Email: abdulr.saleh2003@gmail.com
Pustakawan merupakan salah satu jabatan fungsional tertentu yang kenaikan pangkat dan atau jabatannya ditentukan
oleh Angka Kredit yang diperoleh oleh pejabat fungsional tersebut memenuhi untuk syarat yang sudah ditetapkan.
Angka Kredit tersebut dibagi dua bagian yaitu yang termasuk unsur utama di mana angka kredit yang diperoleh tidak
boleh kurang dari 80% dan unsur penunjang di mana jumlah angka kredit yang diperoleh tidak boleh melebihi 20%.
Angka kredit dari unsur utama terdiri dari AK yang diperoleh dari kegiatan pendidikan dan pelatihan dan kegiatan-
kegiatan yang menjadi tupoksi pustakawan seperti perencanaan, pengolahan, pelayanan, dan pengkajian, serta kegiatan
pengembangan profesi pustakawan. Sedangkan AK unsur penunjang diperoleh pustakawan dari kegiatan-kegiatan
Kepustakawanan yang bersifat menunjang kegiatan pokok pustakawan seperti antara lain keterlibatan pustakawan dalam
organisasi profesi, memberikan pelatihan di bidang kepustakawanan, keterlibatan pustakawan dalam tim penilai AK
pustakawan dan lain-lain. Jabatan Fungsional Pustakawan ini sudah cukup lama diberlakukan yaitu sejak diberlakukannya
Kepmenpan Nomor 18 Tahun 1988 yang efektif mulai berjalan sejak 1991. Dengan demikian sudah banyak pustakawan
yang naik dengan cara mengajukan DUPAK. Namun sayangnya kajian terhadap prestasi pustakawan yang naik dengan
cara mengajukan DUPAK ini belum banyak. Dari kajian ini diperoleh bahwa sebagian besar pustakawan yang naik
pangkat/jabatan dengan AK berasal dari kegiatan Pengembangan Profesi yaitu dengan proporsi AK sebesar 54,19%.
Bahkan sebanyak 14,29% pustakawan naik dengan AK seluruhnya berasal dari pengembangan profesi. Rekomendasi
dari kajian ini adalah perlunya pembatasan perolehan AK yang berasal dari pengembangan profesi.
1
Makalah pernah dipresentasikan dalam Acara Seminar Nasional Jabatan Fungsional, Strategi Peningkatan Profesionalisme Aparatur Sipil Negara
(ASN) pada Jabatan Fungsional, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 8-9 Februari 2018 dan sudah direvisi.
2
Pustakawan Ahli Utama Institut Pertanian Bogor
Karir pustakawan ditentukan oleh kenaikan pangkat Sebagai jabatan fungsional tertentu, jabatan
dan atau jabatannya sebagai pustakawan. Kenaikan pustakawan terdiri dari dua jalur yaitu pustakawan
pangkat PNS/ASN saat ini dilakukan melalui dua jalur tingkat keterampilan dan pustakawan tingkat keahlian.
yaitu kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat Pustakawan tingkat keterampilan memiliki tiga
pilihan. Kenaikan pangkat secara reguler diperoleh jenjang jabatan yaitu: (1) Pustakawan Terampil, (2)
secara otomatis oleh PNS apabila yang bersangkutan Pustakawan Mahir, dan (3) Pustakawan Penyelia.
sudah menduduki pangkat terakhirnya minimum Sedangkan pustakawan tingkat keahlian memiliki empat
selama 4 tahun dengan DP 3 rata-rata baik atau 5 tahun jenjang jenjang yaitu: (1) Pustakawan Ahli Pertama, (2)
dengan DP3 rata-rata cukup. DP3 sekarang sudah Pustakawan Ahli Muda, (3) Pustakawan Ahli Madya, dan
diganti dengan SKP. Sedangkan kenaikan pangkat secara (4) Pustakawan Ahli Utama (Supriyanto, 2012; PNRI,
pilihan diperoleh oleh PNS dengan syarat dan ketentuan 2015). Kenaikan dari suatu jenjang ke jenjang di atasnya
seperti harus memperoleh sejumlah angka kredit ditentukan oleh jumlah angka kredit yang dihasilkan oleh
tertentu. Kenaikan pangkat dan atau jabatan pustakawan pustakawan yang bersangkutan selama periode waktu
merupakan kenaikan pangkat pilihan di mana untuk naik yang telah ditentukan. Angka kredit tersebut dihasilkan
pangkat dan atau jabatan harus memenuhi syarat angka oleh pustakawan setelah menyelesaikan kegiatan. Unsur
kredit tertentu. Angka kredit tersebut diperoleh dari kegiatan yang dapat menghasilkan AK terdiri dari dua
kegiatan yang menjadi tugas pokoknya serta tugas-tugas unsur yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur
lain yang terkait. utama wajib dikumpulkan oleh pustakawan dengan
jumlah angka kredit paling sedikit 80% dari total AK
Menurut Widayanti (Widayanti, 2014) tujuan yang diperlukan untuk naik pangkat dan atau jabatan,
pembinaan jabatan fungsional pustakawan di lingkungan sedangkan unsur penunjang dapat dikumpulkan oleh
instansi pemerintah adalah: pustakawan paling banyak 20% dari AK yang diperlukan
untuk naik pangkat dan atau jabatan. Unsur utama terdiri
Tabel 2 Rata-rata angka kredit yang diusulkan oleh pustakawan dan yang diterima oleh Tim Penilai
Angka Kredit Rata-Rata %-tase %-tase
Unsur/Kegiatan Pustakawan
Diusulkan Diterima Diterima Ditolak
Tugas pada jabatan ybs. 16,622 11,513 69,27% 30,73%
Tugas limpah 61,103 55,430 90,72% 9,28%
Pengembangan profesi 106,302 73,876 69,5% 30,50%
Unsur penunjang 48,755 23,879 48,98% 51,02%
Total unsur utama 184,027 140,820 76,52% 23,48%
Total unsur utama dan penunjang 232,782 164,699 70,75% 29,25%
Tabel 3 Komposisi usulan Angka Kredit yang diterima dari kegiatan unsur utama
Tabel 3 memperlihatkan AK yang dapat disetujui sirkulasi yang kegiatannya dilakukan oleh pustakawan
oleh Tim Penilai. Dilihat dari komposisi unsur utama, tingkat keterampilan. Namun demikian tetap saja masih
maka kegiatan pengembangan profesi merupakan urutan banyak kegiatan pada sub unsur terkait pelayanan kepada
teratas dari AK pustakawan yang disetujui yaitu dengan pemustaka yang belum dilakukan oleh pustakawan.
rata-rata sebesar 54,19 %, sedangkan urutan kedua Misalnya saja, pustakawan belum banyak atau bahkan
adalah AK yang berasal dari kegiatan pengorganisasian hampir tidak ada yang melakukan kegiatan literasi
dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, bimbingan penggunaan sumber referensi,
informasi yaitu sebesar 35,44%. Ini berarti pustakawan penyusunan panduan kepustakaan (path finder).
lebih banyak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Apalagi kegiatan yang bersifat analisa informasi yang
luaran (output)nya lebih dinikmati oleh pustakawan menghasilkan informasi baru sebagai bahan untuk
itu sendiri daripada yang dinikmati oleh pemustaka. mendukung pengambilan keputusan para pimpinan atau
Fakta ini sangat bertolak belakang dengan teori bahwa sebagai bahan bimbingan kepada pengguna. Barangkali
keberadaan pustakawan seharusnya justru memberikan juga banyak jenis-jenis layanan tingkat tinggi yang
pelayanan kepada pemustaka seperti yang dinyatakan belum didaftar oleh butir kegiatan pustakawan pada
oleh Suwarno (Suwarno, 2016) bahwa “memberikan Permenpan 9 Tahun 2014, padahal kegiatan tersebut
pelayanan yang baik kepada pemustaka pada era dilaksanakan atau harus dilaksanakan, khususnya di
keterbukaan informasi ini menjadi prioritas utama bagi perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan khusus
perpustakaan dan pustakawan”. Terhadap kondisi ini ada lembaga penelitian, misalnya Scholarly Communications
juga yang berpendapat bahwa pengembangan profesi Service, Collaborative Research partnership, advanced
itu juga ujung-ujungnya adalah untuk meningkatkan information literacy dan lain-lain. Untuk jenis-jenis
layanan kepada pemustaka. Namun, tetap saja kegiatan layanan seperti ini hendaknya dilaporkan kepada
yang hasilnya dapat langsung diterima oleh pemustaka Perpustakaan Nasional sebagai instansi pembina agar
tidak menjadi prioritas. Timbul pertanyaan apakah nantinya menjadi bahan untuk merevisi butir kegiatan
perpustakaan itu memang tidak banyak melakukan pustakawan pada Permenpan berikutnya.
layanan kepada pemustaka? Perpustakaan melakukan
layanan, namun kegiatan layanan tersebut hanyalah Urutan berikutnya adalah kegiatan pengkajian
layanan perpustakaan yang paling dasar yaitu layanan pengembangan perpustakaan dokumentasi dan informasi
Jenjang Jabatan
Total Total AK yang Tabel 6 Komposisi AK yang berasal dari kegiatan
Kegiatan Tersedia pengembangan profesi
Pustakawan Ahli Utama 10 42.58 Persen AK Dari Jumlah
Pustakawan Ahli Madya 26 19.212 %-tase
Pengembangan Profesi Pustakawan
Pustakawan Ahli Muda 27 10.034 81 - 100 % 10 28.57%
Pustakawan Ahli Pertama 31 4.567 61 - 80 % 6 17.14%
Total 94 76.393 41-60 % 4 11.43%
21 -40 % 10 28.57%
Dari Tabel 5 tersebut terlihat semakin tinggi jenjang < 20 % 5 14.29%
jabatan pustakawan, semakin sedikit jumlah kegiatan JUMLAH 35 100.00%
yang dapat dilakukan, namun semakin besar AK yang
Abu-Bakar, D. R. (2012). Library service and trend in PNRI. (2015). Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Malaysia. Kualalumpur: Nasional Library of Malaysia. Kreditnya. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Greer, R. C., Grover, R. J., & Fowler, S. G. (2007). PNRI. (2015). Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Introduction to the library and information professions. RI Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis
Westport: Libraries Unlimited. Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya. Jakarta:
Hadi, A. S. (2014). Perpustakaan dan pustakawan Perpustakaan Nasional RI.
dalam masyarakat serta apresiasi terhadapnya: Pusat Pengembangan Pustakawan. (2016). Pusat
kenyataan masa lalu dan harapan masa depan. Media Pengembangan Pustakawan. Retrieved from
Pustakawan, 21(1), 14-23. Perpustakaan Nasional RI: http://pustakawan.
Kamaludin. (2015). Analisis Kebutuhan Pustakawan perpusnas.go.id/pub/pustakawan
pada UPT Balai Informasi Teknologi - LIPI. Media Sugiyono. (2014). Metode penelitian manajemen:
Pustakawan, 22(1), 39-46. Pendekatan kuantitatif, kualitatif, kombinasi,
PNRI. (2009). Rencana Strategis Perpustakaan Nasional penelitian tindakan, penelitian evaluasi. Bandung:
RI 2010-2014. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Alfabeta.
PNRI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Supriyanto. (2012). Karakteristik pustakawan profesional
nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: di tengah isu sertifikasi. Media Pustakawan, 19(2),
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 5-11.
PNRI. (2010). Kajian pelaksanaan jabatan fungsional Suwarno, W. (2016). Mengembangkan SDM perpustakaan
pustakawan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. dalam rangka menuju World Class University.
PNRI. (2012). Laporan Tim Pertimbangan jabatan Libraria, 4(1), 105-126.
fungsional pustakawan Perpustakaan Nasional Widayanti, Y. (2014). Pengembangan karir pustakawan
RI tahun 2012. Jakarta: Pusat Pengembangan melalui jabatan fungsional. Libraria, 2(1), 137-149.
Pustakawan, Perpustakaan Nasional RI.