Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AFIKSASI PEMBENTUKAN ADJEKTIVA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Morfologi


Dosen Pengampu: Drs. H. Mustamil, M.Pd.

Disusun oleh:

Endang Sukati 2188201076


Gustiawan Maula Rizki 2188201078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA
IINDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt senantiasa kita ucapkan. Atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kita
curahkan pada Rasulullah Saw. Risalah beliaulah yang bermanfaat bagi kita semua
sebagai petunjuk menjalani kehidupan dan semoga syafaatnya mengalir pada kita
kelak.

Makalah dengan judul “AFIKSASI PEMBENTUKAN ADJEKTIVA” dibuat


untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Makalah ini kami
susun dengan menggunakan berbagai referensi baik berupa jurnal, buku maupun
sumber bacaan lainnya.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan baik dalam penulisan, baik isi maupun bahasa. Maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca dan semoga dapat menjadi sumber
rujukan yang menambah wawasan pengetahuan mengenai klasifikasi kata kelas
terbuka. Mudah-mudahan amal baik kita mendapat Ridho dan Magfiroh-Nya.
Amiin.

Indramayu, 10 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Pengertian Afiksasi ................................................................................... 3
2.2. Dasar Adjektiva Berprefiks pe- ................................................................ 3
2.3. Dasar Adjektiva Berprefiks se- ................................................................ 4
2.4. Dasar Adjektiva Berprefiks -an ................................................................ 5
2.5. Dasar Adjektiva Berprefiks ter-................................................................ 6
2.6. Dasar Adjektiva Berklofiks ke-an ............................................................ 7
2.7. Dasar Adjektiva Berklofiks me-kan ......................................................... 9
2.8. Dasar Adjektiva Berklofiks me-i .............................................................. 9
2.9. Dasar Lain Berkomponen Makna (+keadaan)........................................ 10
2.10. Pembentukan Adjektiva dengan “afiks” serapan ................................ 11
2.10.1. Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif
dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik), seperti: ....................... 11
2.10.2. Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori Adjektiva dapat kita
kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik), antara lain: .................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13
A. Simpulan .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu
Afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau
akar. Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku
linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-
buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini
dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau
belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik
berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi
adalah salah satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi,
Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
Kosakata Bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas Adjektiva
pada umumnya berupa kata yang telah “jadi”, atau bentuk yang berupa akar.
Maka tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian
afiks. Jadi, tidak sama dengan kata-kata berkategori nomina dan verba yang
sebagian besar perlu dibentuk dulu dengan proses afiksasi. Namun, dalam
hampir semua buku kridaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata
berafiks yang bentuk dasarnya berkategori Adjektiva dan berkategori nomina
tetapi memiliki komponen makna yang (+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan
juga sebagai kata berkelas Adjektiva. Memang kadang-kadang diakui juga
bahwa kata bentukan tersebut bertumpang rindi dengan kategori lain.
Ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia “asli” yang berkategori
Adjektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal
dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Kita

1
2

hanya bisa mengenal kosakata berkategori Adjektiva yang berasal “asli”


bahasa Indonesia dari segi semantik dan segi fungsi.
Dalam subbab berikut akan dibicarakan kata-kata berafiks bahasa
Indonesia yang oleh banyak pakar digolongkan sebagai kata berkelas Adjektiva
dan dalam subbab lain akan dibicarakan kata-kata berkelas Adjektiva yang
berasal dari unsur serapan dengan kemungkinan penggunaan “afiks”
serapannya dalam pembentukan kata berkelas Adjektiva.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan afiksasi ?


1.2.2. Apa saja dasar Adjektiva Berafiks Asli Indonesia?

1.3. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui mengenai


pembentukan afiks verba, pembentukan afiks adjektif dan pembentukan afiks
adverbia serta untuk menambah pengetahuan dan mempermudah proses
pembelajaran serta bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Afiksasi

Afiksasi adalah proses penambahan prefiks atau gabungan kata.


Penggabungan kata contohnya kata dasar yang diberi imbuhan. Berikut
penjelasan lengkap tentang afiksasi. Imbuhan kata dalam bahasa Indonesia
disebut afiksasi. Kata dalam bahasa Indonesia, terdiri dari kata dasar dan bentuk
imbuhan. Pemberian kata dasar ini terjadi melalui proses afiksasi.

2.2. Dasar Adjektiva Berprefiks pe-


Ada dua macam proses pembubuhan prediksi pe- pada dasar Adjektiva.
Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang diimbuhkan
melalui verba berafiks me-kan. Bagannya:
1) Dasa + pe- -----> pe-dasar
2) Dasar -----> me-dasar-kan + pe- -----> pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar
Adjektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan memberi makna
gramatikal “yang memiliki sifat (dasar)”. Misalnya:
✓ Pemarah ✓ Pendendam
✓ Pemalu ✓ Pembenci
✓ Penakut ✓ Pencemburu
✓ Pengecut ✓ Perahu
✓ Pemberani ✓ Pencemas

Pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi


apabila dasar Adjektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan
memberi makna gramatikal “yang menjadikan (dasar)”. Misalnya:

3
4

✓ Pembersih ✓ Pendingin
✓ Pemutih ✓ Penghitam
✓ Pengering ✓ Pencemar
✓ Pemanas ✓ Pengotor
✓ Penjinak ✓ Pelicin
Catatan:

1) Semua kata Berprefiks pe- dengan dasar Adjektiva sesungguhnya


berkategori nomina, sebab semuanya dapat diawali adverbia bukan; tetapi
tidak semua diawali adverbia agak dan sangat. Bentuk agak pemalu
berterima; tetapi agak pemuda dan sangat pembersih tidak berterima.
2) Kata penakut bila dibentuk langsung dari dasar ditambah prefiks me-akan
bermakna gramatikal “yang memiliki sifat takut” tetapi kalau dibentuk
melalui verba menakutkan akan bermakna gramatikal “yang menjadikan
takut”.

takut + pe =
• Penakut (yang memiliki sifat takut)
• Menakutkan (penakut “yang menakutkan”)

2.3. Dasar Adjektiva Berprefiks se-

Pemberian prefiks se- pada semua dasar Adjektiva memberi makna gramatikal
“sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya”. Misalnya:

✓ sepintar A, “sama pintar dengan A”.


✓ secantik B, “sama cantik dengan B”.
✓ setinggi C, “sama tinggi dengan C”.
✓ semahal D, “sama mahal dengan D”.
✓ semerah E, “sama merah dengan E”.
5

Dasar Adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori Adjektiva


sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak sepintar dan
sangat sepintar tidak berterima. Kata-kata yang dibentuk dari dasar Adjektiva
dengan prefiks se- sesungguhnya berkategori verba. Prefiks se- pada dasar
Adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan “sama” atau sederajat
dalam satu sistem penderajatan. Perhatian:

✓ setinggi = sama tinggi = tingkat sama


✓ (tinggian) = lebih tinggi = tingkat lebih
✓ (tertinggi) = paling tinggi = tingkat paling (superlatif)

2.4. Dasar Adjektiva Berprefiks -an

Pemberian sufiks -an pada semua dasar Adjektiva memberi makna gramatikal
“lebih (dasar)” pada nomina yang mengikutinya. Misalnya:

✓ pintaran a, “lebih pintar a”.


✓ mahalan b, “lebih mahal b”.
✓ bakalan c, “lebih nakal c”.
✓ murahan d, “lebih murah d”.
✓ tinggian e, “lebih tinggi e”.

Dasar Adjektiva dengan sufiks -an bukanlah berkategori Adjektiva, melainkan


berkategori verba, sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak
tinggian dan sangat tinggian tidak berterima. Kata-kata yang dibentuk dari dasar
Adjektiva dengan sufiks -an membentuk tingkat berbandingan lebih dalam satu
sistem penderajatan. Perhatikan:

✓ (setinggi) = sama tinggi = tingkat sama


✓ tinggian = lebih tinggi = tingkat lebih
✓ (tertinggi) = paling tinggi = tingkat paling (supelatif)
6

Perlu dicatat kata asinan dan manisan yang bermakna gramatikal “yang di
(dasar)” dibentuk melalui verba mengasinkan dan memaniskan.

2.5. Dasar Adjektiva Berprefiks ter-

Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar Adjektiva memberi makna


gramatikal “paling (dasar)”. Misalnya:

✓ tercantik, “paling cantik”. ✓ termahal, “paling mahal”.


✓ terbodoh, “paling bodoh”. ✓ terbesar, “paling besar”.
✓ tertinggi, “paling tinggi”.

Kata-kata yang bentuk dasarnya Adjektiva dengan prefiks ter- tidaklah


termasuk berkategori Adjektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak dapat
didahului adverbia agak dan sangat. Bentuk-bentuk seperti agak termahal dan
sangat termahal tidak berterima.

Prefiks ter- pada dasar Adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan


superlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatian:

✓ (setinggi) = sama tinggi = tingkat sama


✓ (tinggian = lebih tinggi = tingkat lebih
✓ tertinggi = paling tinggi = tingkat paling (superlatif)
Catatan:

Ada sejumlah kata berafiks ter- yang bentuk dasarnya bukan Adjektiva, tetapi
memiliki persyaratan untuk disebut berkategori Adjektiva, sebab dapat didahului
adverbia agak dan sangat karena bentuk dasarnya itu memiliki komponen makna
(+keadaan). Beberapa contoh:

✓ tertinggal = agak tertinggal, sangat tertinggal


✓ terbelakang = agak terbelakang, sangat terbelakang
✓ tertutup = agak tertutup, Sangat tertutup
7

✓ tersembunyi = agak tersembunyi, sangat tersembunyi


✓ terbuka = agak terbuka, sangat terbuka

2.6. Dasar Adjektiva Berklofiks ke-an

Pengimbuhan berkondisi ke-an pada dasar Adjektiva akan memberi makna


gramatikal “agak (dasar)” bila Adjektiva itu memiliki komponen makna (+warna).
Misalnya:

✓ kehitaman, “agak hitam”. ✓ kebiruan, “agak biru”.


✓ kemerahan, “agak merah”. ✓ kekuningan, “agak kuning”.
✓ kehijauan, “agak hijau”.

Makna gramatikal “agak (dasar)” ini sering lebih dipertegas dengan


pengulangan, sehingga menjadi:

✓ kehitam-hitaman ✓ kebiru-biruan
✓ kemerah-merahan ✓ kekuning-kuningan
✓ kehijau-hijauan

Dasar Adjektiva dengan konfiks ke-an di atas, termasuk yang diberi


perulangan, berkategori Adjektiva, sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat.
Jadi bentuk-bentuk agak kehitaman, agak kehitam-hitaman, sangat kehitaman dan
sangat kehitam-hitaman adalah berterima.

Catatan:
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar Adjektiva bila diberi
konfiks ke-an. Di antaranya adalah:

1) Bermakna gramatikal “terlalu (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki


komponen makna (+ warna), (+ rasa) atau (+ ukuran). Misalnya:
✓ kehitaman, “terlalu hitam”.
✓ keenceran, “terlalu encer”.
8

✓ kekecilan, “terlalu kecil”.


✓ kekenyangan, “terlalu kenyang”.
✓ keasinan, “terlalu asin”.
Bentuk dasar Adjektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna
gramatikal “terlalu (dasar)” ini bukan berkategori Adjektiva,
melainkan berkategori Adjektiva, melainkan berkategori verba.
2) Bermakna gramatikal “hal (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
✓ ketakutan, “hal takut”.
✓ keberanian, “hal berani”.
✓ kesedihan, “hal sedih”.
✓ kekecewaan, “hal kecewa”.
✓ kekhawatiran, “hal khawatir”.
Perlu dicatat bahwa bentuk kemaluan dewasa ini tidak
bermakna gramatikal melainkan bermakna idiomatikal. Semua
bentuk ke-an dengan dasar Adjektiva yang bermakna “hal dasar”
berkategori nomina.
3) Bermakna gramatikal “mengalami (dasar)” apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ rasa fisik). Misalnya:
✓ kedinginan, “mengalami dingin”.
✓ kepanasan, “mengalami panas”.
✓ kegerahan, “mengalami gerah”.
✓ kebisingan, “mengalami bising”.
✓ kesepian, “mengalami sepi”.
Dasar Adjektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna
gramatikal “mengalami (dasar)” memiliki kategori verba.
9

2.7. Dasar Adjektiva Berklofiks me-kan

Dasar Adjektiva Berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal


“menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+ sikap batin). Misalnya,
✓ memalukan, “ menyebabkan malu”.
✓ memilukan, “menyebabkan pilu”.
✓ mengecewakan, “menyebabkan kecewa”
✓ menakutkan, “menyebabkan takut”.
✓ mengkhawatirkan, “menyebabkan khawatir”.
Dasar Adjektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda,
yaitu Adjektiva dan verba. Sebagai kategori Adjektiva dia dapat didahului oleh
adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi,
Bentuk-bentuk atau konstruksi-konstruksi berikut adalah berterima:

✓ agak memalukan orang banyak.


sangat memalukan orang banyak.
✓ agak menakutkan anak-anak.
sangat menakutkan anak-anak.
✓ agak mengkhawatirkan kami.
sangat mengkhawatirkan kami.

2.8. Dasar Adjektiva Berklofiks me-i

Dasar Adjektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar)


pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:

✓ mencintai, “merasa cinta pada”.


✓ mengagumi, “merasa kagum pada”.
✓ menyenangi, “merasa senang pada”.
✓ mengasihi, “merasa kasih pada”.
✓ menghormati, “merasa hormat pada”.
10

Dasar Adjektiva dengan konfiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda,


yaitu Adjektiva dan verba. Sebagai kategori Adjektiva dia dapat didahului oleh
adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi,
Bentuk-bentuk atau konstruksi berikut berterima:

✓ agak mencintai gadis itu.


sangat mencintai gadis itu.
✓ agak menghormati guru itu.
sangat menghormati guru itu
✓ agak mengagumi permainannya
sangat mengagumi permainannya.

2.9. Dasar Lain Berkomponen Makna (+keadaan)

Pada bagian pengantar bab ini sudah dikemukakan bahwa kosakata


berkategori Adjektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”.
Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen yang berkategori
Adjektiva, tetapi banyak pula yang tidak. Artinya, “barang jadi” yang berkategori
Adjektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan).
Misalnya, Adjektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+
bendaan), sehingga keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak. Bentuk-bentuk
bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Adjektiva marah dan benci
juga memiliki komponen makna (+ tindakan).

Sebaiknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen makna (+


keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak. Jadi,
bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama
berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut disebut
berkategori verba juga bisa termasuk ketegori Adjektiva.

Oleh karena itu, kalau di dalam berbagai buku tata bahasa dari berbagai penulis
tidak ada keseragaman pendapat bisa kita pahami.
11

2.10. Pembentukan Adjektiva dengan “afiks” serapan

Menurut buku pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)


dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing
dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, di
samping kita menyerap kata standard menjadi standar (huruf d-nya dibuang) kita
juga menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan
menjadi -disasi). Begitupun disamping kita menyerap kata object menjadi objek,
kita juga menyerap kata objective menjadi objektif.

2.10.1. Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat
kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik), seperti:

✓ if, misal: aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif, kolektif,


primitif, dan konsumtif.
✓ ik, misal: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
✓ is, misal: teknis, akademis, kronologis, kritis, birokratis, nasionalis, dan
egois.
✓ istis, misal: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
✓ al, misal: konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual,
dan seremonial.
✓ il, misal: prinsipiil, idiil, dan komersil.

Catatan:

“akhiran” il dari bahasa Belanda menurut pedoman EYD harus diganti dengan
“akhiran” al dari bahasa Inggris. Namun, ada “akhiran” il dan al tidak bisa
dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.
12

2.10.2. Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori Adjektiva dapat kita kenali
dari “akhiran” (dalam tanda petik), antara lain:

✓ i, misal: rohani, jasmani, islami, alami, abadi, qurani, dan Madani.


✓ iah misal: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
✓ wi, misal: duniawi, ukhrawi, Nabawi, surgawi, manusiawi, dan kimiawi.
✓ in, misal: muslimin, mukminin, mukimin, hadirin, dan Muhajirin.
✓ at, misal: hadirat, muslimat, dan mukminat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak
produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, bukan hanya untuk
pembentukan verba , tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini
kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu
hanya pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, dan
tendanisasi dan lelenisasi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kata dalam bahasa Indonesia, terdiri dari kata dasar dan bentuk
imbuhan.
Kosakata Bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas
Adjektiva pada umumnya berupa kata yang telah “jadi”, atau bentuk yang
berupa akar.
Namun, dalam hampir semua buku kridaksana (1989) dan buku
Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks yang bentuk dasarnya berkategori
Adjektiva dan berkategori nomina tetapi memiliki komponen makna yang
(+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga sebagai kata berkelas Adjektiva.
Dalam subbab berikut akan dibicarakan kata-kata berafiks bahasa
Indonesia yang oleh banyak pakar digolongkan sebagai kata berkelas
Adjektiva dan dalam subbab lain akan dibicarakan kata-kata berkelas
Adjektiva yang berasal dari unsur serapan dengan kemungkinan
penggunaan “afiks” serapannya dalam pembentukan kata berkelas
Adjektiva.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses). Jakarta:


Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi. Jakarta : Rineka Cipta
Ramlan,M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono

Anda mungkin juga menyukai