DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat- Nya
sehingga laporan mengenai “Penatalaksanaan BBLR ” dapat diselesaikan. Laporan ini berisi tentang
penatalaksaan untuk bayi baru lahir dengan berat lahir rendah di pelayaan kesehatan. Perlu diketahui
bahwasanya angka kematian bayi lebih banyak disebabkan oleh berat lahir rendah terutama di Indonesia.
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi maka diupayakan penambahan wawasan bagi kita semua
untuk dapat mengetahui penyebab dan cara penanganan bayi dengan berat lahir rendah.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan merupakan upaya strategi dalam
pencapaian penurunan angka kematian bayi, salah satunya dengan kegiatan pelatihan program neonatal
pada tingkat desa sampai rumah sakit Angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi
seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia masih tinggi, didiharapkan Bidan terutama
Bidan di Desa sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin menjumpai kasus BBLR memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan
dan perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen BBLR diharapkan dapat menangani kasus
BBLR dengan baik dan benar, serta dapat menyebarkan pengetahuannya kepada keluarga mengenai
penanganan BBLR menggunakan cara yang mudah dan sederhana.
Dalam Kesempatan ini penyusun ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi sehingga terlaksananya pelatihan ini. Untuk itu penyusun berharap makalah hasil Pelatihan
“Penatalaksanaan BBLR” dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, Aamiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Permasalahan BBLR 5
B. Penilaian Usia Gestasi 8
C. Manajemen Termoregulasi 14
D. Gangguan Pernafasan Pada Bayi 16
E. Pemberian Nutrisi Pada BBLR 22
F. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus 26
G. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Di Unit 29
Perawatan Neonatus
H. Masalah Lain Yang Sering Dihadapi 29
BBLR
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 34
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatal
(AKN) 19/1000 KH, Angka Kematian Bayi (AKB)32/1000 KH dan Angka Kematian Balita (AKABA)
adalah 40/1000 KH. Jika dibandingkan dengan survei yang sama pada tahun 2007, kematian balita dan
kematian bayi telah mengalami penurunan, namun kematian neonatal tetap stagnan bahkan dalam 10
tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan peningkatan proporsi jumlah kematian neonatal dari tahun ke
tahun. Tanpa upaya yang keras dan fokus intervensi yang tepat dikhawatirkan angka kematian neonatal
terus meningkat yang berakibat pada angka kematian balita di Indonesia. Kematian neonatal memegang
proporsi yang cukup besar dari kematian balita maupun kematian bayi.
Disebutkan pada SDKI tahun 2012, sebanyak 59.4% kematian bayi dan 47.5% kematian balita
terjadi pada masa neonatal. Penyebab utama kematian pada masa neonatal yaitu prematuritas dan atau
bayi berat lahir rendah (BBLR), asfiksia serta infeksi. Kematian neonatus terbanyak pada hari pertama
kehidupan. Hal ini seringkali berkaitan dengan perawatan neonatus di tingkat keluarga (perawatan,
deteksi dini & pola pertolongan pencarian pelayanan kesehatan) serta tatalaksana kasus komplikasi pada
neonatus yang tidak sesuai standar dan berkualitas di tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dan HOGSI pada tahun 2012, belum
semua komponen asuhan persalinan normal (APN) dilakukan di RS maupun di Puskesmas. Di
Puskesmas, tenaga kesehatan yang melakukan penanganan bayi baru lahir adalah 74,6%. sedangkan yang
mampu melakukan resusitasi bayi baru lahir 53,1%.
Faktor lain yang berpengaruh dalam peningkatan kelangsungan hidup bayi baru lahir yaitu
ketersediaan – jenis – kompetensi - distribusi tenaga kesehatan strategis yaitu Dokter, perawat dan bidan.
Salah satu upaya percepatan penurunan kematian neonatus perlu peningkatan kompetensi dalam
memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan BBLR. Perawat dan bidan merupakan tenaga
kesehatan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan BBLR. Peraturan
Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 13 ditetapkan bahwa pelatihan di bidang
kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya calon peserta latih, tenaga pelatih, kurikulum
pelatihan, sumber dana yang menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan serta sarana dan
prasarana. Untuk itu perlu mengetahui tentang penatalaksanaan untuk BBLR.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok masalah yang disusun dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan berat badan lahir rendah?
2. Bagaiman cara melakukan penilaian usia gestasi?
3. Bagaiman cara melakukan manajemen termoregulasi?
4. Bagaiman cara melakukan perawatan pada neonatus dengan gangguan pernapasan pada
BBLR?
4
5. Bagaiman cara melakukan pemberian nutrisi pada BBLR?
6. Bagaiman cara melakukan managemen hiperbilirbinemia pada neonates?
7. Bagaiman cara melakukanpengendalian infeksi rumah sakit di unit perawatan neonates?
8. Bagaiman cara mengetahui masalah lain yang sering di hadapi BBLR?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan keperawatan neonatus BBLR di
pelayanan kesehatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Permasalahan BBLR
Bayi “Normal”: Kelompok bayi baru lahir yang terbukti paling sedikit mempunyai
morbiditas, mortalitas dan kemudiannya tumbuh kembang baik.
Ciri Bayi Baru Lahir “Normal” adalah:
Gestasi 37 sampai dengan 41 minggu (penuh)
6
Penyebab BBLR: BBLR <37 minggu
30-40% penyebabnya tidak diketahui
70% berkaitan dengan KPD
Kondisi ibu: Kelainan bentuk uterus
1) Kelainan plasenta: letak rendah
2) Penyakit kronik: anemi, DM
3) Infeksi: ISK, HIV
4) Terpapar pada rokok, zat addiktif
5) Kondisi janin: kembar dll
Penyebab BBLR : BBLR >37 minggu
Variasi normal 10%
Infeksi 5 %
Kelainan kromosom 10 %
Defek plasenta/tali pusat 2%
Penyakit vaskular ibu 3%
Obat2, rokok 5%
Lain2 32%
(Sumber Klaus & Fanarof)
7
Fototherapy
Bila mungkin ada ruang khusus bayi prematur
Tingkat IIA
NKB 34 – 36 mg stabil, baru belajar minum: menyusu / sonde / sendok
Bayi sering muntah
Penyakit kronik (CLD)
Fototherapi dengan masalah lain (dehidrasi, minum per sonde)
Kelainan kongenital ringan: T21, celah bibir Sarana
Tingkat IIB
Baru keluar dari NICU, masih perlu monitor/observasi
Memerlukan O2 < 60 %, CPAP
Asfiksi sedang, bayi ibu DM, serangan apnu, kejang
Hipothermi, GED, sepsis
NKB 32 – 35 mg yang stabil / BBL > 1.500 g
Bayi-bayi yang dipuasakan / EKN
Transfusi tukar Sarana
SDM: siap 24 jam
SpA perinatologi / SpA Perawat / perinatologi 1:3 bayi
Ahli manajemen laktasi
Inkubator lengkap dengan O2, suction, monitor resp/cv
CPAP
Infusion/syringe pump
Lab: AGD, dx, darah rutin, elektrolit, transfusi, radiologi/USG tersedia 24 jam
Tingkat III
8
Perawatan intensif neonatus (NICU), semua bayi perlu monitor/observasi ketat
Memerlukan O2 > 40%
CPAP, ventilator
NKB < 32 mg, berat < 1500 g
Asfiksi berat, syok, sering apnu/kejang, gangguan pendarahan
Memerlukan
laparotomi/thorakotomi Sarana
SDM: siap 24 jamSpAK / SpA Perinatologi
Perawat perina / NICU 1:1-2 bayi residen, ahli laktasi
Inkubator lengkap dengan O2, suction, monitor resp/cv
CPAP/Ventilator
Infusion/syringe pump
Lab: AGD, dx, darah rutin, elektrolit, transfusi, radiologi/USG tersedia 24 jam
Menilai kematangan fisik dan neurologi bayi baru lahir penting karena seringkali bayi
yang lahir kecil belum tentu prematur, dan bayi besar belum tentu cukup bulan sehingga
memerlukan perawatan yang berbeda
1. Antenatal
Mengukur tinggi fundus uteri (kesalahan bisa terjadi apabila ada kelainan letak atau bayi
kembar atau kelainan bentuk uterus)
Menilai mulai terdengarnya bunyi jantung janin (bisa terlambat terdeteksi bila pemeriksaan
tidak teratur/sering)
Menilai dengan menggunakan HPHT (Ibu ingat, haud harus teratur, haid terakhir sama dengan
haid sebelumnya)
2. Post Natal
Pemeriksaan Oftalmoskopi
Pemeriksaan usia gestasi secara Dubowitz/Ballard
9
Pemeriksaan usia kehamilan yang sering dipakai sekarang
Pemeriksaan ini menilai penampilan bayi, tekstur kulit, fungsi motorik dan refleks
Penilaian meliputi pemeriksaan fisik dan neurologis, masing-masing 6 kriteria
Sebaiknya pemeriksaan fisik dilakukan dalam 2 jam pertama dan pemeriksaan neurologis dilakukan
dalam 24 jam pertama.
Penilaian kematangan fisik sebagai bagian dari penilaian secara Dubowitz/Ballard adalah
bagian menilai karakteristik fisik yang berbeda pada stadium usia kehamilan
Bayi yang lebih matur mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi prematur
Setiap penilaian diberi angka rendah -1 atau -2 untuk bayi yang amat sangat prematur dan
tinggi 4 atau 5 untuk bayi postmatur
Penilaian Kematangan
Lanugo (rambut halus pada tubuh bayi) pada bayi imatur belum ada, mulai timbul pada bayi
prematur, hilang pada bayi post matur
Garis telapak kaki – penambahan garis dari tidak ada sampai meliputi seluruh telapak kaki,
tergantung pada maturitas
Mata dan Telinga – mata masih sukar dibuka, banyaknya tulang rawan dan kekakuan pada jaringan
telinga bertambah
Genitalia laki-laki- turunnya testis didalam skrotum dan kulit skrotum, licin sampai berkerut
(rugae)
- Sudut pergelangan tangan : sejauh mana tangan bayi dapat difleksikan ke arah pergelangan tangan
- Rekoil lengan – sejauh mana lengan bayi yang dibuat dalam keadaan ekstensi kembali ke posisi
fleksi
Skor :
penuh
11
Penilaian Kematangan Neuromuskular Rekoil Lengan (Arm Recoil)
Tekuk lengan pada siku sehingga tangan dapat mencapai bahu, tahan 5 detik, kemudian luruskan
lengan dengan menarik jari-jarinya, lepaskan segera
Dengan satu tangan kita pegang lutut bayi pada perutnya, dengan ibu jari tangan satunya hati-hati
dorong bagian belakang pergelangan kaki kearah wajah. Lihat sudut yang terbentuk antara
tungkai atas dan bawah dibelakang lutut
12
Penilaian Kematangan Neuromuskular Tanda Selempang (Scarf Sign)
Pegang tangan bayi, tarik lengannya melewati tengah dada, mengelilingi leher seperti selendang
1 : siku bisa mencapai sisi dada kontralateral, tetapi tidak dapat melingkari leher dengan ketat
2 : siku mencapai dada kontralateral, tetapi tidak dapat ditarik menjauhi dada
Tarik jari kaki bayi kearah telinga. Biarkan lutut terletak di atas abdomen. Dinilai sampai kemana
tumit bisa ditarik
13
sempurna 2 : tumit hampir mencapai telinga
telinga
Maturitas Neromuskular
Setiap penilaian mendapat angka, pada prinsipnya makin matang, makin besar nilainya
Apabila angka penilaian fisik dijumlahkan dengan angka penilaian neurologik, dapat diperkirakan
usia gestasi bayi. Angka dapat bervariasi antara -10 sampai 50, sesuai dengan usia gestasi 20-44
minggu
14
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui pertumbuhan janin sehingga dapat mengidentifikasi
ada atau tidaknya gangguan
Sebaiknya pemeriksaan usia gestasi dilakukan oleh 2 orang untuk menjamin obyektivitas
Berat lahir dan usia gestasi bayi diplot ke kurva pertumbuhan Lubchenko untuk mendapatkan
diagnosis
Mis : NCB-SMK/KMK/BMK
NKB-SMK/KMK/BMK
NLB-SMK/KMK/BMK
C. Manajemen Termoregulasi
Definisi termuregulasi : cara tubuh mengatur keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi
panas. Suhu tubuh normal neonates : 36.5 – 37.5 C
Infant warmer
Keuntungan : efektif dan efisien, memudahkan perawatan
Kerugian : insensible water loss dan kebutuhan o2 lebih tinggi dibandingkan dalam inkubator
Inkubator
Incubator memberikan lingkungan yang ideal untuk bayi yang tidak mampu mengatur suhu
tubuhnya sendiri.
Keuntungan : kehilangan panas secara radiasi dan konveksi minimal, suhu udara incubator dan
suhu bayi dapat di atur , konputerisasi pengtaur suhu mengurangi variasi.
Kerugian : suhu incubator dapat turun secara drastic bila pintu incubator dibiarkan terbuka lama
15
missal nya ketika memasang infus, diperlukan waktu 10-20 menit agar suhu incubator kembali
dan stabil disuhu semula, dan membatasi kontak ibu dan bayi.
16
Metode kangguru
Meniru binatang kangguru yang berkantung yang lahir sangat prematur (imatur). Setelah
lahir bayi disimpan di kantung perut ibunya, sehingga terjadi pemindahan aliran panas dari tubuh
induk kepada bayi kangguru sehingga bayi kangguru dapat tetap hidup terhindar dari bahaya
hipotermi.
Manfaat PMK : Menstabilkan denyut jantung, pola pernapasan, dan saturasi oksigen,
Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak, Memberi kehangatan pada bayi,
Meningkatkan durasi tidurMengurangi tangisan bayi dan kebutuhan kalori, Meningkatkan
hubungan emosional ibu dan bayi, Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi
menyusuiIbu lebih percaya diri dalam merawat bayinya, Mempersingkat lama rawat di rumah
sakit, Metoda transportasi alternatif dalam merujuk bayi
Jenis PMK:
1. PMK sewaktu waktu (intermitten) : dilakukan apabila bayi masih mendapat cairan dan
obat-obatan intravena, bantuan khusus seperti oksigen atau minum melalui oral gastric
tube (OGT).dilakukan selama lebih dari 1 (satu) jam untuk memberikan hasil yang
optimal dan mengurangi stress pada bayi.
2. PMK Kontinyu : PMK secara terus menerus (continue)dilakukan pada bayi tidak
memerlukan bantuan khusus untuk bernapas.dilakukan untuk meningkatkan berat badan
17
bayi, meningkatkan kemampuan bayi menyusu dan kemampuan ibu untuk merawat
bayinya di rumah. Ibu dirawat kembali dengan bayinya sampai kriteria pemulangan bayi
terpenuhi.
Intervensi Pengelolaan Panas
Cara lain intervensi pengelolaan panas :
Memakaikan topi, kepala bayi adalah area paling luas, mudah kehilangan panas.
Sarung tangan/ kaki , bedong
“plastic sheeting” : penggunaan pelindung bisa menyerupai terowongan yang terbuat dari
plastik, metode ini kurang efektif
Pencegahan Hipotermia :
1. Topi : sebaiknya dipakai untuk semua bayi sakit terutama bayi prematur
2. Inkubator : usahakan tidak sering membuka pintu, gunakan lubang inkubator
3. Bila terpasa membuka pintu untuk pemeriksaan atau prosedur, siapkan lampu penghangat,
apalagi bila suhu bayi tidak stabil atau berat kurang dari 1 kg
4. Pemeriksaan sumber hilangnya panas : aliran oksigen atau suhu ruangan yang dingin
18
1. Obstruksi Jalan Napas Atas
• Bila lubang hidung tersumbat → sukar bernapas, bisa sampai retraksi dan sianosis
• Saat resusitasi : bersihkan jalan napas atas (orofarings, foramen nasal) sambil menilai
kemungkinan sumbatan
• Diruangan : bila ada neonatus sesak → bersihkan dulu jalan napas atas sebelum melakukan
tindakan lain
Penyebab Obstruksi :
• Atresia khoana (2-4/10.000 lahir hidup) : membran/tonjolan tulang dalam foramen nasal
• Lebih sering pada : bayi laki-laki, bayi prematur mendekati aterm, bayi ibu DM/Ibu mendapat
sedasi, partus cepat, seksio, sungsang
• Gejala seak napas ringan / sedang (skor downe 3-4) yang akan sembuh sendiri dalam 2-3 hari
• Frekuensi napas dapat mencapai 100x/menit, tetapi retraksi dan sianosis ringan dan bayi relatif
aktif
Penunjang :
• Singkirkan infeksi
19
• Foto dada : perkabutan ringan pada kedua paru, hiperaerasi, cairan pada ruang pleura
• Prognosis baik
• Resiko HMD meningkat pada : gestasi makin muda, bayi laki-laki, Ibu DM, S.C
• Resiko HMD berkurang pada :Stress kronik (Ibu hipertensi, KPD lama) Infeksi antenatal, PJT,
narkoba, merokok
• Gejala :
• Perawatan NICU :
• Foto dada : Gambaran retikulogranuler pada kedua paru “air bronchogram” jelas
• Pneumoia kongenital biasanya merupakan again sepsis dengan gejala sesak sejak lahir / 1-2 hari
kemudian
• Penunjang : darah lengkap, CRP, IT ratio, kultur darah leukosit > 20000/ml atau leukopeni <
5000/ml
• Bila labolatorium meragukan tetapi gejala klinis jelas, tetap berikan antibiotika
• Dapat merupakan infeksi nosokomial atau tertular orang di sekitarnya (di rumah)
• Antibiotika untuk pneumonia diberikan 10hari dan bila biakan darah (+) diberikan selama 14 hari
• SAM terjadi pada BBLR cukup bulan atau postmatur yang mengalami hipoksi berkepanjangan
dalam rahim
• Stress perinatal relaksasi sfingter ani mekonium keluar. Stress berlanjut, bayi menarik nafas
in utero, ketuban sampur mekonium dan masuk ke saluran pernapasan.
• Wiswell : ketuban bercampur mekonium ditemukan pada 13% kelahiran, dari jumlah terebut, 12%
SAM
•
Mekonium :
• Kulit dan kuku bayi kekuningan, bila hipoksi telah lama, bayi mungkin kurus / PJT
neonatus) Penunjang :
• Tatalaksana :
6. Asfiksi
• Asfiksi terjadi bila bayi lahir tidak bernapas secara spontan dan adekuat (depresi pernapasan)
• Asfiksi dapat terjadi perinatal maupun saat lahir bayi kekurangan O2 metabolisme anaerob
asidosis metabolik kerusakan jaringan-jaringan tubuh kematian
• Beratnya asfiksi dinilai dengan Nilai Apgar / NA (1953) pada menit pertama dan ke lima setelah
lahir
• NA menilai denyut jantung, usaha napas, tonus otot, refleks dan warna kulit, masing-masing
22
dinilai 0, 1, 2 kemudian dijumlah
• Menit 1 menggambarkan situasi saat lahir sedangkan menit 5 menunjukan hasil resusitasi
• Saat ini Nilai Apgar tidak digunakan untuk memulai resusitasi tetapi tetap tetap sebagai informasi
beratnya asfiksi dan respon bayi terhadap usaha resusitasi
✓ Bayi bugar : usaha napas dan tonus baik, FJ > 100 / mnt
7. Apnu
• Apnu : napas berhenti disertai bradikardia dan / atau sianosis selama ≥ 20 detik
• Apnu bayi kurang bulan ditemukan pada 25% bayi-bayi dengan gestasi < 34 mg, dan 80% pada
gestasi < 30mg
• Apnu yang timbul pada prematur mendekati aterm atau BBLR aterm, atau timbul > usia 1 minggu
hampir selalu patologik dan harus dicari penyebabnya
• Rata-rata dengan rangsangan taktil sudah ada reaksi, bila gagal lakukan VTP dengan ambu dan O2
< 40%
• Evaluasi kemungkinan penyebab : AGD, darah lengkap, dx, elektrolit, kalsium, Ro dada, USG,
obat-obatan
1. BBLR sering disertai penyakit lain seperti asfiksi, infeksi, sesak nafas sehingga masukan oral
terbuka
2. Fungsi saluran pencernaan belum sempurna :
Refleks hisap kurang sukar menyusu
Motilitas usus lambat kembung
Volume gaster kecil muntah
Defisiensi enzym residu
24
BBLR sehat, sesegera mungkin (IMD)
BBLR sakit : sebagian besar dapat mengatasi penyakitnya dengan cepat sehingga hanya
memerlukan cairan, elektrolit dan glukosa
Kolostrum sebagai minum pertama
Pertimbangkan pemberian nutrisi parenteral bila bayi masih perlu puasa hari ke 3.
26
F. Hiperbilirbinemia Pada Neonatus
o Umur gestasi
o Umur kronologis
o Penyakit/keadaan penyerta
Dua jenis :
o Bilirubin indirek
o Tidak larut dalam air
o Berikatan dengan albumin untuk transport
o Komponen bebas larut dalam lemak
o Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
biliburin Terkonyugasi:
o Bilirubin direk
o Larut dalam air
o Tidak larut dalam lemak
o Tidak toksik untuk otak
Kadar bilirubin sebesar 10 mg/dl, pada usia 72 jam, pada bayi cukup bulan mungkin
merupakan kadar fisiologis
Kadar bilirubin 10 mg/dl pada usia 10 jam bukan kadar fisiologis dan memerlukan perhatian
segera (lihat riwayat penyakit dari ikterus fisiologis)
27
ikterus fisiologis
28
hiperbilirubinemia-tatalaksana
Hidrasi – Pemberian asupan
Fototerapi
Transfusi tukar
Koreksi hipoksia, infeksi, asidosis
Fenobarbital: digunakan sebagai antikonvulsan untuk kejang. Tidak direkomendasikan kecuali
untuk Crigler Najjar tipe 3. Menyebabkan letargi dan asupan yang buruk
Ketika diindikasikan, beri terapi pada neonatus dengan fototerapi atau tranfusi tukar, untuk
mencegah perkembangan ikterus yang berat dan mungkin, kernikterus
Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat dan Sakit (<37 minggu)
29
1.001-1.500 g 7-10 10-15 6-8 10-12
1.501-2.000 g 10 17 8-10 15
> 2.000 g 10-12 18 10 17
Fototerapi
Fototerapi Intensif
Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon flouresen biru khusus,
lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang memancarkan cahaya galium nitrida
Jarak dari cahaya: cahaya flouresen harus berada sedekat mungkin (sampai 10 cm dari bayi),
sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan
Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga dapat dilepas.
Mata ditutup
Hidrasi
Komplikasi Fototerapi
30
G. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Di Unit Perawatan Neonatus
2. Sebelum peristaltik lancar, sebaiknya bayi belum diberi minum. Pasca IMD, bayi
mengisap payudara, menelan air liur / kolostrum peristaltik cepat terangsang
Trauma pemasangan OGT: pemasangan tidak hati-hati atau kateter terlalu >>.
Ganti dengan OGT lebih kecil, bilas lambung dan selama observasi puaskan bayi
b. Muntah hijau selalu merupakan masalah serius terutama bila terjadi di dalam 72 jam
pertama karena menunjukan ada hambatan pasase saluran cerna.
Hambatan pada saluran cerna atas, muntah hijau, tdk begitu kembung, mungkin
ada mekonium
32
obstruksi
Kejang pada neonatus tidak bermanifestasi seperti pada anak yang lebih besar (tonik-klonik)
- Apnu
o Jittery (gemetar2)
o Klonus, gerakan cepat berulang pada satu ekstremitas
o Bayi sadar, jittery terjadi terutama waktu tidur
o Bila kita tahan, gerakan reda
o Tidak dihubungkan dengan perubahan denyut jantung/napas
Kejang merupakan gejala dan bukan merupakan suatu penyakit, sehingga prognosis tergantung
penyakit penyebabnya. Secara umum mortalitas 15% dan sekuela neurologik 30%
Anamnesis riwayat kehamilan & kelahiran, infeksi seputar kelahiran, penyakit ibu, obat-obat ibu,
type kejang dsb
Periksaan fisik lengkap dengan perhatian khusus pada status neurologis bayi
Pemeriksaan penunjang :
Umum
1. Jaga agar tidak hipotermi, bersihkan lendir saluran nafas atas, leher jangan tertekuk
Bila biakan CSS (+), meningitis, antibiotika 21hari, dan LP diulang setelah 2 hari
Bila masih kejang tambahkan 5 mg/kg tiap 30menit max 30-40 mg/kg, lanjutkan
dengan rumatan 5mg/kg/12jam
Phenytoin: dosis awal 20mg/ kg IV diencerkan dengan NaCl 0,9% berikan dalam 15-30
menit. Dosis rumatan 5 mg/kg/12jam
Setelah beberapa hari tidak ada kejang, obat-obat hendaknya dihentikan. Bila perlu lanjutkan
phenobarbital oral sampai evaluasi neurologis kemudian
Neonatus memang belum bisa menyatakan rasa sakit tapi menunjukannya dengan respon
fisologik dan prilaku .
Neonatus memang belum bisa menyatakan rasa sakit nyeri menunjukan dengan respon fisilogis
dan prilaku.
34
Respon fisiologik : denyut jantung frekwensi nafas,kebutuhan oksigen,tekanan darah ,keringat
dan lain-lain .
Minimalisasi nyeri
Memberi empeng
Bila mungkin , ibu memeluk bayi, skin to skin contact, dan menyusui bayi
Vaksin pertusis aseluler dianjurkan bila ada masalah neurologis / kejang demam
Vaksin influensa perlu dipertimbangkan pada musim pancaroba setelah umur > 6 bulan
35
BAB III
A. Kesimpulan
Pelatihan BBLR ini mengenai tentang permasalah pada bayi dengan berat lahir rendah apa
saja, menilai usia gestasi, termoregulasi, gangguan pernafasan pada BBLR, terapi bantuan
napas pada BBLR, pemberian nutrisi pada BBLR, hiperbilirubinemia pada neonatus,
pengendalian infeksi di rumah sakit terutama di uni perawatan neonatus, dan masalah masalah
lain yang sering dihadapi pasien dengan BBLR.
B. Saran
1. Bagi Ruangan
Diharapkan agar setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi
dengan berat lahir rendah yang optimal serta meningkatkan kualitas pelayanan untuk
mempertahankan setiap prosedur asuhan yang telah sesui dengan standar sehingga dapat
membantu menurunkan angka kematian pada bblr , dapat mengedukasi keluarga yang
memiliki bayi dengan bblr dan dapat membantu dalam mengurangi masalah-masalah yang
akan terjadi pada bblr.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit senantiasa menyediakan sarana prasarana dalam
pelaksaan asuhan keperawatan pada bblr serta meningkatkan kompetensi pemberian
asuhan pelayanan yang diberikan sesuai dengan perkembangan keilmuan yang ada, baik
melalui pelatihan, seminar maupun workshop. Selain itu, diharapkan semoga seiring
berjalannya waktu kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan akan semakin meningkat.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
38