BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Setiap jenis usaha dalam berbagai bidang baik pemerintah maupun swasta
membutuhkan aktivitas pemasaran untuk memasarkan produk atau jasa kepada
masyarakat dengan tepat dan terorganisir dengan baik sehingga tepat sasaran dan
tepat guna. Kotler & Keller (2009, hal. 5) mendefinisikan marketing management
sebagai “the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and
growing customers through creating, delivering, and communicating superior
customer values”. Pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar untuk
dijadikan sebagai sasaran dan meraih, mempertahankan serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul. Sedangkan menurut Sammeng (2000) pemasaran adalah
suatu fungsi manajemen yang mengorganisasikan dan mengarahkan semua
kegiatan bisnis yang berhubungan dengan penelusuran segala kebutuhan
konsumen dan merubah kemampuan beli konsumen menjadi permintaan efektif
atas produk atau jasa tertentu kemudian mengalihkan produk atau jasa itu ke
pembeli atau pemakai sehingga memperoleh keuntungan sesuai dengan sasaran
atau tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan atau suatu organisasi.
Dalam pemasaran juga terdapat inti konsep pemasaran yaitu berangkat dari
kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar
manusia, dari kebutuhan-kebutuhan ini dapat diubah menjadi keinginan ketika
diarahkan ke objek-objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
Sedangkan permintaan adalah keinginan akan suatu produk atau jasa tertentu yang
didukung oleh kemampuan untuk membayar atau daya beli (Kotler dan Keller,
2009).
Tujuan pemasaran adalah berorientasi kepada pasar untuk memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen, memberikan pengarahan bagi kegiatan-
kegiatan penjualan yang menguntungkan dan mengkoordinasikan kegiatan
pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Jadi, tujuan
pemasaran bukan hanya untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang
10
mudah dihasilkan dan kemudian berusaha menjualnya. Pemasaran harus bertitik
tolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen dengan memperkirakan sekaligus
menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen serta penyerahan barang dan jasa
yang
memuaskan secara efektif dan efisien.
2.1.1 Pemasaran Pariwisata
Pemasaran pariwisata (tourism marketing) menurut Muljadi (2009).
Pemasaran pariwisata adalah sebuah upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan
wisatawan, serta menawarkan produk wisata berdasarkan keinginan dan
kebutuhan
wisatawan dengan maksud agar usaha pariwisata dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada wisatawan sehingga wisatawan dapat merasa puas
akan produk wisata yang ditawarkan.
Menurut UU no 10 tahun 2009 memberikan pengertian bahwa
kepariwisataan adalah keseluruhan dari kegiatan yang berhubungan dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud dari kebutuhan setiap individu dan negara serta mencakup interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan pengusaha.
Kegiatan kepariwisataan dapat dilihat dari konteks ketersediaan dan
permintaan yang merupakan komponen pasar kepariwisataan. Ketersediaan adalah
segala sesuatu yang dapat dikonsumsi atau dinikmati oleh wisatawan yang
dibentuk oleh berbagai faktor yang kemudian hasilnya dapat dikatakan sebagai
produk wisata. Sedangkan Permintaan adalah wisatawan dan segala sesuatu yang
melekat pada diri wisatawan yang ditimbulkan oleh berbagai faktor yang
kemudian membentuk apa yang disebut dengan citra wisata.
Dalam sisi permintaan meliputi minat dan kemampuan masyarakat untuk
berwisata yang dipengaruhi oleh karakteristiknya masing-masing. Permintaan
terhadap produk wisata merupakan fungsi dari kecenderungan dan hambatan
untuk membeli produk wisata. Kecenderungannnya dipengaruhi faktor psikografis
dan faktor demografis (status sosial ekonomi), dan faktor-faktor yang dapat
menghambat adalah jarak, ekonomi, budaya, pelayanan, kualitas pelayanan, dan
musim (Yoeti, 1997).
11
2.1.2 Bauran Pemasaran
Setiap orang yang memutuskan untuk membeli produk pariwisata
dipengaruhi promosi yang dilakukan oleh penyedia produk, dengan menilai
produk
yang ditawarkan dan mempertimbangkan pembelian produk berdasarkan
tingkat
harga yang ditawarkan dan akhirnya berpikir tentang seberapa mudah
produk tersebut bisa didapat dan dibeli. Hal ini merupakan bauran pemasaran
yang berhubungan dengan 4 P yaitu product, price, promotion, dan place. Bauran
pemasaran tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut menurut Pitana dan
Diarta
(2009):
Bauran Pemasaran
Target Pasar
12
harga, promosi, dan distribusi. Segmentasi dan target pasar merupakan pusat dari
aktivitas pemasaran yang efektif dan efisien karena dari kedua hal tersebut adalah
indikator dalam strategi bauran pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan
konsumen
dari grup atau segmen yang berbeda-beda agar konsumen merasa puas.
2.1.2.1 Bauran Pemasaran Pariwisata
Dalam kegiatan pemasaran indutri pariwisata terdapat bauran pemasaran
pariwisata. Menurut Morrison dalam Sugiama (2011). Bauran pemasaran
pariwisata
terdiri dari 8 P yaitu Product, People, Packaging, Programming,Place,
Promotion,
Partnership, dan Pricing.
1. Product
Produk yang dapat ditawarkan di industri pariwisata beraneka ragam yang
dikenal dengan product mix. Didalam product mix tersebut terdapat
outdoor recreational, culture, dan event attraction. Berdasarkan ketiga
jenis wisata tersebut dapat mempengaruhi wisatawan dalam menentukan
keputusan membeli pada produk wisata yang ditawarkan
2. People
Dalam industri pariwisata melibatkan banyak peran orang-orang yang
mengelola kepariwisataan pada kegiatannya. Seperti halnya dalam
menyediakan kebutuhan tenaga kerja ahli dalam memasarkan dan
menyajikan layanan wisata menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi.
Kegiatan pariwisata juga akan berjalan apabila didalamnya terdapat orang-
orang yang ahli dalam menjalankan kegiatan wisata tersebut. Sehingga
apabila suatu tepat wisata dijalankan oleh orang-orang yang ahli dan
kompeten maka tempat wisata tersebut akan berjalan dengan baik.
3. Packaging
Paket dibuat sebagai alat penawaran produk wisata yang berisi unsur-unsur
seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, makanan, program wisata
dan fasilitas-fasilitas lain yang berhubungan dengan dengan jasa
pariwisata. Packaging atau pengemasan produk menjadi sebuah paket
wisata sangat berpengaruh terhadap keputusan membeli wisatawan. Dalam
packaging juga terdapat kebutuhan wisatawan yang beragam termasuk
13
didalamnya keinginan dan kenyamanan wisatawan dalam sebuah destinasi
wisata agar kebutuhan wisatawan terpuaskan.
4. Programming
Rancangan pemasaran produk wisata harus dilakukan secara sistematis
14
kemitraan ini dapat dilakukan dengan perusahaan lain baik secara
horisontal maupun secara vertikal.
8. Pricing
Penentuan harga pada suatu produk sangat penting dan keputusan
2.1.3 Model AIDA
Model AIDA adalah salah satu model hierarki respon konsumen yang
cukup populer bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
pemasaran. Model AIDA menurut Kotler (2003) memperlihatkan bagaimana
konsumen melewati tahap perhatian (attention), minat (interest), kehendak
(desire), dan tindakan (action).
a) Attention
Menarik perhatian adalah tugas pertama dari promosi. Promosi harus dapat
menarik minat khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar atau
pemirsa.
b) Interest
Mempertahankan minat bukanlah hal yang mudah. Perhatian konsumen
harus lebih ditingkatkan sehingga timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci
di dalam diri konsumen. Untuk itu mereka harus dirangsang agar mau
membaca dan mengikuti bentuk-bentuk promosi yang disampaikan.
c) Desire
Suatu bentuk promosi yang menarik perhatian konsumen dengan kata-kata
maupun ilustrasi yang indah akan terbuang sia-sia jika pesan tersebut tidak
berhasil menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau
menggunakannya.
15
d) Action
Mendorong tindakan merupakan tugas akhir suatu promosi. Memilih kata-
kata yang tepat agar konsumen bergerak melakukan respon sesuai dengan
yang diharapkan adalah suatu pekerjaan yang sulit. Salah satu yang dapat
2.2 Karakteristik Produk Wisata
Produk wisata merupakan suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, yang
dikemas
dalam satu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati,
apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut telah dilakukan dan dapat
memberikan pengalaman baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang
menggunakan produk tersebut. Pada dasarnya, produk wisata memiliki
karakteristik yang unik berikut ini (Ismayanti, 2010).
a) Intangible, produk yang ditawarkan adalah sesuatu yang abstrak tidak
berbentuk dan tidak dapat dibawa atau disimpan untuk dipertunjukan
kepada orang lain, yang didapat hanya sebuah pengalaman dalam
berwisata dan kepuasaan atas apa yang telah dilakukan dan dinikmati.
b) Inseparable, Proses produksi jasa wisata dilakukan pada saat yang
bersamaan dengan proses konsumsi jasa wisata. Kegiatan wisata
membutuhkan interaksi antara wisatawan sebagai pengguna jasa dengan
tuan rumah sebagai penyedia jasa wisata yang tidak dapat terpisahkan satu
sama lain.
c) Volatility, pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman
dari segi sisi wisatawan.
d) Keragaman, bentuk pelayanan di industri pariwisata cukup sulit
distandardisasikan karena jasa diberikan oleh manusia dengan
keterampilannya dan keunikannya masing-masing yang pastinya berbeda-
beda satu sama lain.
16
e) Perishable, sifat rapuh atau mudah rusak karena pada jasa yang
ditawarkan dalam pariwisata yang tidak dapat disimpan atau dikonsumsi
dikemudian hari.
f) Seasonity, musiman merupakan sifat yang paling unik dari kegiatan
17
Dibawah ini adalah jenis atraksi wisata yang biasanya banyak ditampilkan
didaerah tujuan wisata :
A. Atraksi wisata alamiah (Natural Tourist Attraction). Jenis atraksi wisata
ini menampilkan segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam (laut,
dan lain-lain).
C. Atraksi wisata special interest
Atraksi wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk,
karena dapat memberikan suatu rangsangan bagi terselenggaranya suatu
perjalanan, hal ini biasanya terjadi pada daerah tujuan wisata yang memiliki
keunikan atraksi wisata yang sangat tinggi.
18
berupa alam yang terbentuk karena hasil ciptaan Tuhan, seperti gunung, pantai,
air. Tata lingkungan yang alami, misalnya danau dan tata lingkungan hasil
budidaya manusia seperti perkebunan dan peternakan.
Selain atraksi wisata alam ada pula yang disebut dengan atraksi wisata
budaya.
Menurut Koentjaraningrat dalam Syafiie (2009) kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang merupakan milik dari manusia dan dijadikan sebagai pedoman
dalam belajar. Kebudayaan dekat kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan,
baik ilmu-ilmu eksak maupun ilmu-ilmu sosial.
Budaya dapat meliputi antara lain:
a) Sistem Mata Pencaharian
b) Sistem Pendidikan
c) Sistem Persembahan
d) Sistem Seni
e) Sistem Moral
f) Sistem Hukum
g) Sistem Olahraga
19
b) Aktivitas (tindakan)
Wujud Kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat. Sering disebut dengan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia seperti saling berinteraksi, mengadakan kontak, dan
c) Artefak (karya)
Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
20
d. Kegiatan ekonomi masyarakat berupa perkampungan nelayan, kehidupan
petani.
e. Festival budaya baik yang rutin setiap bulan atau kegiatan tahunan
masyarakat, seperti upacara panen padi, festival layang-layang.
Banyak para wisatawan yang datang ke suatu daerah atau negeri karena
daya tarik budayanya. Apalagi kalau budaya tersebut jauh berbeda dari budaya
mereka, atau sebaliknya pada tempat yang jauh berbeda lalu ditemukan budaya
yang
sama, sudah tentu merasa heran dan ingin mengetahui kesamaan tersebut.
Atraksi wisata man-made adalah atraksi yang dibuat sengaja oleh manusia
yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung seperti taman rekreasi,
theme park, museum atau gallery, kebun binatang, taman safari atau area outbond.
Pada saat sekarang ini juga menjadi sebuah pilihan untuk berwisata ke jenis
wisata man-made yang pada saat ini mulai dilirik oleh wisatawan sebagai pilihan
dalam berwisata.
21
Menurut Wahab dkk dalam Ismayanti (2010) setiap wisatawan memiliki
konsep perilaku pembelian dengan keunikan masing-masing dalam keputusan
pembelian karena berwisata adalah kegiatan pengembangan modal tidak nyata,
berhubungan
erat dengan pendapatan dan pengeluaran, tidak dipesan secara instan
dan melibatkan perencanaan keputusan. Pembelian wisata merupakan sebuah
kegiatan yang melibatkan perencanaan dan proses pemikiran yang masuk akal.
Menurut Kotler dan Keller (2009, hlm. 189) “ Tourist behavior is study of how
individuals, group, and organizations select, buy, use and dispose of goods,
service,
ideas, or experience to satisfy their needs and wants.” Perilaku
wisatawan
adalah mempelajari bagaimana individu, kelompok atau organisasi
untuk memilih, membeli, menggunakan atau mengeksekusi baik itu barang, jasa,
ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut Engel
dkk dalam Mangkunegara (2009) Perilaku wisatawan adalah sebagai tindakan-
tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha untuk memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Riyanto (2012) beberapa sifat dari perilaku wisatawan
diantaranya:
1. Tourist Behavior is Dynamic
Dinamis karena proses berpikir, merasakan dan aksi dari setiap individu
wisatawan, kelompok,dan organisasi selalu berubah-ubah secara konstan.
2. Tourist Behaviour Involves Interaction
Dalam perilaku wisatawan terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan
dan tindakan manusia serta lingkungan. Semakin dalam mengetahui sejauh
mana interaksi tersebut maka akan semakin mengetahui kebutuhan dan
keinginan dari wisatawan.
3. Tourist Behaviour Involves Exchange
Perilaku wisatawan melibatkan pertukaran antara manusia dengan kata
lain seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu
sebagai gantinya.
22
Menurut Kotler dan Keller (2009) ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi
perilaku wisatawan yaitu:
a) Faktor Budaya
Budaya, sub budaya, kelas sosial akan banyak mempengaruhi perilaku
Faktor sosial terdiri dari referensi keluarga, kelompok, dan aturan sosial
dan status yang akan berpengaruh besar pada keputusan dalam melakukan
perjalanan wisata.
c) Faktor Personal
Keputusan berkunjung dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti
kategori umur, dan daur hidup, pekerjaan dan ekonomi, kepribadian dan
konsep diri, gaya hidup dan nilai.
d) Faktor Psikologi
Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk masuk dalam kesadaran
wisatawan dan mengatur proses kejiwaannya yang menggabungkan
dengan karakteristik keyakinan wisatawan untuk menghasilkan proses
keputusan. Terdapat empat kunci proses psikologi yaitu motivasi, persepsi,
pembelajaran dan memori merupakan hal dasar yang mempengaruhi
tanggapan wisatawan.
Menurut Weaver & Lowton dalam Pavule (2006) adanya faktor penarik
konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa. Faktor penarik itu
didefinisikan sebagai sesuatu kekuatan yang dapat membantu untuk merangsang
sebuah produk wisata dengan menarik konsumen kepada suatu destinasi tertentu.
Faktor penarik tersebut sebagai berikut (Pavule, 2006):
a. Aksesibilitas.
Sarana dan infrastuktur yang baik seperti transportasi, telepon umum,
ketertiban jalan raya, trotoar untuk pejalan kaki dan lain-lain dapat
23
menjadi faktor penarik utama bagi wisatawan dalam memilih negara
destinasi.
b. Ketersediaan jasa atau servis.
Kesuksesan suatu produk pariwisata seringkali bergantung pada
tari, cerita rakyat dan agama. Sedangkan menurut Ross dalam Pavule
(2006) Tourist ingin mencari pengalaman lain dalam hal budaya yang
mana berhubungan dengan budaya mereka sendiri.
d. Stabilitas politik dan keamanan.
Stabilitas politik dan keamanan suatu daerah atau negara merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan negara destinasi.
e. Ketersediaannya atraksi.
Kemampuan suatu destinasi untuk menarik konsumen bergantung oleh
beberapa faktor, seperti kualitas, kuantitas, keanekaragaman, keunikan dari
suatu atraksi atau hiburan. Ketersedian suatu atraksi merupakan bagian
yang vital untuk menciptakan permintaan pariwisata karena atraksi-atraksi
adalah suatu produk yang di jual kepada pengunjung.
Adapula faktor pendorong yang mempengaruhi keputusan untuk
melakukan perjalanan menurut Dann dalam Pitana dan Gayatri (2005) pendorong
utama seseorang untuk melakukan perjalanan wisata adalah untuk melepaskan diri
dari tekanan psikis dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa faktor pendorong
menurut Ryan dalam Pitana dan Gayatri (2005) diantaranya:
1. Escape, karena ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan
menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan
motivasi untuk escape.
24
3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan yang
merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan
melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening family bond, ingin mempererat hubungan kekerabatan
25
Menurut Gunarso (dalam Wibisaputra, 2011) mengartikan bahwa minat
adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang
berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk
melakukan
serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan obyek
tersebut.
Blum dan Balinsky (dalam Sumarni, 2000) membedakan minat menjadi
dua, yaitu:
a. Minat subyektif adalah perasaan senang atau tidak senang pada suatu
obyek yang berdasar pada pengalaman.
b. Minat obyektif adalah suatu reaksi menerima atau menolak suatu obyek
disekitarnya.
Jones (dalam Handayani, 2000) membagi minat menjadi dua, yaitu:
a. Minat instrinsik yaitu minat yang berhubungan dengan aktivitas itu sendiri
dan merupakan minat yang tampak nyata.
b. Minat ekstrinsik yaitu minat yang disertai dengan perasaan senang yang
berhubungan dengan tujuan aktivitas.
Antara kedua pembagian minat tersebut seringkali sulit dipisahkan pada
minat intrinsik kesenangan itu akan terus berlangsung dan dianjurkan meskipun
tujuan sudah tercapai, sedangkan pada minat ekstrinsik kemungkinan bila tujuan
tercapai, maka minat akan hilang.
Menurut Syamsudin (dalam Lidyawati, 1998) minat terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Minat spontan, yaitu minat yang secara spontan timbul dengan sendirinya.
b. Minat dengan sengaja, yaitu minat yang timbul karena sengaja
dibangkitkan melalui rangsangan yang sengaja dipergunakan untuk
membangkitkannya.
Berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa minat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu minat subyektif,
minat obyektif, minat instrinsik, minat ekstrinsik, minat spontan dan juga minat
dengan sengaja yang pada dasarnya kesemua jenis minat tersebut dapat timbul
karena adanya rangsangan.
26
Super dan Crites (Lidyawati, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan
seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pendidikan yang ingin
27
Faktor timbulnya minat dilihat dari internalnya, menurut Crow and Crow
dalam Purwanto (2004), terdiri dari tiga faktor :
1) Faktor Dorongan Dari Dalam
Rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan
28
Dalam industri pariwisata minat wisatawan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti yang diungkapkan oleh Youell (1997) sebagai berikut:
1. The availability of leisure time, merupakan adanya ketersedian waktu yang
dimiliki oleh wisatawan untuk melakukan sebuah perjalanan wisata.
4. Culture and demography, faktor-faktor seperti usia, pekerjaan, status, jenis
kelamin, pendidikan, kelas sosial dan kepribadian akan mempengaruhi
minat wisatawan.
2.4 Wisatawan
WTO dalam Marpaung (2002) berpendapat mengenai wisatawan sebagai
berikut:
a) Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjung ke suatu Negara lain
diluar tempat kediamannya, dengan alasan untuk melakukan pekerjaan
yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.
b) Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu Negara
tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada
Negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan
perjalanannya.
c) Darmawisata atau excursionist, adalah pengunjung sementara yang
menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjunginya, termasuk
orang yang berkeliling dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para
pesiar yang memasuki Negara secara legal.
Departemen Pariwisata dalam Ismayanti (2010) mendefinisikan wisatawan
adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di
tempat lain diluar tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain
dalam melakukan atau mencari pekerjaan. Menurut UU No. 10 tahun 2009
wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
29
2.4.1 Jenis Wisatawan
Wisatawan dapat dibagi menjadi beberapa jenis dengan tujuan untuk
mengelompokan perilakunya. Cohen dalam Ismayanti (2010) mengidentifikasi
empat
jenis wisatawan berikut ini:
30
megutamakan kenyamanan dan keamanan, tingkat ketergantungan
terhadap fasilitas dan pelayanan dari usaha wisata cenderung lebih rendah.
4. Petualang atau drifter
Wisatawan ini selalu mencoba dapat diterima dilingkungan asing dan baru,
31