Anda di halaman 1dari 15

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Arina Fadhilah Jannah

Dani Rizkiansyah

Eka Chaerunnisa Pratiwie

M. Ilham Wahyudin

Mita Aulia

Mufida Nurul Fadhilah

Najmi Munawar

Putri Damayanti

Siti Nyara Nadila

Abstrak

Tulisan ini membahas tentang model-model pengembangan kurikulum.


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, di dalam
pembahasan ini menghadirkan fakta-fakta yang dikemukakkan para ahli
mengenai model-model yang dapat dikembangan dalam kurikulum
pendidikan agama Islam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu
strategi yang dibuat dalam proses pembelajaran yang konsepnya diatur
sedemikian rupa supaya mengenai sasaran tujuan pendidikan.
Sedangkan kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh
dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan,
dengan cara, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pembelajaran. Model pengembangan kurikulum
yaitu model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum,
dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri.
Dengan perubahan zaman, model pengajaran dalam dunia Islampun tak
luput dari inovasi dan modifikasi. Dulu pada awal zaman keislaman
pengajaran merupakan hak perogratif Allah dengan perantara
Rasulullah melalui rancangan kurikulum dalam Al-Quran. Rasulullahlah
yang tampil langsung didepan dalam memberikan pelajaran dan
pengajaran. Maka dengan begitu model dan pengembangan kurikulum
sekarang mengalami perubahan, sesuai dengan landasannya. Dalam
Islam dikenal dengan metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, hikmah
dan ijtihad. Yang kesemuanya itu merupakan satu kesatuan isi yang
disebut Pendidikan Agama Islam. Model-model pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam di antaranya model Tayler, model
Taba, model Wheeler, model Nicholes, model Skillbek model Saylor.

Keywords: Model, kurikulum, pendidikan agama islam

Pendahuluan

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu strategi yang dibuat dalam proses
pembelajaran yang konsepnya diatur sedemikian rupa supaya mengenai sasaran tujuan
Pendidikan. Tidak ada ketentuan khusus bagaimana konsep kurikulum yang ideal, karena
sesuai dengan perkembangan, kebutuhan disuatu daerah tertentu kurikulum dapat berubah.
Sebagai contoh secara umum di Indonesia seringkali mengalami perubahan kurikulum
dimulai dengan krikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan
yang terbaru yakni kurikulum Merdeka Belajar tahun 2022, sesuai dengan keputusan mentri
pendidikan nomer 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran. Penyebab logis yang disebabkan berubahnya sistem kurikulum
yang berkembang di Indonesia yakni sosial budaya, ekonomi, IPTEK dan politik dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara (Alhamuddin, 2014: 49). Kurikulum sebagai alat dalam
membangun sistem pendidikan yang kukuh di sebuah negera menjadikan point utama
menentukan berhasilnya kualitas pendidikan.

Selanjutnya model kurikulum yang dipakai akan mempengaruhi keberlangsungan


pembelajaran yang terdapat di instansi pendidikan lebih khusus Pendidikan Agama Islam.
Dengan perubahan zaman, model pengajaran dalam dunia Islampun tak luput dari inovasi dan
modifikasi. Dulu pada awal zaman keislaman pengajaran merupakan hak perogratif Allah
dengan perantara Rasulullah yang digunakan melalui rancangan kurikulum dalam Al-Quran.
Menggunakkan metode ceramah (lecturing method) dengan sebab dalam Al-Quran dikatakan
Surat al-Ahzab Ayat 21: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Karena Rasulullah merupakan model terbaik yang
dapat dicontoh, maka bagina Rasulullahlah yang tampil langsung didepan dalam memberikan
pelajaran dan pengajaran. Berbeda dengan kondisi pada era sekarang yang mana pengajaran
terbaik kembali pada Al-Quran, Sunnah dan berijtihad. “Jika kamu mempersengketakan
sesuatu maka kembalikanlah sesuatu tersebut kepada Allah dan Rasul-Nya”. QS. An-Nisa’:
59 dan perintah mengembalikan persoalan dengan jalan ijtihad dengan mentelaah secara
seksama pada nash-nash yang bersifat mutasyabihat sesuai sabda Nabi Saw: “Jika seorang
hakim bergegas memutus perkara tentu ia melakukan ijtihad dan bila benar hasil ijtihadnya
akan mendapatkan dua pahala.Jika ia bergegas memutus perkara tentu ia melakukan ijtihad
dan ternyata hasilnya salah, maka ia mendapat satu pahala” HR. Asy-Syafi’i dari Amr bin
‘Ash (Abd Wafi Has, 2014: 94). Maka dengan begitu model dan pengembangan kurikulum
sekarang mengalami perubahan, sesuai dengan landasan di atas.

Pembahasan

A. Pengertian Model-Model Pengembangan Kurikulum

Kurikulum secara terminologis berasal dari bahasa Latin yaitu Curriculae yang
berarti "jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari", yang di maksud dari kiasan atau
perumpaan tersebut ialah seorang siswa yang menempuh pendidikan dengan jarak waktu
tertentu sehingga di gambarkan seperti seorang pelari yang menempuh jarak dari garis
star sampai finish, setelah selesai diberikan-lah ijazah sebagai bukti pencapaian yang
telah ditempuhnya. (Widodo winarso, 2015: 1).

Sebelum adanya istilah kurikulum, bahasa yg sering di gunakan ialah rencana


pelajaran, Pada dasarnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Pembahasan kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum harus disusun
dengan sedemikian rupa atau dengan secara sistematis supaya apa yang dimaksud dapat
tercapai.

Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari
oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, dengan cara, para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku
siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Kemudian di lanjut dengan Pengertian Model Pengembangan Kurikulum,


Model atau juga bisa di sebut dengan konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu
konsepsi dasar (Zainal Abidin, 2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model
dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau
dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu
yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti
merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan
pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk


mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model


pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya.
Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara
menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan.
Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli.
Menurut (Sukmadinata, 2005 : 161) menyebutkan delapan model pengembangan
kurikulum yaitu: the administrative ( line staff ), the grass roots, Bechamp’s system, The
demonstration, Taba’s inverted model, Rogers interpersonal relations, Systematic action,
dan Emerging technical model. Adapun menurut (Idi, 2007 : 50) mengklasifikasikan
model-model ini ke dalam dua grup besar model pengembangan kurikulum yaitu model
Zais dan model Rogers.

B. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan,


membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan
ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah
pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, merupakan pengertian Pendidikan
Agama Islam menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab I pasal 2.
Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana, melalui serangkaian
proses pembelajaran. Dalam Islam dikenal dengan metode keteladanan, pembiasaan,
nasihat, hikmah dan ijtihad. Yang kesemuanya itu merupakan satu kesatuan isi yang
disebut Pendidikan Agama Islam.

Untuk tujuannya diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 27


ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.

Filsafat berkenaan hakikat Pendidikan Agama Islam dikemukakkan oleh


Zuhairini ialah usaha untuk membimbing ke arah pertumbuhan kepribadian siswa secara
sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga
terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat (Abdul Majid. 2004:130).

Dengan begitu diperlukannya sebuah ilmu dalam mempelajari upaya-upaya


mewujudkan Insan yang bernafaskan Islam tersebut. Disinilah fungsi daripada
Pendidikan Agama Islam.

C. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Berikut beberapa bagian Model-Model Pengembangan Kurikulum dantaranya:

1. Model Tyler
Model tyler bagi perkembangan kurikulum adalah model yang paling di kenal
dengan perhatian khusus pada fase perencanaan.Perencanaan kurikulum yang di
sarankan tyler (1) mengidentifikasi tujuan umum dengan mengumpulkan data dari
tiga sumber, yaitu pelajar, kehidupan di luar sekolah, dan mata pelajaran (2)
memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan cara menyaring filsafat pendidikan dan filsafat
sosial sekolah serta pembelajaran psikologis (3) tujuan umum yang lolos saringan
menjadi pengajaran.
Sumber data yang dimaksud tyler adalah (a) kebutuhan dan minat siswa (b)
analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal dan masyarakat dalam sekala
besar (c) mata pelajaran.
Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Tyler:
2. Model Taba (Converter Model)
Kurikulum Taba adalah salah satu model pengembangan kurikulum yang
disusun oleh Hilda Taba. Model pengembangan kurikulum ini dibuat dengan
memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan
kurikulum untuk semua jenis sekolah. Dalam pendekatannya, Taba untuk
menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logik)
dan kurikulum individu pelajar (psikologi organisasi).
Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba
adalah: Taba menyatakan bahawa keputusan-keputusan pada elemen asas harus sahih.
Kriteria mungkin berasal dari berbagai sumber seperti dari tradisi, tekanan tekanan
sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada. Agar kurikulum menjadi selari dan sesuai
dengan pengalaman belajar murid, ini bermakna melaksanakan diagnosis berbagai
keperluan murid-murid sangat mudah. Hal ini merupakan langkah penting pertama
dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah
kedua yakni, formulasi yang jelas dan tujuan yang komprehensif untuk membentuk
dasar pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat
tujuan akan menentukan jenis pelajaran yang perlu diikuti.
Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realiti meskipun untuk tujuan mempelajari
kurikulum. Taba membedakan di antara keduanya, untuk menggunakan langkah-
langkah ini pendidik perlu menformulasikan tujuan-tujuan, sebagaimana diketahui
secara mendalam terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang
berhubungan dengan tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif
Tab penerapan para pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian
terhadap prinsip-prinsip belajar tertentu, strategi konsep yang digunakan, dan urutan
belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba para pengembang kurikulum untuk
mengonsepkan dan merancang berbagai evaluasi strategi. Model kurikulum Tyler dan
Taba dikategorikan ke dalam Model Rasional atau Model Objektif. Kelebihan dari
model Taba dan model Tyler ini yakni, Model Rasional yang logika strukturnya
menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam perancangan dan kurikulum. Model
ini telah mengelakkan salah faham, sebuah tugas yang susah dari perspektif
kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum
yang bekerja di bawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan yang
tidak berbelit-belit dan memiliki pendekatan waktu yang efisien. Dalam proses
kurikulum, satu hal yang dapat dihujahkan adalah Tyler dan pembangunan Taba telah
mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong kurikulum setidaknya
dari perspektif rasional.
Kelemahan dari model ini yaitu :
a. Sebuah Latar belakang pengalaman dan kurangnya persiapan seorang pendidik
untuk berpikir dan mengembangkan pemikirannya secara logis dan sistematis akan
mengalami kesulitan dalam menggunakan model ini.
b. Kurangnya hakikat belajar mengajar, sering kali pembelajaran terjadi di luar
tujuan-tujuan tersebut.
c. Terlalu berlebihan pada formula hasil seperti mementingkan tujuan perilaku
(behavior objective).
Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Taba:

3. Model Wheeler
a. Karakteristik Model Wheeler
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan.
Setiap model mmilikikekhasan atau karakteristik tertentu, baik dilihat dari
keluasan maupunpengembangan kurikulumnya, maupun dari tahap-tahap
pengembangannya sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Salah satu model
kurikulum yang kini dikembangkan atau diterapkan dalam bidang pendidikan
adalah model kurikulum Wheeler. Sesuai dengan nama model
pengembangannya,model kurikulum ini dikembangkan atau dipublikasikan oleh
Daryl Kenneth Wheeler pada tahun 1967 dalam buku yang berjudul Curriculum
Process.

Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses


yang membentuk lingkaran, proses ini terjadi secara terus menerus dan saling
berkaitan. Wheeler perpendapat bahwa proses pengembangan kurikulum terdiri
dari lima fase atau tahapan. Setiap fase atau tahapan dalam proses ini merupakan
suatu pekerjaan yang harus berlangsung secara berurut atau sistematis dan saling
berhubungan.

b. Langkah-langkah pengembangan kurikulum Wheeler

Seperti pada pembhasan diatas mengenai karakteristik model


pengembangan Wheeler, berikut akan dijelaskan langkah-langkah pengembangan
model Wheeler yang terdiri dari lima tahapan, yakni sebagai berikut.

1) Menentukan tujuan
Tujuan yang ditentukan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam hal ini, tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normatif yang
mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat
praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang
bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu tujuan pembelajaran
yang mudah diukur ketercapaiannya. Alasan-alasan yang mendasar mengenai
pentingnya perumusan suatu tujuan adalah :
a) Tujuan berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh
dunia pendidikan.
b) Tujuan kurikulum dapat membantu pengembang kurikulum dalam
mendesain suatu model kurikulum. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat
membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model
kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam
mendesain sistem pembelajaran.
c) Tujuan dapat digunakan sebagai control dalam menentukn batas-batas
serta kualitas pembelajaran. Dengan adalnya pembelajaran kurikulum yang
jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan
kualitas belajar.
2) Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman ini dirumuskan dari tujuan. Pengalaman yang dimaksud disini
adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Menentkan pengalaman belajar merupakan hal yang penting untuk materi-
materi yang sesuai dalam proses pembelajaran. Beberapa prinsip dalam
menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
a) Pengalamn siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena
setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran.
b) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa
c) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan peran
sert siswa
d) Dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
3) Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah
penentuan isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini
didasarkan atas pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik,
pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan
dalam penyusunn materi ajar.
4) Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi
pelajaran.ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar (Sanjaya, 2008),
yaitu :
a) Pengorganisasian pengalaman belajar secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar
dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
b) Pengorganisasian pengalaman belajar secara horizontal
Pengorganisasian pengalaman belajar secara horizontal adalah
menghubungkan pengalaman belajar antara bidang yang satu dengan bidang
yang lainnya dalam tingkat yang sama.
5) Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam evaluasi (Sanjaya, 2008) yaitu :
a) Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahantingkah laku siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
b) Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam
suatu waktu tertentu.

Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Wheeler:


4. Model Nicholes
Dalam bukunya, mengembangkan kurikulum: A Participial Guide (1978),
Audrey dan Howard Nicholls mengembangkan pendekatan yang cukup tegas
mencakup unsur-unsur kurikulum secara jelas dan ringkas. Buku ini sangat populer
di kalangan pendidik, khususnya di Inggris, di mana pengembangan kurikulum di
tingkat sekolah telah ada sejak lama.
Nicholas menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum
rasional, terutama kebutuhan akan kurikulum yang muncul dari keadaan yang
berubah-ubah. Mereka berpendapat bahwa : “…change must be planned and
introduced rationally and validly according to a logical process, and this is not the
case in most of the changes that occur”
Audrey dan Nichllos mendefinisikan kembali metode Tylers, Taba, Wheeller
dengan penekanan pada proses siklis kurikulum atau bentuk lingkaran, dan ini
dilakukan dengan langkah awal, yaitu analisis situasional. Kedua penulis ini
mengatakan bahwa sebelum elemen diambil atau dilakukan dengan lebih jelas,
konteks dan situasi di mana keputusan kurikulum harus dipertimbangkan secara rinci
dan serius. Dengan demikian, analisis situasi menjadi langkah awal (tahap
pendahuluan) yang membuat para pengembang kurikulum memahami faktor-faktor
yang akan mereka kembangkan.
Ada lima langkah atau tahapan yang diperlukan dalam proses pengembangan
berkelanjutan (continuous curriculum process). Langkah-langkahnya menurut
Nicholls adalah; sebuah.

a. Analisis situasional (situational analysis)


b. Pemilihan destinasi (destination selection)

c. Seleksi dan organisasi konten (seleksi dan organisasi konten)

d. Pemilihan dan pengorganisasian metode (selection and organization method)

e. Evaluasi (evaluasi)

Masuknya fase analisis situasional adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk


memaksa pengembang kurikulum lebih responsif terhadap lingkungan dan khususnya
oleh kebutuhan siswa, kedua Nicholis menekankan perlunya mengambil pendekatan
yang lebih komprehensif untuk mendiagnosis semua faktor yang menyangkut semua
situasi dengan diikuti. menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh
dari analisis dalam perencanaan kurikulum.

Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Nicholis:

5. Model Skillbek
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model
Dynamic, adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased
Curriculum Development).
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses
pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu
memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada
melakukan penilaian.
Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat
dijadikan alternatif dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut
Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Skillbek:

6. Model Saylor
Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan
menentukan atau menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang
akan mereka capai.
Saylor dan Alexander mengajukan suatu rancangan yang mengijinkan : (1)
evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan, subtujuan, dan
sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari
program, juga (2) evaluasi dari program evaluasi itu sendiri.

Berikut contoh gambar atau peta konsep Model Saylor:


Simpulan

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu strategi yang dibuat dalam proses
pembelajaran yang konsepnya diatur sedemikian rupa supaya mengenai sasaran tujuan
pendidikan. Sedangkan kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, dengan cara, para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah
laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Model pengembangan
kurikulum yaitu model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum
yang dibuat untuk dikembangkan sendiri. Dengan perubahan zaman, model pengajaran dalam
dunia Islampun tak luput dari inovasi dan modifikasi. Dulu pada awal zaman keislaman
pengajaran merupakan hak perogratif Allah dengan perantara Rasulullah melalui rancangan
kurikulum dalam Al-Quran. Rasulullahlah yang tampil langsung didepan dalam memberikan
pelajaran dan pengajaran. Maka dengan begitu model dan pengembangan kurikulum
sekarang mengalami perubahan, sesuai dengan landasan hukum asalnya. Dalam Islam dikenal
dengan metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, hikmah dan ijtihad. Yang kesemuanya itu
merupakan satu kesatuan isi yang disebut Pendidikan Agama Islam. Model-model
pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di antaranya model Tayler, model Taba,
model Wheeler, model Nicholes, model Skillbek model Saylor.

Daftar Pustaka

Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum Di Indonesia. Nur El-Islam

Has, Abd Wafi. 2013. Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam. Sekolah Tinggi
Keislaman Al-Hidayah (STIKA) Arjasa

Hidayat, Adi. 2018. At-Taisir Mushaf Hafalan. Bekasi: Quantum Akhyar Institute
Winarso, Widodo. 2015. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Cirebon.

Prawijaya, Wisnu. 2012. Model–Model Pengembangan Kurikulum. (Jurnal)

Anda mungkin juga menyukai