Pasien anak laki – laki rujukan dari RS. Poso dibawa oleh ibunya tanggal 18
januari 2019 dengan usia 6 tahun 5 bulan berat badan 18 kg datang ke Rumah Sakit
Undata Palu dengan keluhan lemas sejak 1 minggu yang lalu. Lemas yang dirasakan
terus menerus dan lemas tidak membaik dengan istirahat. Pada hari ke 3 pasien
lemas, pasien juga mengeluhkan adanya BAB 1 kali berwarna kecoklatan dengan
konsistensi lunak berbentuk bulat – bulat , tidak ada lendir, tidak ada darah dan
tidak berbusa. Pasien juga mengeluhkan adanya muntah 1 kali berwarna kecoklatan
disertai gumpalan darah dengan volume ± ¾ gelas aqua. Riwayat panas, mimisan ,
gusi berdarah 1 kali. BAK lancar. Pasien sudah mendapatkan transfusi PRC sebanyak
3 kantong di RS Ampana dan didiagnosa dengan penyakit Susp.Leukemia
Saat datang di RSUD UNDATA Palu, anak dalam keadaan umum lemah
dengan kesadaran compos mentis,nadi 120 kali , pernapasan 24 kali, suhu 36 derajat
celcius, sebelumnya suhu saat di UGD 38 derajat celcius jam 02.00 WITA dan
diberikan paracetamol injeksi 200 mg dan pada saat masuk di ruangan PICU jam
07.00 WITA suhu 36 derajat celcius. Status Gizi baik. Kulit tampak kuning Pada
pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala normocephal, rambut hitam,
konjunctiva anemis (+/+), ikterik (+/+), Hidung rhinorrea (-), Bibir pucat kering, Mulut
sianosis (-), Tonsil T1/T1 dan pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan thorax didapatkan bentuk simetris, vokal
fremitus kanan kiri simetris , perkusi sonor , vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Whezing
(-/-), pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi ictus cordis di SIC V pada linea
midclavicularis kiri, , palpasi ictus cordis teraba di SIC V pada midclavicularis kiri,
perkusi batas jantung normal, dan auskultasi bunyi jantung I/II murni regular.Pada
pemeriksaan abdomen tampak perut datar, peristaltik kesan normal , nyeri tekan (+)
pada regio hipocondric dextra,hepatomegali (+) timpani (+). Pada pemeriksaan
anggota gerak ekstremitas atas bawah hangat dan tidak edema.
Pemeriksaan Laboratorium
Pasien anak laki – laki rujukan dari RS. Ampana dibawa oleh ibunya tanggal
18 januari 2019 dengan usia 6 tahun 5 bulan berat badan 18 kg datang ke Rumah
Sakit Undata Palu dengan keluhan lemas sejak 1 minggu yang lalu. Lemas yang
dirasakan terus menerus dan lemas tidak membaik dengan istirahat. Pada hari ke 3
pasien lemas, pasien juga mengeluhkan adanya BAB 1 kali berwarna kecoklatan
dengan konsistensi lunak berbentuk bulat – bulat , tidak ada lendir, ada darah dan
tidak berbusa. Pasien juga mengeluhkan adanya muntah 1 kali berwarna kecoklatan
disertai gumpalan darah dengan volume ± ¾ gelas aqua. mimisan , gusi berdarah ,
perdarahan spontan di. BAK lancar. Pasien sudah mendapatkan transfusi PRC
sebanyak 3 kantong di RS Ampana dan didiagnosa dengan penyakit Susp.Leukemia
Pada pemeriksaan fisik tampak anak dalam keadaan umum lemah dengan
kesadaran compos mentis,nadi 120 kali , pernapasan 24 kali, suhu 36,9 derajat
celcius, Status Gizi baik. Kulit tampak kuning Pada pemeriksaan kepala didapatkan
konjunctiva anemis (+/+), ikterik (+/+), Bibir pucat kering, pemeriksaan kelenjar
getah bening, paru, jantung dalam batas normal dan abdomen didapatkan nyeri
tekan pada regio hipocondric dextra dan hepatomegali (+).
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin terakhir pada tanggal 18/01//19
post transfusi WBC 200 cc dan transfusi trombosit 2 kantong didapatkan RBC 4,4 x
106/uL, HGB 12,1 mg/dl, HCT 36,4%, PLT 39 x 10 3/uL, WBC 1,1 x 103/uL. Pemeriksaan
Kimia darah pada tanggal 17/01/19 didapatkan GDS 98 mg/dl, Ureum 21 mg/dl,
Creatinin 0,2 mg/dl, SGOT 134 u/L, SGPT 276 u/L. Pada pemeriksaan analisis darah
tepi pada tanggal 18/01/19 didapatkan kesan anemia normositik normokrom,
disertai leukopenia dengan tanda infeksi, trombositopenia dan keganasan
hematologi tidak dapat disingkirkan.
DIAGNOSIS KERJA
Myelodysplastic syndrome
DIAGNOSIS BANDING
- Leukemia
TERAPI
ANJURAN
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis adalah pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan
perkembangan sel darah dari sel induk/asal/stem sel, dimana terjadi proliferasi,
maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.Proliferasi sel
menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan
proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel
darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Hematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantong kuning telur (yolk
sac) dan berlanjut dihati, limpa, nodus limfe, dan seluruh sumsum tulang janin yang
sedang berkembang.Setelah lahir dan masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk
dalam sumsum semua tulang.Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada
sumsum tulang merah (Red Bone Marrow) yang ditemukan dalam tulang
membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel
darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari sumsum tulang melalui
vena rangka.
Red bone marrow (RBM) merupakan jaringan ikat yang sangat
tervaskularisasi yang terletak pada rongga-rongga mikroskopik diantara traberkula
jaringan tulang spons. RBM terutama terdapat pada tulang aksial, pektoral, dan
pelvis, dan pada epifisa proksimal dari humerus dan femur. Sekitar 0,005-0,1% sel-
sel RBM merupakan derivasi dari mesenkim, yang dinamakan pluripotent stem cells
atau hemositoblast. Sel-sel ini memiliki kapasitas untuk berkembang menjadi banyak
tipe sel lain. Pada bayi yang baru lahir, seluruh bone marrow merupakan RBM yang
aktif dalam produksi sel darah. Seiring dengan pertumbuhan individu, rata-rata
produksi sel darah berkurang; RBM pada rongga medular tulang panjang menjadi
tidak aktif dan digantikan oleh yellow bone marrow (YBM) yang merupakan sel-sel
lemak. Pada kondisi-kondisi tertentu, seperti saat terjadi pendarahan, YBM dapat
berubah menjadi RBM dengan ekstensi RBM kearah YBM, dan repopulasi YBM oleh
pluripotent stem cells.
Stem cells pada RBM memperbanyak diri sendiri, berproliferasi, dan
berdiferensiasi menjadi sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi sel darah,
makrofag, sel retikular, sel mast, dan adiposit. Sebagian stem cells juga membentuk
osteoblast, chondroblast, dan sel-sel otot. Sel retikular memproduksi serabut
retikular, yang membentuk stroma untuk menunjang sel-sel RBM. Saat sel darah
selesai diproduksi di RBM, sel tersebut masuk ke sirkulasi darah melalui sinusoid
(sinus), kapiler-kapiler yang membesar dan mengelilingi sel-sel dan serabut RBM.
Terkecuali limfosit, sel-sel darah tidak membelah setelah meninggalkan RBM.
Untuk membentuk sel darah, pluripotent stem cells di RBM memproduksi 2
jenis stem cells lanjutan, yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi
beberapa jenis sel. Sel-sel ini dinamakan myeloid stem cells dan lymphoid stem cells.
Sel myeloid memulai perkembangannya di RBM, dan selanjutnya akan menghasilkan
sel-sel darah merah, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Sel lymphoid
mulai berkembang di RBM dan mengakhiri perkembangannya di jaringan-jaringan
limpatik; sel-sel ini akan membentuk limfosit.
Saat berlangsung hematopoiesis, beberapa sel myeloid berdiferensiasi
menjadi sel progenitor. Sel myelod yang lain dan sel-sel lymphoid berkembang
langsung menjadi sel prekursor. Sel-sel progenitor tidak lagi memiliki kemampuan
untuk memperbanyak dirinya sendiri, dan sebagai gantinya membentuk elemen
darah yang lebih spesifik.
Pada tahap selanjutnya, sel-sel ini dinamakan sel prekursor, dikenal juga
dengan sebutan blast. Melalui beberapa tahap pembelahan, sel-sel ini berkembang
menjadi sel darah yang sebenarnya. Sebagai contoh, monoblast berkembang
menjadi monosit, myeloblast eosinofilik berkembang menjadi eosinofil, dan
seterusnya. Sel prekursor dapat dikenali dan dibedakan gambaran mikroskopisnya. 1
Gambar Hematopoiesis
Gambar Hematopoiesis
DEFINISI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang muncul berdasarkan gambaran sumsum tulang yang berupa aplasia
sistem eritropoitik, granulopoitik dan trombopoitik, serta aktifitas relatif sisteln
limfopoitik dan sistem retikuloendotelial. Aplasia sistem eritropoitik dalam darah
tepi akan terlihat sebagai retikulositapenia yang disertai dengan merendahnya kadar
Hb, hematokrit dan hitung eritrosit serta MCV(mean corpuscular volume). Secara
klinis anak tampak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti anoreksia,
lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan sebagainya. Oleh karena sifatnya
aplasia sistem hematopoitik, maka umumnya tidak ditemukan ikterus, pembesaran
limpa, hepar maupun kelenjar getah bening.
DIAGNOSIS
Dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat, perdarahan, tanpa adanya
organomegali (hepato-splenomegali).Gambaran darah tepi menunjukkan
pansitopenia dan limfositosis relatif. Diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan
biopsi sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong
dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik,granulopoitik dan trombopoitik. Di
antara sel sumsum tulang yang sedikit ini banyak ditemukan liinfosit, sel SRE (sel
plasma,fibrosit,osteoklas,sel endotel).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Darah
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Anemia
yang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai dengan tanda-tanda
regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi
menandakan bukan anemia aplastik. Presentase retikulosit umumnya normal atau
rendah. Pada sebagian kecil kasus, persentase retikulosit ditemukan lebih dari 2%.
Akan tetapi, bila nilai ini dikoreksi terhadap beratnya anemia (corrected reticulocyte
count) maka diperoleh persentase retikulosit normal atau rendah juga. Adanya
retikulositosis setelah dikoreksi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-kadang
pula dapat ditemukan makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis.
Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel darah
putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit. Limfositosis relatif
terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah neutrofil kurang dari 500/mm 3 dan
trombosit kurang dari 20.000/mm 3 menandakan anemia aplastik berat. Jumlah
neutrofil kurang dari 200/mm3 menandakan anemia aplastik sangat berat.
Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas normal.
Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit atau trombosit
bukan merupakan gambaran klasik anemia aplastik yang didapat (acquired aplastic
anemia). Pada beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang
berkurang sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik
trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain juga akan
berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga diagnosis anemia
aplastik dapat ditegakkan.
Laju endap darah biasanya meningkat. Waktu pendarahan biasanya
memanjang dan begitu juga dengan waktu pembekuan akibat adanya
trombositopenia. Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin
ditemukan pada anemia aplastik konstitusional.
Plasma darah biasanya mengandung growth factor hematopoiesis, termasuk
erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi koloni myeloid. Kadar
Fe serum biasanya meningkat dan klirens Fe memanjang dengan penurunan
inkorporasi Fe ke eritrosit yang bersirkulasi.
Gambar Apusan
Darah Tepi pada Anemia Aplastik
PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan Suportif
Bila terapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit berupa
packed red cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih pada orang tua dan
pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Resiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm 3.
Transfusi trombosit diberikan bila terdapat pendarahan atau kadar trombosit
dibawah 20.000/mm3 sebagai profilaksis. Pada mulanya diberikan trombosit donor
acak. Transfusi trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan pembentukan
zat anti terhadap trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi, donor diganti dengan yang
cocok HLA-nya (orang tua atau saudara kandung).
Pemberian transfusi leukosit sebagai profilaksis masih kontroversial dan tidak
dianjurkan karena efek samping yang lebih parah daripada manfaatnya. Masa hidup
leukosit yang ditransfusikan sangat pendek.
B. Terapi Imunosupresif
Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte
globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CSA). ATG atau
ALG diindikasikan pada :
1. Anemia aplastik bukan berat
2. Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
3. Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada saat
pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan
granulosit lebih dari 200/mm3
Mekanisme kerja ATG atau ALG belum diketahui dengan pasti dan mungkin
melalui koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediated pada sel asal dan
stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap hemopoiesis.
Karena merupakan produk biologis, pada terapi ATG dapat terjadi reaksi
alergi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid. Siklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya dengan
menghambat aktivasi dan proliferasi preurosir limfosit sitotoksik. Sebuah protokol
pemberian ATG dapat dlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Protokol Pemberian ATG pada Anemia Aplastik
Protokol Pemberian ATG pada Anemia Aplastik
Dosis test ATG :
ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada
lengan dengan saline kontrol 0,1 cc disuntikkan intradermal pada
lengan sebelahnya. Bila tidak ada reaksi anafilaksis, ATG dapat
diberikan.
Premedikasi untuk ATG (diberikan 30 menit sebelum ATG) :
Asetaminofen 650 mg peroral
Difenhidrahim 50 mg p.o atau intravena perbolus
Hidrokortison 50 mg intravena perbolus
Terapi ATG :
ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari
Obat-obat yang diberikan serentak dengan ATG :
Prednison 100 mg/mm2 peroral 4 kali sehari dimulai bersamaan dengan
ATG dan dilanjutkan selama 10-14 hari; kemudian bila tidak terjadi
serum sickness, tapering dosis setiap 2 minggu.
Siklosporin 5mg/kg/hari peroral diberikan 2 kali sehari sampai respon
maksimal kemudian di turunkan 1 mg/kg atau lebih lambat. Pasien
usia 50 tahun atau lebih mendapatkan dosis siklosporin 4mg/kg.
Dosis juga harus diturunkan bila terdapat kerusakan fungsi ginjal
atau peningkatan enzim hati.
PROGNOSIS