Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
Tentang :
KETUHANAN DALAM ISLAM

Dosen pengampu :

JUMADI,S.Pd.l.,M.Pd

Disusun oleh :

MAYA CHAYANI APRILIA 01202201068

MARDIANTO 01202201025

ILSA 01202201016

SURIANTI 01202201048

WA ODE SRI HAWULAN 01202201050

UNIVERSITAS MUSLIM BUTON

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(PGSD)
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik langit dan bumi, kami bersaksi bahwa tidak

ada llah selain Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya, kami berlindung dari

segala keburukan perbuatan kami yang menyimpang, dan kami memohon selalu bimbingan-

Nya. Shalawat dan salam selalu tercurah atas Nabi yang mulia, manusia pilihan, contoh yang

paling terbaik bagi manusia yaitu baginda Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama oleh

bapak Jumadi, S.Pd.I.,M.Pd. selaku dosen pengampuh mata Pendidikan Agama, dengan tema

Ketuhanan dalam Islam. Untuk itu kami telah berusaha sebaik mungkin dalam

penyusunannya, mulai dari pengumpulan sumber pencarian informasi yang sesuai dengan

tema sampai pada tahap penyusunan telah kami lakukan sebaik mungkin. walaupun demikian

kami selaku penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab

itu kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna menyempurnakan kekurangan yang tentunya ada pada makalah kami ini.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca

sekalian.

Bau-bau, 16 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Hakikat Tuhan ................................................................................................................. 2
B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan ..................................................................... 3
1. Pemikiran Barat ........................................................................................................... 3
2. Pemikiran Umat Islam ................................................................................................. 6

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP ............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkataan Tuhan merupakan terjemahan dari kalimat Rab (‫)رب‬dalam bahasa Arab

yang merujuk pada interpretasi ulama terhadap S. al-Jatsiyat:23 dan al-Qashas : 38 yang

didalamnya termaktum kalimat Ilah (‫( )ال ه‬Tuhan).

Menurut Ibn Taimiyah difinisi dari kalimat Ilah (‫ )ال ه‬dalam al-Qur‟an tersebut

adalahyang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri

dihadapanNya, dan mengharapkanNya, kepadaNya tempat berserah ketika dalam

kesusahan, berdo‟alah dan bertawakal kepadaNya untuk kemashlahatan diri, meminta

perlindungan dariNya dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat dan terpaut kepada

Nya.

Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,

Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi

semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan

Maha Kuasa (tauhid).

Iman kepada Allah Swt merupakan konsep dasar seseorang meyakini,

mempercayai tentang keberadaan Tuhan sang Pencipta alam semesta. Hal ini merupakan

pondasi dasar keberagamaan seseorang sehingga itu setiap mahasiswa perlu memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat tuhan ?

2. Bahaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang hakikat tuhan

2. Menjelaskan bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang tuhan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Tuhan

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa,

sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.Perkataan dipentingkanhendaklah

diartikan secara luas. Tercakup didalamnya yang dipuja,dicintai,diagungkan,diharap-

harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu

yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur`an dipakai untuk

menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam

Q.S Al-Jatsiyah ayat 23 :

َ ََ ‫س ْم ِع ًٖ ََقَ ْه ِب ًٖ ََ َج َع َم َع ٰهى‬
ِِ ‫َ ِر ٖي ِِ ٰٰ َُ ًۗ فَ َم ْه ٌَّ ٍْ ِِ ٌْ ًِ ِم ْه ََ ْع‬ َ ‫ّٰللاُ َع ٰهى ِع ْه ٍم ََّ َخت ََم َع ٰهى‬ َ َ ‫اَفَ َر َءٌْتَ َم ِه ات َّ َخذَ ا ِٰن ًٍَٗ ٌ َُٰىًُ ََا‬
‫ضهًَُّ ه‬
َ‫ّٰللاِ اَفَ ََل تَذَ َّك ُر َْن‬
‫ه‬
Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya

sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah

Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas

penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Dalam surat Al-Qashash ayat 38, perkataan illah dipakai oleh fir`aun untuk dirinya

sendiri :

ًِ ‫ط ِه ُع ا ٰ ِٰٓنى ا ِٰن‬
َّ َ ‫ص ْرحا نَّ َع ِهّ ًْٰٓ ا‬
َ ًْ ّ‫طٍ ِْه فَاجْ َع ْم ِن‬ ْ ‫ََقَا َل فِ ْر َع ُْنُ ٰ ٌٰٓاٌَُّ ٍَا ْان َم ََلُ َما َع ِه ْمتُ نَ ُك ْم ِّم ْه ا ِٰن ًٍ ٍَِ ِْر‬
ّ ِ ‫ي فَا َ َْقِِْ ِن ًْ ٌٰ ٍَامٰ هُ َعهَى ان‬

َ‫ظىًُّٗ ِمهَ ْان ٰك ِذ ٍَِْه‬


ُ َ‫ُم ُْسٰ ۙى ََاِوِّ ًْ ََل‬

Artinya : “Dan Fir‟aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa

kalian masih mempunyai ilah selain diriku“.

Contoh ayat diatas tersebut menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengundang

berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata

(fira`un atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan illah juga dalam bentuk

tunggal (mufrad ilaahun, ganda (mutsanna ilaahaini) dan banyak (jama‟aalihatun).

2
Menurut Ibnu Taimiyah Al-Ilah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati,

tunduk kepada-Nya merendahkan diri dihadapannya, takutdan mengharapkannya,

kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal

kepada-Nya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta

kepadanya.

B. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat

Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan

atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang

bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama,

dikenal dengan Teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari

kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori

tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor,

Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan

menurut evolusionisme adalah sebagai berikut:

a. Dinamisme

Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya kekuatan

yang berpengaruh dalam kehidupan.Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut

ditujukan pada benda.Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang

berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif. Kekuatan ada pada pengaruh

tersebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Malaysia), dan tuah

(melayu), dan sakti (india) yakni kekuatan gaib.Mana adalah kekuatan gaib yang tidak

dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera.Oleh karena itu dianggap sebagai

sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan

pengaruhnya.

3
b. Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam

hidupnya.Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh.Oleh masyarakat

primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati.Oleh

karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang,

rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi.Menurut kepercayaan ini, agar

manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan

kebutuhan roh.Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha

untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan

kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih

dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan

tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap

cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain

sebagainya.

d. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.

Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin

mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat

menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut

dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.

Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan

Tingkat Nasional).

e. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi

monoteisme.Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa

dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi

dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

4
Deisme adalah kepercayaan bahwa dengan pengetahuan, akal dan pikiran,

seseorang bisa menentukan bahwa Tuhan adalah nyata.Beberapa deist menanggap

bahwa Tuhan tidak mencampuri urusan manusia dan mengubah hukum-hukum alam

semesta.

Panteisme atau pantheisme (Yunani: πάν ( 'pan' ) = semua dan θεός ( 'theos' ) =

Tuhan) secara harafiah artinya adalah "Tuhan adalah Semuanya" dan "Semua adalah

Tuhan".Mereka cenderung tidak percaya dengan Dewa.

Teisme agnostis adalah pandangan filosofis yang mencakup baik teisme dan

agnostisisme.Penganut teisme agnostik mempercayai keberadaan setidaknya satu

Tuhan, namun mengganggap bahwa dasar dari kepercayaan ini merupakan sesuatu

yang pada dasarnya tidak memungkinkan untuk dipahami atau diketahui secara pasti.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan

oleh Max Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang

menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan

bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-

orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-

sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud

yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan

evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa

Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk

memahami sejarah agama.Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang

secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu.Kesimpulan tersebut diambil

berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh

kebanyakan masyarakat primitif.Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa

asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah

berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).

5
2. Pemikiran Umat Islam

Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa konsepsi

ke-esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan konsepsi Tauhid.

a. Konsepsi Aqidah.

Dalam kamus Al-Munawir secara etimologis, aqidah berakar dari kata 'aqada-

ya'qidu-aqdan'aqidatan yang berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh. Setelah

terbentuk menjadi „aqidah yang berarti keyakinan relevensi antara arti kata aqdan dan

aqidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan

mengandung perjanjian. Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah antara

lain: Menurut Hasan al-Bana dalam kitab majmu‟ah ar-rasa,il „Aqaid (bentuk jamak

dari aqidah) adalah beberapa perkara wajib diyakini kebenarannya oleh hati dan

mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun

dengan keragu-raguan.

b. Konsepsi Tauhid

Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai

suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid

yang merupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam.Islam datang disaat

kemusyrikan sedang merajalela disegala penjuru dunia.Tak ada yang menyembah

Allah kecuali segelintir umat manusia dari golongan Hunafa, (pengikut nabi Ibrahim

as) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari pengaruh tahayul animisme

maupun paganisme yang telah menodai agama Allah. Sebagai contoh bangsa arab

jahiliyah telah tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka‟bah yang dibangun

untuk peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala dan bahkan setiap

rumah penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan penghuninya.

Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut

adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta

yang mutlak dan penguasa segala yang ada.Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat

6
diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi

pengetahuan yaitu tauhid.

Surat Al-Ikhlas adalah surat ke-112 dalam Al-Qur‟an, diturunkan setelahsurat An

Naas. Surat ini dinamakan Al Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid.

Surat ini tergolong surat Makkiyah, terdiri atas 4 ayat. Meski tergolong surat pendek dan

hanya 4 ayat, namun surat ini memiliki keistimewaan yang begitu besar hingga mampu

mengguncang langit dan bumi. Al-Ikhlas berarti “Memurnikan Keesaan Allah”.Dan

bahasan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah dan menolak segalabentuk

penyekutuan terhadap-Nya.

Artinya:

1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa

2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu

3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan

4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah merupakan Tuhan Yang Maha

Esa.Maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak adayang

serupa dengan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena hanyaAllah-lah Tuhan pencipta

alam semesta.

Ayat kedua: Allah adalah /khalik/ (pencipta) alam semesta ini. Manusia adalah

makhluk ciptaan Allah. Selain manusia yang termasuk makhluk seperti malaikat, jin,

hewan dan tumbuhan. Di hadapan Allah, semua makhluk itu lemah. Oleh karena itu

hanya kepada Allah semua makhluk meminta perlindungan. Allah sebagai pencipta tidak

membutuhkan siapapun. Allah justru sebagai tempat meminta segala sesuatu. Dia-lah

tempat bersandar dan bergantung dalam segala kebutuhan. Dia-lah yang paling tinggi

kekuasaan-Nya. Allah tidak butuh makan dan minum. Dia tetap kekal setelah para

makhluk-Nya binasa.

Ayat ketiga: Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan atau dilahirkan.

Mengakui bahwa Allah mempunyai anak dan diperanakkan adalah musyrik dan

merupakan dosa besar. Semua makhluk yang diciptakan Allah akan mati. Allah bukanlah

7
makhluk, jadi Allah tidak akan pernah mati. Allah akan tetap hidup selama-lamanya.

Kalimat (َِْ‫)َنَ ْم ٌُُن‬


َ maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang
musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah . Kaum Yahudi

mengatakan bahwa ‟Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashoro mengatakan bahwa Al

Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.” (Zadul

Masiir)

Ayat keempat: Manusia merupakan makhluk hebat, yang telah dianugrahi akal

pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat membuat pesawat, kapal selam, telepon,

komputer, laptop dan lainnya. Manusia juga dapat menjelajahi ruang angkasa, mengolah

tanah menjadi sumber kehidupan, dan menjinakkan binatang buas. Tetapi, sepandai-

pandainya manusia dia tidak dapat menciptakan matahari, bumi, bintang, bulan bahkan

dirinya sendiri. Allah yang menciptakan seluruh alam semesta ini. Allah juga

menciptakan manusia, tidak ada satu pun makhluk yang dapat menyamai-Nya.

Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah

meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan hingga memiliki orang tua. Juga

Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As

Sa‟di mengatakan makna ayat ini : ”dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”

yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.

Tauhid mempunyai beberapa macam, ada tauhid uluhiyah, tauhid ubudiyah, dan

tauhid rububiyah. Macam-Macam Tauhid menurut pembagiannya:

1. Tauhid Rububiyah

Rububiyah berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan pemilik.

Dikatakan Rabb ad-Dar berarti tuan rumah Secara etimologi yaitu menumbuhkan,

mengembangkan, sedangkan secara terminology berarti keyakinan bahwa Allah swt.

Adalah Tuhan Pencipta semua makhluk dan alam semesta.

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah artinya mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang

wajib disembah dan tidak ada tuhan lain selain Dia. Pengakuan dan keyakinan bahwa

8
Allah swt adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah yang direalisasikan dalam

bentuk ibadah.

3. Tauhid Asma‟ Wa sifat

Tauhid Asma‟ Wa Sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-

sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur‟an dan Sunah Rasul-Nya.

Maka barang siapa yang mengingkari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya atau

menamai Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya

atau menakwilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah

tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasulnya. Sifat-sifat Allah dibagi menjadi

dua bagian, yaitu :

Sifat Dzatiyah

Sifat Dzatiyah yaitu sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya.Sifat ini

berpisah dengan dzat-Nya.Seperti berilmu, kuasa atau mampu, mendengar, bijaksana,

melihat, dll.

Sifat Fi’liyah

Sifat Fi‟liyah adalah sifat yang Dia perbuat jika berkehendak.Seperti

bersemayam di atas „Arasy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga akhir

malam, dan dating pada Hari Kiamat.

Tauhid asma‟ wa sifat ini juga berpengaruh dalam bermuamalah dengan

Allah. Di bawah ini contoh-contohnya : Jika seseorang mengetahui asma‟ dan sifat-

Nya, juga mengetahui arti dan maksudnya secara benar maka yang demikian itu akan

memperkenalkannya dengan Rabbnya beserta keagungan-Nya. Sehingga ia tunduk,

patuh, dan khusyu‟ kepada-Nya, takut dan mengharapkan-Nya, serta bertawassul

kepada-Nya. Jika ia mengetahui jika Rabbnya sangat dahsyat azab-Nya maka hal itu

akan membuatnya merasa diawasi Allah, takut, dan menjauhi maksiat terhadap-Nya.

Jika ia mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun, Penyayang, dan Bijaksana maka

hal itu akan membawanya kepada taubat dan istighfar, juga membuatnya bersangka

baik kepada Rabbnya dan tidak akan berputus asa dari rahmat-Nya. Manusia akan

mencari apa yang ada di sisi-Nya dan akan berbuat baik kepada sesamanya.

9
4. Tauhid Ubudiyah

Suatu keyakinan bahwa Allah swt, merupakan Yuhan yang patut disembah,

ditaati, dipuja dan diagungkan. menghambakan diri dengan keikhlasan tanpa disertai

penyimpangan dan penyesatan. Sehingga beliau juga menyebutkan mengenai

perincian dari hakikat tauhid bahwa, “ tidaklah disebut bertauhid hingga mengakui

bahwa tiada tuhan selain allah. Dan juga mengakui bahwa dialah ilah yang

sesungguhnya bagi hamba. Lalu menyerukan peribadatan hanya kepada allah tanpa

disertai penyelewengan.

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau

Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad

SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula

yang bersifat di antara keduanya.Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena

adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan

pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang

sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual

dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional.

Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam

Islam. Aliran tersebut yaitu:

a. Mu‟tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta

menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan

dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin.

Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain). Dalam

menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem

teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.Hasil dari paham Mu‟tazilah

yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam

Islam.Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya

mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks.Mu‟tazilah lahir sebagai

pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

10
b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam

berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir

atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas

perbuatannya.

c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji‟ah berteori bahwa manusia tidak

mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku

manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

d. Asy‟ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan

Jabariah Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam

kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di

atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang

memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang

dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan

koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh

kepentingan politik tertentu.Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat

menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah

aliran Mu‟tazilah dan Qadariah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa,

sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-

Nya.Perkataan dipentingkanhendaklah diartikan secara luas. Tercakup didalamnya

yang dipuja,dicintai,diagungkan,diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan

atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan

bahaya atau kerugian.

Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan

atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang

bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Sehubungan pemikiran Umat

Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa konsepsi ke-esaan Tuhan, diantaranya

konsepsi Aqidah dan konsepsi Tauhid.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, kami harap untuk para pembaca agar dengan

mempelajari ini,maka bertambah pula keimanan dan kecintaan kita kepada Allah

SWT.

Mungkin ada salah kata dari penulisan makalah kami, atau ada kekeliruan, mohon

dimaafkan dan dibenarkan.

12
DAFTAR PUSAKA

Al-Qur‟an Al Karim

Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,

http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/

Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi umum. Jakarta:

Departemen Agama RI

Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR. Ahmad

Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.

Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,

http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-

shadrian/ (diakses pada 24 September 2011)

Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,

http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html (diakses pada

24 September 2011)

13

Anda mungkin juga menyukai