Usn Baru
Usn Baru
Disusun oleh :
MAN 1 KOLAKA
KOLAKA/SULAWESI TENGGARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul "Mengenal potensi kolang kaling : Pemanfaatan Kulit Buah Kolang Kaling
Menjadi Pupuk Kompos Untuk Mendukung Pembangunan pertanian Berkelanjutan di
Sulawesi Tenggara" Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
KAJIAN PEMANFAATAN KULIT BUAH KOLANG KALING (Arenga
pinnata) MENJADI PUPUK KOMPOS UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI SULAWESI
TENGGARA
TUMBUHAN
MAN 1 KOLAKA
ABSTRAK : Kolang Kaling merupakan biji muda dari buah pohon aren (Arenga
pinnata). Masyarakat dari berbagai daerah biasanya mengolah Kolang Kaling untuk
di konsumsi dan meningkatkan perekonomian. Meningkatnya permintaan konsumen
terhadap produk buah kolang kaling, menyebabkan semakin banyak pula limbah
kulit Kolang Kaling yang dihasilkan. Limbah kulit Kolang Kaling ini menumpuk dan
terbuang begitu saja. Oleh karena itu kita harus memperhatikan pengelolaan terhadap
limbah kulit Kolang Kaling agar menjadi limbah yang berguna untuk masyarakat.
Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun, antara lain adalah
kelangkaan pupuk di musim tanam dan harga pupuk yang cenderung meningkat. Di
sisi lain, penggunaan pupuk kimia juga menyebabkan kesuburan tanah dan
kandungan bahan organik tanah menurun. Diperkirakan kandungan bahan organik
menurun hingga 1% padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%.
Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan masalah efisiensi pupuk yang rendah,
aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya
produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat. Untuk
mengatasi masalah ini dengan menambahkan bahan organik ke lahan pertanian.
Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian sampah
organik yang terdiri atas daun, jerami, alang-alang, rumput, dedak padi, sulur, dan
bahan organik lain. Pengomposan bisa terjadi secara alami, namun ketika ada
tindakan dari manusia seperti penambahan mikroorganisme pengurai, pengomposan
terjadi lebih cepat. Di dalam limbah kulit Kolang Kaling mengandung berbagai unsur
yang dibutuhkan tanaman. Kulit buah Kolang Kaling mengandung lignin, selulosa,
dan hemiselulosa serta asam oksalat. Di mana kandungan dari limbah kulit Kolang
Kaling ini berpotensi menjadi pupuk organik sekaligus sebagai pestisida organik.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi pustaka dan eksperimentasi. Pembuatan inovasi pupuk
kompos yang berbahan dasar kulit Kolang Kaling bertujuan mengurangi limbah
serta menghasilkan pupuk organik yang dapat membantu permasalahan pertanian
sehingga dapat mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang sejak dahulu dikenal sebagai negara
agraris. Negara agraris meruapakan negara yang bertumpu pada sektor pertanian.
Hal itu dikarenakan, hasil pertanian dan perkebunan dikenal sangat melimpah di
negara ini hingga bisa diekspor ke beberapa negara.Sehingga hal itu bisa
meningkatkan ekspor dan pendapatan ekonomi negara Indoensia dan menjadi
penopang hidup masyarakat Indonesia khusunya para petani. Karena Indonesia
menjadi negara agraris dan unggul di sektor pertaniannya maka banyak daerah
daerah di Indonesia sebagai lumbung padi dan berasnya bagi Indonesia.
Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor pertanian menjadi
penting dalam proses pembangunan, yaitu; sektor pertanian menghasilkan produk
yang diperlukan sebagai input sektor lain, terutama sektor industri (Agroindustri),
sebagai negara agraris populasi disektor pertanian (pedesaan) membentuk
proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk-
produk dalam negeri terutama produk pangan. Sejalan dengan itu ketahanan
pangan yang terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor
pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan komparatif
dibanding negara lain. Proses pembangunan yang ideal mampu menghasilkan
produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komperatif baik untuk
kepentingan ekspor maupun substitusi impor (Tambunan, 2009).
TINJAUAN PUSTAKA
Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat bermanfaat baik biji, daun,
kulit, akar, batang (Lempang 2012). Saat ini tercatat ada empat jenis pohon yang
termasuk kelompok aren, yaitu : Arenga Pinnata (wumb), Arenga Westerhoutii
Grift dan Arenga Ambcang Becc. Diantara jenis tersebut yang sudah dikenal
manfaatnya adalah Arenga pinnata yang dikenal sehari-hari dengan arena atau
enau. Tanaman aren dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk,
biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung
Malaya), kawung, taren, akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi),
moka, moke, tuwa, tuwak (Nusa Tenggara).
Buah yang akan diolah menjadi kolang kaling memiliki ciri-ciri, antara lain
kulit biji buah yang tipis, berwarna kuning, teksturnya lunak, endosperm (inti biji)
berwarna putih sedikit kenyal. Kolang kaling dihasilkan lebih tepatnya dari
endosperm biji buah aren yang kemudian melalui proses pengolahan, seperti
direbus atau dibakar agar getahnya hilang dan dihasilkan kolang-kaling dengan
tekstur yang lunak,kenyal dan berwarna putih agak bening (Anova & Kamsina,
2019). Untuk kolang kaling yang teksturnya agak keras merupakan kolang kaling
setengah matang yang umurnya berkisar 16-18 bulan (Torio et al., 2006).
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Ordo Arecales
Famili Arecaceae
Genus Arenga
Spesies Arenga pinnata
Tabel 2.1 Klasifikasi kolang kalling
Kolang kaling merupakan biji dari bauh pohon arenyang termasuk suku
Arecacea (palame). Pohon ini sangat bermanfaat mulai dari akar, batang, daun,
dan bijinya. Meningkatnya permintaan masyarakat, karena masyarakat telah
mengetahui manfaat kolang kaling yang tinggi untuk kesehatan. Banyaknya
manfaat dari kolang kaling inilah menyebabkan permintaan kolang kaling
meningkat. Banyaknya kolang kaling yang dihasilkan sejalan dengan banyaknya
kulit yang terbuang. Perhatian masyarakat terhadap limbah kulit kolang kaling
sangat rendah. Kulit kolang kaling selama ini terbuang begitu saja dan
mengalami pembusukan disekitar pengolahan limbah kulit kolang kaling.
Kulitnya menumpuk dan menggunung sebagai sampah, sebagian masyarakat
membuangnya ke parit, sungai dan pembuangan sampah. Masyarakat kurang
menyadari adanya limbah kulit kolang kaling ini menyebabkan pencemaran
lingkungan. Masyarakat belum tahu manfaat kulit kolang kaling yang seharusnya
kulit koalng kaling juga harus dimanfaatkan.
Kulit buah kolang kaling mengandung berbagai unsur yang diperlukan
tanaman. Kulit buah kolang kaling mengandung lignin, selulosa dan
hemiselulosa. Kandungan ini sangat bermanfaat sebagai pupuk dan pestisida
alami. Selain sebagai pembasmi hama, esktrak oksalat. Kandungan ini sangat
bermanfaat sebagai pupuk dan pestida alami. Selain sebagai pembasmi hama,
ekstrak kulit kolang kaling juga bsa bermanfaat sebagai pembasmi gulma
(Fitriani & Maria, 2021). Pembuatan kompos dengan melalui beberapa tahap
fermentasi dengan mengunakan beberapa bahan antara lain, limbah kulit kolang,
larutan efectiv microorganism 4 (EM4), merupakan mikroorganisme
perombakan bahan organic atau activator yang dimanfaatkan unutuk
pengomposan agar berjalan dengan cepat dan efesien. Pupuk kompos ini
harapannya dapat memberikan solusi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat untuk penerapan sendiri maupun menjangkau pemasaran produk di luar
daerah (Indriani, 2008).
Sumber : KajianPustaka.com
Kompos merupakan bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah
mengalami proses pelapukan arena adanya interaksi antara mikroorganisme
(bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya (Murbandono, 2007). Pupuk
kompos baik digunakan karena berbagai alasan seperti tidak merusak lingkungan,
tidak memerlukan banyak biaya, proses pembuatan yang mudah dan bahan yang
tidak sulit ditemukan. Bahan organik (kompos) merupakan salah satu unsur
pembentuk kesuburan tanah dan untuk menghasilkan tanah yang subur, maka
perlu ditambahkan bahan organik yang merupakan penyangga yang berfungsi
memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pengomposan adalah
proses penguraian bahan organik oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi (Dewi & Treesnowati, 2012). Bahan
organik yang dimaksud seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-
rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan
yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos
mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Penggunaan kompos
sebagai bahan pembenah tanah (soli conditioner) dapat meningkatkan kandungan
bahan organik sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah
pertanian. Pengomposan merupakan upaya yang sudah ada sejak lama digunakan
untuk mereduksi sampah organik (Caceres et al., 2015).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
> Pupolasi dalam penelitian ini, yaitu masyarakat Kab. Kolaka, Prov, Sulawesi
Tenggara.
> Sampel dalam penelitian ini, yaitu, masyarakat di Kel. Laloeha, Kec. Kolaka,
Kab. Kolaka,Prov. Sulawesi Tenggara.
Terdapat dua metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan suatu kegiatan dan pemilihan secara teratur
dengan cara menggunakan bahan-bahan dokumentasi seperti buku, internet,
dan lain-lain.
2. Eksperimen
3.5.1 Alat
- Pisau
- Wadah
- Penyaring
-Sarung Tangan
3.5.2 Bahan
- air bersih
-Tanah
-EM4
Dalam pembuatan produk agar tetap sesuai dengan katakteristik produk standar
harus tetap menggunakan resep sebagai acuan. Dan dalam pembuatan produk ini
menggunakan resep dari sumber-sumber yang telah terpercaya resepnya baik
makalah, jurnal, buku atau sumbr-sumber lainnya.
1. Pembuatan Produk
Dalam pembuatan produk ini dilakukan dengan resep yang telah ditentukam.
Tahap pembuatan dilakukan mulai dari tahap pencucian, pemotongan,
pengeringan, hingga tahap akhir yaitu pengemasan.
2.Pengujian Produk
Menghasilkan produk yang di gemari dan di sukai oleh keluarga dan masyarakat
di kel. Laloeha kec. Kolaka kab. Kolaka. Sulawesi Tenggara.
3.7 Skema
Kulit Buah
Kolang Kaling
(Arenga pinnata)
Memperkuat Struktur
Tanaman dalam Membantu
menahan serangan Menyusun dinding
mikroba dan tekanan sel tumbuhan
okisdasi
Bermanfaat Bagi
masyarakat
Data pengumpulan adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Dalam mendapatkan data dalam penelitian, maka peneliti
menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah cara mengumpulkan
data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termaksud juga buku-
buku tentang pendapat teori, dalil, atau hokum-hukum dan lain-lain (Margono,
2010)
3.9 Teknik Analisis Data
PEMBAHASAN
Kolang Kaling merupakan biji muda dari buah pohon aren (Arenga pinnata).
Aren termasuk dalam suku Arecaceae (palmae). Karena masyarakat sudah
mengetahui manfaat kolang kaling yang tinggi untuk kesehatan seperti menjaga
sistem pencernaan makanan, menjaga sistem kekebalan tubuh, mencegah
anemia, menjaga kadar guladarah, mengobati radang sendi, mencegah dehidrasi,
dan menghasilkan cadangan energi.Banyaknya manfaat dari kolang kaling inilah
menyebabkan permintaan kolang kaling meningkat. Banyaknya kolang kaling
yang dihasilkan sejalan dengan banyaknya kulit yang terbuang.
Perhatian masyarakat terhadap limbah kulit kolang kaling sangat rendah. Kulit
kolang kaling selama ini terbuang begitu saja. Terbuang dan mengalami
pembusukan disekitar pengolahan kolang kaling. Kulitnya menumpuk dan
menggunung sebagai sampah. Kulit buah kolang kaling mengandung berbagai
unsur yang diperlukan tanaman. Kulit buah kolang kaling mengandung lignin,
selulosa, dan hemiselulosa serta oksalat. Kandungan ini sangat bermanfaat
sebagai pupuk dan pestisida alami. Selain sebagai pembasmi hama, ekstrak kulit
kolang kaling juga bisa bermanfaat sebagai pembasmi gulma. limbah kulit buah
kolang kaling juga mengandung asam oksalat, hal ini memungkinkan pupuk
organik yang dihasilkan dari limbah kulit buah kolang kaling berpotensi menjadi
pupuk organik yang sekaligus sebagai pestisida organik. Jadi limbah kulit kolang
kaling dapat diubah menjadi pupuk kompos.
Tabel 4.1 Spesifikasi Pupuk Kompos Dari Limbah Kulit Kolang Kaling
No Karakteristik Spesifikasi
1 Warna Kehitaman
2 Aroma Tidak menyengat tetapi mengeluarkan
aroma seperti bau tanah
3 Tekstur Remah
Sumber : Dokumen pribadi
Dalam pengolahan pupuk ini bahan yang digunakan adalah buah kolang
kaling sebagai bahan baku utamanya. Buah kolang kaling yang dipilih yang masih
segar.
1. Siapkan buah kolang kaling untuk dicuci sampai bersih dari getah .
2. kemudian masak kolang kaling tersebut kurang lebih sekitar 1 jam lalu
3. angkat dan simpan didalam saringan agar air dan buah kolang kaling tidak
menyatu, setelah itu
4. diamkan buah kolang kaling sampai tidak terlalu panas, kemudian belah 2
buah kolang kaling,
5. lalu pisahkan antara buah dan kulit, buahnya kita siman di dalam kulkas
kemudian
6. kulit kolang kaling kita potong kecil kecil agar cepat terurai
7. Siapkan wadah tertutup agar pupuk kompos tidak terkena matahari langsung
8. Setelah limbah kolang kaling sudah di potong kecil, masukan tanah ke dalam
wadah lalu masukan juga limbah kulit buah kolang kaling. Lakukan hal tsb
sebanyak 4x
9. Setelah itu campurkan air, cairan EM4 dan masukan ke dalam tempat
penyemprotan lalu semprotkan ke dalam pupuk yang telah kita buat tadi lalu
aduh agar semprotannya merata
10. Jika semuanya telah dilaksanakan tutup kembali wadah agar tidak terkena
matahari langsung, dan diamkan kurang lebih selama 3 minggu
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran