Oleh Kelompok 4:
Anton 2010
Gusdalimah 2010
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks yang lain, PABU yang telah diwujudkan dalam bentuk
standar akan membantu para akuntan dalam menerapkan prinsip-prinsip yang
konsisten pada entitas yang berbeda. PABU merupakan standar yang harus diikuti
dimanapun profesi akuntan berada, kecuali jika keberadaan membenarkan adanya
pengecualian terhadap standar yang ada. Jika manajemen suatu perusahaan atau
organisasi merasa bahwa keadaan yang dihadapi tidak memungkinkan adanya
2
ketaatan terhadap standar yang ada, pengecualian dapat dilakukan tentu saja
disertai dengan pengungkapan yang memadai.
Untuk organisasi nirlaba (yang dimiliki perorangan atau swasta), IAI telah
menerbitkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 45 (PSAK No 45)
tentang organisasi nirlaba. PSAK ini berisi tentang kaidah-kaidah serta prinsip-
prinsip yang harus yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat
laporan keuangan. Namun, PSAK No 45 tersebut belum mengakomodasi praktik-
praktik akuntansi yang diperlukan dalam suatu entitas yang dimiliki pemerintah,
baik itu lembaga pemerintahan maupun organisasi nirlaba yang dimilikinya
(misalnya rumah sakit atau universitas). Oleh karena itu, pemerintah mencoba
menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).
1.3 Tujuan
3
BAB II
ISI
4
publiksebgai alat untuk memperlancarjalannya siklus akuntansi sector publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.
Sebagai sebuah siklus, tahapan dalam akuntansi sector publik saling terkait
dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagi contoh, hasil perencanaan yang tidak
baik akan mengakibatkan buruknya tahapan penyusunan anggaran. Karena itu,
peran regulasi sector publik pada sikulus akuntansi sector publik ini sangatlah
besar. Peran itu akan menjadi dasar pendukung utama bagi berhasil tidaknya
perjalanan siklus akuntansi sector publik.
Regulasi dalam akuntansi sector publik adalah instrument aturan yang secara
sah ditetapkan oleh organisasi publik ketika menyelenggarakan perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan
keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik.
1. Perumusan masalah
5
Tahapan siklus ASP Permasalahan Pihak Terkait
6
pengadaan barang dan
jasa
Ketidaktepatan waktu Mengacaukan jadwal Penertiban penyusunan
pelaporan kegiatan organisasi laporan keuangan
Kurangnya bukti Ketidakpercayaan publik Perbaikan sitem
akuntansi dan
pengarsipan dokumen
transaksi
Keterbatasan Respon masyarakat minim Perluasan akses
pendistribusian informasi informasi
3. Prosedur pembahasan
7
Terdapat tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik , yaitu
dengan lingkup tim teknis pelaksana organisasi publik(eksekutif), dengan
lembaga legislative (dewan penasehat), dan dengan masyarakat. Pembahasan
dalam lingkup tim teknis adalah yang lebih mereprentasi kepentingan
eksekutif(manajmen). Setelah itu, dilakukan publik hearing (pengummpulan
pendapat masyarakat). Pembahasan pada lingkup legislatif dan masyarakat
biasanya sangat sarat akan kepentingan politis.
8
2. Hak untuk memungut sumber-sumber 2) Memajukan kesejahteraan
keuangan, seperti pajak, bea dan cuka. umum
9
Nomor 45 (PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. PSAK Ini berisi akidah-akidah
atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat
laporan keuangan. Selain itu juga lahir undang-undang yang mengatur tentang
organisasi nirlaba lainnya seperti yayasan, perguruan tinggi, partai politik, dsb.
10
terikat maupun yang tidak terikat penggunaanya. Pertanggungjawaban pengelola
mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari
para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi
dalam kelompok aktiva bersih. Pernyataan ini bertujuan mengatur pelaporan
keuangan organisasisektor publik. Dengan adanya standar pelaporan, laporan
keuangan organisasi sector publik diharapkan dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
2. Regulasi Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota Yayasan dapat melakukan
kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara
mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.
Pasal 5 ayat 1 (UU No. 28 Tahun 2004): "Kekayaan Yayasan baik berupa
uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan
Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain
yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas."
Merupakan perubahan dari Pasal 3 ayat 2 UU No. 16 tahun 2001 yang
menyebutkan bahwa "Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha
kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas."
maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
jangka waktu pendirian;
11
d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas;
hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan
setelah pembubaran.
Pengertian dari Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh
warga negara republik !ndonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
untuk memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara
melalui Pemilihan umum. Tujuan umum partai politik adalah mewujudkan cita-
cita nasional bangsa ndonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-
undang Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah
memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Terdapat tiga sumber keuangan partai pollitik yakni (1) iuran anggota; (2)
sumbangan perseorangan dan badan usaha; serta (3) bantuan keuangan negara.
Landasan hukum pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yakni melalui
Undang-Undang nomor 2 Tahun 2008 yang diatur dalam UU 2/2011 tentang
Partai Politik. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan Kepada Partai Politik merumuskan bahwa bantuan keuangan partai
politik yang bersumber dari APBN/APBD diberikan secara proporsional dengan
12
menghitung jumlah kursi di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara.
4. Regulasi LSM
Pada dasarnya, alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat
dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu pertama, melalui mekanisme pasar
(market mechanisme) dan kedua, mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism).
Dengan sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai
mekanisme yang dapat mendorong pemakaian sumber daya secara efisien
(Musgrave & Musgrave, 1984), (Brown dan Jackson, 19860). Namun ternyata
masih terjadi kegagalan pasar (market failures) dalam mengalokasikan sejumlah
barang dan jasa, seperti ‘publik goods’ beserta eksternalitasnya. Jenis barang dan
jasa inilah, beserta jumlah ‘mixed goods’, yang dialokasikan ke masyarakat
melalui mekanisme birokrasi.
13
kepentingan seluruh warga dalan skala luas, syukur kalau bisa dinikmati warga
secara gratis, misalnya udara bersih, air bersih, dan lingkungan yang aman.
Sedangkan barang swasta adalah barang spesifik yang dimiliki oleh swasta.
Sifatnya eksklusif dan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu
membelinya, yaitu harus untung sebesar-besarnya, misalnya perumahan mewah,
villa, dan hotel.
Adalagi barang yang setengah kolektif yang dimiliki oleh swasta atau
milik patungan swasta dan pemerintah. Seharusnya barang ini tidak boleh bersifat
eksklusif, dan pemerintah harus ikut menentukan harga penjualannya, yang
biasanya tidak terjangkau oleh rakyat kecil, misalnya sekolah swasta, dan rumah
sakit swasta.
Pada dasarnya, swasta akan merasa hanya bertanggung jawab atas biaya
dan manfaat yang menguntungkan dirinya sendiri. Swasta umumnya tidak peduli
terhadap biaya dan manfaat sosial, misalnya kerusakan lingkungan, baik lokal
maupun dalam skala wilayah yang lebih luas lagi, yang diakibatkan oleh proses
produksi barang swasta tersebut. Mereka menganggap biaya dan manfaat sosial
ini akan mengurangi keuntungan (opportunity cost), apalagi biaya dan manfaat
sosial ini sulit dihitung dan tidak ada padanan harganya di pasar. Swasta akan
bersedia bertanggung jawab terhadap biaya dan manfaat sosial yang telah diatur
dalam perundang-undanga atau peraturan formal.
Siapa yang akan membayar suatu pelayanan (baik sektor swasta maupun
pemerintah) ditentukan oleh apakah barang itu milik swasta atau pemerintah.
Barang (atau pelayanan) publik (publik good) diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat luas. Oleh karena itu, pemerintah menjamin mutu barang/pelayanan
publik yang diberikan. Barang (atau pelayanan) swasta (private good) biasanya
dipergunakan hanya oleh konsumen, dimana harga pasar merupakan konsensus
yang ditentukan oleh konsumen dan produsen.
14
Suatu barang dikategorikan sebagai barang ‘swasta’ atau ‘publik’ dalam
kaitannya dengan tingkat excludability dan persaingannya. Tingkat excludability
suatu barang ditentukan dengan kondisi dimana konsumen dan produsen barang
atau pelayanan bisa memastikan bahwa orang lain tidak memperoleh manfaat dari
barang/pelayanan tersebut. Apabila tingkat excludability rendah, maka
‘penumpang gratis’ dapat diidentifikasi sebagai permasalahan. Sebagai contoh,
penyelenggaraan sebuah konser musik ditempat terbuka; dengan menggunakan
biaya tertentu dalam bentuk penjualan karcis kepada penonton, ‘penumpang
gratis’ diharapkan tidak terjadi; namun ketika suara musik melampaui ruangan,
maka warga sekitar menjadi ‘penumpang gratis’.
Jika suatu barang memiliki daya saing yang tinggi, barang tersebut
dipergunakan secara perorangan; apabila daya saingnya rendah, barang tersebut
dapat dimanfaatkan secara bersama-sama. Sebagai contoh, taman umum daya
saingnya rendah, sedangkan alat ‘walkman’ daya saingnya tinggi.
Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing
rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut dapat
dipergunakan banyak orang, seperti pertahanan nasional. Barang publik ini
dimanfaatkan oleh banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik.
Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods.
Barang ini bisa digunakan bersama-sama, namun yang memanfaatkannya tetap
dikenakan biaya, seperti jalan tol. Banyak orang yang bisa menggunakannya
secara bersamaan, tetapi setiap orang yang melewatinya harus membayar uang tol.
Barang atau pelayanan yang bisa dimanfaatkan cesara bersama-sama cenderung
membutuhkan investasi dalam skala besar, sehingga organisasi sektor publik
mampu berinvestasi untuk membangun pelayanan semacam itu. Dalam kasus
system Build-Operate-Transfer, organisasi sektor publik melakukan investasi
15
yang diperlukan, dan organisasi swasta menjalankannya dengan mengenakan
biaya pada pemakai.
Penyedia layanan
16
Barang atau pelayanan yang dibiayai secara publik dapat dikontrakkan kepada
sector swasta (misalnya, sekolah pemerintah menerima pembayaran dari orang tua
murid dalam bentuk ongkos pemakai layanan). Sector swasta memiliki
kecenderungan bekerja lebih efisien dan efektif, karena:
1. Pelanggan tidak mampu menilai mutu pelayanan. Jika hal ini terjadi,
sector publik harus menetapkan sejumlah standar mutu untuk melindungi
konsumen.
2. Tidak terjadi persaingan antara para pemberi pelayanan. Jika terjadi
monopoli secara alamiah (karena kecilnya pasar atau diperlukannya
investasi yang besar untuk memasuki pasar), maka sector swasta kurang
dapat insentif untuk dapat beroperasi secara efisien. Ini berarti bahwa
sector swasta tidak menjamin terpenuhinya standar harga, mutu, dan
persaingan.
3. Terdapat faktor luar yang negatif yang mempengaruhi pelayanan. Contoh
paling umum dari pengaruh factor luar adalah polusi. Jika pemberian suatu
pelayanan atau produk mempunyai dampak (positif atau negatif) terhadap
orang lain yang bukan produsen ataupun konsumen barang atau pelayanan
itu, maka itulah yang disebut factor luar. Apabila factor luar itu negatif
seperti polusi, maka pemerintah harus mengintervensi untuk
menghilangkan factor tersebut, atau paling tidak menjamin bahwa orang-
orang yang terkena dampaknya diberi ganti rugi yang pantas.
Dalam kasus semacam ini, pemerintah harus menimbang antara biaya relative
dan manfaat dari mengontrol pemberian pelayanan/barang oleh sector swasta atau
langsung diberikan oleh sector publik. Misalnya, dalam kasus dimana mutu
17
pelayanan sulit diukur, kerap kali akan lebih murah jika pemerintah memberikan
sendiri pelayanan itu daripada memonitor pengadaannya oleh sector swasta.
18
Anti Korupsi, dan (e) pembentukan Kemitraan bagi pembauran tata pemerintahan
di Indonesia yang didukung oleh UNDP, Bank Dunia, dan ADB.
Demikian pula, dalam bidang pengadaan barang dan jasa, pemerintah telah
menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaa Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai
penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 tahun
2003. Peraturan-peraturan tersebut merupakan implementasi dari UU No 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, UU No 5 Tahun 2000 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat, UU No 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi,
Nepotisme; semuanya ditujukan untuk mengatur pengguna barang atau jasa dan
penyedia barang atau jasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta
peranan masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang atau jasa yang
dibutuhkan Instansi Pemerintah.
Keppres No 61 Tahun 2004 telah mengatur dengan tegas dan jelas mengenai
prosedur pengadaan barang atau jasa termasuk pembinaan dan pengawasannya.
Peranan asosiasi dunia usaha yang telah mengenal dan mengerti tentang
pentingnya manajemen usaha yang professional perlu dioptimalkan. Asosiasi
dunia usaha perlu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam
pembangunan.
19
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi
stakeholder sector publik,mereka membutuhklan informasi yang lebih bervariasi,
handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggungjawab
akuntan sector publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi
kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.
20
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian
ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya
tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi yang berguna
untuk menilai kinerja.
6. Memebrikan informasi mengani bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya akas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.
21
Laporan keuangan pemerintah dalam beberapa hal berbeda dengan laporan
keuangan pada sector swasta. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan jenis-jenis
laporan keuangan, elemen laporan keuangan, tujuan pelaporan keuangan, dan
teknik akuntansi yang digunakan. Disamping memiliki beberapa karakteristik
yang berbeda, kedua sector juga memiliki persamaan yaitu kedua-duanya
membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman membuat laporan
keuangan. Siklus akuntansi pada kedua sector tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
22
5. Surah berharga/efek dan investasi jangka panjang
6. Tanah, bangunan, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa.
23
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan jasa, penjualan
barang, sumabngan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pembatasan terhadap penggunaan aktiva bersih
tidak terikat dapat bersal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan
organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual
dengan pemasok, kreditor, dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
informasi mengenai batasan-batasan tersebut umunya disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan..
2. Laporan aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat
aktiva bersih.
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
3. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama denga
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi kinerja
selama satu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi
dalam memberikan jada serta menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja
pengelola.
Laporan aktivitas mencakup organisai sector publik secara keseluruhan
dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama satu periode. Perubahan
aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas
dalam laporan posisi keuangan,.
Perubahan kelompok aktiva bersih
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat
permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam satu periode.
Laporan aktivitas menyajikan pendaptan sebagai aktiva bersih tidak
terikat, kecuali penggunaannya dibatsi oleh penyumbang dan menyajikan
beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
24
Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporen tergantung da tidaknya pemabtasan.
Dalam hal ini, sumbangan terikat yang pembahasannya sudah tidak
berlaku lagi dalam periode yang sama dapat disajikan sepanjang disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari
investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau
pengurang aktiva bersih tidak teriakt, kecuali penggunaanya diabatasi.
Klasifikasi pendapatan , beban, keuntungan, dan kerugian dalam
kelompok aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi
tambahan dalam laporan aktivitas. Sebgai contoh, dalam suatu kelompok
atau beberapa kelompok peruabahan aktiva bersih, organisasi dapat
mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau
nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah
direalisasi atau belum terealisasi, berulang atau tidak berulang, atau
bengan cara lain.
25
Klasifikasi secra fungsional dapat membantu para penyumbang, kreditor,
dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa serta penggunaan sumber
daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secar fungsional, organisai
nirlaba juga dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai
beban menurut sifatnya. Misalnya berdasarkan gaij,sewa, listrik, bunga,
dan penyusutan.
Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian
jasa. Aktivitas pendukung umumnya meliputi aktivitas pengelolaan dan
umum, pencairan adana, serta pengembangan keanggotaan.
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas
dengan tambahan berikut ini:
1. Aktivitas pembiayaan
a. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaanya dibatasi untuk
jangka panjang.
b. Penerimaan kas dari sumbangan dan pendpatan investasi yang
penggunaanya dibatasi untuk perolehan proyek pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi.
c. Bunga dan dividen yang dibatsi penggunaanya utnuk jangka panjang.
2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pembiayaan
nonkas, serta membangun berupa bangunan atau aktiva organisasi.
a. Aktivitas investasi
26
Aktivitas ini meliputi pemberian dan penagihan pinjaman,pembelian tau
perwakafan tanah, bangunan, dan peralatannya, yakni aktiva yang
digunakan untuk menyelenggrakan pelayaan bagi masyarakat.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi harus
dialakukan agar menyajikan seberapa besar arus kas yang telah
dikeluarkan utnuk memperoleh sumbewr daya, yang dimaksudkan untuk
menigkatakan pelayanan masa depan organisai sector publik.
Contoh-contoh aruskas yang bearsal dari aktiviatas investasi:
Pembayaran kas untuk mendapatkan bangunan dan peralatan,
aktiva tidak berwujud, serta aktiva jangka panjang. Pembayaran ini
termasuk yang berkaitan dengan dana pengembangan bangunan
dan perlatan yang dibuat sendiri.
Kas dibayar dimuka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak-
pihak lain.
Penerimaan kas dari pembayaran kembali kas dibayar dimuka dan
pinjaman yang diberika kepada pihak lain.
Pembayaran kas untuk kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktiva
pembiayaan.
Penerimaan kas untu kontrak future, kontrak forward, kontrak
option, dan kontrak swap kecuali kontrak tersebut dimiliki untuk
tujuan bisnis, atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktivitas
pembiayaan.,kkt
b. Aktivitas pembelanjaan/pembiayaan
Meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan bagi masyarakat,
meminjam uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan
membayare kembali jumlah yang dipinjam, serta memperolehdan
membayar sumber-sumber lainnya.
Aktivitas pembiayaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pembiayaan harus dilakukan agar berguna dalam
27
memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana yang
tersedia untuk organisasi sector publik.
c. Aktivitas operasi
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam
aktivitas investasi serta pembayaran. Aktivitas operasi umumnya meliputi
penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya dalah
dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang diperhitungkan.
Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indicator utama seberapa besar operasi suatu organisasi sector publik
didanai oleh :
1. Hibah, atau
2. Dana dari donator yang dilayani oleh organisasi sector publik.
Posisi keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,
kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
28
Aktiva
Manfaat ekonomi dimasa depan yang terwujud dalam aktiva adalah
potensi aktiva tersebut untuk memeberikan sumbangan, baik langsung
maupun tidak langsung, dan arus kas bagi organisasi sector publik. Potensi
tersebutdapat berbentuk sesuatu yang menghasilkan layanan, sekaligus
merupakan bagian dari aktivitas operasi organisasi sector publik. Potensi
itu juga mungkin berbentuk sesuatau yag dapat diubah menjadi kas atau
setara kas atau berbentuk kemapuan untuk mengurangi pengeluaran kas
organisasi.
Organisasi sector publik biasanya menggunakan aktiva dalam
menyelenggarakan kegiatan rutin masyarakat. Jadi masyarakat dalam hal
ini juga memeberikan sumbangannya kepada arus kas organisasi sector
publik.
Aktiva organisasi sector publik berasal dari sumbangan masyarakatdan
donator laainnya. Akan tetapi transaksi atau peristiwa lainjuga dapat
menghasilkan aktiva sep[erti property yang diterima suatu organisasi
sector publik.
Kewajiban
Karakteristik penting dari kewajiban adalah bahwa organisasi sector
swasta mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas
atau tanggungjawab untuk bertindak atau melaksankan susuatu dengan
cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebgai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban muncul dari transaksi atau peristiwa di masa lalu, seperti
pemberian sumbangan masyarakat kepada organisasi sector publik.
Beberapa kewajiban hanya dapat diukur dengan menggunakan perkiaraan
dalam derajat yang luas.
Ekuitas
Meskipun definisi ekuitas sebelumnya disebut sebgai residu, ekuitas dapat
disubklasifikasikan dalam neraca. Klasisfikasi semacam itu dapat menjadi
relevan bagi kebutuhan pengambilan keputusan serta dapat merefleksikan
fakta bahwa pihak-pihak dengan hek kepemilikannya masing-masing
29
memiliki hak yang berbeda dalam hubungannya dengan pelayanan
masyarakat.
Pembentukan cadangan untuk memberikan perlindungan tambahan kepada
organisasi sector publik. Eksistensi serta besarnya cadangan merupakan
informasi yang relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan.
Kinerja
Pendapatan/penghasilan bersih ditambah dengan pelayanan sering kali
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebgai dasar bagi ukuran lain
seperti investasi. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran
pendpatan/penghasilan versih adalah pendapatan dan beban.
Unsur pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan manfaat organisasi
sector publik selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang menyebabkan
kenaikan ekuitas. Sedangkan beban adalah penurunan manfaat organisasi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva, atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas.
Pendapatan
Meliputi seluruh pendapatan (revenues). Pendapatan timbul dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi sector publik yang biasa dan dikenal
dengan sebutan fundraising.
Beban
Beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas organisasi yang biasa meliputi beban pokok pelayanan dan
penyusutan. Kerugian yang memenuhi definisi beban terjadi karena
penurunan manfaat atau lainnya. Kerugian dapat timbul karena bencana
kebakan, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
Organisasi sector public nonpemerintah semakin berkembang dan
kompleks. Berkembangnya organisasi sector public pasti memerlukan sebuah
regulasi atau peraturan yang dapat memayungi kebutuhan akan jaminan
kelangsungannya. Setiap organisasi pasti memiliki regulasi baik yang ditetapkan
oleh perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh manajemen organisasi
public itu sendiri. Regulasi public yang telah dibuat akan menjadi acuan atau
dasar dalam melaksanakan kegiatan organisasi public.
Ada tiga jenis laporan yang harus dibuat oleh akuntan public, yakni
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas. Masing-masing
laporan memiliki tujuan atau kegunaannya sendiri. Dalam menyusun laporan
keuangan sector public ada tiga tahapan yang harus diikuti yakni perencanaan,
pengolahan, dan pengkomunikasian. Pengkomunikasian ini sebgai bentuk
pertanggungjawaban organisasi sector public.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
31
Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik New Edition. Jakarta: Salemba
Empat.
32