Anda di halaman 1dari 17

Volume 15 No: 2 Oktober 2020 ISSN: 2087-0957

JurnalIlmuAdministrasi

JIA Vol : 15 No : 2 Hlm 1- 58 Bandar Lampung, Oktober 2020 ISSN :2-0870957

DITERBITKAN OLEH :
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
JURNAL ILMU ADMINISTRASI

Jurnal SOSIALITA diterbitkan dua kali dalam satu tahun oleh Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis FISIP Universitas Bandar Lampung.

Susunan Personalia

Penanggung Jawab : Dekan FISIP Universitas Bandar

Lampung Dewan penyunting

Ketua Penyunting : Drs. Soewito,M.M


Wakil Ketua Penyunting : Dr. M. Oktaviannur,
SE.,M.M
Anggota : Ratu Chaterine Fajri
,S.A.B.,M.Si Dr. Agus
Purnomo, M.M

Mitra Bestari : Dr. Suripto,S.Sos., M.AB ( Universitas Lampung)


Dr. Baroroh Lestari, M.Si ( Polinema Malang )

Administrasi dan Distribusi : Noviarti Dermadi, S.Kom

Alamat Redaksi:

Gedung Rektorat Lantai 6 FISIP Universitas Bandar


Lampung Jalan ZA. Pagar Alam No: 26 Labuhan Ratu
Bandar Lampung Telp :0721 771331

JIA Vol : 15 No :2 Hlm 1- 58 BandarLampung,Oktober 2020 ISSN : 2-087-0957


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkjat, rahmat dan karuniaNya, sehuingga jurnal
Sosialita Vol 15 No : 2 bulan Oktober 2020 yang merupakan wadah artikel Ilmu Administrsi Bisnis
telah terbit.

Jurnal ini disusun dengan tujuan sebagai wahana untuk pengembangan dan kajian-kajian bidang Ilmu
Administrasi secara umum, khususnya Ilmu Adminsitrasi Bisnis, yang telah mengalami perubahan
dan perkembangan yang sangat cepat seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat ataupun kajian- kajian nyang bersifat
ilmiah diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan dan penerapan Ilmu
Administrasi Bisnis.

Akhir kata, bahwa jurnal Ilmu Adminsitrasi Bisnis ini kiranya dapat menjadi nafas dan nadi bagi
eksistensi lembaga pendidikan tinggi yang berkecimpung dalam Ilmu Administrasi Bisnis yang
dikukur dengan luaran hasil dan mutu penelitian serta pengabdian pada masyarakat.

Bandar Lampung, Oktober 2020


Dewan Redaksi

JIA Vol : 15 No :2 Hlm 1- 58 BandarLampung,Oktober 2020 ISSN : 2-087-0957


Vol 15 Nomor 2 Oktober 2020
Halaman 1-58
JurnalIlmuAdministrasi
DAFTAR ISI

No Judul hal

1 Analisis Relationship Marketing (Pemasaran Relasional) Dan Kepuasan Pelanggan 1


Terhadap Loyalitas Pelanggan PT TELKOMSEL Bandar Lampung
Oleh : Soewito, Gheany Febidhanty, Agustuti Handayani, Suwandi

2 Sistem Laporan Keuangan Dengan Pendekatan Etika Bisnis 11


Oleh : M. Machrus, SE., M.Si
3 Peningkatan Kompetensi Aparatur Birokrasi Pemerintah Mewujudkan 24
Birokrasi Yang Berkualitas
Oleh : Rusdan
4 Pengaruh Budaya Organisasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PTPN 35
VII ( Persero ) Bungamayang
Oleh: M. Oktaviannur, Dwi Wahyu Sukmawati

5 Efek Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan 43


Dan Loyalitas Pelanggan ( Studi Pada Cv. Azhari Fotokopi )
Oleh : Dora, Chintya Azhari

6 Determinan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Personal Banking Officer 52


Pada Pt Bank Danamon Tbk Bandar Lampung
Oleh : Agus Purnomo , Agus Tuti Handayani, Anggy

JIA Vol :15 No : 2 Hlm 1- 58 Bandar Lampung, Oktober 2020 ISSN :2-087-0957
ISSN: 2087-0957
Vol: 15 Nomor : 2 Oktober 2020
Halaman 1-58
JurnalIlmuAdministrasi

BIODATA PENULIS

1. Soewito, Dosen Jurusan Ilmu Adm. Bisnis, FISIP, Universitas Bandar Lampung
2. Gheany Febidhanty, Jurusan Ilmu Administrasi Bisnsis , FISIP Universitas Bandar Lampung
3. Suwandi, Dosen Jurusan Bisnis Intitut Bisnis Indonesia, Darmajaya, Bandar Lampung
4. Agustuti Handayani, Dosen Jurusan Ilmu Adm Publik, FISIP Universitas Bandar Lampung
5. M. Machrus, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satu Nusa Bandar Lampung
6. Rusdan, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satu Nusa Bandar Lampung
7. Dora Rinova , Dosen Jurusan Ilmu Adm. Bisnis, FISIP, Universitas Bandar Lampung
8. Chintya Azhari, Jurusan Ilmu Administrasi Bisnsis , FISIP Universitas Bandar Lampung
9. M. Oktaviannur, Dosen Jurusan Ilmu Adm. Bisnis, FISIP, Universitas Bandar Lampung
10. Agus Purnomo, Dosen Jurusan Ilmu Adm. Bisnis, FISIP, Universitas Bandar Lampung
11. Anggy, Jurusan Ilmu Administrasi Bisnsis , FISIP Universitas Bandar Lampung
12. Dwi Sukma , Jurusan Ilmu Administrasi Bisnsis , FISIP Universitas Bandar Lampung

JIA Vol :15 No : 2 Hlm 1- 58 Bandar Lampung,Oktober 2020 ISSN : 2-087-0957


KETENTUAN PENULISAN
1. Artikel yang ditulis dapat berupa hasil penelitian atau ide gagasan dibidang ilmu sosial,
khususnya Ilmu Administrasi Bisnis.

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris maksimal 20 halaman quarto, spasi
1,5, huruf Times New Roman dilengkapi abstrak dan kata kunci.

3. Nama penulis ditulis dibawah judul.

4. Artikel hasil penelitian sbb:


a. Judul
b. Namapenulis
c. Abstrak dalam Bahasa Indonesia /Inggris
d. Kata Kunci
e. Pendahuluan
f. Metode Penelitian
g. Pembahasan
h. Kesimpulan dan saran
i. Daftar Pustaka

5. Artikel ( ide/gagasan)
a. Judul
b. Nama penulis
c. Abstrak dalam bahasa Indonesia /Inggris
d. Kata Kunci
e. Pendahuluan
f. Sub Judul
g. Penutup
h. Daftar Rujukan
i. Lampiran

6. Artikel dikirim keredaksi paling lambat dua bulan sebelum penerbitan

JIA Vol : 15 No: 2 Hlm 1- 58 Bandar Lampung, Oktober 2020 ISSN : 2-087-0957
24

PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR BIROKRASI PEMERINTAH


MEWUJUDKAN
BIROKRASI YANG BERKUALITAS
OLEH : Drs. RUSDAN M.Si
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satu Nusa Lampung.
Email : rusdanrusdan@yahoo.com

Abstrak

Masalah utama yang masih mengemukan tentang birokrasi pemerintah sampai dengan saat
ini masih berkutat pada lemahnya kinerja aparat birokrasi dalam menjalankan tugas dan
fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila ditelisik lebih mendalam aparat birokrasi
sebagai ujung tombak pelaksanaka kebijakan pemerintah masih belum menunjukkan kualitas
kerja yang diharapkan, salah satu penyebab utamanya menurut penulis berhubungan dengan
kompetensi yang dimiliki aparat birokrasi dalam bekerja masih cenderung memperlihatkan
kelemahan dari sisi kualitas, sehingga sering terjadi keluhan bahkan sampai pada tingkat
antipati terhadap hasil kerja aparat birokrasi. oleh sebab itu, dibutuhkan perbaikan melalui
peningkatan kompetensi aparatur birokrasi, yakni dengan melakukan upaya peningkatan
kapabilitas dan kapabilitas baik dalam aspek koginitif yakni peningkatan pengausaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan keterampilan, serta aspek afeksi yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku aparatur birokrasi. upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan aparatu
birokrasi secara sistematis dan dijadikan prasyarat yang harus dijadikan standar untuk diberi
tanggung jawab terhadap pekerjaan dan posisi tertentu, hal ini sebagai cara untuk
mewujudkan aparat birokrasi bekerja berdasarkan komptensi yang pada akhirnya dapat
memperlihatkan kualitas yang diharapkan.
Kata Kunci : Birokrasi, Kompetensi, Kualitas
25

I. PENDAHULUAN yang gagal memberikan kontribusi kepada


lingkungannya ia seperti pohon yang
Adagium yang menyatakan
kering meranggas. Hanya satu pilihan
kualitas organisasi ditentukan kualitas para
untuknya, ditebang untuk dijadikan kayu
anggotanya menjadi aksioma yang tidak
bakar. Pernyataan tersebut merupakan
terbantahkan. Makna penting dari adagium
bentuk kritikan sekaligus harapan bahwa
itu, bahwa eksistensi organisasi sangat
keberadaan suatu organisasi sangat
ditentukan kapabilitas yang dimiliki
bergentung kemampuan bersinergi dan
akumulatif individu yang berada dalam
bersenyawa dengan lingkungannya, untuk
pengelolaan organisasi. Salah satu yang
menghindarkan adanya kesenjangan
sering menjadi wacana publik yang selalu
dengan lingkungannnya. Sindiran yang
aktual adalah tentang birokrasi pemerintah.
dikemukakan oleh Arie tersebut, layak
Hampir disetiap peristiwa yang berkaitan
untuk dijadikan kajian pada birokrasi
dengan kepentingan publik, birokrasi
sebagai organisasi publik, hal itu tidak
selalu menjadi elemen yang selalu
terlepas dari kondisi faktual yang masih
dihubungkan. Bahkan kritik terhadap
menjadi problem besar terhadap kinerja
birokrasi bukan hanya datang dari
birokrasi. realitas yang ada pada saat ini,
kalangan luar birokrasi, tapi justru dari
kinerja birokrasi lebih sering
kalangan pemerintah, bahkan sampai
diklasifikasikan secara negatif oleh
presiden saat ini, dalam berbagai
berbagai pihak yang memiliki kepentingan
kesempatan menyentil kinerja birokrasi
kepada birokrasi pemerintah. Sehingga
yang belum maksimal. Hal itu, tidak
tidak berlebihan legitimasi birokrasi
terlepas dengan kinerjanya yang sampai
pemerintah cenderung masih rendah bila
saat ini cenderung belum menunjukkan
dilihat dari persepsi publik.
arah yang sesuai dengan kebutuhan
berbagai pihak yang memiliki kepentingan Kapabilitas internal birokrasi
dengan birokrasi. Kritik tersebut, pemerintah sangat tergantung dari daya
semakin menguat dengan adanya wacana dan kapasitas dari aparatur birokrasi dalam
penyederhanaan tentang posisi birokrasi mengimplementasikan tugas dan tan
pemerintah khususnya dalam hal proses tanggung jawab dalam batas norma dan
kerja birokrasi yang harus cepat, tepat, aturan main yang berlaku. Artinya, faktor
akurat sesuai dengan semakin terbukanya kecakapan para birokrat menjadi salah satu
ruang publik yang membutuhkan efisiensi aspek penentu utama apakah birokrasi
dan efektifitas kerja birokrasi pemerintah. mampu memposisikan diri sebagai faktor
pendorong kerja efisien dan efektif
Apabila ditelusuri lebih jauh, salah
birokrasi atau sebaliknya menjadi justru
satu faktor yang menjadi pemicu
menjadi faktor distortif dari posisi
masalahnya adalah kesalahan dalam
birokrasi sebagai lembaga publik yang
memposisikan sebagai organisasi publik.
sangat strategis dan penting. Untuk itu,
Sebagaimana diungkap oleh Arie De Geus
dibutuhkan perubahan yang mendasar dari
( Nugroho .D : 146 : 2003 ) bahwa
birokrasi, terlebih pada saat ini birokrasi
organisasi yang hidup adalah organisasi
berhadapan dengan perkembangan di
yang mampu terus menerus memberi
eksternal birokrasi sangat cepat,
makna pada lingkungannya. Organisasi
sebagaimana dikemukakan Didik. J.
26

Rachbini ( 111 : 2004 ) didalam birokrasi kemampuannya memuaskan kebutuhan


terjadi proses perubahan yang sangat tertentu. Makna penting dari pernyataan
lambat. Sementara itu, diluar birokrasi tersebut, bahwa faktor kompetensi
terjadi lompatan kegiatan ekonomi swasta, aparatur birokrasi menjadi sangat
yang didukung oleh teknologi dan sarana menentukan untuk peningkatan kualitas
komunikasi yang bersifat global. kerja dari aparat birokrasi yang intinya
Sinyalemen tersebut, bahwa ada berhubungan dengan kepuasan para pihak
kontradiksi antara internal birokrasi yang terkait dengan produk yang dibuat oleh
cenderung bekerja lamban sehingga belum birokrasi. Seperti dikemukakan Hitt et.al
mampu memberikan kontribusi positif ( Yuniarsih dan Suwatno : 22 : 2009 )
secara maksimal dalam posisi institusional bahwa kompetensi dalam manajemen
sebagaimana mestinya. Situasi yang sumber daya manusia memainkan peran
kontradiktif tersebut secara lugas kritikal dan esensial karena disatu sisi
dinyatakan oleh Didik J. Rachbini ( 55 : merupakan human capital dan active agent
2001 ) salah satu persoalan besar dalam bagi pengembangan suatu organisasi, dan
sistem ekonomi politik Indonesia adalah disisi lain merupakan faktor determinan
birokrasi. Birokrasi adalah mesin kapabilitas yang merupakan sekumpulan
pemerintahan yang sangat besar dengan keahlian dan keterampilan dalam
peranan mutlak untuk berbagai bidang mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
ekonomi maupun sosial politik. Peranan serangkaian sumber daya yang ada dalam
birokrasi masih mutlak diperlukan untuk suatu sistem organisasi sehingga
beragam bentruk pelayanan dan menghasilkan serangkaian kompetensi
pengaturan berbagai bidang kegiatan yang akan membentuk kompetensi inti.
ekonomi maupun sosial-politik, tetapi Dari rangkaian pernyataan di atas, muncul
kinerjanya masih jauh dari harapan pertanyaan penting tentang kaitannya
masyarakat luas. Bertitik tolak dari dengan birokrasi pemerintah, yakni
pernyataan di atas, apabila ditelusuri lebih bagiamana meningkatkan kompetensi
mendalam, salah satu dimensi penting aparatur birokrasi sebagai cara
yang harus dikelola secara sistematis dan meningkatkan kualitas kerja birokrasi
terstruktur tentang perubahan pola kerja pemerintah ?.
yang harus mampu mengikuti ritme dan
dinamika kerja sesuai dengan II. KONSEPSI KOMPETENSI
perkembangan di luar birokrasi yang Beragam aktivitas aparatur
sangat cepat, dengan melakukan birokrasi dalam menjalankan peran dan
pencerahan kepada aparat birokrasi tanggung jawab yang mempresentasikan
sebagai pekerja yang mengutamakan aktivitas sebagai bagian dari birokrasi
kemampuan rasio ( brain worker ) melalui sbagai sebuah organisasi publik.
penguatan kompetensi sebagai birokrat Dimensipenting yang berkaitan dengan hal
sebagai cerminan kualitas kerja birokrasi, tersebut adalah masalah kompetensi.
kualitas dalam artian yang dikemukakan Konsep kompetensi merefleksikan
oleh Russel dan Taylor ( Wibowo : 296 : kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki
2009 ) sebagai totalitas tampilan dan oleh seseorang yang teraktualisasi dalam
karakteristik produk atau jasa yang proses dan hasil yang didapat dari
berusaha keras dengan segenap
27

pekerjaaan. Sebagaimana dikemukakan bahwa “ competence refers to an


oleh Wibowo k( 110 : 2009) pengertian individual’s knowledge, skills, abilities, or
kompetensi merupakan kemampuan untuk personality characteristic that directly
melaksanakan atau melakukan suatu influences his her job performance.”
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas Artinya bahwa kompetensi merupakan
ketrampilan dan pengetahuan serta pengetahuan, kemampuan, keahlian
didukung oleh sikap kerja yang dituntut (keterampilan atau ciri kepribadian yang
oleh pekerjaan tersebut. Batasan yang dimiliki seseorang yang secara langsung
dikemukakan oleh Wibowo di atas mempengaruhi kinerjanya. Dari batasan
menekankan pada aspek daya yang pengertian yang dikemukakan tersebut,
dimiliki seseorang untuk melakukan menunjukkan bahwa kompetensi yang
sesuatu, dalam hal ini berhubungan dengan hubungkan dengan pekerjaaan seseorang
pekerjaaan yang menjadi tanggung menunjukkan adanya keterhungan
jawabnya yang diukur dari kemampuan kemampuan yang menyangkut kognisi
yang melekat pada diri seseorang dapat seseorang pada satu sisi, dan berkaitan
dari semua indra yang dimilkinya. Dengan dengan kondisi afeksi yang terlihat pada
demikian, kompetensi berkaitan dengan ukuran kepekaan dalam berhubungan
kemampuan seseorang yang bersifat dengan lingkungan.
komprehensive dan terintegrasi dalam
aktivitas berfikir. Bersikap dan bertindak Apabila dicermati tentang makna
sehingga menggambarkan kemampuan kompetensi tersebut, maka secara
secara keseluruhan dari seseorang. Hal ini keseluruhan merefleksikan diri seseorang
sejalan dengan pendapat Spencer dan dengan karakterisrik tertentu. Menurut
Spencer (Wibowo : 111 : 2009) Wibowo ( 111-112 : 2009) terdapat lima
kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik kompetensi, sebagai berikut :
karakteristik orang dan mengindikasikan 1. Motif adalah sesuatu yang secara
cara berperilaku atau berfikir, konsisten dipikirkan atau yang
menyamakan situasi dan mendukung diinginkan orang yang
untuk periode waktu cukup lama. Dengan menyebabkan tindakan. Motif
demikian konsepsi kompetensi berkaitan mendorong, mengarahkan, dan
memilih perilaku menuju tindakan
erat dengan kapabilitas dan kapasitas
atau tujuan tertentu.
seseorang, dalam ruang lingkup bersifat 2. Sifat adalah karakteristik fisik dan
menyeluruh sehingga mewujud pada respons yang konsisten terhadap
integritas diri seseorang dalam kaitan situasi atau informasi. Kecepatan
dengan pekerjaan. Sebagai sebuah proses, reaksi dan ketajaman mata
kompetensi berlangsung secara terus merupakan ciri fisik kompetensi
menerus dan bersifat jangka panjang, seorang pilot tempur..
3. Konsep diri adalah sikap, nilai-
artinya akan ada selalu proses pembaruan
nilai atau citra diri seseorang.
dan revitaliasi terhadap kapabilitas dan Percaya diri merupakan keyakinan
kapasitas diri sesuai dengan tuntutan orang bahwa mereka dapat efektif
lingkungan yang selalu menghadapi dalam hampir setiap situasi adalah
perubahan. Secara lebih tajam Becker, bagian dari konsep diri seseorang.
Huselid, and Ulrich ( Yuniarsih dan 4. Pengetahuan adalah informasi
Suwatno : 22-23 : 2009 ) menyatakan yang dimiliki orang dalam bidang
28

spesifik. Pengetahuan adalah terlihat pada tingkat kemandirian dalam


kompetensi yang kompleks. Skor menjalankan tugas yang menjadi
pada tes pengetahuan sering gagal tanggungnjawabnya, semakin mampu
memprediksi prestasi kerja karena
melaksanakan tugas secara mandiri, berarti
gagal mengukur pengetahuan dan
ketarmpilan dengan cara yang akan mempengaruhi tinggi tingkat
sebenarnya dpergunakan dalam kompetensinya. Selain itu, dibtuhkan
pekerjaan. kemampuan membangun kerja sama
5. Ketrampilan adalah kemampuan dengan pihak-pihak lain yang berada di
mengerjakan tugas fisik atau luar kelompok kerjanya, hal ini
mental tertentu. Kompetensi mental disebabkan hampir setiap bidang
atau ketrampilan kognitif termasuk
pekerjaan akan bersinggungan dengan
berfikir analitis dan konseptual.
bidang pekerjaan lainnya. Yang paling
Dengan demikian, konsepsi penting dari semua proses yang ada harus
kompetensi berhubungan dengan berbagai mengarah pada output dan outcome.
hal yang ada dalam diri seseorang dalam
bekerja, termasuk kapabilitas dan III.KOMPETENSI APARAT
BIROKRASI DAN PERKEMBANGAN
kapasitas penguasaan ilmu pengetahuan,
MASYARAKAT
teknologi. Kualitas penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut Dalam praktek birokrasi
sebagai prasyarat penting dalam pemerintah, telah terinternalisasi secara
pemenuhan standar kerja. Tetapi hal kuat tentang posisi birokrasi yang sangat
tersebut sangat dipengaruhi kondisi monopolistik, dalam artian menjadi satu-
psikologis yang dominan dari dalam satunya yang memiliki otoritas legal
dirinya. Artinya kedua dimensi tersebut formal hampir di segala lini dan dimensi
slang bertaut satu dengan lainnya. yang permasalahan yang bersentuhan dengan
terwujud dalam indikator kompetensi legalitas ruang publik. Secara ideal,
sebagaimana dikemukakan Parker birokrasi pemerintah memiliki orientasi
(Yuniarsih dan Suwatno : 28-29 : 2009) untuk bekerja sesuai dengan hak-hak yang
tentang lima jenis kompetensi karyawan, menjadi kebutuhan publik, baik secara
yaitu : 1. Mengerti apa yang harus kualitatif maupun kuantitatif. Artinya,
dilakukan, 2. Memiliki kemampuan dalam birokrasi pemerintah selalu bekerja dengan
membangun The winning team, 3. Mampu memperhitungkan aspek mutu kerja sesuai
mengelola secara mandiri, 4. Mampu kondisi pihak pengguna dan pada saat
bekerja dengan pihak-pihak lain, 5. yang sama memperhitungkan jumlah
Memusatkan pada hasil. Artinya kebutuhan yang diminta oleh pihak
kompetensi dimulai dari individu untuk pengguna. Untuk mewujudkan idealisme
memahami pengetahuan dan teknologi tersebut, membutuhkan pengkondisian
secara mendalam tentang serta secara terstruktur dan massive dari
implementasinya, . Setelah itu dibutuhkan birokrasi pemerintah agar kinerja birokrasi
kapabilitas untuk membentuk kelompok dapat mencapai atau setidaknya mendekati
kerja yang memiliki kompetensi mumpuni, ukuran-ukuran dari pihak pengguna.
agar pada saat proses implementasi Namun, kondisi organisasional yang masih
pekerjaan dapat terlaksana secara optimal. melekat dalam pola-pola kerja birokrasi
Oleh sebab itu, ukuran kompetensi akan pemerintah tidak terlepas dari kualitas
29

aparatur birokrasi yang belum birokrasi. Dengan demikian,


memperlihatkan peforma sesuai harapan birokrasi semakin digeluti olah
berbagai pihak yang memiliki kepentingan orang-orang yang tidak kapabel,
tidak kompeten, dan tidak
terhadap proses maupun output kerja
profesional...... Persoalan ketiga
birokrasi. adalh persoalan rent seeking dan
budaya berbelit-belit, yang
Berbagai kritik yang ditujukan
menyulitkan dunia usaha. Birokrasi
terhadap birokrasi pemerintah secara kasat yang rendah pendapatannya serta
mata masih nampak jelas yang ditandai kondisi yang tidak transparan
dengan sering dan banyaknya komplain selama tiga dekade telah membuat
dari berbagai pihak terhadap birokrasi. sistem birokrasi menjadi arena
Salah satu penyebab mengapa birokrasi untuk mereguk keuntungan berupa
sering dituduh tidak mampu menyesuaikan rente dan menyebabkan prosedur
memulai usaha serta perizinan
dengan perkembangan atau pembangunan
menjadi rumit.
adalah karena birokrasi masih kental
dengan kebiasaan-kebiasaan tidak Persoalan yang masih menyelimuti
produktif ( Thoha : 16-17 : 1995 ). Bahwa birokrasi pemerintahan hingga saat ini
aparat birokrasi sering diposisikan sebagai merupakan realitas yang tidak diharapkan,
individu yang memilki peran banyak karena sangat mempengaruhi berbagai
dalam berbagai aktivitas sehingga tidak kondisi eksternal yang berkaitan dengan
ada ukuran jelas terhadap proses maupun kepentingan mendasar. Lompatan
output kerja dari aparatur birokrasi. perkembangan dimasyarakat yang sangat
Apabila ditelisik secara mendalam kondisi cepat diikuti dengan semakin tinggi
tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor kompleksitas permasalahan yang beragam.
yang persoalan yang melingkupi birokrasi Fenomena yang kontradiktif antara kondisi
pemerintahan ( Rachbini 55-56 : 2001 ) ; birokrasi yang masih memposisikan diri
eksklusif dan tidak terlalu peduli dengan
“ Persoalan pertama adalah perkembangan yang ada di luar. Hal itu
budaya politik yang otoriter dan
tidak terlepas dari cara pandang para
feodal. Birokrasi dipandang
sebagai kasta tinggi sehingga birokrat yang masih terpaku pada pola
posisinya harus dilayani, bukan kerja yang mengabaikan pentingnya
sebagai pelayan masyarakat. prestasi dan mutu. Oleh sebab itu, dalam
Dengan budaya demikian, maka penyelesaian dan hubungan kerja yang
berhubungan dengan birokrasi bersifat Sycopanchy, para bawahan
adalah sebuah kerumitan yang berupaya memuaskan para atasannya
selalu di hindari dunia
bukan melalui kinerja yang sebaik
usaha.......Persoalan kedua, adalah
jumlahnya yang besar dan tingkat mungkin, tetapi dengan cara-cara yang
produktivitasnya yang rendah. tidak atau kurang relevan ( Siagian : 120 :
Meskipun tingkat gaji pegawai 1994 ). Akibatnya para aparat birokrasi
negeri ditahan dengan pendapatan tidak menganggap kewajiban utama untuk
minimal, tetapi pembayarannya melaksanakan tugas sebagaimana yang
tergolong besar ungtuk anggaran telah ditentukan secara normatif, yang
rutin. Keadaan ini membuat
birokrasi semakin rumit dan orang- nampak hanya untuk menyenangkan
orang terbaik cenderung pergi dari atasan ataupun pihak lain. Persoalan
30

lanjutan adalah proses dan output dari dibutuhkan upaya peningkatan kompetensi
pekerjaan tidak memberikan kepuasan dari aparat birokrasi agar sinyalemen yang
pada pihak pengguna ataupun yang dikemukakan di atas dapat diwujudkan.
berkepentingan terhadap produk yang Secara keseluruhan yang penting untuk
didistribusikan olah aparatur birokrasi. ditumbuhkan untuk meningkatkan kualitas
banyak pihak dirugikan dari output kerja dari para aparatur birokrasi dengan
birokrasi yang diakibatkan oleh lemahnya bekerja fokus pada batas tugas dan
peforma dari aparatur birokrasi. tanggung jawab yang sudah digariskan
melalui norma dan aturan yang ditetapkan.
Hal ini sangat penting sebagai salah satu
IV. PENINGKATAN KOMPETENSI cara untuk mewujudkan aparatur birokrasi
APARAT BIROKRASI dengan standar kompetensi sesuai harapan
pihak pengguna atau yang berkepentingan.
Tantangan paling berat dan
Untuk menanggulangi masalah-masalah di
mendasar bagi aparatur birokrasi pada saat
atas alternatif pemecahannya ( Thoha :
ini terkait dengan realitas bahwa ada
18-19 : 1995 ):
kesenjangan yang sangat dalam antara
kualitas kinerja birokrasi dengan dinamika 1. Birokrasi kita mampu membedakan
eksternal yang sangat progresif. Sampai hal-hal yang sifatnya hanya
saat ini, internal birokrasi masih berkutat seremonial dan hal-hal yang
dengan lemahnya kualitas kerja para berorientasi pada hasil. Dengan
kata lain, birokrasi kita harus
aparatur birokrasi sebagai refleksi
mampu mengurangi hal-hal bersifat
lemahnya kompetensi dalam pelaksanaan seremonial dan kurang produktif.
tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Birokrasi kita harus beranjak dari
Tidak dapat dipungkiri aparatur birokrasi kinerja sloganistis yang
masih menjadi perbincangan publik, yang berorientasi pada jargon-jargon
pada intinya mengarah pada masih bombastis tanpa usahan nyata.
lemahnya kualitas kerja yang seharus Birokrasi harus mampu mengajak
rakyat untuk bekerja keras
menjadi tanggung jawabnya. Oleh sebaba
mewujudkan tujuan bersama tanpa
itu perlu adanya peningkatan kualitas kerja terikat pada slogan yang tidak
aparat birokrasi melalui peningkatan perlu. Dengan kata lain, birokrasi
kompetensi agar birokrasi pemerintah harus mampu menunjukkan bahwa
mendapat penilaian lebih baik dari sisi sekedar berkata belum berarti telah
pengguna maupun yang berkepentingan. berbuat.
Menurut Siagian ( 116 : 1994 ) situasi 3. Moral dan etika haruslah menjadi
pertimbangan pertama jika
yang ideal ialah bahwa semua kegiatan
birokrasi mengambil keputusan (
birokrasi berkaitan langsung dengan tiga policy ) atau bertindak
hal, yaitu :1. Merupakan bagian integral melaksanakan policy. Pelayanan
dari keseluruhan upaya pemerintah birokrasi, baik mental maupun
mencapai tujuan negara, 2. Mempunyai keahlian hendaknya sesuai dengan
relevansi langsung dengan peningkatan tuntutan zaman pembangunan.
4. Desentralisasi perlu dikembangkan
produktivitas kerja, 3. Mewujudkan
dan dibiasakan dalam birokrasi
pelayanan kepada masyarakat dengan kita. Pemberian otonomi pada
mutu yang semakin tinggi. Untuk itu
31

birokrasi papan bawah perlu (attitudeed). Salah satu aspek


didorong. penting dari kelompok behavioral
5. Keahlian dalam birokrasi perlu competencies adalah kemampuan
disebarkan keberbagai tingkat seseorang dalam mengelola
birokrasi ( hierarchical level ). emosinya, yang dikenal dengan
Perekrutan pegawai perlu Emotional Inteligence.
didesentralisasikan. Jabatan karier
perlu diadakan untuk merangsang Dua katagorisasi kompetensi yang
para pejabat ahli yang mau bekeria dikemukakan di atas, termasuk dalam
di tingkat bawah. katagori peningkatan kompetensi
6. Proliferasi birokrasi perlu menyangkut dua dimensi utama yang akan
dihindari. Dorongan untuk selalu membentuk secara utuh tentang makna
menambah jenis organisasi dan
kompetensi. Langkah pertama yang
jabatan yang telah ada perlu
dikendalikan. penting untuk meningkatkan kompetensi
dengan meningkatkan kualitas cara
Pendapat di atas, bahwa aparatur berpikir dari aparatur birokrasi. pada
birokrasi dalam melaksanakan tugasnya dimensi ini yang penting bagi aparatur
selalu mengarah pada pencapain hasil yang birokrasi berupaya melakukan pembaruan
optimal sehingga menampakkan secara konsisten dan simultan melakukan
produktifitas kerja sesuai harapan. Bekerja update pengetahuan dan keterampilan
bukan hanya berifat sekedar sehingga dapat beradaptasi terhadap
menyelesaikan tugas, tetapi lebih dari itu kebutuhan dan tuntutan yang
harus memilki orientasi yang jelas. berkepentingan terhadap birokrasi,
Apabila ditelusuri lebih mendalam, sekaligus menjawab keraguan berbagai
kompetensi yang berhubungan dengan pihak terhadap aktualisasi kerja birokrasi.
peningkatan kualitas kerja aparatur Untuk itu dibutuhkan cara pandang yang
birokrasi sebagaimana dikemukakan dalam berpijak pada nilai-nilai bersama yang
Competency and Emotional Intelligence tercermin dalam melaksanakan pekerjaan
(2005) yang mengutip dari The IRS berdasarkan norma-norma keilmuan yang
Handbook on Competencies : Law and bersifat konsepsional dan standar
Practice (Yuniarsih dan Suwatno : 29-30 : pemahaman baik secara kuantitatif
2009), menyatakan bahwa kompetensi maupun kualitatif . Peningkatan cara
dibedakan kedalam : berpikir sangat bersentuhan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan
1. Technical competencies, sering
disebut “Hard” competencies atau teknologi. Artinya dengan semakin
Job related competencies yaitu berkualitas pengetahuan dan teknologi
keterampilan (skil) dan yang dikuasai semakin mungkin aparatur
pengetahuan (knowledge). birokrasi meningkat kompetensinya.
Kompetensi yang dibutuhkan oleh
suatu pekerjaan agar dapat Perilaku yang menggambarkan
dilaksanakan secara efektif. kompetensi, seperti dikemukakan oleh
2. Behavioral competencies, sering Armstrong dan Baron ( Wibowo : 112 :
disebut “soft” competencies atau 2009 ) perilaku apabila didefinisikan
personal behavioral or capacities,
sebagai kompetensi dapat diklasifikasikan
adalah kompetensi yang ditentukan
oleh perilaku atau sikap sebagai :
32

1. Memahami apa yang perlu juga berlaku sebaliknya, sebagaimana


dilakukan dalam bentuk alasan dikemukakan Daft sikap yang
kritis, kapabilitas strategik, dan berhubungan dengan dunia kerja (work-
pengetahuan bisnis.
relaterd attitudes ) terutama sikap yang
2. Membuat pekerjaan dilakukan
melalui ; dorongan prestasi, mempengaruhi bagaimana karyawan
pendekatan proaktif, percaya diri, melakukan pekerjaanya dengan baik ( : 8 :
kontrol, fleksibilitas, 2002 ). Sikap demikian merupakan cara
berkepentingan dengan efektivitas, membangun perilaku yang akan mampu
persuasi, dan pengaruh. membangun sinergi di dalam organisasi
3. Membawa serta orang dengan karena muncul kesadaran untuk bekerja
motivasi, keterampilan antar
berlandaskan komitmen yang kuat dan
pribadi, berkepentingan dengan
hasil, persuasi, dan pengaruh. keterlibatan secara total dalam aktivitas
organisasi, dalam hal ini birokrasi
Perilaku yang berkaitan dengan pemerintah yang menjadi wadah para
peningkatan kompetensi membutuhkan aparatur birokrasi . Kondisi internal yang
suatu upaya sistematis karena proses demikian, pada akhirnya akan mendapat
pembentukan perilaku aparatur birokrasi tanggapan positif dengan pihak eksternal.
sebagai bagian yang melekat dalam tata Apabila dihubungkan dengan pendapat
kerja birokrasi sangat tergantung dari Russel dan Taylor yang telah dikemukakan
faktor respon dari dalam diri aparat terdahulu bahwa output dan uotcome
birokrasi terhadap kondisi luar dirinya. tentang kualitas memiliki relasi dengan
Pada saat yang sama dorongan dari kemampuan untuk memberikan kepuasan
lingkungan birokrasi untuk membentuk kepada berbagai pihak yang terkait dengan
kompetensi dari setiap aparat birokrasi produk yang dihasilkan oleh birokrasi.
juga mempengaruhi kualitas perilaku yang Dalam artian, kualitas memilki makna
berhubungan dengan kompetensi, dalam dua ruang yang berbeda tapi
sebagaimana dikemukakan Ndraha ( 65 : keterhubungan antara keduanya, dari
1999 ) perilaku ( behavior ) adalah dimensi aparat birokrasi yang
operasionalisasi dan aktualisasi dan menghasilkan produk yang sesuai dengan
aktualisasi sikap seseorang atau suatu standar atau ukuran yang dtetapkan,
kelompok dalam atau terhadap suatu bahkan sebaiknya melampaui standar yang
(situasi dan kondisi ) lingkungan ( talah ditetapka secara normatif, pada
masyarakat, alam, teknologi, atau dimensi pengguna atau pihak yang
organisasi ). Perilaku aparat birokrasi berkepentingan lainnya capaian kerja
sebagai gambaran derajad kompetensi birokrasi sesuai harapan yang menjadi
dalam menjalankan tugas dan fungsinya kebutuhan mereka.
terutama kemampuan untuk
mengendalikan dan mengelola faktor Apabila kedua dimensi kompetensi
afeksi, semakin tinggi kecenderungan tersebut dapat diwujudkan, maka akan
kemampuan mengelola dan didapat aparatur birokrasi yang mumpuni
mengendalikan “rasa” kepada pihak lain dalam menyelesaikan pekerjaan secara
baik di internal organisasi maupun pihak efektif. Dimensi kapabilitas pengetahuan
ekternal semakin tinggi tingkat dan sikap serta perilaku menyatu dalam
kompetensinya seperti , dan demikian satu kesatuan tindak yang mencerminkan
33

kecakapan aparatur birokrasi secara utuh membutuhkan figur yang mampu menjadi
dan komprehensif, Pada akhirnya apabila panutan, idealnya dilakukan oleh aparat
proses peningkatan kompetensi birokrasi level atas agar ditiru oleh
dilaksanakan secara menyeluruh, dari bawahannya. Selain itu, dilakukan
jajaran tertinggi sampai dengan jajaran berdasarkan kesadaran dan kemauan diri
terendah akan meningkatkan kaulitas kerja dari masing-masing aparatur birokrasi
birokrasi secara organisasional. Untuk secara otonom, tanpa ada paksaan dari
dapat mewujudkan kondisi tersebut harus pihak, dengan harapan dorongan dari
ada proses kegiatan untuk penguatan dalam diri sendiri dan diikuti dengan
secara sistematis dan berkesinambungan di keharusan untuk patuh dari luar dapat
semua strata, dari level pimpinan sampai mewujudkan sikap dan perilaku sesuai
aparat pelaksana (operator). Artinya harus dengan kompetensi yang diharapkan.
ada peningkatan kompetensi melalui
program dan aktivitas peningkatan dan
pengembangan kompetensi, baik melalui V. KESIMPULAN
pelatihan bersifat jangka pendek maupun
penguatan konsepsional yang bersifat Melalui bahasan tentang hubungan
jangka panjang. Pendidikan dan pelatihan antara kualitas kerja birokrasi dengan
bagi aparatur perlu ditingkatkan pada kompetensi yang seyogyanya dimiliki oleh
kemampuan dalam melaksanakan tugas setiap aparatur birokrasi, sehingga dapat
dengan pendekatan learning by doing memberikan dampak signifikan dalam
dimaksud untuk pengembangan aspek peningkatan kualoitas kerja birokrasi
pengatahuan, ketrampilan dan sikap secara komprehensive, maka ada beberapa
sehingga dapat memiliki kom[etensi yang hal yang dapat menjadi kesimpulan,
tinggi dan sesuai dalam pelaksanaan tugas sebagai berikut :
berdasarkan kaedah-kaedah ilmu
1. Kompetensi merupakan salah satu
pengethuan dan teknologiserta tata nilai
konsepsi penting yang mengemuka
etik profesi ( Surjadi : 39 : 2009 ).
dan penting untuk menjadi tolak
Program tersebut harus dijadikan standar
ukur penting bagi aparat birokrasi
bagi setiap aparat birokrasi sebagai
pemerintah dalam melaksanakan
prasyarat utama untuk dapat diberi
tugas dan fungsinya.
tanggung jawab pada pekerjaan atau posisi
2. Sebagai institusi publik, birokrasi
tertentu. Hal ini perlu digaris bawahi,
pemerintah harus mampu dan
karena walaupun secara normatif sudah
berkemauan yang kuat untuk
ada aturan tentang hal tersebut, tapi dalam
meningkatkan kompetensi aparat
praktiknya masih sering diabaikan
birokrasi pada semua level sebagai
prasyarat kompetensi sebagai ukuran
upaya untuk meningkatkan kualitas
seseorang untuk ditempatkan pada tugas
kerjanya.
dan fungsi tertentu. Pada saat yang sama,
3. Peningkatan kompetensi aparat
harus diikuti dengan aktualisasi, baik
birokrasi dengan meningkatkan
dengan pola yang dikendalikan pihak luar
kemampuan kognisi dalam bentuk
melalui pematuhan terhadap norma dan
keterampilan dan pengetahuan,
aturan yang didorong oleh perintah atau
serta kemampuan afeksi untuk
meniru dari pihak luar. Pola ini
34

meningkatkan sikap dan perilaku Ndraha, Taliziduhu, 1999, Teori Budaya


aparat birokrasi. Organisasi, BKU IIP-UNPAD, Jakarta.
4. Upaya peningkatan kompetensi Rachbini, Didik J. 2001, Ekonomi Di Era
tersebut dilaksanakan secara Transisi Demokrasi, Ghalia Indonesia,
sistematis dan simultan, dengan Jakarta.
program peningkatan
................., 2004, Ekonomi Politik
pengembangan secara formal
Kebijakan dan Strategi Pembangunan,
sebagai prasyarat yang menjadi Granit, Jakarta
standar normatif untuk diberi
tanggung jawab terhadap tugas dan Siagian, Sondang P, 1994 , Patologi
fungsi tertentu dalam struktur Birokrasi Analisis, Identifikasi dan
Terapinya, Ghalia Indonesia,
birokrasi. selain itu adanya
Jakarta
penguatan perilaku dengan
mengimplementasikan sikap dan Surjadi, 2009, Pengembangan Kinerja
perilaku sehingg dapat Pelayanan Publik, Refika Aditama,
mewujudkan kualita kerja secara Bandung
keseluruhan bagi birokrasi Thoha, Miftah, 1995, Birokrasi Indonesia
pemerintah. Dalam Era Globalisasi, Batang Gadis,
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, 2009, Manajemen Kinerja,
Daft, Richard L (Alih Bahasa : Salim Rajawali Pers, Jakarta
,Emil dan Karmawan. Iman ), 2002,
Manajemen Edisi Kelima Jilid Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno, 2009,
II Erlangga, Jakarta Manajemen Sumber Daya Manusia
Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian,
................., (Penerjemah : Tita Maria Alfabeta, Bandung
Kanita) : 2014, Era Baru Manajemen,
Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai