Anda di halaman 1dari 20

1

Kata Pengantar

‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang kita
panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah banyak memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada hamba-hamba nya. Selawat serta salam semoga senanti tercurah untuk
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Maksud pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok dimata Kuliah
Filsafat Dakwah, dalam penyusunan makalah ini kami berusaha untuk menyajikan secara
sederhana, praktis dan sistematis agar mudah dipelajari dan di pahami oleh para pembaca.

Kami berharap agar pembaca dapat menerima makalah kami dengan baik mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua,kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya lebih berkualitas.

Medan , 11- September - 2021

Hormat Kami,

( Kelompok 1 )
2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................2

Daftar Isi ...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
C. Tujuan ........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat .....................................................................................................5


B. Pengertian Dakwah ....................................................................................................9
C. Pengertian Filsafat Dakwah .......................................................................................11
D. Kajian Filosofis Terhadap Materi Dakwah ................................................................11
E. Tujuan Mempelajari Filsafat Dakwah………………………………………… 13
F. Manfaat Filsafat Dalam Pengembangan Dakwah ......................................................14

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ....................................................................................................................18

SARAN ..................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................19


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, akan kebenaran.

Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-


netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup
yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Filsafat hendaknya
mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak
manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan, ras, dan
keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.

Dalam mempelajari Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita petik
guna untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Fiillsafat membantu kita
unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga banyak
sekali hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam. Sebagai mana ilmu
lain filsafat juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya. Mempelajari filsafat
adalah salah satu hal yang menarik dan banyak diminati oleh orang-orang, terutama
mereka yang ingin mecari kebenaran. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini
guna untuk mengenal dan mempelajari filsafat, objek kajian filosofis terhadap materi
dakwah, dan manfaat mempelajari filsafat dakwah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Filsafat ?
2. Apa itu Dakwah ?
3. Apa itu Filsafat Dakwah ?
4. Apa Saja Kajian Filosofis/ Filsafat terhadap materi dakwah?
5. Apa Saja Tujuan mempelajari Filsafat Dakwah ?
6. Apa Saja Manfaat mempelajarai Filsafat dalam pengembangan Dakwah?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Apa itu Filsafat


2. Untuk Mengetahui Apa itu Dakwah
3. Untuk Mengetahui Apa itu Filsafat Dakwah
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Kajian Filosofis/ Filsafat terhadap materi
dakwah
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Tujuan mempelajari Filsafat Dakwah
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Manfaat mempelajarai Filsafat dalam
Pengembangan Dakwah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Pengertian Filsafat Secara Etimologi, Pada dasarnya jika kita cermati lebih
lanjut kata filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa
Inggris) berasal dari bahasa Yunani philoshopia yang terdiri dari dua kata “Philos” yang
berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. Berarti jika kedua kata tersebut
disambungkan maka akan bermakna mencintai kebijaksanaan. Arti kebijaksanaan itu
sendiri berarti pula kebenaran didalam perbuatan, jika orang beriman ia berprinsip
bahwa kebenaran yang mutlak itu hanya ada pada Tuhan, dan manusia hanya bisa
mencari kebenaran itu karena didorong oleh cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-
sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni. Menurut catatan sejarah, kata
philosophia ini pertama kali digunakan oleh pytagoras, seorang filosof Yunani yang
hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi
terkenal pada zaman-Nya dan sebagian karyanya masihdibaca hingga saat ini, mencatat
bahwa kata “filsafat” dipakai Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendikiawan
pada masanya yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. Phytagoras menyatakan
bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorang pun yang
mungkin mencapai ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ahli dan
menguasai ilmu pengetahuan.

Hal mendasar yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah


bahwa manusia memiliki akal. Dengan akal itu, kemudian manusia memiliki
kecenderungan untuk berpikir. Berpikir inilah merupakan point inti dari filsafat.
Filsafat dapat didefenisikan sebagai refleksi rasional, kritis, dan radikal mengenai hal-
hal mendasar dalam kehidupan. Adapun yang dimaksud dengan refleksi rasionaldisini
ialah merupakan perenungan, yakni perenungan ilmiah yang tidak bertolak dari wahyu
maupun tradisi, apalagi mitos, melainkan semata-mata bersandar pada rasio atau akal
dan penalaran. Adapun kritis bermakna bahwa filsafat merupakan “seni bertanya”,
mempertanyakan apapun tanpa tabu, mempertanyakan tentang apa yangada (being)
maupun yang mungkin ada, sehingga filsafat kerap juga disebut berpikir spekulatif.
Pertanyaan yang diajukan filsafat memiliki ciri khas yang mendalam (radikal), dimana
pertanyaan tersebut diperdalam sampai ke akar-akarnya. Kedalamanpertanyaan inilah
yang menjadi distingsi antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.

Filsafat merupakan ilmu yang paling tua, disebabkan ilmu filsafat merupakan
dasar dari segala dasar berpikir yang membutuhkan pemecahan dari pertanyaan dan
persoalan hidup di dalam olah pikir manusia, di mana lantas melahirkan berbagai
cabang ilmu.

4
5

Filsafat menyentuh berbagai dimensi hidup manusia, keterbukaan total terhadap


realitas hidup, kejujuran hati dan merefleksikan suasana jiwa yang tentram dan damai
atas dasar gerak hidup berdasarkan perilaku hukum Tuhan dan hukum horizontal yang
disusun oleh dan atas kesepakatan universal umat manusia. Hukum ciptaan Tuhan dan
hukum ciptaan manusia tidak dipertentangkan, tetapi diselaraskan melalui renungan
filsafat dan pendamaian multi dimensi dalam keluhuran budi pekerti, serta mampu
menghubungkan akar masalah manusia dengan jembatan penyelesaiannya secara
rasional dan jujur.

Pembahasan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad


keduapuluh, namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada
abad kesembilan belas dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam
khasanah bidang filsafat secara umum.

Filsafat ilmu sebagimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lainnya, juga
memiliki objek material dan objek formal. Objek material atau pokok pembahasan
filsafat ilmu adalah imu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Disini terlihat jelas perbedaan
yang hakiki antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan lebih bersifat
umum dan didasarkan pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang bersifat ilmu khusus dengan ciri-ciri : sistematis, metode ilmiah
tertentu, serta dapat diuji kebenarannya.

Semua manusia terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup secara normal


dengan perangkat inderawi yang dimilikinya, namun tidak semua orang terlibat dalam
aktivitas ilmiah, karena ada prasyarat yang harus dimiliki seorang ilmuwan.

Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan. Menurut
Ali Mudhofir, ada tiga jenis persoalan filsafat yang utama, yaitu :

Persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi (existence) bersangkutan


dengan cabang filsafat metafisika; Persoalan tentang pengetahuan (knowledge) atau
kebenaran (truth). Pengetahuan ditinjau dari segi isinya bersngkutan dengan filsafat
epistemologi, sedangkan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan
cabang filsafat logika. Persoalan tentang nilai-nilai (values), dibedakan menjadi dua,
nilai-nilai kebaikan tingkah laku dan nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai kebaikan
tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat etika dan nilai-nilai keindahan
bersangkutan dengan cabang filsafat estetika.

Persoalan filsafat yang utama di atas melahirkan cabang-cabang filsafat antara lain:
6

1. Metafisika.
Cabang ini dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik.
Aristoteles tidak memakai istilah metafisika melainkan proto philosophia (filsafat
pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada di belakang
gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, dan mati. Metafisika ini dapat pula
didefenisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam dari kenyataan
atau keberadaan.
2. Epistimologi.
Epistemologi dapat disebut dengan teori pengetahuan, yang dapat didefenisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode , dan
sahnya pengetahuan.
3. Logika.
Yaitu cabang filsafat bersangkutan dengan kegiatan bepikir. Logika dapat diartikan
sebagai ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir secara lurus.
4. Etika.
Cabang filsafat ini juga disebut filsafat moral, yang dapat diartikan sebagai mempelajari
tingkah laku dan kesusilaan. Objek materil etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia. Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah
kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.
5. Estetika.
Cabang filsafat ini juga disebut filsafat keindahan. Kalau etika digambarkan sebagai
teori baik dan jahat, maka estetika digambarkan sebagai kajian filsafat tentang
keindahan dan kejelekan. Baik etika maupun estetika keduanya bertalian dengan nilai-
nilai. Etika bertalian dengan nilai-nilai moral sedangkan estetika bertalian dengan nilai-
nilai bukan moral.

Dari perkembangan dan permasalahan-permasalahan filsafat yang dapat dilihat,


sangatlah berpengaruh untuk mengantarkan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang
mengkaji secara mendalam filsafat itu sendiri dengan menggunakan metoda ilmiah.

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan dapat dibuat simpulan, titik pangkal filsafat
adalah sejarah pemikiran manusia sejak zaman Yunani kuno hingga zaman sekarang.
Titik pusat perhatian filsafat adalah isu-isu pokok yang dibawa filsuf di setiap
zamannya. Perkembangan filsafat dari masa ke masa telah mengantarkan ke satubidang
filsafat ilmu yang menjadi cabang dari filsafat itu sendiri.

Berikut Beberapa Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli Yaitu :


7

1. W.J.S Poerwadarminta

Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengetahui kebenaran dan arti "adanya" sesuatu.

2. Bertrand Russel

Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan.

3. Immanuel Kant (1724-1804)

Sementara itu Immanuel Kant merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya
empat persoalan yaitu:

Apa yang dapat kita ketahui? Metafisika

Apa yang seharusnya dilakukan? Etika

Sampai dimanakah harapan kita? Agama

Apa hakikat manusia? Antropologi

4. Rene Descartes

Makna filsafat diartikan rene Descartes lebih religious, karena filsafat adalah kumpulan
seluruh pengetahuan Allah. Kemudian manusia dan alamlah yang menjadi pokok
penyelidikan untuk menemukan jawaban dan ilmu-ilmu baru

5. Langeveld

Berbeda dengan Langeveld dalam memaknai filsafat. Jadi filsafat adalah ilmu tentang
masalah dinal dan menentukan, yaitu masalah makna keabadian, makna eksistensi dan
ketuhanan.

6.Al Farabi

filsafat sebagai ilmu tentang sifat yang mencoba untuk mengetahui sifat sebenarnya dari
kebenaran
8

B. PENGERTIAN DAKWAH

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad‟u (fi‟il
mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang
(to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan
memohon (to prray). Selain kata “dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang
memiliki pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang
berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti Penjelasan.

Dakwah dalam pengertian tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an antara
lain:

Surah al-Baqarah: 186

‫ْ فْ ِْا ْ ب ْب د ع ْوة ْ ذا د عا ِن ستجْيب ْوا‬


‫ِن‬ ‫واِذا سا ْ ع ْبا‬
ْ ‫فْ ْل‬ ‫الدْْا‬ ‫ِْن’ ي ْ ي‬ ’ ‫ِْد‬ ْ‫ل‬
‫ي‬
ْ ِْ ‫ع‬ ‫ع يي ر ا ْ ج‬ ‫ي‬ ‫ك‬

‫ل ْع ه ْمشدْ ْون‬ ْ‫لي من‬


‫لي ير‬ ْ ‫و ْليْؤ‬
‫وا‬

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.

Surah Yunus Ayat 25

‫ّٰلوال دع ْْْور ال س ْل ِْد من ي ْ ء صراط مست ْ ِْق ْي ْم‬


‫ا اِ ْل‬ ‫ِْم يه‬ ‫اِ ْلى دْا‬
‫ش ى‬ ْ
‫ْو‬
‫ْي‬
9

Artinya: Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus-salam (surga), dan memberikan


petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).

Dakwah adalah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang
lain atau kepada masyarakat agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran
agama secara sadar, sehingga membangkitkan dan mengembalikan potensi fitri orang
itu, dan dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hakekat yang paling penting adalah
adanya keyakinan atau kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang
dapat menyamai-Nya, sehinga mau melaksanakan perintah-Nya.
10

Hukum dakwah adalah wajib a’in, dalam arti wajib bagi setiap muslim untuk
berdakwah sesuai dengan apa yang ia ketahui. Obyek dakwah dengan uruturutan
kepada diri sendiri, keluarga, sanak keluarga dekat atau sanak famili, sebagian
kelompok, kepada seluruh umat manusia. Berdakwah perlu menggunakan metode,
yaitu cara dakwah yang teratur dan terprogram secara baik agar maksud mengajak
melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna. Metode
dakwahnya dengan Hikmah, Maw’izhah Hasanah, Berdiskusi atau Tukar Fikiran
Dengan Cara Yang Baik, menyam-paikan sautu kisah, perumpamaan, tanya jawab,
dan keteladanan yang baik.

Dikutip dari buku Dakwah dalam Al Quran oleh Yuli Umro'atin, Islam adalah
agama dakwah. Agama ini disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia
melalui aktivitas dakwah, tanpa kekerasan, tanpa paksaan, atau kekuatan senjata.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Sedangkan Menurut Para Ahli :

1. M. Quraish Shihab,
dakwah adalah seruan atau ajakan kepada

keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih

baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

2. M. Munir dan Wahyu Ilaihi


menyebutkan dakwah adalah aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh
berbuatbaik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan
peringatan bagi manusia.
3. Wahidin Saputra
menyebutkan dakwah adalah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepadaseluruh
manusia.
4. Syekh Muhammad Al-KhadirHusain
adalah menyeru manusia kepada kebajikandan petunjuk serta menyuruh kepada
kebajikan danmelarang kemungkaran agar mendapatkebahagiaan dunia dan akhirat.
5. A. Masyhur Amin,
11

adalah suatuaktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara
yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan
kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat)

C. PENGERTIAN FILSAFAT DAKWAH


Filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan
mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan
transformasi ajaran dan nilai-nilai islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap dan
perilaku seseorang khas islam) dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para
da’i dan mubalig, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia- manusia
yang baik dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam.

Filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi
dan aktualisasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam (lingkungan,
dunia).
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang
selalu punya kaitan erat. Yaitu:
1. Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek)
dakwah.
2. Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta
diwujudkan dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
3. Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam
dan menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
4. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.

Sedangkan Menurut Para Ahli Yaitu :

 Menurut Abdul Basit


filsafat dakwah adalah cabang ilmu dakwah yang membahas tentang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dakwah dalam sistem ajaran Islam dan kehidupan
manusia. Membahas objek filsafat dakwah bcrarti membahas fokus yang akan
menjadi kajian dalam filsafat dakwah.

D. KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP MATERI DAKWAH


Membahas objek filsafat dakwah berarti membahas fokus yang akan menjadi
kajian dalam filsafat dakwah, secara objek materi, filsafat dakwah akan mengkaji
tentang Tuhan, manusia, lingkungan, dan ajaran islam. Tuhan yang menurunkan ajaran
kepada Rasul merupakan sumber kebenaran dan sumber tujuan yang akan diraih oleh
manusia. Karenanya Tuhan perlu dikenal, dihayati, dan dipahami sehingga manusia
dapat mengabdi dan berterimakasih kepada-Nya. Untuk tujuan tersebut maka
12

dalam aktivitas dakwah tidak terlepas dengan pembahasan Tuhan dan relasinya
dengan manusia.

Kemudian dakwah tidak akan berhasil manakala tidak ada manusia. Untuk
itulah pembahasan tentang manusia menjadi objek material dakwah. Siapa manusia,
apa hakikat manusia, apa tugas manusia, bagaimana manusia mengembangkan dirinya
dan sebagainya. Aktivitas dakwah juga perlu mempertimbangkan lingkungan sebagai
tempat berlangsungnya dakwah. Kesuksesan dan kegagalan dakwah salah satunya
ditentukan oleh faktor lingkungan. Jika masyarakat di lingkungan tertentu tidak
mendukung aktivitas dakwah, maka dakwah tidak bisa dilaksanakan dan akan
mengalami kegagalan.

Begitu juga ajaran Islam sebagai pesan kebenaran yang akan disampaikan
menjadi bahasan dalam filsafat dakwah. Pesan kebenaran perlu disampaikan dengan
menggunakan berbagai strategi, metode dan media yang disesuaikan dengankebutuhan
dan tingkat pengetahuan masyarakat.

Objekmaterial dakwah, menurut penjelasan cik Hasan Bisri adalah unsur subtansial
ilmu dakwah yang terdiri dari enam komponen, yaitu Da'i, mad'u, metode,materi, media
dan tujuan dakwah.
Amrullah Achmad berpendapat, objek material ilmu dakwah adalah semua
aspek ajaran islam(Al-qur'an dan Al- sunnah), hasil ijtihat dan realisasinya dalam
sistem pengetahuan, teknologi, sosial, hukum, pendidikan, dan lainnya khususnya
kelembagaan islam objek material ilmu dakwah inilah yang menunjukan bahwa ilmu
dakwah adalah satu rumpun dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, karena objek yang
sama juga dikaji oleh ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih, ilmu kalam, dan
lainnya. Ilmu dakwah menemukan sudut pandang yang berbeda dengan ilmu-ilmu
keislaman itu pada objek formal nya yaitu kegiatan mengajak umat manusia supaya
kembali kepada fitrahnya sebagai muslim dalam seluruh aspek kehidupannya.
Dari uraian diatas dapat ditekankan bahwa obyek yang dikaji ilmu dakwah
berkaitan dengan objek kajian ilimu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu sosial dan prilaku-
prilaku teknologi selainnya. Namun sudut pandang yang menjadi titik pembeda ilmu
dakwah dengan lainnya terletak pada objek formal kajian ilmu dakwah.Objek formal
kajian ilmu dakwah adalah kegiatan manusia yang memihak dan menerapkan kedalam
segi-segi kehidupan umat manusia ajaran islam sebagaimana dipahami dari sumber-
sumber pokoknya, termasuk nilai-nilai kebenaran dan kemanusian upaya yang
13

menjadi objek formal ilmu dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan manusia dalam
garis fitrah mereka.
Untuk membedakan filsafat dakwah dengan ilmu lainnya, maka perlu
dirumuskan objek formal filsafat dakwah. Menurut Sambas (2009: 3), objek formal
filsafat dakwah adalah mempelajari bagaimana hakikat dakwah. Sedangkan Sulisyanto
(2006: 1) mengatakan bahwa objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk
mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang proses penyampaian ajaran
Islam. Berbcda dengan kedua pendapat tersebut, menurut Basit (2012: 227), objek
formal filsafat dakwah adalah membahas ontologi, epistemologi dan aksiologi dakwah
.

E. TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT DAKWAH


Setiap sesuatu mempunyai tujuan. Demikian pula halnya dengan filsafat
dakwah. Tujuan dalam mempelajari filsafat dakwah menurut pendapat Abdul Basit
terbagi menjadi dua bagian yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
Tujuan mempelajari filsafat dakwah secara umum menurut pendapat Abdul
Basit adalah: membekali mahasiswa atau da'i untuk berpikir kritis, analitis dan
sistematis dalam mengembangkan kegiatan dakwah dan dalam menghadapi bcrbagai
macam pcrsoalan keumatan serta dapat memberikan solusi alternatif dalam
memecahkan persoalan tersebut. Adapun tujuan khusus dari mempelajari filsafat
dakwah menurut Abdul Basit (2012: 28) adalah: 1. Mahasiswa memahami bahwa Islam
adalah agama dakwah yang harus di-transformasikan kepada seluruh umatmanusia. 2.
Mahasiswa atau da'i mampu mcnjelaskan tentang dakwah Islam sebagai bagian dari
sistcm kehidupan manusia. 3. Mahasiswa atau da'i dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin akal yang diberikan oleh Allah dalam pengembangan dakwah Islam. 4.
Mahasiswa atau da'i dapat memahami ontologi, epistemologi, dan aksiologi dakwah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah me-rupakan
fenomena sosial yang dapat ditcliti dan dianalisis menjadi teori-teori dakwah yang dapat
digunakan dalam pengembangan keilmuan dakwah. Untuk mendukung kctercapaian
tujuan tersebut diperlukan landasan filsufi dan kerangka berpikir yang sistematis dan
sesuai dengan prosedur ilmiah. Untuk itulah filsafat dakwah menjadi ilmu dasar yang
mampu memberikan bekal bagi para pencliti dan ilmuwan yang
14

memiliki concern dalam pengembangan keilmuan dakwah dan sekaligus sebagai bekal
dalam menggerakkan aktivitas dakwah di masyarakat.
Tujuan filsafat dakwah menurut Drs. Syukriadi Sambas, M. Si dalam bukunya
filsafat dakwah halaman 8 adalah sebagai berikut:
 Memberikan landasan dan sekaligus menggerakkan proses dakwah
islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah secara objektif-
proforsional.
 Melakukan kritik dan koreksi proses dakwah islam dan sekaligus
mengevaluasinya.
 Menegakkan kebenaran dan keadilan di atas dasar taihudullah dantauhid
risalah.Mensyukuri nikmat akal dengan menerangkannya sesuai fungsi
peruntukkannya.Upaya penyempurnaan jiwa manusia baik dari sudut
teoritis maupun praktis.
Tujuan filsafat dakwah adalah dapat meberikan pemahaman yang bersifat
universal tentang suatu unit ajaran islam secara mendalam, mendasar dan
fradikal sampai keakar-akrnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada
kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terimplementasikan
dalam sikap kesehariannya sebagai seorang islam. Lebih jauh bertujuan
memberikan kepuasan kepada sebahagian jiwa yang amat berharga juga
mengantarkan seorang sampai kepada keprcayaan keagamaan yang benar,
yang kalausebelumnya hanya diterima secara domatis dan absolute.maka
pada akhirnya bukan hanya mitologis semata, tetapi juga diterima malaui
kerangka fikirin yang rasional juaga akan memberi artinya penting dalam
menyadari otoritas dirinya sebagai makhluk yang berdimensi dalam
memahami diri.
15

F. MANFAAT FILSAFAT DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH


Perbedaan manusia dengan makhluk lainnya terletak pada kemampuan berpikir
yang dimiliki oleh manusia. Manusia dengan akalnya mampu memikirkan berbagai hal
yang terkait dengan ciptaan Tuhan dan bahkan mengenal Tuhannya. Dengan akal juga,
manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
memaksimalkan fungsi akal yang ada pada diri manusia, maka perlu diupayakan
pengembangannya melalui proses pembelajaran filsafat. Di dalam keilmuan filsafat
akan dijelaskan berbagai metode dalam berpikir, sejarah pemikiran, hakikat pemikiran
dan manfaat pemikiran.
Mengingat filsafat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu, makasudah
seharusnya filsafat juga diajarkan kepada para calon da'i atau para da'i agar mereka
dapat memaksimalkan akalnya dalam mengembangkan aktivitas dakwah. Tantangan
dakwah di masa depan semakin kompleks dan sophisticated. Tidak elokdan bahkan
merugikan umat manakala para da'i tidak melakukan perubahan- perubahan dalam
pengembangan dakwah. Padahal, masyarakat dari hari ke hari senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Da'i yang profesional, salah satunya diukur dari kemampuannya dalam
menyampaikan materi dakwah. Bagaimana da'i mengkemas materi dakwah yang
mudah diterima, tidak membosankan, aktual dan sesuai dengan kebutuhan mad'u,
bukanlah perkara yang mudah. Da'i, di samping memiliki kemampuan dalam
penguasaan bahasa dan komunikasi, juga dituntut untuk memiliki alur berpikir yang
logis dan sistematis. Pada konteks inilah, filsafat memiliki peran untuk membantu da'i
dalam mengatur alur berpikir yang sesuai dengan kemampuan audiens (Basit, 2012).
Bahkan, filsafat berperan dalam membantu para da'i dalam memahami materi dakwah
yang lebih mendalam dan komprehensif.
Begitu juga, ketika da'i dihadapkan pada berbagai persoalan yang dihadapioleh
masyarakat, tentunya da'i perlu terlibat dalam memecahkan problematika tersebut. Da'i
dituntut memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai persoalan kemasyarakatan.
Oleh karenanya, da'i perlu belajar bagaimana menginventarisir masalah; memilahmilah
masalah ke dalam klasifikasi masalah teknis, masalah biasa, atau masalah strategis;
serta bagaimana memecahkan masalah-masalah tersebut. Semua kemampuan tersebut
bisa didapatkan apabila da'i diberikan pengetahuan tentang filsafat.
16

Sebagai contoh, seorang da'i yang hidup di satu perkampungan kecil dan jauh
dari pusat pemerintahan. Da'i dihadapkan dengan problem ekonomi masyarakat yang
amat memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari sebanyak tiga
kali saja, rakyat begitu berat. Apalagi dituntut untuk membantu mengembangkansarana
prasarana keagamaan seperti pem-bangunan masjid dan pembangunan TPQ, tentu
masyarakat merasa terbebani. Dalam mengatasi problem masyarakat tersebut, seorang
da'i tidak hanya memberikan ceramah atau nasihat saja, melainkan perlu berpikir keras
bagaimana mengatasi problem ekonomi umat. Da'i perlu menganalisis kekuatan-
kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, terutama dalam menggerakkan roda
ekonomi masyarakat. Jika sumber daya alam yang dimiliki masyarakat memungkinkan
untuk dikembangkan, maka da'i dapat memanfaatkan sumber daya alam sebagai faktor
penggerak kebangkitan ekonomi masyarakat. Tetapi jika sumber daya alam tidak
memungkinkan untuk digerakkan, maka mau tidak mau harus memanfaatkan sumber
daya manusia yang ada sebagai faktor penggerak ekonomi masyarakat. Pada konteks
seperti itulah seorang da'i dituntut untuk terus memanfaatkan kemampuan berpikirnya
dalam mengembangkan peluang-peluang ekonomi rakyat yang ada di desa terpencil
tersebut.
Selanjutnya, da'i juga dituntut untuk memiliki kontribusi dalam pengembangan
keilmuan dakwah. Pada konteks ini, da'i perlu mengerahkan kemampuan berpikirnya
untuk mengembangkan berbagai teori yang dibutuhkan dalam dakwah. Dalam
merumuskan teori dakwah diperlukan filsafat sebagai alat untuk menganalisis dan
mengkritisi berbagai persoalan, konsep atau gagasan yang melatarbelakangi munculnya
teoriteori dakwah. Dengan demikian, manfaat filsafat amat besar dalam proses
pengembangan kemampuan da'i dalam meningkatkan aktivitas dakwah, pemecahan
masalah-masalah dakwah dan kemasyarakatan, serta pengembang-an keilmuan
dakwah.

Dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus


melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani manusia
dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana.
Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup manusia,
baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.
Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan
dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan
17

objektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga


mampu meraiih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup. Dengan berfilsafat
manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional,
komprehensif, dan mendalam.

Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir
secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh
oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang
lain, mengakui keberagaman dan keunggulan orang lain.

Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan,


memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua
pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik

Secara garis besar..manfaat belajar filsafat adalah sebagai berikut:

1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak


seperti apa adanya.
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita
3.Filsafat membuat kita lebih kritis
4.Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:
- Menalar secara jelas
- Membedakan argumen yang baik dan yang buruk
- Menyampaikan pendapat secara jelas
- Melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
- Melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang berkaitan dengan dakwah sebagai
relasi dan aktualisasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam(lingkungan,
dunia). Tujuan mempelajari filsafat dakwah adalah untuk membekali mahasiswa atau
da'i untuk berpikir kritis, analitis dan sistematis dalam mengembangkan kegiatan
dakwah dan dalam menghadapi bcrbagai macam pcrsoalan keumatan serta dapat
memberikan solusi alternatif dalam memecahkan persoalan tersebut.
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal
yang selalu punya kaitan erat. Yaitu:
a. Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima
(obyek) dakwah.
b. Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani
serta diwujudkan dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
c. Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara
alam dan menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses
dakwah.
d. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses
dakwah.
B. SARAN
Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan pesan dan saran untuk kami
pribadi khususnya dan untuk pembaca sekalian umumnya. Pesan dan saran pokok yang
ingin kami sampaikan adalah pahamilah pengertian, kajian, tujuan, serta manfaat yang
terkandung dalam filsafat dakwah tersebut agar kita dapat memahami dan mengetahui
apa pengertian dan juga kajian filsafat terhadap materi dakwah.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Edi Sumanto, M. Ag. 2019. Filsafat Jilid I. Bengkulu: Vanda.


Ahmad Asmuni. 2017. Filsafat dan Dakwah. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dr. A. Ilyas Ismail, M.A. Prio Hotman, M.A. 2011. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana.
https://www.merdeka.com/jabar/apa-itu-filsafat-menurut-para-ahli-berikut-manfaatnya-
dalam-kehidupan-kln.html
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/2611/3/091311016_Bab2.pdf
http://dhiyaurahman.blogspot.com/2015/10/makalah-filsafat-dakwah.html
https://www.scribd.com/doc/2911007/Pengertian-dan-Objek-Kajian-Filsafat-Dakwah

Anda mungkin juga menyukai