Anda di halaman 1dari 2

Aku, Guru dan Pilihanku

Selepas lulus dari bangku kuliah beragam pilihan pekerjaan sudah menanti. Mulai dari
membuka bisnis sendiri, bekerja hingga menikah. Aku mulai mendapat tawaran sejak beberapa
bulan aku lulus dibangku SLTA. Ya, mengajar adalah kegiatanku saat ini. Teman-temanku lain
boleh langsung mendaftar pekerjaan dengan gaji mentereng yang nominalnya besar. Tapi buatku,
mengajar bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan profesi. Mengapa aku bilang demikian? Karena
aku mengajar bukan karna mengharapkan gaji atau upah, melainkan aku artikan sebagai pengabdian
didalam masyarakat.

Mengajar, adalah kegiatanku saat ini. Dari dulu sejak SD, masih teringat sekali bila ditanya
apa cita-citaku, langsung ku jawab Guru. Mengapa? Jawaban yang simple yang keluar dari
mulutku, karna keluargaku kebanyakan berprofesi sebagai guru. Tapi sekarang beda lagi kalau
ditanya. Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa profesi guru itu profesi rendahan, rendahan
dalam artian gaji yang diterima. Sempat ku dengar perbincangan tetanggaku yang anaknya bekerja
sebagai pegawai disebuah pabrik di Surabaya, dia memamerkan gaji anaknya yang notabennya
sudah UMR. Dia membandingkan gaji seorang guru yang hanya seberapa menurutnya. Aku tertawa
geli saja mendengar semuanya. Sebab mereka tidak tahu kenyataannya. Justru dari pengabdian,
akulah yang lebih banyak belajar. Dari celoteh dan semua kerepotan dalam ruang kelas aku
mengerti arti kesabaran yang tanpa batas. Keramahan orangtua, sampai kritik dan berbagai tindakan
mereka membuatku paham betapa bermaknanya pendidikan yang selama ini di pandang sebelah
mata. Itu yang aku dapatkan, berbagai pengalaman dan pengetahuan, juga arti kesabaran dan
keikhlasan sebenarnya, bukan karena mengharap jasa yang berlipat.

Menjadi guru adalah sebuah panggilan juga sebuah pilihan. Dikatakan panggilan karena
memang tidak semua orang terpanggil untuk profesi yang selalu disoroti dari sisi kesejahteraannya
yang minim ini. Orang juga memilih untuk menjadi guru dari sekian banyak profesi yang ada. Ada
orang yang menjadi guru itu karena niat ingsun, tetapi juga banyak yang karena keterpaksaan,
daripada tidak bekerja atau jadi pengangguran, ya sudah jadi guru. Bahkan saya pernah mendengar
ada seorang yang berkecimpung dalam dunia selain pendidikan dengan sadar atau tidak mengatakan
alasan seseorang masuk sekolah keguruan karena ketidakmampuan ekonomi dan intelektual.
Ketika saya mendengar perkataan orang ini, saya tersingung juga. Apalagi ia mengatakannya
dengan nada sinis dan meremehkan. Orang yang mengemukakan itu bisa salah, tetapi juga bisa
benar. Orang memilih sekolah keguruan karena biayanya relatif murah. Memilih sekolah keguruan
karena seseorang tahu bahwa kapasitas otaknya tidak mungkin menjadi dokter. Meenurutku itu
merupakan statement yang salah, menjadi guru, berkecimpung didunia pendidikan merupakan
pilihan yang dating dari hati, mengapa tidak? Karena guru merupakan profesi yang langsung
berhubungan dengan dunia masyarakat, dunia untuk mencerdaskan anak bangsa.

Guru adalah guru, terpaksa atau pun tidak, kalau seseorang sudah terjun menjadi guru,
pemilahan itu tak ada lagi. Mengapa? Karena guru sama-sama harus mendidik anak yang
dipercayakan kepadanya. Ia mempunyai tanggung jawab moral untuk membawa siswa menjadi
cerdas. Menjadi guru memang sebuah tantangan untuk situasi di masa sekarang. Memilih menjadi
guru tidak menjadikanku super kaya. Tapi lewat profesi ini aku tahu hidupku punya makna. Yang
sulit dari hidup adalah menciptakan makna di baliknya.
Di akhir hari bukan seberapa banyak gaji atau seberapa banyak project yang goal yang bisa
jadi cerita. Melainkan apa yang sudah kita lakukan sebagai manusia. Aku memang masih muda.
Menjadi guru jelas bukan pekerjaan yang langsung bisa memberikan kemapanan, yang banyak anak
muda di luar sana harapkan. Satu yang jelas kuyakini, pekerjaan ini adalah pekerjaan untuk masa
depan. Meski sedikit hidupku akan makin bermakna, walau pelan-pelan. Maka selalu
terlambungkanlah rasa syukur dalam rongga dada kita. Saya berharap, para guru di mana pun
berada tetap menjadi guru yang baik, tetap bersemangat dan selalu percaya bahwa Sang Pemilik
Kehidupan selalu akan mencukupkan kita demi mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

Anda mungkin juga menyukai