Anda di halaman 1dari 33

1

5 HUKUM SYARIAT
DALAM ISLAM
Apa Itu Hukum Islam ? 2

 Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem


kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah
SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukalaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban)
yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua
pemeluknya
Dalil Mempelajari 3
1. “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar: 9).

2. “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah


dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadalah: 11).

3. Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah
akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
1. Wajib 4

 Kadang disebut Fardlu. Keduanya sinonim. Yakni


sebuah tuntutan yang pasti (thalab jazm/pasti
dan mengikat) untuk mengerjakan perbuatan.
 Apabila dikerjakan mendapatkan pahala,
sedangkan bila ditinggalkan maka berdosa
(mendapatkan siksa).
 Contohnya, shalat fardlu, bila mengerjakannya
maka mendapatkan pahala, bila ditinggalkan
akan diadzab di neraka, demikian juga dengan
kewajiban-kewajiban yang lainnya.
Wajib 5

 Wajib terbagi menjadi dua yakni :


 Pertama, wajib ‘Ainiy : kewajiban bagi
setiap individu.
 Kedua, wajib Kifayah : kewajiban yang
apabila sudah ada yang mengerjakannya
maka yang lainnya gugur (tidak
mendapatkan dosa), contohnya seperti
shalat jenazah,, menjawab salam dan
sebagainya.
2. Sunnah 6

 Disebut juga Mandub, Mustahabb, Tathawwu,


semuanya bersinonim.
 Yakni sebuah anjuran mengerjakan yang sifatnya
tidak jazm (pasti), apabila dikerjakan mendapat
pahala, namun apabila ditinggalkan tidak
berdosa.

Sunah 7
 Sunnah juga terbagi menjadi 2, yaitu :
 Pertama, sunnah ‘Ain : sesuatu yang disunnahkan pada
setiap orang (individu) yang mukallaf (muslim yang
sduah dikenai kewajiban atau perintah), seperti shalat-
shalat sunnah ratibah dan lainnya.

 Kedua, sunnah Kifayah : sesuatu yang disunnahkan,


apabila ada sebagian yang telah mengerjakannya,
maka yang lain gugur, seperti seseorang memulai salam
ketika bersama jama’ah (memulai bukan menjawab,
penj), dan lain sebagainya. Sehingga bila sudah ada
yang mengerjakannya, maka hilang (gugur) tuntutan
terhadap yang lainnya, namun pahalanya bagi yang
mengerjakan saja.
3. Mubah (boleh) 8

 Bila dikerjakan atau ditinggalkan tidak apa-apa,


tidak mendapatkan pahala atau pun disiksa
(sebuah pilihan antara mengerjakan atau tidak).
Misalnya, memilih menu makanan dan
sebagainya.
 Berdoa tidak menggunakan bahasa Arab
 Menggunakan media berdakwah yang berbeda-
beda diantaranya menggunakan televisi, radio,
internet, dan sebagainya
4. Makruh 9

 Sebuah tuntutan yang tidak pasti (tidak jazm)


untuk meninggalkan perbuatan tertentu
(larangan mengerjakan yang sifatnya tidak pasti),
apabila dikerjakan tidak apa-apa, namun bila
ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan
dipuji.
 Makan/minum sambil berdiri
 Merokok (terdapat ulama yang mengharamkan
aktivitas ini)
 Berwudu di kamar mandi
5. Haram 10

 Yakni tututan yang pasti untuk meninggalkan


sesuatu, apabila dikerjakan oleh seorang mukallaf
maka mendapatkan dosa, namun bila
ditinggalkan mendapatkan pahala. Contohnya
seperti minum khamr, berzina dan lain
sebagainya. Istilah haram juga kadang
menggunakan istilah Mahdzur (terlarang), Maksiat
dan al-danb (berdosa).
Makanan Yang Haram 11

dalam Islam
1. Ada yang diharamkan karena dzatnya.
Maksudnya asal dari makanan tersebut memang
sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi,
anjing, khamar, dan selainnya.

2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang


tidak berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya
asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia
menjadi haram karena adanya sebab yang tidak
berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya:
makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan,
sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan
dalam acara-acara yang bid'ah, dan lain
sebagainya.
Pendahuluan Pertama: Asal dari semua 12
makanan adalah boleh dan halal sampai
ada dalil yang menyatakan haramnya.

 Allah -Ta'ala- berfirman:


“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu”. (QS. Al-Baqarah: 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk
makanan- yang ada di bumi adalah nikmat dari Allah,
maka ini menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah
halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat
kecuali yang halal dan baik.
Dalam ayat yang lain:
“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu
apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya”. (QS. Al-An’am: 119)
Maka semua makanan yang tidak ada pengharamannya
dalam syari'at berarti adalah halal .
 Faidah: 13
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, “Hukum asal
padanya (makanan) adalah halal bagi seorang muslim
yang beramal sholeh, karena Allah -Ta'ala- tidaklah
menghalalkan yang baik-baik kecuali bagi siapa yang
akan menggunakannya dalam ketaatan kepada-Nya,
bukan dalam kemaksiatan kepada-Nya.
 Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan yang saleh karena memakan
makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila
mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan
amalan-amalan yang saleh”. (QS. Al-Ma`idah: 93)
Karenanya tidak boleh menolong dengan sesuatu yang
mubah jika akan digunakan untuk maksiat, seperti
memberikan daging dan roti kepada orang yang akan
minum-minum khamar atau akan menggunakannya
dalam kejelekan” .
Pendahuluan Kedua: Manhaj Islam dalam penghalalan dan pengharaman
makanan adalah “Islam menghalalkan semua makanan yang halal, suci, baik,
dan tidak mengandung mudhorot, demikian pula sebaliknya Islam
14
mengharamkan semua makanan yang haram, najis atau ternajisi, khobits
(jelek), dan yang mengandung mudhorot”.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”. (QS. Al-Baqarah:
168)
Dan Allah mensifatkan Nabi Muhammad dalam firman-Nya:

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.
(QS. Al-A’raf: 157)
Allah melarang melakukan apa saja -termasuk memakan makanan- yang bisa memudhorotkan diri, dalam
firman-Nya:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah: 195)

uga sabda Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam-:

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”.
Karenanya diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa memudhorotkan diri -
apalagi kalau sampai membunuh diri- baik dengan segera maupun dengan cara perlahan. Misalnya:
racun, narkoba dengan semua jenis dan macamnya, rokok, dan yang sejenisnya.
Adapun makanan yang haram karena diperoleh dari cara yang haram, maka Rasulullah -Shallallahu 'alaihi
wasallam- telah bersabda:
‫ِإ‬
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan-kehormatan kalian antara sesama
kalian adalah haram”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
 Faidah:
 1. Makna makanan yang najis adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi,
15
contohnya adalah mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits Maimunah -radhiallahu 'anha- bahwa Nabi -Shallallahu
'alaihi wasallam- ditanya tentang lemak yang kejatuhan tikus, maka beliau
bersabda:
‫أ‬
“Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di sekitarnya lalu makanlah
lemak kalian”. (HR. Al-Bukhary)
Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat, maka cara
membersihkannya adalah dengan membuang najisnya dan makanan yang ada di
sekitarnya, adapun sisanya boleh untuk dimakan. Akan tetapi jika yang kejatuhan
najis adalah makanan yang berupa cairan, maka hukumnya dirinci; jika najis ini
merubah salah satu dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka makanannya
dihukumi najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula sebaliknya.

 2. Makanan yang jelek (arab: khobits) ada dua jenis; yang jelek karena dzatnya -
seperti: darah, bangkai, dan babi- dan yang jelek karena salah dalam
memperolehnya -seperti: hasil riba dan perjudian-. Lihat Majmu' Al-Fatawa (20/334).

16

HALAL HARAMNYA

MAKANAN – MINUMAN
DAN ETIKA
MENGKONSUMSINYA
ALASAN MENGAPA SESUATU DIHARAMKAN
17

 Diperintahkan oleh
Allah swt dan RasulNya
dalam AlQuran dan
Hadis
 Disuruh untuk
membunuhnya
 Dilarang untuk dibunuh
 Kotor
 Menimbulkan
bahaya/penyakit
KHAMR DIHARAMKAN OLEH ALLAH SWT
18

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman


keras (khamr), berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan
mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan
keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung”.
QS Al Maidah : 90
BAHAYA MINUMAN KERAS 19

(KHAMR)
MABUK ANEKA KHAMR
TERSEBUT DALAM ALQURAN
20

Diharamkan atas kamu


memakan (1). Bangkai; (2).
Darah; (3). Daging babi; (4).
Binatang yang disembelih
dengan menyebut
nama/sebutan selalin Allah;
(5).Binatang yang mati
tercekik; (6). Yang mati
terpukul; (7). Yang mati
karena jatuh; (8). Yang mati
karena ditanduk binatang
lain; (9). Yang mati dimakan
binatang buas; terkecuali
yang sempat kamu
menyembelihnya; (10).
Binatang yang disembelih
untuk berhala.
– QS. Al Maidah : 3 -
Bangkai 21
Binatang Laut dan Belalang Halal 22
Dikonsumsi

DIHALALKAN ATAS KITA DUA MACAM BANGKAI : IKAN


DAN BELALANG. HR. IBN MAJAH
Darah 23
Babi 24
Menyembelih dengan menyebut selain Allah 25
Tercekik atau dimakan 26

Binatang Lain
Dipukul 27
Terjatuh 28
Tertanduk 29
Untuk Berhala/Sesaji 30
Haram karena Disuruh untuk 31
Membunuhnya

 Ular
 Gagak
 Tikus
 Anjing Galak/Rabies
 Burung Elang
Haram karena Dilarang 32
Membunuhnya

 Semut
 Tawon
 Burung Teguk-teguk
 Burung Suradi
Haram karena 33

Kotor/menjijikkan
 Ulat
 Kutu
 Kepinding
 Cacing
 dll

Anda mungkin juga menyukai