Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

REGULASI PUBLIK

DALAM TAHAPAN PERENCANAAN PUBLIK

DISUSUN OLEH:
INGRID JUNISAR AGAMA
C 302 22 001

Diajukan Sebagai Tugas Mid Semester


Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik, Kelas B

PROGRAM STUDI S2 AKUNTANSI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang “Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan
Publik”, sebagai tugas Mid Semester dari mata kuliah Akuntansi Sektor Pubik.

Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.


Ridwan, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik,
yang telah memberikan bimbingan serta ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga penulis
dapat memperbaiki dan juga meningkatkan kualitas untuk penulisan makalah
selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 25 Oktober 2022

Penulis

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

2.1 Definisi Regulasi Publik dan Perencanaan ....................................................... 5

2.2 Regulasi Siklus Akuntansi Sektor Publik ......................................................... 6

2.3 Regulasi dalam Tahapan Perencanaan Publik .................................................. 7

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 27

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 27

3.2 Saran ............................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 2


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan baik
yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu, setiap
organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi
dalam menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapinya. Sebuah regulasi publik
disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu permasalahan telah dapat
dirumuskan.

Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan atau tujuan yang
dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Sebuah regulasi publik disusun
dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu permasalahan telah dapat dirumuskan.
Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai
wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan solusi
permasalahan yang ada.

Dalam organisasi Akuntansi Sektor Publik, tahapan organisasi selalu terjadi di


semua organisasi publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan,
audit, serta pertanggung jawaban publik. Dalam tahapan perencanaan juga mempunyai
siklus perencanaan publik yang dimulai dari evaluasi hasil pelaksanaan tahun lalu dan
penetapan prosedur perencanaan hingga sampai pada tahapan penetapan dokumen
perencanaan.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |3


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari regulasi publik dan perencanaan?

2. Bagaimana regulasi siklus akuntansi sektor publik?

3. Bagaimana regulasi dalam tahapan perencanaan publik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari regulasi publik dan perencanaan

2. Untuk mengetahui regulasi siklus akuntansi sektor publik

3. Untuk mengetahui regulasi dalam tahapan perencanaan publik

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |4


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Regulasi Publik dan Perencanaan

Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti
kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu
dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Selanjutnya kata
publik diartikan sebagai bukan perseorangan, meliputi orang banyak, berkaitan dengan
atau mengenai suatu negara, bangsa, atau masyarakat.

Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan dan lain sebagainya.

Perencanaan dalam makna yang paling sederhana adalah rumusan tentang apa
yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Hal ini dikandung maksud bahwa
perencanaan yang baik harus menghasilkan tujuan yang jelas, termasuk memenuhi
aspek keterukuran dan rincian tindakan-tindakan yang sistematis dan berdimensi waktu
untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan dalam arti sempit sesungguhnya merupakan derivat dari


kemampuan foresight, yaitu kemampuan mengukur (measuring), sedangkan dalam arti
luas perencanaan merupakan upaya manusia meminimalkan ketidakpastian. Dengan
demikian, elemen dasar dari perencanaan menurut Conyers (1984) adalah membuat
suatu pilihan, mengalokasikan sumber daya yang ada, mencapai tujuan dan untuk masa
yang akan datang (Hariyono, 2010).

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |5


2.2 Regulasi Siklus Akuntansi Sektor Publik

Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan, baik
yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam organisasi. Oleh karena itu,
setiap organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan yang ada.

Dalam organisasi akuntansi sektor publik, tahapan organisasi selalu terjadi di


semua organisasi publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan,
audit, serta pertanggungjawaban publik. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun
menggunakan regulasi publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus
akuntansi sektor publik agar tujuan organisasi dapat tercapai. Berikut adalah siklus
produk regulasi dari Akuntansi Sektor Publik:

Regulasi
Perencanaan Publik

Regulasi Laporan
Regulasi Anggaran
Pertanggung
Publik
Jawaban Publik

Regulasi tentang
Regulasi
Pelaksanaan
Pengadaan Barang
Realiasi Anggaran
dan Jasa Publik
Publik

Gambar 1. Siklus Produk regulasi dari Akuntansi Sektor Publik

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |6


Berikut Tabel Hasil Regulasi dari Siklus Akuntansi Sektor Publik:

Regulasi Tahapan dalam


Siklus Akuntansi Sektor Contoh Hasil Regulasi Publik
Publik
Regulasi Perencanaan Publik Peraturan Pemerintah No. 7/Th. 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Regulasi Anggaran Publik Undang-Undang Republik Indonesia No. 18/Th.
2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2007
Regulasi tentang Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 93/Th.
Pelaksaan Realisasi 2006 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Anggaran Publik Pusat Tahun Anggaran 2007

Regulasi Pengadaan SK Gubernur tentang Pemenang dalam Pengadaan


Barang dan Jasa Publik Barang dan Jasa
Regulasi Laporan Peraturan Daerah tentang Penerimaan Laporan
Pertanggung jawaban Publik Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota

2.3 Regulasi dalam Tahapan Perencanaan Publik

Unsur pengambilan keputusan yang sangat penting dalam perencanaan


adalah proses mengembangkan dan memilih langkah-langkah yang akan
diambil untuk menghadapi masalah yang dialami organisasi sektor publik. Tahap pra
pelaksanaan perencanaan publik dapat dilihat dalam siklus perencanaan publik
dibawah ini:

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |7


Gambar 2. Siklus Perencanaan Publik

Perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan yakni:

1. penyusunan rencana;

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap


suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah.
Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang
bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing
instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman
pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya
adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

2. penetapan rencana;

Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga


mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini,
rencana pembangunan jangka panjang Nasional/Daerah ditetapkan sebagai

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |8


Undang-Undang/Peraturan Daerah, rencana pembangunan jangka menengah
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan
rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah.

3. pengendalian pelaksanaan rencana;

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin


tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.

4. evaluasi pelaksanaan rencana.

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan


pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja
mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit)
dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap
Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk
melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait
dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja
proyek pembangunan, Kementrian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah,
mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik |9


keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing
jangka waktu sebuah rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan


membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Tahapan proses perencanaan publik dalam hal ini pemerintah pusat/daerah


dimulai dari proses penyusunan RPJP Nasional/Daerah yang memuat visi, misi serta
arah pembangunan daerah dan ditetapkan dengan peraturan. Setelah RPJP
Nasional/Daerah ditetapkan, tugas selanjutnya adalah pemerintah menetapkan RPJM
Nasional/Daerah yang memuat uraian dan penjabaran mengenai visi, misi dan program
kepala daerah dengan memperhatikan RPJP Nasional/Daerah dengan memuat hal-hal
tentang arah kebijakan keuangan, strategi pembangunan, kebijakan umum, program
serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam renstra dengan acuan kerangka pagu
indikatif. Setelah itu dilanjutkan dengan penetapan RKP/D yang ditetapkan setiap
tahunnya berdasarkan acuan RPJM, renstra dan renja. Proses perencanaan publik
tersebut sesuai undang-undang berada di Bappenas/Bappeda.

Berikut regulasi yang mengatur dalam tahapan perencanaan publik, diantaranya:

1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional

Penjelasan Umum UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

1. Dasar Pemikiran

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


merupakan landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu
relatif singkat (1999-2002), telah mengalami 4 (empat) kali perubahan.
Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan
pembangunan, yaitu:

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 10


a. penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

b. ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai


pedoman penyusunan rencana pembangunan Nasional; dan

c. diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam


Negara Kesatuan Republik Indonesia.

GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik


Indonesia (MPR RI) berfungsi sebagai landasan perencanaan pembangunan
Nasional sebagaimana telah dilaksanakan dalam praktek ketatanegaraan
selama ini. Ketetapan MPR RI ini menjadi landasan hukum bagi Presiden
untuk dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan
dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh saran Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang selanjutnya Pemerintah bersama
DPR RI menyusun APBN.

2. Ruang Lingkup

Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan


pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan
masyarakat.

3. Proses Perencanaan

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini


mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 11


1) politik;

2) teknokratik;

3) partisipatif;

4) atas-bawah (top-down); dan

5) bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah


adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan
pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan
masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana
pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana
pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan
teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah
dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang
pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan
melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.

Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni:

1) penyusunan rencana;

2) penetapan rencana;

3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 12


4) evaluasi pelaksanaan rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara


keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan


lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)
langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana
pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah
kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana
kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders)
dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing
jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana
pembangunan.

Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum


sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-
Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang Nasional/Daerah
ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk


menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama
pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda
menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 13


pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan


pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data
dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran
kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator
dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil
(result), manfaat (benefit) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan
pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah,
berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang
merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam
melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, Kementrian/Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan
evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran
yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.

4. Sistematika

Undang-Undang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Ketentuan


Umum, Asas dan Tujuan, Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan
Nasional, Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional, Penyusunan dan
Penetapan Rencana, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana, Data
dan Informasi, Kelembagaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 14


2) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional

Penjelasan Umum PP Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

Latar Belakang

UU No. 25 Th. 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


(SPPN) mengamanatkan penyusunan peraturan pemerintah tentang tata cara
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Strategis
Kementrian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja
Kementrian/Lembaga, dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan.

Dalam dimensi waktu, rencana pembangunan dibagi kedalam tiga periodisasi:


(1) Rencana Pembangunan Jangka Penjang (RPJP); (2) Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM); dan (3) Rencana Pembangunan Tahunan atau
Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dalam rangka mengoptimalkan peran
masyarakat, maka salah satu tahapan dalam proses perencanaan adalah
musyawarah perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk menampung
aspirasi masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

RPJP memuat visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk periode 20 (dua
puluh tahun). Dokumen ini bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang
mendasar sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana
jangka menengah dan tahunannya.

RPJP diperlukan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi secara perlahan


sehingga tidak terasa dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan masalah
besar bagi kesejahteraan masyarakat dalam jangka Panjang. Perubahan yang

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 15


demikian antara lain terjadi pada demografi, sumber daya alam, sosial, ekonomi,
budaya politik, pertahanan, dan keamanan, oleh karena itu, pada tahap awal
penyusunan RPJP Nasional pemikiran visioner yang berkaitan dengan perubahan
jangka Panjang diatas perlu dihimpun dan dikaji dengan seksama. Informasi ini
digunakan sebagai bahan penyusunan visi pembangunan untuk rencana yang
dimaksud.

Selanjutnya perencanaan pembangunan jangka panjang nasional diikuti dengan


penentuan pilihan arah untuk pembangunan kewilayahan, sarana dan prasarana,
serta arah pembangunan bidang-bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi,
politik, hukum dan perundang-undangan, pertahanan, keamanan, dan agama.
Komitmen ini, ditindak lanjuti dengan rancangan peta penuntun penyusunan
kebijakan kunci (road map) yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

RPJM Nasional adalah rencana pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)


tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program prioritas presiden
yang disusun dengan berpedoman pada RPJP. Dengan demikian tahap awal dari
penyusunan RPJM Nasional adalah penjabaran visi-misi, dan program prioritas
presiden kedalam rancangan awal. Rancangan awal ini dijadikan sebagai
pedoman bagi semua kementrian/lembaga dalam menyusun rencana strategisnya
(Renstra-KL) draft RPJM Nasional disusun dengan menggunakan Renstra-KL
dan menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah. Rancangan akhir
disusun dengan mengakomodasi hasil musrenbang dan kemudian ditetapkan
menjadi RPJM Nasional.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas


pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, rencana kerja dan

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 16


pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi rakyat. Walau Bernama Rencana Kerja
Pemerintah, namun perlu disadari bahwa pembangunan nasional utamanya
dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. yang diperlukan dari pemerintah adalah
aturan agar kegiatan masyarakat itu sendiri sesuai dengan prinsip pembangunan
yang telah ditetapkan dalam pasal 33 UUD 1945 yaitu berdasarkan demokrasi
dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan nasional. Disamping itu, pemerintah juga perlu mendorong,
mengkoordinasikan, dan memfasilitasi kegiatan masyarakat. Semua kegiatan
pemerintah ini dikategorikan sebagai kegiatan dalam kerangka regulasi.

Tidak semua barang dan jasa yang diperlukan masyarakat dapat dihasilkan dan
disediakan oleh masyarakat itu sendiri. Barang dan jasa public (non-
excludable/non-rivalry) tidak mampu disediakan/diperjualbelikan oleh individu
atau, kelompok dimasyarakat, sehingga pemerintah harus menyediakannya.
Kegiatan ini selanjutnya disebut kegiatan dalam kerangka pelayanan umum dan
investasi pemerintah.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Perkembangan perencanaan partisipatif bermula dari kesadaran bahwa kinerja


sebuah Prakarsa sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan
prakarsa tersebut. semua pihak yang terkait selanjutnya dikenal dengan istilah
pemangku kepentingan (stakeholders). Komitmen semua pemangku kepentingan
adalah kunci keberhasilan program, dan diyakini bahwa besarnya komitmen ini
tergantung kepada mereka yang terlibat dalam proses perencanaan.

Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif


diwujudkan antara lain melaui musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang) dimana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 17


Bersama semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari
semua apparat penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif,
masyarakat, kaum rohaniwan, pemilik usaha, kelompok professional, organisasi
non-pemerintah, dan lain-lain.

3) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah

Penjelasan

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan,


akuntabel, efisien dan efektif di bidang perencanaan pembangunan daerah,
diperlukan adanya tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
perencanaan pembangunan daerah. Penerapan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan perencanaan daerah merupakan alat untuk mencapai tujuan
pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk itu, pelaksanaan otonomi
daerah perlu mendapatkan dorongan yang lebih besar dari berbagai elemen
masyarakat melalui perencanaan pembangunan daerah agar demokratisasi,
transparansi, akuntabilitas dapat terwujud.

Penyelenggaraan tahapan, tata cara penyusunan pengendalian dan evaluasi


pelaksanaan rencana pembangunan daerah dimaksudkan untuk:

Meningkatkan konsistensi antarkebijakan yang dilakukan berbagai organisasi


publik dan antara kebijakan makro dan mikro maupun antara kebijakan dan
pelaksanaan;

1. Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan


kebijakan dan perencanaan program;

2. Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran;

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 18


3. Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumber daya dan keuangan publik;

4. Terwujudnya penilaian kinerja kebijakan yang terukur, perencanaan, dan


pelaksanaan sesuai RPJMD, sehingga tercapai efektivitas perencanaan.

Penyelenggaraan tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi


rencana daerah dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif,
atas-bawah (top down) dan bawah atas (bottom up).

Dilaksanakan tata cara dan tahapan perencanaan daerah bertujuan untuk


mengefektifkan proses pemerintahan yang baik melalui pemanfaatan sumber
daya publik yang berdampak pada percepatan proses perubahan sosial bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau terarahnya proses pengembangan
ekonomi dan kemampuan masyarakat, dan tercapainya tujuan pelayanan publik.

Penyelenggaraan tata cara dan tahapan perencanaan daerah mencakup proses


perencanaan pada masing-masing lingkup pemerintahan (pusat, provinsi,
kabupaten/kota) terdiri dari proses (1) penyusunan kebijakan, (2) penyusunan
program, (3) Penyusunan alokasi pembiayaan, dan (4) monitoring dan evaluasi
kinerja pelaksanaan kebijakan, rencana program, dan alokasi pembiayaan
program.

Tata cara dan tahapan perencanaan daerah dilakukan oleh lembaga atau badan
perencanaan di lingkup pemerintahan pusat dan daerah maupun unit organisasi
publik, meliputi (1) lembaga negara dan lembaga daerah, (2)
departemen/nondepartemen dan dinas/nondinas daerah.

Proses kegiatan penyelenggaraan perencanaan dilakukan baik pada masing-


masing lingkup pemerintahan (pusat, provinsi, kabupaten/kota) maupun
koordinasi antarlingkup pemerintahan melalui suatu proses dan mekanisme
tertentu untuk mencapai tujuan nasional.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 19


Proses penyelenggaraan perencanaan harus dapat memberikan arahan bagi
peningkatan pengembangan sosial-ekonomi dan kemampuan masyarakat, oleh
karena itu diperlukan adanya sinkronisasi antara rencana program/kegiatan oleh
organisasi publik dengan rencana kegiatan masyarakat dan pemangku
kepentingan.

Proses penyelenggaraan perencanaan perlu diikuti oleh adanya mekanisme


pemantauan kinerja kebijakan, rencana program, dan pembiayaan secara terpadu
bagi penyempurnaan kebijakan perencanaan selanjutnya; dan mekanisme
koordinasi perencanaan horizontal dan vertikal yang lebih difokuskan pada
komunikasi dan dialog antarlembaga perencanaan dengan prinsip kebersamaan,
kesetaraan, dan saling ketergantungan satu sama lain.

Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan,


pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan
partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga
pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan.

4) Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana


Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Penjelasan Umum

Tantangan utama pengelolaan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah


terbatasnya ruang gerak kapasitas fiscal sebagai akibat dan terbatasnya sumber
pendanaan sehingga menambah kompleksitas pemilihan prioritas pembangunan
nasional. Untuk menjawab tantangan tersebut, diterapkan kebijakan
penganggaran dengan meningkatkan kualitas belanja (Quality of Spending)
melalui pemantapan penerapan system penganggaran baru sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara serta
memperkuat penganggaran berbasis kinerja disertai dengan penerapan
penganggaran terpadu serta kerangka pengeluaran jangka menengah.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 20


Penerapan penganggaran berbasis kinerja paling sedikit mengandung 3 (tiga)
prinsip, yaitu:

a. Prinsip alokasi anggaran program dan kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi


unit kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi (money follow function);

b. Prinsip alokasi anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome


oriented); dan

c. Prinsip fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga pinsip


akuntabilitas (let the manager manages).

Dinamika yang terus berkembang dalam proses penyusunan Rancangan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berbasis kinerja, menuntut
dilakukannya penyempurnaan terhadap mekanisme dan landasan hukum
penyusunan RKA-K/L, khususnya agar dapat menampung tata cara penyusunan
rencana kerja dan anggaran dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
yang anggarannya lebih besar daripada anggaran Bagian Anggaran
Kementerian/Lembaga. Sehubungan dengan hal tersebut perlu mengganti PP No.
21 Th. 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga.

Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan penyusunan RKD-


K/L yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi antara lain:

a. Penambahan ketentuan yang mengatur tentang Bagian Anggaran, baik


Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga maupun Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara;

b. Penambahan ketentuan yang mengatur mengenai konsep anggaran bergulir


yang diterjemahkan kedalam dua jenis atau kelompok kebijakan yang
meliputi kebijakan berjalan dan inisiatif baru;

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 21


c. Penyempurnaan proses sejak awal penyusunan RKA-K/L sampai dengan
disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran;

d. Penambahan ketentuan yang mengatur tentang perubahan RKA-K/L dalam


pelaksanaan APBN; dan

e. Penambahan ketentuan mengenai pengukuran dan evaluasi kinerja anggaran


serta penyelenggaraan sistem informasi yang terintegrasi.

5) Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses


Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional

Penjelasan Umum

Sebagai amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945, Pemerintah harus mampu untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara
melalui kegiatan pembangunan. Kegiatan pembangunan dilakukan dalam proses
manajemen pemerintah yang efektif dan efisien. Tahapan dalam proses
pemerintah antara lain adalah perencanaan dan penganggaran. Tahapan tersebut
diatur terpisah dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara serta Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Pengaturan yang terpisah ini
memunculkan masalah keterlepaskaitan antara perencanaan dan penganggaran.
Hasil telaah kelembagaan pentingnya sinergisme perencanaan dan penganggaran
mendapatkan bahwa secara kelembagaan institusi perencanaan dan
penganggaran terpisah dan saling mengisolasi. Bila dibandingkan dengan
kelembagaan yang menangani perencanaan dan penganggaran di banyak negara
di dunia, kelembagaan perencanaan dan penganggaran menjadi satu kesatuan
terintegrasi. Kelembagaan tersebut merupakan kepanjangan tangan dari Presiden
untuk melakukan kegiatan alokasi anggaran pemerintah ke prioritas yang disusun
oleh Presiden.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 22


Untuk pengalaman Indonesia, terlihat sekali bahwa perlu adanya integrasi dan
sinergi perencanaan dan penganggaran. Banyak fakta menunjukkan bahwa
pemindahan alokasi anggaran prioritas yang menyebabkan terjadinya penundaan
pencapaian pembangunan. Fakta besarnya belanja pegawai dan barang yang
meninggalkan jauh belanja modal, yang merupakan alokasi belanja untuk
kepentingan publik, terjadi di belanja pemerintah pusat (kementerian/lembaga)
dan belanja pemerintah daerah. Deviasi dan kekurangan orientasi terhadap
belanja publik memang dilihat penyebabnya adalah karena adanya disintegrasi
lembaga yang mengurusi perencanaan dan penganggaran. Pada kenyataannya di
lapangan masih terjadi duplikasi baik dalam penyusunan kerangka ekonomi
makro maupun dalam penyusunan kapasitas fiskal. Selain itu, alokasi anggaran
menjadi kendala dalam pencapaian Sasaran/Prioritas Pembangunan nasional,
dimana terjadi keterlepaskaitan saat terjadi pemindahan proses dari Renja-KL
menjadi RKA-K/L, permasalahan ini harus diselesaikan. Dalam sistem
perencanaan dan penganggaran juga harus dibangun kesiapan daerah dalam
menyusun rencana. Untuk itu, indikasi dana transfer harus diinformasikan diawal
sehingga dapat menjadi pijakan awal bagi daerah untuk menyusun rencananya.
Proses penyusunan perencanaan dan penganggaran harus dilakukan bersama-
sama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan
sehingga devisasi yang disebutkan di atas semakin bisa diperkecil. Hal yang
penting lainnya adalah pelaksanaan evaluasi kinerja kementerian/lembaga yang
didukung oleh sistem infomasi perencanaan dan penganggaran. Terhadap adanya
kondisi keterlepaskaitan tersebut perlu disusun regulasi untuk menjembatani
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional serta diperlukan adanya penyesuaian terhadap Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan dan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 23


Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Nasional.

6) Permendagri No. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,


Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Perda tentang RPJPD dan RPJMD serta Tata Cara Perubahan
RPJPD, RPJMD dan RKPD

Pembangunan daerah adalah usaha yang sistematis untuk pemanfaatan sumber


daya yang dimiliki daerah untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah sesuai dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya.

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses untuk menentukan


kebijakan masa depan, melalui urutan pilihan, yang, melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan, guna pemanfaatandan pengalokasian sumber daya yang
ada dalam jangka waktu tertentu di daerah.

Pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah adalah suatu proses pemantauan


dan supervise dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan serta
menilai hasil realisasi kinerja dan keuangan untuk memastikan tercapainya target
secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Evaluasi rancangan peraturan daerah adalah pengkajian dan penilaian terhadap


rancangan peraturan daerah RPJPD dan RPJMD untuk mengetahui kesesuaian
dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode
20 (dua puluh) tahun.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 24


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak dilantik sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja


Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

1. Tata cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah;

2. Tata cara evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD dan RPJMD;
dan

3. Tata cara perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD

Perencanaan pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan pembangunan


Daerah dalam rangka peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan publik dan daya saing Daerah.

7) Permendagri No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan


Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah

Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur adalah penggolongan, pemberian


kode, dan daftar penamaan terkait perencanaan dan keuangan daerah yang
disusun secara sistematis sebagai pedoman dalam penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan daerah dan keuangan daerah.

Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur perencanaan pembangunan dan


keuangan daerah merupakan perwujudan pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah yang didesentralisasikan sehingga pemanfaatannya akan sangat
mendukung proses penyelenggaraan: a) perencanaan pembangunan daerah; b)
perencanaan anggaran daerah; c) pelaksanaan dan penatausahaan keuangan

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 25


daerah; d) akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; e) pertanggungjawaban
keuangan daerah; f) pengawasan keuangan daerah; dan g) analisis informasi
pemerintahan daerah lainnya.

Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur terdiri atas:

• Urusan, bidang urusan, program, kegiatan, dan sub kegiatan

• Fungsi

• Organisasi

• Sumber pendanaan

• Wilayah administrasi pemerintahan

• Rekening

Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur

• menyadari bahwa dinamika perkembangan akibat perubahan kebijakan


maupun usulan daerah maka dibuka peluang dalam permendagri untuk
melakukan pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah mendapatkan pertimbangan
dari tim teknis lintas komponen

• berdasarkan usulan pemerintahan daerah dan/atau perubahan


kebijakan/peraturan perundang-undangan

Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur yang telah digunakan dalam


penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan yang telah ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini mulai
berlaku tetap digunakan dan dilakukan penyesuaian secara bertahap mulai tahun
2020. Dengan demikian Peraturan Menteri ini sudah mulai berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2020.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 26


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu yang pertama,
regulasi publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait. Kedua, tindakan
yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau aturan yang
dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik. Ketiga,
peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.

3.2 Saran

Sebaiknya permasalahan regulasi publik di Indonesia dapat diatasi dengan


memberikan sanksi yang sesuai dengan penyebabnya. Sehingga Regulasi publik yang
ada di Indonesia dapat dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik.

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 27


DAFTAR PUSTAKA

Kelompok 1. (2022). Makalah Regulasi Keuangan Publik. Tugas Mata Kuliah ASP,
Kelas B. Program Studi S2 Akuntansi Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Tadulako.

Arsana, I Putu Jati (2022). Teknik Praktis Penyusunan Rencana Strategis Perangkat
Daerah (Konsep dan Aplikasi dalam Perencanaan Pembangunan Daerah).
Bappeda Litbang Kab. Banggai

https://jdih.bappenas.go.id/data/monografi-
file/Regulasi_Perencanaan_dan_Penganggaran_-perbaikan_KR.pdf

https://setkpid.bantenprov.go.id/read/berita/201/Tahapan-Proses-Penyusunan-
Anggaran-Pemerintah-Daerah.html

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-25-2004-sistem-perencanaan-pembangunan-
nasional

https://hendrycsh.blogspot.com/2010/09/pp-no-40-tahun-2006.html

http://bappeda.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/2017/03/PP-No-8-Tahun-2008-
Tentang-Tahapan-Tata-Cara-Penyusunan-Pengendalian-dan-Evaluasi-
Pelaksanaan-Rencana-Pembangunan-Daerah.pdf

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2010/90TAHUN2010PP.HTM

http://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2017/17TAHUN2017PP.pdf

https://www.bimtekpusdiklatlsmap.com/bimtek-sosialisasi-permendagri-no-86-tahun-
2017-tentang-tata-cara-perencanaan-pengendalian-dan-evaluasi-pembangunan-
daerah/

https://dpmptsp.sumenepkab.go.id/web/data/regulasi/PERMENDAGRI/2Pemaparan
%20Ditjen%20Bina%20Bangda.pdf

Regulasi Publik dalam Tahapan Perencanaan Publik | 28

Anda mungkin juga menyukai