Oleh:
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
2020
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
lah makalah ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah mata kuliah Delik-delik di Luar Kodifikasi dengan judul “Hukum Keimigrasian dan
Keefektifannya di Indonesia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
Penulis
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk hak asasi manusia adalah hak atas kebebasan bergerak. Hak ini-pun
Di masa modern ini hak asasi manusia menjadi sesuatu hal yang sangat diperhatikan
dunia internasional sehingga adanya penghormatan yang tinggi terhadap hak asasi
pergerakan manusia jadi semakin mudah, dikarenakan hal ini hak atas kebebasan
mempunyai pengaturan yang berbeda. Dalam hal ini Negara mempunyai kewenangan
penuh untuk mengatur lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah negaranya.
kepada orang untuk masuk atau keluar wilayah negaranya didasarkan pada
Negara sehingga adanya batas-batas dalam hak atas kebebasan bergerak yang dapat
dikecualikan. Atas dasar itu Negara masih dapat menggunakan pencegahan dan
B. Rumusan Masalah
keimigrasian?
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
hak berdaulat yang diakui oleh hukum dan pergaulan internasional yang
Indonesia.
BAB II
Pembahasan
Manusia merupakan makhluk yang selalu bergerak. Pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lain sudah terjadi sejak manusia pertama kali diciptakan. Di zaman
modern pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain tidak berkurang bahkan
terdahulu adalah:
satu tempat ke tempat yang lain terutama dilakukan sebagai suatu perjalanan
(travelling).
2. Dahulu, Pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain tidak mengenal
Dalam sejarah manusia semenjak abad pertengahan telah terjadi pergerakan manusia
paksaan, semenjak abad pertengahan pergerakan manusia itu dapat dibagi menjadi
empat periode yaitu; pertama perpindahan secara besar-besaran secara paksa budak-
budak dari Afrika ke Amerika secara paksa sebanyak kira-kira antara sepuluh sampai
dua puluh juta orang, kedua perpindahan pekerja/buruh dari India dan Cina ke
beberapa wilayah diseluruh penjuru dunia, ketiga adalah perpindahan manusia secara
sukarela dan keinginan sendiri dilakukan oleh bangsa Eropa ke benua Amerika,
Australia dan beberapa wilayah di Afrika, diperkirakan jumlahnya mencapai enam puluh
juta orang semenjak tahun 1920 dengan perkiraan 5,7 Juta bermigrasi ke Argentina, 5,6
juta Orang bermigrasi ke Brazil, 6,6 juta Orang bermigrasi ke kanada, 36 juta orang ke
Amerika Serikat, dan sisanya ke Afrika bagian selatan dan tengah, keempat adalah
perpindahan manusia yang dimulai semenjak tahun 1950 dimana terjadi perputaran
arah imigrasi yang semula dari Negara eropa sekarang yaitu dari Negara berkembang
menuju Negara-negara industry maju di Eropa seperti Inggris dan Perancis yang
35 juta orang. Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak.
suatu tempat ketempat lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi
hak yang kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Hingga
hak atas kebebasan bergerak itupun tercantum di berbagai macam peraturan yang
mengatur mengenai hak asasi manusia.Hak atas kebebasan bergerak ini juga
dinyatakan didalam konstitusi Negara kita yaitu Undang-Undang Dasar 1945 didalam
pasal 28E ayat (1) : “Setiap orang bebas …. , memilih tempat tinggal di wilayah Negara
Dahulu kala sebelum adanya bentuk Negara manusia dapat berpergian tanpa
mengenal lintas batas Negara, sehingga tidak adanya aturan-aturan yang mengatur
perihal pergerakan manusia dalam melintasi batas wilayah. Munculnya paham negara
kebangsaan berawal dari paham nasionalisme. Nasionalisme berasal dari kata nation
(bahasa Inggris) atau natie (bahasa Belanda) yang berarti bangsa. Bangsa adalah
sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan
untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Dengan demikian,
bangsa dan tanah air. Dengan kata lain nasionalisme adalah suatu paham yang
kebangsaannya.
Nasionalisme untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada akhir abad ke-18. Lahirnya
persamaan keturunan, adat istiadat, tradisi dan agama. Akan tetapi, kebangsaan yang
dibentuk atas dasar nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama
Akibat dari tumbuhnya paham Negara berkembang ini maka mulai adanya pengenalan
pengaturan dan pengawasan pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.
Selain itu karena paham ini adanya pula aturan penentuan status hukum kependudukan
antara warga Negara (citizens) dan bukan warga Negara (non citizen). Lahirnya
pula dengan perbedaaan warga Negara dan bukan warganegara telah melahirkan
aturan yang mengatur lalu lintas orang keluar masuk dari suatu Negara ke Negara lain
yang dikenal sebagai Negara kesatuan. Aturan- aturan terkait dengan inilah yang
kemudian mulai membatasi pergerakan manusia dalam hal lintas batas Negara. Oleh
karena Negara dalam hal ini mempunyai kedaulatan penuh terhadap negaranya maka
Negara mempunyai wewenang penuh untuk memilih untuk mengizinkan atau tidak
Pada umumnya wewenang penuh ini didasari pada kepentingan nasional dari
pembatasan terhadap kebebasan bergerak manusia. Oleh karena itu dunia internasional
merumuskan dalam standart penetapan hak asasi manusia salah satunya adalah hak
atas kebebasan bergerak yang tertera di dalam Universal Declaration of Human Rights
yang telah disepakati oleh seluruh dunia sebagai standart penerapan hak asasi
manusia universal. Berdasarkan ini setiap Negara harus menghormati hak-hak yang
tertera didalam deklarasi ini yang mempunyai kekuatan mengikat morally binding.
interest is fact of life, but it should not be elevated to the standart of a norm, one’s
interest should be subordinate to some higher morality”. Oleh karena itu di zaman
modern ini tidak ada lagi wewenang secara penuh hukum keimigrasian suatu Negara
yang hanya dibatasi oleh hukum nasional, tetapi juga hukum internasional juga berlaku.
Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu lintas masuk
Indonesia.
adalah tamu, dank arena itu harus diperlakukan secara layak baik dalam
demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu untuk berlaku
4. Prinsip the right of movementSetiap orang yang berada dalam wilayah Negara
layak.
Sebelum Undang – Undang Nomor 06 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-
undangan yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda, dan sebagian dibentuk
yang berasal dari masa Hindia Belanda, yaitu Toelatingsbesluit 1916, Toelatingsbesluit
dibentuk setelah Indonesia merdeka, seperti Undang- Undang Nomor 42 Drt. Tahun
1950 tentang bea imigrasi, Undang-Undang Nomor 9 Drt. Tahun 1953 tentang
dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan serta kebutuhan
Negara dan berbagai hak berdaulat yang diakui oleh hukum dan pergaulan
Keimigrasian yang sampai saat ini dipakai adalah Undang–Undang Nomor 06 Tahun
2011 tentang perubahan atas Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
segala hal ihwal mengenai lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara
Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan wilayah Negara Republik Indonesia itu
sendiri adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat, laut,
sedangkan orang asing atau mereka yang berstatus bukan warga Negara Indonesia,
untuk berpergian masuk dan keluar wilayah Indonesia diharuskan mendapatkan izin
tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang dimaksud
adalah pejabat keimigrasian pada kantor perwakilan Republik Indonesia atau di tempat
Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah manusia,
manusia merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat ketempat
lain apapun itu alasannya. Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang kodrati bagi
manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan bergerak. Kebebasan ini telah
membatasinya.
internasional juga memahami keberadaan setiap Negara mempunyai kepentingannya
kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka dunia internasional juga memberikan
batasan terhadap kebebasan bergerak ini. Batasan ini tercantum dalam International
Covenant on civil and political Rights pada artikel 12 poin 3 yang berbunyi :“The above
mentioned rights shall not be subject to any restriction except those which are provided
by law, are necessary to protect national security, public order (ordre public), public
health or morals or the rights and freedom of others, and are consistent with other rights
kepentingan masyarakat. Setiap pembatasan yang dapat dilakukan oleh setiap Negara
Pembatasan hak atas kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara
untuk menghentikan seseorang untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang
bersangkutan atas dasar alasan-alasan yang secara rasional untuk keamanan nasional,
wenang oleh suatu Negara, Negara harus tetap menjamin hak atas kebebasan
Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar dengan alasan yang
kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan nasional, ketertiban
umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat yang sesuai
prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi
membahayakan keamanan dan ketertiban serta tida bermusuhan baik terhadap rakyat,
maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau keluar
permusuhan terhadap rakyat dan Negara Republic Indonesia untuk sementara waktu
dapat ditolak masuk wilayah Indonesia. Selanjutnya berdasarkan selective policy, secara
selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang asing sesuai dengan maksud dan tujuannya
berada di Indonesia.
Terhadap warga Negara Indonesia berlaku prinsip bahwa setiap warga Negara
Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Namun, hak-hak ini bukan
sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena alasan-alasan tertentu dan untuk jangka
waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia
dan dapat ditangkal masuk ke wilayah Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan
pada dasarnya ditujukan pada orang asing, maka penangkalan terhadap warga Negara
Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh petugas yang
diberi wewenang. Menurut ketentuan pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
3. Jaksa Agung
2. Alasan pencegahan
Keputussan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada orang
sejak tanggal penetapan. Keputusan pencegahan oleh menteri Hukum dan HAM serta
oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf a dan b
berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat diperpanjang untuk
paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam bulan.Keputusan
pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c
TNI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk jangka
waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan
masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas karena
hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang rasionil dan jelas ini bersifat
relative, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan
moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara tersebut.
melaksanakan kewenangannya harus dilandaskan pada rasio yang matang dan hati
nurani.
Undang-Undang Dasar 1945 terhadap segala ancaman baik dari luar maupun dari
Pada dasarnya setiap warga Negara Indonesia berhak untuk masuk atau kembali ke
Indonesia kapan saja. Oleh karena itu penangkalan terhadap mereka hanya dilakukan
berdasarkan keadaan yang khusus. Keadaan khusus tersebut adalah bahwa mereka
telah lama berada dan tinggal menetap di luar negeri, sehingga sikap mental,ucapan
dan tingkah laku mereka benar-benar sudah seperti orang asing dan melakukan
tindakan yang memusuhi Negara Indonesia serta bersikap anti pemerintah Negara
stabilitas nasional dan dapat pula menimbulkan ancaman terhadap diri atau
keluarganya.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang selalu bergerak,oleh karena itu kebebasan manusia
untuk bergerak merupakan hak asasi manusia. Hak atas kebebasan bergerak inipun
kebangsaan.
Akibat paham Negara kebangsaan ini pergerakan manusia mulai mengenal pergerakan
manusia ini secara lintas batas Negara. Pengaturan – pengaturan ini pula yang
kebebasan bergerak itu dunia internasional menetapkan hak atas kebebasan bergerak
di deklarasi hak asasi manusia internasional. Namun kebebasan yang dimaksud bukan
yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara
hukum dan rasional.Secara nasional perihal keimigrasian telah diatur semenjak zaman
Untuk menjalankan fungsi keimigrasian tersebut Negara dapat melakukan pencegahan dan
penangkalan (pencekalan) terhadap orang baik warga negaranya maupun warga Negara asing
untuk masuk atau keluar wilayah negaranya. Penggunaan pencekalan ini tidak sepenuhnya
dapat dilakukan sewenang-wenang oleh suatu Negara, melainkan juga tunduk pada
Indonesia di atur didalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian dan tata
cara pelaksanaannya diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1994 tentang Tata
Daftar Pustaka
Sihombing, Sihar. 2013. Hukum Keimigrasian dalam Hukum Indonesia. Bandung: Nuansa Aulia
Santoso, M.Imam. 2014. Perspektif Imigrasi dalam Migrasi Manusia. Jakarta: Pustaka Reka
Cipta
Hamidi, Jazim., dan Charles Christian. 2015. Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia.
Arifin, Ridwan, dkk. 2018. Regulasi Pemeriksaan Keimigrasian di Indonesia. Jakarta: Poltekim
Press
Santoso, M.Imam. 2018. Diaspora Globalisme, Keamanan dan Keimigrasian. Jakarta: Pustaka
Reka Cipta
Deshinta, Wafia Selfi. 2017. Fungsi Pengawasan Keimigrasian dalam Pengendalian Radikalisme
Pasca Penerapan Kebijakan Bebas Visa Kunjungan. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri