1
Arthur Muhammad Farhaby, “Analisis Produksi Serasah Mangrove Di Pantai Mang
Kalok Kabupaten Bangka”, Jurnal Enggano, (2019), Vol. 4. No. 1. h. 25.
1
sumbangan bahan organik bagi tanah hutan, serta menjadi sumber makanan bagi
kehidupan fauna tanah. Akumulasi bahan organik hasil dekomposisi serasah hutan
mangrove bermanfaat memperkaya hara pada ekosistem mangrove sebagai daerah
asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground),
dan perlindungan bagi aneka biota perairan. 2
Serasah berfungsi sebagai tempat penyimpan air sementara yang selanjutnya
akan dilepaskan ke dalam tanah bersama dengan bahan organik yang berbentuk
zat hara larut, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan kapasitas penyerapan.
Peran serasah dalam proses penyuburan tanah dan tanaman sangat tergantung
pada laju produksi dan laju dekomposisi serasah. Menurut Dita dekomposisi yaitu
proses penguraian bahan organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan baik
secara fisik maupun kimia menjadi senyawa anorganik (mineral) secara sederhana
yang dapat memberikan hara mineral sehingga dapat dimanfaatkan langsung oleh
tumbuhan sebagai sumber nutrisi. 3
Dekomposisi serasah merupakan proses penguraian serasah yang menjadi
kompenen penting dari proses siklus nutrisi karena dapat memberikan kontribusi
besar terhadap kesuburan tanah. Dekomposisi serasah daun Shorea guiso
dilakukan menggunakan litter-bag berukuran 30 cm x 40 cm. Setiap litter-bag
berisi 100 g berat kering serasah Shorea guiso. Kantong serasah kemudian
diikatkan pada patok bambu dan diletakkan di bawah tegakan Shorea guiso. 4
2
Yunus Watumlawar” Produksi Dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove (Sonneratia
Sp) Di Kawasan Hutan Mangrove Bahowo, Kelurahan Tongkaina Kecamatan Bunaken Sulawesi
Utara ” , Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, (2019), Vol. 13, No. 1.
3
Ory Kurnia Ayu Devianti dkk, ” Studi Laju Dekomposisi Serasah Pada Hutan Pinus di
Kawasan Wisata Taman Safari Indonesia II Jawa Timur ” Jurnal Sains Dan Seni Its,(2017), vol.2.
No.6, h.87.
4
Rudi Candra Aditama, dkk, “Struktur Komunitas Serangga Nocturnal Area Pertanian
Padi Organik Pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang”, Jurnal
Biotropika, Vol. 1, No. 4, (2013), h. 189.
2
V. Alat dan Bahan :
a. Alat:
1. GPS
2. Tali rafia
3. Mereran
4. Alat tulis
5. Cuter/ Gunting
b. Bahan:
1. Objek berupa komunitas tumbuhan dan serasah yang berukuran
1x1 meter.
3
10. Dilakukan pengukuran ketinggian dan mendeteksi lokasi pengamatan
dengan GPS.
11. Diperoleh nilai stok karbon pada aplod yang dilakukan Estimasi maka
stok karbon pohon dihitung dengan persamaan W=0,188
DBH ,Khusus untuk hutan dengan curah hujan 1500-4000 mm.
12. Distok karbon Anderstorey dan Serasah dihitung dengan persamaan
berikut:
Biomassa total
berat basah total ( kg ) x berat kering subsampel( g)
kg /m 2 = 2
berat basah subsampel ( g ) x luas area m
4
VII. Hasil Pengamatan :
1. Serasah plot II
1. Serasah plot IV
5
1. Penimbangan serasah
1. Penjemuran serasah
6
Plo Berat Berat Berat Luar Rumus Hasil
t Basah Basah Kering Area
Total Subsam Subsamp (m¿¿ 2)¿
(g) pel (g) el (g)
I. 600 g 100 g 45 g 1 m2 BB Total ( g ) x BK Subsampel ( g) 270
BM Total 2
BB subsampel ( g ) x Luas area(m )
2 g/m
II. 540 g 100 g 40 g 1 m2 BB Total ( g ) x BK Subsampel ( g) 216
BM Total 2
BB subsampel ( g ) x Luas area(m2 ) g/m
III. 450 g 100 g 30 g 1 m2 BB Total ( g ) x BK Subsampel ( g) 135
BM Total
BB subsampel ( g ) x Luas area(m )
2 g/m2
IV. 300 g 100 g 35 g 1 m2 BB Total ( g ) x BK Subsampel ( g) 105
BM Total
BB subsampel ( g ) x Luas area(m2 ) g/m2
Penyelesaian:
600 ( g ) x 45( g) 27.000(g)
Plot I : Biomassa Total 2
= 2
=270 g /m2
100 ( g ) x 1(m ) 100(m )
VIII. Pembahasan :
7
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di danau laut tawar, Aceh
Tengah diketahui bahwa serasah dedaunan merupakan hasil dari aktifitas alami
tumbuhan. Serasah daun dapat terurai secara alami, namun membutuhkan waktu
yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akumulasi karbon organik
pada tumbuhan (serasah, herba, dan pohon), tepatnya di daerah danau lut tawar,
Aceh Tengah. Umumnya, serasah dari spesies yang tumbuh pada lingkungan yang
miskin unsur hara lebih sulit terdekomposisi dan akan menyebabkan lambatnya
proses siklus hara pada lingkungan tersebut dibanding serasah yang berasal dari
tanaman yang hidup pada lingkungan yang kaya unsur hara.
8
musim kemarau persaingan diantara tanaman dan antar organ dalam satu tanaman
untuk mendapat air, sehingga akan menyebabkan terjadinya efisiensi dalam proses
fotosintesis dan tanaman akan cepat melakukan regenerasi. Selain itu, jenis
penyusunan, tingkat kerapatan pohon, dan luas bidang dasar suatu tegakan
diketahui akan berpengaruh terhadap produktivitas serasah suatu tegakan.
IX. Kesimpulan :
1. Serasah atau sarap yaitu istilah yang diberikan untuk sampah-sampah
organik yang berupa tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan
berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun yang
sudah mengering dan berubah dari warna aslinya.
2. Serasah dedaunan merupakan hasil dari aktifitas alami tumbuhan.
3. Beberapa faktor yang memengaruhi jatuhan serasah yaitu keadaan
lingkungan meliputi kondisi iklim, ketinggian, dan kesuburan tanah.
4. Produktivitas serasah akan meningkat dan mencapai maksimum pada
musim kemarau dan menurun pada musim hujan
5. Seresah memiliki peranan yang penting di lantai hutan karena sebagian
besar pengembalian unsur hara ke lantai hutan berasal dari seresah.
X. Daftar Pusttaka :
Ayu, Ory Kurnia Devianti, dkk. 2017. “Studi Laju Dekomposisi Serasah
Pada Hutan Pinus di Kawasan Wisata Taman Safari Indonesia II
Jawa Timur”. Jurnal Sains Dan Seni Its. Vol. 2. No. 6.
Kusmana, Cece. 2021. “Laju Dekomposisi Serasah Daun Shorea Guiso Di
Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat”. Jurnal Silvikultur
Tropika. Vol. 12. No. 3.
Farhaby, Arthur Muhammad. 2019. “Analisis Produksi Serasah Mangrove
Di Pantai Mang Kalok Kabupaten Bangka”. Jurnal Enggano. Vol. 4.
No. 1.
Watumlawar, Yinus. 2019. “Produksi Dan Laju Dekomposisi Serasah
Mangrove (Sonneratia sp.) Di Kawasan Hutan Mangrove Bahowo,
9
Kelurahan Tongkaina Kecamatan Bunaken Sulawesi Utara”. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis. Vol. 13. No. 1.
10