Anda di halaman 1dari 20

Hukum Keimigrasian dan Keefektifannya di Indonesia

Oleh:

Andi Fatimah Utami Firman B011181110

Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin

2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

lah makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan

kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa

sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan

makalah mata kuliah Delik-delik di Luar Kodifikasi dengan judul “Hukum Keimigrasian dan

Keefektifannya di Indonesia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak

terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta

saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah

yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar, 27 Mei 2020.

Penulis
Daftar Isi

Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II Pembahasan

A. Hakekat Hak dan Kebebasan Bergerak

B. Hukum Keimigrasian Indonesia

C. Pencegahan dan Penangkalan

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

B. Kritik dan Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk hak asasi manusia adalah hak atas kebebasan bergerak. Hak ini-pun

dicantumkan didalam Universal Declaration of Human Rights dan didalam International

Covenant on Civil and Political Rights.

Di masa modern ini hak asasi manusia menjadi sesuatu hal yang sangat diperhatikan

dunia internasional sehingga adanya penghormatan yang tinggi terhadap hak asasi

manusia. Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi dan informasinya

pergerakan manusia jadi semakin mudah, dikarenakan hal ini hak atas kebebasan

bergerak menjadi hak yang banyak diperbincangkan didunia. Semenjak terbentuknya

paham Negara kebangsaan, masing-masing Negara mempunyai kepentingan yang

berbeda-beda sehingga hal ikhwal mengenai pergerakan manusia disetiap Negara

mempunyai pengaturan yang berbeda. Dalam hal ini Negara mempunyai kewenangan

penuh untuk mengatur lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah negaranya.

Negara mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan dan penangkalan

kepada orang untuk masuk atau keluar wilayah negaranya didasarkan pada

kepentingan nasional dari Negara tersebut. Hal-hal demikianlah yang membatasi

kebebasan gerak manusia, sehingga dunia internasional perlu mengatur hal-hal

mengenai hak atas kebebasan bergerak manusia untuk membatasi kewenangan-

kewenangan yang berlebih dari suatu Negara.


Internasional juga mengakui adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda disetiap

Negara sehingga adanya batas-batas dalam hak atas kebebasan bergerak yang dapat

dikecualikan. Atas dasar itu Negara masih dapat menggunakan pencegahan dan

penangkalan selama masih didalam batas-batas yang wajar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan mengenai wilayah Negara dan berbagai hak

berdaulat yang diakui oleh hukum dan pergaulan internasional yang

mempengaruhi ruang lingkup tugas dan wewenang keimigrasian?

2. Bagaimana hukum positif Indonesia mengatur pencegahan dan penangkalan

keimigrasian?

3. Bagaimana penerapan pencegahan dan penangkalan keimigrasian di

Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan mengenai wilayah Negara dan berbagai

hak berdaulat yang diakui oleh hukum dan pergaulan internasional yang

mempengaruhi ruang lingkup tugas dan wewenang keimigrasian.

2. Untuk mengetahui dan meganalisis bagaimana hukum positif Indonesia

mengatur pencegahan dan penangkalan keimigrasian.

3. Untuk mengetahui penerapan pencegahan dan penangkalan keimigrasian di

Indonesia.
BAB II

Pembahasan

A. Hakekat Hak dan Kebebasan Bergerak

Manusia merupakan makhluk yang selalu bergerak. Pergerakan manusia dari satu

tempat ke tempat lain sudah terjadi sejak manusia pertama kali diciptakan. Di zaman

modern pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain tidak berkurang bahkan

dapat dikatakan makin intensif. Perbedaannya dari pergerakan manusia zaman

terdahulu adalah:

1. Dahulu, pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain terutama

dilakukan dalam rangka perpindahan (migrasi). Di zaman modern, lebih-lebih di

zaman kemajuan ekonomi dan teknologi transformasi pergerakan manusia dari

satu tempat ke tempat yang lain terutama dilakukan sebagai suatu perjalanan

(travelling).

2. Dahulu, Pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain tidak mengenal

lintas batas Negara. Kalaupun ada Negara, pergerakan tersebut tidak

dipengaruhi oleh berbagai kehadiran Negara tersebut.

Dalam sejarah manusia semenjak abad pertengahan telah terjadi pergerakan manusia

besar-besaran dengan berbagai alasan baik dilakukan secara sukarela ataupun

paksaan, semenjak abad pertengahan pergerakan manusia itu dapat dibagi menjadi

empat periode yaitu; pertama perpindahan secara besar-besaran secara paksa budak-

budak dari Afrika ke Amerika secara paksa sebanyak kira-kira antara sepuluh sampai

dua puluh juta orang, kedua perpindahan pekerja/buruh dari India dan Cina ke
beberapa wilayah diseluruh penjuru dunia, ketiga adalah perpindahan manusia secara

sukarela dan keinginan sendiri dilakukan oleh bangsa Eropa ke benua Amerika,

Australia dan beberapa wilayah di Afrika, diperkirakan jumlahnya mencapai enam puluh

juta orang semenjak tahun 1920 dengan perkiraan 5,7 Juta bermigrasi ke Argentina, 5,6

juta Orang bermigrasi ke Brazil, 6,6 juta Orang bermigrasi ke kanada, 36 juta orang ke

Amerika Serikat, dan sisanya ke Afrika bagian selatan dan tengah, keempat adalah

perpindahan manusia yang dimulai semenjak tahun 1950 dimana terjadi perputaran

arah imigrasi yang semula dari Negara eropa sekarang yaitu dari Negara berkembang

menuju Negara-negara industry maju di Eropa seperti Inggris dan Perancis yang

diperkirakan berdasarkan Universal Nations Development Programe (UNDP) mencapai

35 juta orang. Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak.

Sejarah manusia, manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari

suatu tempat ketempat lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi

hak yang kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Hingga

hak atas kebebasan bergerak itupun tercantum di berbagai macam peraturan yang

mengatur mengenai hak asasi manusia.Hak atas kebebasan bergerak ini juga

dinyatakan didalam konstitusi Negara kita yaitu Undang-Undang Dasar 1945 didalam

pasal 28E ayat (1) : “Setiap orang bebas …. , memilih tempat tinggal di wilayah Negara

dan meninggalkannya serta berhak kembali”.

Dahulu kala sebelum adanya bentuk Negara manusia dapat berpergian tanpa

mengenal lintas batas Negara, sehingga tidak adanya aturan-aturan yang mengatur

perihal pergerakan manusia dalam melintasi batas wilayah. Munculnya paham negara

kebangsaan berawal dari paham nasionalisme. Nasionalisme berasal dari kata nation
(bahasa Inggris) atau natie (bahasa Belanda) yang berarti bangsa. Bangsa adalah

sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan

untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Dengan demikian,

nasionalisme dapat diartikan sebagai semangat kebangsaan, yakni cinta terhadap

bangsa dan tanah air. Dengan kata lain nasionalisme adalah suatu paham yang

menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi seseorang ditujukan kepada negara

kebangsaannya.

Nasionalisme untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada akhir abad ke-18. Lahirnya

paham nasionalisme diikuti dengan terbentuknya Negara kebangsaan. Pada mulanya

terbentuknya negara kebangsaan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor objektif, seperti

persamaan keturunan, adat istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi, kebangsaan yang

dibentuk atas dasar nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama

dalam Negara kebangsaan.

Akibat dari tumbuhnya paham Negara berkembang ini maka mulai adanya pengenalan

pengaturan dan pengawasan pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

Selain itu karena paham ini adanya pula aturan penentuan status hukum kependudukan

antara warga Negara (citizens) dan bukan warga Negara (non citizen). Lahirnya

Negara-negara kebangsaan dengan batas-batas wilayah yang tertentu, dan disertai

pula dengan perbedaaan warga Negara dan bukan warganegara telah melahirkan

aturan yang mengatur lalu lintas orang keluar masuk dari suatu Negara ke Negara lain

yang dikenal sebagai Negara kesatuan. Aturan- aturan terkait dengan inilah yang

kemudian mulai membatasi pergerakan manusia dalam hal lintas batas Negara. Oleh

karena Negara dalam hal ini mempunyai kedaulatan penuh terhadap negaranya maka
Negara mempunyai wewenang penuh untuk memilih untuk mengizinkan atau tidak

mengizinkan orang untuk masuk atau keluar dari negaranya.

Pada umumnya wewenang penuh ini didasari pada kepentingan nasional dari

negaranya. Karenanya berbedanya segala kepentingan nasional sehingga system

keimigrasian disetiap Negara berbeda. Kadangkala kepentingan nasional suatu Negara

tersebut tidak menghiraukan prinsip dasar kebebasan manusia sehingga terjadinya

pembatasan terhadap kebebasan bergerak manusia. Oleh karena itu dunia internasional

merumuskan dalam standart penetapan hak asasi manusia salah satunya adalah hak

atas kebebasan bergerak yang tertera di dalam Universal Declaration of Human Rights

yang telah disepakati oleh seluruh dunia sebagai standart penerapan hak asasi

manusia universal. Berdasarkan ini setiap Negara harus menghormati hak-hak yang

tertera didalam deklarasi ini yang mempunyai kekuatan mengikat morally binding.

Setiap kepentingan nasional harus disesuaikan dengan standart-standart internasional.

Menurut Stanley Hoffman dalam teori kepentingan nasionl menyatakan “national

interest is fact of life, but it should not be elevated to the standart of a norm, one’s

interest should be subordinate to some higher morality”. Oleh karena itu di zaman

modern ini tidak ada lagi wewenang secara penuh hukum keimigrasian suatu Negara

yang hanya dibatasi oleh hukum nasional, tetapi juga hukum internasional juga berlaku.

B. Hukum Keimigrasian Indonesia

Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu lintas masuk

dan keluarnya orang. Dalam pengaturan ini harus dengan sungguh-sungguh

memperhatikan secara seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan global.


Untuk menjamin keseimbangan tersebut, dalam melaksanakan fungsi keimigrasian

perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut (menurut prof.Bagir Manan) :

1. Prinsip bahwa Indonesia adalah non-immigrant statePrinsip ini sama sekali

tidak dimaksudkan untuk membatasi apalagi menolak kehadiran orang asing di

wilayah Indonesia. Prinsip ini bermaksud membatasi semaksimal mungkin

pertambahan penduduk (warganegara) melalui proses kewarganegaraan yang

berpangkal pada hak-hak keimigrasian.

2. Prinsip Selective Policy Fasilitas keimigrasian terhadap orang asing

hendaknya dengan sungguh-sungguh memperhatikan kemanfaatannya bagi

usaha-usaha pembangunan dan usaha mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa

Indonesia.

3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan securityAdalah prinsip

keseimbangan antara pengawasan, pengendalian dan pelayanan. Orang asing

adalah tamu, dank arena itu harus diperlakukan secara layak baik dalam

hubungan yang bersifat hukum maupun dalam hubungan sosial. Namun

demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu untuk berlaku

wajar sesuai dengan kepentingannya, sehingga kepentingansecurity bagi

masyarakat dan Negara senantiasa terlaksana secara wajar.

4. Prinsip the right of movementSetiap orang yang berada dalam wilayah Negara

Republik Indonesia dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk melakukan

perjalanan termasuk hak untuk berkomunikasi, sepanjang tidak membahayakan

diri atau kepentingan Negara yang khusus.


5. Prinsip general principle of good administrationAdalah prinsip bahwa

keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara, harus

senantiasa berjalan di atas asas-asas umum penyelenggaraan Negara yang

layak.

Sebelum Undang – Undang Nomor 06 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian diundangkan, ketentuan -

ketentuan perundang-undangan di bidang keimigrasian tersebar dalam berbagai

peraturan perundang-undangan. Sebagian masih merupakan peraturan perundang-

undangan yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda, dan sebagian dibentuk

setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peraturan perundang-undangan

yang berasal dari masa Hindia Belanda, yaitu Toelatingsbesluit 1916, Toelatingsbesluit

1949, dan Toelatingsordonantie 1949, begitupula peraturan perundang-undangan yang

dibentuk setelah Indonesia merdeka, seperti Undang- Undang Nomor 42 Drt. Tahun

1950 tentang bea imigrasi, Undang-Undang Nomor 9 Drt. Tahun 1953 tentang

pengawasan orang asing, dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya,

dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan serta kebutuhan

hukum masyarakat dewasa ini. Baik karena perkembangan nasional maupun

internasional telah berkembang hukum-hukum baru yang mengatur mengenai wilayah

Negara dan berbagai hak berdaulat yang diakui oleh hukum dan pergaulan

internasional yang mempengaruhi ruang lingkup tugas dan wewenang keimigrasian.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan tugas dan wewenang

keimigrasian adalah pembangunan nasional, kemajuan ilmu dan teknologi serta

berkembangnya kerjasama regional maupun internasional yang mendorong


meningkatnya arus orang untuk masuk dan keluar wilayah Indonesia. Undang-Undang

Keimigrasian yang sampai saat ini dipakai adalah Undang–Undang Nomor 06 Tahun

2011 tentang perubahan atas Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang

Keimigrasian. Dalam undang-undang ini yang diartikan sebagai keimigrasian adalah

segala hal ihwal mengenai lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara

Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan wilayah Negara Republik Indonesia itu

sendiri adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat, laut,

dan udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap warga

Negara Indonesia berhak melakukan perjalanan ke luar atau wilayah Indonesia,

sedangkan orang asing atau mereka yang berstatus bukan warga Negara Indonesia,

untuk berpergian masuk dan keluar wilayah Indonesia diharuskan mendapatkan izin

tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang dimaksud

adalah pejabat keimigrasian pada kantor perwakilan Republik Indonesia atau di tempat

lainnya yang diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

C. Pencegahan dan Penangkalan

Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah manusia,

manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat ketempat

lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang kodrati bagi

manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Kebebasan ini telah

dinyatakan di dalam Universal Declaration of Human Rights. Namun kebebasan ini

bukan berarti bebas sebebas-bebasnya bergerak tanpa adanya aturan yang

membatasinya.
internasional juga memahami keberadaan setiap Negara mempunyai kepentingannya

masing-masing, sehingga kebebasan bergerak itu diseimbangkan dengan kepentingan-

kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka dunia internasional juga memberikan

batasan terhadap kebebasan bergerak ini. Batasan ini tercantum dalam International

Covenant on civil and political Rights pada artikel 12 poin 3 yang berbunyi :“The above

mentioned rights shall not be subject to any restriction except those which are provided

by law, are necessary to protect national security, public order (ordre public), public

health or morals or the rights and freedom of others, and are consistent with other rights

recognized in the present covenant” Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan

keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan

kepentingan masyarakat. Setiap pembatasan yang dapat dilakukan oleh setiap Negara

harus berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan rasional.

Pembatasan hak atas kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara

dengan cara pencegahan dan penangkalan, pencegahan dan penangkalan adalah

untuk menghentikan seseorang untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang

bersangkutan atas dasar alasan-alasan yang secara rasional untuk keamanan nasional,

ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat.

Definisi Pencegahan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian adalah Larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu

untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.Sedangkan

penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu

untuk masuk kewilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.


Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini tidak boleh digunakan sewenang-

wenang oleh suatu Negara, Negara harus tetap menjamin hak atas kebebasan

bergerak setiap individu namun juga harus menjalankan kepentingan nasionalnya.

Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar dengan alasan yang

kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan nasional, ketertiban

umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat yang sesuai

dengan kovenan internasional dalam hak sipil dan politik.

Hukum keimigrasian di Indonesia menganut prinsip selective policy. Berdasarkan

prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi

kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara republic Indonesia serta tidak

membahayakan keamanan dan ketertiban serta tida bermusuhan baik terhadap rakyat,

maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau keluar

wilayah Indonesia. Orang asing karena alasan-alasna tertentu seperti sikap

permusuhan terhadap rakyat dan Negara Republic Indonesia untuk sementara waktu

dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan selective policy, secara

selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya

berada di Indonesia.

Terhadap warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa setiap warga Negara

Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun, hak-hak ini bukan

sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena alasan-alasan tertentu dan untuk jangka

waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia

dan dapat ditangkal masuk ke wilayah Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan
pada dasarnya ditujukan pada orang asing, maka penangkalan terhadap warga Negara

Indonesia hanya dikenakan dalam keadaan sangat khusus.

Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh petugas yang

diberi wewenang. Menurut ketentuan pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2011, wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh :

1. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian

2. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang Negara

3. Jaksa Agung

4. Panglima angkatan bersenjata Republik Indonesia

Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Identitas orang yang terkena pencegahan

2. Alasan pencegahan

3. Jangka waktu pencegahan

Keputussan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada orang

atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung

sejak tanggal penetapan. Keputusan pencegahan oleh menteri Hukum dan HAM serta

oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf a dan b

berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat diperpanjang untuk

paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam bulan.Keputusan
pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c

berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung.

Sedangkan keputusan pencegahan oleh panglima ABRI (sekarang namanya menjadi

TNI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk jangka

waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan

pencegahan tersebut tidak lebih dari dua tahun.

Apabila tidak ada keputusan perpanjangan pencegahan tersebut berakhir demi

hukum.Setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam

menggunakan kewenangannya untuk melakukan pencegahan harus benar-benar

didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral

masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas karena

hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang rasionil dan jelas ini bersifat

relative, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan

moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara tersebut.

Disinilah kearifan dan kebijaksanaan para pejabat-pejabat tersebut dalam

melaksanakan kewenangannya harus dilandaskan pada rasio yang matang dan hati

nurani.

Berdasarkan undang-undang ini, pertahanan dan keamanan Negara bertujuan untuk

tetap tegaknya Negara kesatuan republic Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 terhadap segala ancaman baik dari luar maupun dari

dalam negeri serta tercapainya tujuan nasional. Pelaksanaan komando pertahanan

keamanan Negara ada pada panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.


Dengan demikian, dalam rangka melaksanakan tugas di bidang pertahanan keamanan,

panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia berwenang menolak orang asing

untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia.

Pada dasarnya setiap warga Negara Indonesia berhak untuk masuk atau kembali ke

Indonesia kapan saja. Oleh karena itu penangkalan terhadap mereka hanya dilakukan

berdasarkan keadaan yang khusus. Keadaan khusus tersebut adalah bahwa mereka

telah lama berada dan tinggal menetap di luar negeri, sehingga sikap mental,ucapan

dan tingkah laku mereka benar-benar sudah seperti orang asing dan melakukan

tindakan yang memusuhi Negara Indonesia serta bersikap anti pemerintah Negara

Republik Indonesia.Selain itu penangkalan terhadap warga Negara Indonesia dapat

juga atas pertimbangan masuknya mereka ke Indonesia dapat menimbulkan gangguan

terhadap pembangunan nasional, menimbulkan perpecahan bangsa, atau menganggu

stabilitas nasional dan dapat pula menimbulkan ancaman terhadap diri atau

keluarganya.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang selalu bergerak,oleh karena itu kebebasan manusia

untuk bergerak merupakan hak asasi manusia. Hak atas kebebasan bergerak inipun

dicantumkan didalam konvensi-konvensi internasional seperti Universal Declaration of

Human Rights danInternational Covenant on Civil and Political Rights. Munculnya

paham nasionalisme di dunia menyebabkan munculnya bentuk-bentuk Negara

kebangsaan.

Akibat paham Negara kebangsaan ini pergerakan manusia mulai mengenal pergerakan

lintas batas Negara sehingga terjadi pengaturan-pengaturan lalu lintas pergerakan

manusia ini secara lintas batas Negara. Pengaturan – pengaturan ini pula yang

membatasi kebebasan bergerak manusia karena perbedaan kepentingan dari setiap

Negara yang mempunyai kehendak yang berbeda-beda. Untuk menjamin kembali

kebebasan bergerak itu dunia internasional menetapkan hak atas kebebasan bergerak

di deklarasi hak asasi manusia internasional. Namun kebebasan yang dimaksud bukan

mutlak kebebasan yang sebebas-bebasnya, namun terdapat juga perbatasan dengan

pertimbangan setiap kepentingan Negara.


Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional, ketertiban umum,

kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Setiap pembatasan

yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara

hukum dan rasional.Secara nasional perihal keimigrasian telah diatur semenjak zaman

colonial Belanda yang dapat dilihat di beberapa peraturannya. Dalam melaksanakan

fungsi hukum keimigrasian perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:

1. Prinsip bahwa Indonesia adalah non-immigrant state

2. Prinsip selective policy

3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan security

4. Prinsip the right of movement

5. Prinsip bahwa keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara

B. Kritik dan Saran

Untuk menjalankan fungsi keimigrasian tersebut Negara dapat melakukan pencegahan dan

penangkalan (pencekalan) terhadap orang baik warga negaranya maupun warga Negara asing

untuk masuk atau keluar wilayah negaranya. Penggunaan pencekalan ini tidak sepenuhnya

dapat dilakukan sewenang-wenang oleh suatu Negara, melainkan juga tunduk pada

pembatasan-pembatasan yang diberikan oleh hukun internasional. Perihal pencekalan di

Indonesia di atur didalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian dan tata

cara pelaksanaannya diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1994 tentang Tata

cara pelaksanaan pencegahan dan penangkalan. Pencekalan di Indonesia dapat dilakukan


terhadap orang asing maupun warga Negara Indonesia, pencekalan tersebut diberikan karena

alasan-alasan tertentu dan dibatasi oleh jangka waktu tertentu.

Daftar Pustaka

Sihombing, Sihar. 2013. Hukum Keimigrasian dalam Hukum Indonesia. Bandung: Nuansa Aulia

Santoso, M.Imam. 2014. Perspektif Imigrasi dalam Migrasi Manusia. Jakarta: Pustaka Reka

Cipta

Hamidi, Jazim., dan Charles Christian. 2015. Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia.

Jakarta: Sinar Grafika

Arifin, Ridwan, dkk. 2018. Regulasi Pemeriksaan Keimigrasian di Indonesia. Jakarta: Poltekim

Press

Santoso, M.Imam. 2018. Diaspora Globalisme, Keamanan dan Keimigrasian. Jakarta: Pustaka

Reka Cipta

Deshinta, Wafia Selfi. 2017. Fungsi Pengawasan Keimigrasian dalam Pengendalian Radikalisme

Pasca Penerapan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri

Semarang, Vol. 3 No. 1 Tahun 2017, 5-28

Anda mungkin juga menyukai