupkan canting ke dalam wajan yang berisi malam yang sudah dicairkan, sekitar 3 detik untuk pengesuaian
suhu pada canting.
- Mencanting dilakukan dengan cara menorehkan malam cair pada kain yang ingin digambar. Cara memegang
canting sebenarnya sama dengan memegang pensil, namun posisi cucuk canting agak mendongak ke atas agar
malam tidak menetes-netes.
- Isilah bagian pada pola yang masih kosong dengan macam ornamen seperti garis-garis arsiran maupun titik-
titik, sesuai dengan kebutuhan.
- Tahap nembok, dengan mengeblok bagian kain yang tidak ingin terkena warna.
- Mewarnai kain. Biasanya mewarnai kain batik dapat dilakukan dengan teknik celup dan colet. Teknik celup
menggunakan pewarna naftol, sedangkan teknik colet menggunakan pewarna instan.
- Kain yang telah dicelup sesuai dengan warna yang diinginkan, kemudian ditiriskan agar warna pada serat
kain dapat meresap secara maksimal.
- Melorod adalah proses menghilangkan atau melepaskan malam pada kain. Proses ini dilakukan setelah
pewarnaan. Kain akan direbus ke dalam air yang mendidih sampai malam lepas, sehingga dapat memunculkan
motif yang telah digambar.
- Cuci kain batik dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa malam yang masih menempel. Jemurlah
atau angin-anginkan kain, namun sebisa mungkin hindari terkena panas sinar matahari langsung.
RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK KOLABORATIF

ASPEK Belum Kompeten (0-6) Cukup Kompeten (6-7) Kompeten (8-9) Sangat Kompeten (10)

Proses Peserta didik tidak terlibat Peserta didik terlibat dalam Peserta didik terlibat Peserta didik terlibat
pembuatan dalam pembuatan Kearifan pembuatan Kearifan Lokal dalam pembuatan dalam pembuatan
Kearifan Lokal Batik Batik namun kurang aktif. Kearifan Lokal Batik Kearifan Lokal Batik
Lokal Batik secara aktif tetapi menutup secara aktifdan terbuka
diri untuk diskusi. untuk
Diskusi.
Proses Peserta didik tidak mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
presentasi mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil
hasil. pembuatan Kearifan Lokal pembuatan Kearifan Lokal pembuatan Kearifan Lokal pembuatan Kearifan
Batik Batik namun dengansikap Batik dengan sikapyang Lokal Batik dengan
yang kurang baik. baik namun tidak mampu sikap yang baik dan
berdiskusi. mampu berdiskusi.
Hasil Peserta didik Peserta didik kurang Peserta didik mampu Peserta didik mampu
pembuata tidak pembuatan mampu mengidentifikasi mengidentifikasi tetapi tidak mengidentifikasi dan
n Kearifan Lokal dan kurang mampu mampu pembuatan Kearifan pembuatan Kearifan
Kearifan Batik pembuatan Kearifan Lokal Lokal Batik sesuai dengan Lokal Batik sesuai
Lokal Batik sesuai dengan funsi funsi sosial, struktur teks dan dengan funsi sosial,
Batik sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan dengan struktur teks dan unsur
unsur kebahasaan dengan baik atau sebaliknya kebahasaan dengan baik
baik

Anda mungkin juga menyukai