Anda di halaman 1dari 14

PENGAPLIKASIAN SELF MANAGEMENT DALAM MEREDUKSI PERILAKU

IMPULSIF

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Modifikasi Perilaku

Disusun oleh :

Adisty Sheyra Muchyi Pratama 200207004

Aliza Nur Muhammad 200207014

Anggi Maulani 200207022

Anindya Aprilliani 200207025

Annisa Salsabila Rahman 190207007

Arum Via Laksinta 200207031

Delia Ratna Sari 200207058

Muhammad Hafizdhuddin Alfaiz 200207158

Nada Haifa Fauzia 200207173

Syifa Sri Yogaswara 200207282

Yudi Hadiana Hidayat 200207306

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat
iman dan nikmat kesehatan dalam melaksanakan segala aktivitas hidup kita dengan melakukan
kuliah melalui daring sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Modifikasi Perilaku dengan judul “Reinforcement, Extinction, and
Punishment”.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Modifikasi
Perilaku yang diberikan oleh Ibu Vina Lusiana, M.Psi., Psikolog. Makalah ini telah kami susun
dengan sebaik baiknya.

Dalam makalah ini kami sadar akan banyaknya kesalahan penulisan, tata bahasa,
susunan kalimat dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca terutama dari Dosen pengajar mata kuliah Modifikasi Perilaku.

Demikian kata pengantar ini kami buat. Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen
pengajar mata kuliah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat untuk kita semua yang
membacanya agar menambahnya wawasan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, 11 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 1
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 2
1.3.1 Manfaat Teoritis: ........................................................................................................... 2
1.3.2 Manfaat praktis : ........................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN REMAJA ................................................................................................................ 3
2.1 Teori Self-Management ............................................................................................................. 4
2.1.1 PENGERTIAN SELF-MANAGEMENT ............................................................................... 4
2.1.2 FAKTOR SELF-MANAGEMENT ........................................................................................ 4
2.1.3 MANFAAT SELF-MANAGEMENT .................................................................................... 5
2.1.4 LANGKAH SELF-MANAGEMENT ........................................................................................ 5
2.2 Teori Impulsif ............................................................................................................................ 6
2.2.1 PENGERTIAN IMPULSIF.................................................................................................. 6
2.2.2 ASPEK-ASPEK IMPULSIF ................................................................................................ 7
2.2.3 TIPE PERILAKU IMPULSIF.............................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................................................ 9
METODE PELAKSANAAN ............................................................................................................. 9
3.1 Metode Pelaksanaan ........................................................................................................... 9
3.2 Gambaran Umum Rencana Kegiatan ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak menuju dewasa. Masa ini
biasa disebut sebagai masa kematangan, baik secara fisik dan psikis. Maka dari itu, masa
remaja sering dikatakan sebagai masa labil manusia, karena remaja harus mulai melepaskan
sifat kekanak-kanakan menuju sifat kedewasaan. Namun tak jarang, dalam masa peralihan ini
masih banyak remaja yang belum tumbuh secara optimal, terutama dalam segi emosional.
Menurut Moeller (2001), impulsif didefinisikan sebagai kecenderungan bertindak cepat
dan tidak terencana untuk menanggapi rangsangan eksternal dan internal tanpa
mempertimbangkan konsekuensi negatif dari tindakan ini. Perilaku impulsif biasanya sering
terjadi pada anak-anak, karena mereka lebih mengedepankan insting dibandingkan pemikiran.
Tetapi tak dipungkiri, perilaku ini juga dapat muncul pada remaja, karena remaja masih di fase
peralihan, sehingga mereka pun bisa saja tidak mempedulikan perilaku ini.
Tentu perilaku impulsif ini perlu dihilangkan, saat anak-anak kita masih dapat
mengatakan hal yang wajar. Namun jika sudah beralih ke masa remaja dan dewasa, perlu
adanya perhatian lebih lanjut. Maka, di masa peralihan atau masa remaja adalah waktu yang
riskan untuk pengurangan perilaku-perilaku negatif, salah satunya perilaku impulsif ini.
Menurut beberapa penelitian yang ada sebelumnya, terdapat beberapa cara untuk dapat
mengurangi perilaku impulsif. Pada rancangan kali ini, kami mencoba untuk mengaplikasikan
teori manajemen diri untuk mereduksi perilaku impulsif. Self management sendiri dapat
diartikan sebagai suatu upaya mengelola diri sendiri kearah yang lebih baik sehingga dapat
menjalankan misi yang disusun dalam rangka mencapai tujuan.

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengaplikasian self
management dalam mereduksi perilaku impulsif pada remaja.

1
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Teoritis:
1. Mampu mengetahui proses perancangan dalam proses pengaplikasian Self
Management dalam mereduksi perilaku impulsif pada remaja.
2. Mampu menganalisis perancangan yang membahas tentang self management
3. menggambarkan rancangan self management yang tertulis maupun peng implikasian
dalm kehidupan.
1.3.2 Manfaat praktis :
1. Bagi remaja, Self management ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari untuk
mengurangi tingkat impulsif dalam diri.
2. Self management juga dapat diimplementasikan dalam pengendalian emosi dalam
memutuskan sesuatu dalam bertindak.
3. Bagi pembaca dan penulis proposal ini dapat diimplementasikan untuk menambah serta
mengembangkan pengetahuan self management serta merealisasikan rancangan yang
telah dibuat, dalam upaya penurunan impulsif dalam individu.

2
BAB II

PEMBAHASAN REMAJA

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin
adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Masa remaja
adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak
dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja disebut juga sebagai masa penghubung atau
masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan-perubahan mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, serta
fungsi seksual. Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan,
ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan.
Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri.
Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja
yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan
lainnya (storm and stress period).

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja
yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi
sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual


sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.

Dalam tahap perkembangan, remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum
masa dewasa. Terjadinya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja baik perubahan
fisik maupun perubahan psikis menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan
dengan masa perkembangan lainnya. Transisi yang terjadi dalam perkembangan pada masa
remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses

3
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Bagian dari masa dewasa
antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan
kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990).

2.1 Teori Self-Management


2.1.1 PENGERTIAN SELF-MANAGEMENT

Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu menjadikan dirinya sebagai
manusia yang berkualitas dan bermanfaat dalam menjalankan misi kehidupannya. Self
management membuat orang mampu mengarahkan setiap tindakannya kepada hal-hal positif.
Secara sederhana self management dapat diartikan sebagai suatu upaya mengelola diri sendiri
kearah yang lebih baik sehingga dapat menjalankan misi yang disusun dalam rangka mencapai
tujuan.

Self management membuat orang mampu mengarahkan setiap tindakannya kepada hal-hal
positif. Secara sederhana self management dapat diartikan sebagai suatu upaya mengelola diri
sendiri ke arah yang lebih baik sehingga dapat menjalankan misi yang diemban dalam rangka
mencapai tujuan. Self management atau manajemen diri mengacu pada konsep pengaturan dan
pengolahan diri. Ada beberapa pendekatan yang berupaya untuk mendefinisikan manajemen
diri, di antaranya adalah pendekatan affect, behavior and cognition (ABC) yang berusaha
memahami konsep ini dengan mempertimbangkan interaksi antara perasaan, perilaku, dan
pikiran dalam upaya pemahamannya (DiIorio et al, 2006).

Berdasarkan konsep manajemen diri yang dikemukakan oleh O’Keefe & Berger (1999)
yang menggunakan Pendekatan affection, behavior, and cognition (ABC) dalam upaya
pemahamannya, maka unsur-unsur manajemen diri terdiri atas: Pertama, perasaan/afek
(affect), yakni segala perasaan yang meliputi semua bentuk emosi dan sensasi, yang memiliki
pengaruh besar terhadap motivasi individu untuk melakukan sesuatu. Kedua, perilaku
(behavior), yakni segala tindakan yang dapat dilihat baik oleh diri sendiri maupun oleh orang
lain, dan respon- respon yang dapat diobservasi.

2.1.2 FAKTOR SELF-MANAGEMENT

Menurut Junaidi (2010), beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap self
management adalah sebagai berikut:

4
1. Kesehatan (health). Dengan adanya penyesuaian diri maka kesehatan fisik menjadi hal
yang paling penting bagi seseorang. Karena untuk mencapai kesehatan antara perasaan
dan emosi seseorang harus seimbang.
2. Ketrampilan (skill). Seseorang yang mampu mengatur kehidupannya, dilihat bahwa
orang tersebut mampu melakukannya apa tidak, maka individu tersebut dapat
menyimpulkan untuk menjadi orang yang memiliki beberapa keahlian dibidang tertentu,
maka terwujudlah tujuan dalam hidupnya.
3. Aktivitas (action). Seseorang yang memiliki imajinasi moral yang tinggi maka orang
tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang mampu mengembangkan aktivitas
hidupnya, sehingga nantinya dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan bagi orang
lain.
4. Identitas diri (identity). Identitas diri adalah sebuah rancangan yang mengharuskan
individu untuk menata prinsip secara konsisten. Dan untuk mengukur pemahaman
seseorang dan memberikan penilaian terhadap keadaan diri yang dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan sebuah tindakan.

2.1.3 MANFAAT SELF-MANAGEMENT

Manfaat self management menurut Komalasari, Wahyuni, Karsih, (2011:180) adalah


sebagai berikut:

1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan perbuatan
sehingga dapat berkembang secara optimal.
2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan perasaan bebas dari
kontrol orang lain
3. Dengan meletakkan perubahan sepenuhnya kepada individu maka dia akan
menganggap perubahan yang terjadi karena usaha sendiri dan lebih tahan lama.
4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan sendiri.

2.1.4 LANGKAH SELF-MANAGEMENT

Menurut Gantina (2011), self management biasanya dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Tahap monitor diri atau observasi diri.


Pada tahap ini dengan sengaja mengamati tingkah lakunya sendiri serta mencatatnya
dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar cek atau catatan observasi. Hal-hal

5
yang perlu diperhatikan siswa dalam mencatat tingkah lakunya adalah frekuensi,
intensitas, dan durasi tingkah laku.
2. Tahap evaluasi diri
Pada tahap ini membandingkan hasil catatan tingkahlaku dengan target tingkahlaku
yang telah dibuat. Perbandingan ini dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dan
efisien program. Bila program tersebut tidak berhasil maka perlu ditinjau kembali
program tersebut, apakah target tingkahlaku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang
terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan
tidak sesuai.
3. Tahap pemberian penguatan dan penghapusan
Pada tahap ini mengatur dirinya sendiri, memberikan penguatan pada diri. Tahap ini
merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari siswa
untuk melaksanakan program yang telah dibuat secara kontinyu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self management terjadi karena adanya
suatu usaha pada individu untuk memotivasi diri, mengelola semua unsur yang terdapat di
dalam dirinya, berusaha untuk memperoleh apa yang ingin dicapai, serta mengembangkan
pribadinya agar lebih baik. Ketika individu mengelola semua unsur yang terdapat didalam
dirinya yang meliputi pikiran, perasaan dan tingkah laku, maka dapat dikatakan bahwa
individu tersebut telah memiliki kemampuan self management.

2.2 Teori Impulsif

2.2.1 PENGERTIAN IMPULSIF


Menurut Moeller (2001), impulsif didefinisikan sebagai kecenderungan bertindak cepat
dan tidak terencana untuk menanggapi rangsangan eksternal dan internal tanpa
mempertimbangkan konsekuensi negatif dari tindakan ini. Moeller mengaitkan impulsif
dengan otomatisitas: pengambilan keputusan yang cepat, kurangnya perencanaan dan
pandangan ke depan, yang mencegah penilaian yang tepat atas konsekuensinya (dalam
Herman, Critchley & Duka, 2018). Menurut Daruna dan Barnes (1993), impulsif tercermin
dalam berbagai perilaku maladaptif, tidak terencana atau diekspresikan secara prematur, tidak
sesuai dengan situasi, berisiko atau mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Perilaku impulsif seringkali dianggap sebagai gejala dari banyak kondisi kejiwaan dan
neurologis (American Psychiatric Association, 2013).namun hal ini juga merupakan elemen

6
kepribadian individu yang sehat. American Psychiatric Association (2013) menggambarkan
impulsivitas sebagai kegagalan mengendalikan impuls atau godaan untuk melakukan tindakan
yang merugikan individu atau orang lain.Barrat dan Patton (1995) mendefinisikan impulsif
sebagai konstruk yang relevan untuk menjelaskan perbedaan normal antara kepribadian dan
patologi kepribadian yang lebih ekstrim di antara populasi klinis. Impulsif dipandang sebagai
predisposisi terhadap reaksi yang cepat dan tidak terencana terhadap rangsangan internal atau
eksternal tanpa memperhatikan konsekuensi negatif dari reaksi ini terhadap individu impulsif
ataupun orang lain. Menurut Daruna dan Barnes (1993), impulsif tercermin dalam berbagai
perilaku maladaptif, tidak terencana atau diekspresikan secara prematur, tidak sesuai dengan
situasi, berisiko atau mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

2.2.2 ASPEK-ASPEK IMPULSIF


Terdapat empat aspek impulsif yang digunakan sebagai dasar untuk penciptaan sebuah
skala yang disebut UPPS Impulsive Behavior Scale yaitu sebagai berikut ;
1. Urgensi
Urgensi mengacu pada kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku impulsif dalam
kondisi yang mempengaruhi negatif, mungkin untuk mengurangi emosi negatif,
walaupun berpotensi menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang membahayakan.
Pencetak skor tinggi juga mengalami kesulitan menahan hasrat dan godaan.
2. Premeditasi
Aspek premeditasi merupakan kecenderungan untuk berpikir dan merenungkan
konsekuensi tindakan sebelum melakukan tindakan Konseptualisasi ini sering dianggap
sebagai definisi prototipikal masalah kontrol impuls. Selain itu, faktor ini mungkin
terkait dengan definisi perilaku impulsif yang berfokus pada pilihan penghargaan yang
lebih kecil dan segera tersedia dengan imbalan yang lebih dihargai namun tertunda.
3. Ketekunan
Faktor ketiga, mengacu pada ketidakmampuan individu untuk tetap fokus pada tugas
yang mungkin membosankan atau sulit. Individu yang tinggi akan kurangnya
ketekunan akan mengalami kesulitan menyelesaikan proyek dan bekerja dalam kondisi
yang membutuhkan hambatan terhadap rangsangan yang mengganggu.
4. Sensation Seeking
Aspek ini didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menikmati dan mengejar
aktivitas yang menggairahkan, dan keterbukaan untuk pengalaman baru.

7
2.2.3 TIPE PERILAKU IMPULSIF
Evenden, mengklaim bahwa impulsivitas dapat mempengaruhi tindakan pada tahap
proses yang berbeda selama tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, dan fase hasil. Oleh
karena itu, ia mengusulkan sebuah model impulsif yang mencerminkan peran impulsif pada
masing-masing tahap tersebut, yaitu:
1. Persiapan impulsif, yang melibatkan respon sebelum semua informasi yang diperlukan
diperoleh.
2. Eksekusi impulsif, yang berkaitan dengan kegagalan dalam mengikuti petunjuk dan
kesulitan menunggu giliran.
3. Impulsif pada tahap hasil, yang berakibat pada ketidakmampuan untuk menunda
kepuasan (dalam Herman, Critchley & Duka, 2018).

8
BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam “Pengaplikasian Self-
Management dalam Mereduksi Perilaku Impulsif” ini merupakan serangkaian proses kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terencana yang meliputi beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan apa saja hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan yang
meliputi alat dan bahan dan dilaksanakan selama 1 minggu sebelum kegiatan
dilaksanakan
2. Tahap Sosialisasi
Dilaksanakan maksimal 3 hari sebelum kegiatan, yang mana tim akan melaksanakan
pemberitahuan/sosialisasi kepada sasaran pelaksanaan program dan menyetujui tanggal
dilakukannya kegiatan.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilaksanakan dengan melakukan izin atau informed consent kepada sasaran
yang sudah diberi sosialisasi sebelumnya.
4. Tahap Evaluasi dan Pembuatan Laporan
Pada tahap ini, tim membahas mengenai hasil yang telah dilaksanakan selama kegiatan
berlangsung dan menyusunnya ke dalam laporan akhir.

3.2 Gambaran Umum Rencana Kegiatan


Pada rencana kegiatan untuk mengaplikasikan self management dalam mereduksi
perilaku impulsif ini meliputi beberapa kegiatan yang akan dilakukan :
1. Tahap observasi diri
Tahap ini dilakukan untuk mengurangi perilaku impulsif dengan cara observasi diri.
Dimana pada tahap ini subjek akan mengklasifikasikan hal apa saja yang diperlukan
dengan yang tidak diperlukan. Dalam kegiatan ini subjek akan diminta untuk
mengurutkan skala kebutuhan dengan merencanakan kebutuhan pokok apa saja yang ia
butuhkan selama satu minggu kedepan. Subjek juga akan diminta untuk mencatat
barang apa saja yang sudah ia beli setiap minggunya. Harapannya subjek dapat
mengurangi godaan dalam membeli barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan.

9
2. Tahap evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah subjek sudah berhasil mengurangi
perilaku impulsif. Pada tahap ini subjek akan diminta untuk melihat kembali barang apa
saja yang sudah dibeli, dan subjek juga harus menuliskan alasan mengapa ia membeli
barang tersebut. Setelah kedua hal tersebut sudah dilakukan, subjek akan diminta
kembali untuk menilai apakah ia sudah berhasil mengurangi perilaku impulsif tersebut.
3. Tahap pemberian kekuatan dan penghapusan
Tahap ini dilakukan untuk memberikan pandangan baru kepada subjek dalam melihat
skala kebutuhan.

3.3 Jadwal Kegiatan


Selain penekanan dalam berbagai aspek di lingkungan subjek juga penekanan dalam
perilaku keseharian, terdapat rancangan kegiatan yang dapat dilakukan oleh subjek tentunya
diawasi oleh orang tua/ pengasuh untuk dapat mereduksi perilaku impulsif dengan manajemen
diri.

No Kegiatan Minggu Ke- Ket

1 2 3 4 5 6 7

1 Tahap monitor/ observasi diri

2 Tahap evaluasi diri

3 Tahap pemberian kekuatan dan penghapusan

4 Tahap pembiasaan

Kegiatan dilakukan selama 7 minggu, karena mendasari teori bahwasanya suatu


perilaku dapat menjadi kebiasaan saat dilakukan selama minimal 40 hari/ 5-6 minggu. Maka
kami menempatkan rencana kegiatan selama 7 minggu untuk membentuk pola kebiasaan yang
baru.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi Diandra H. (2018). Jurnal Hubungan Antara Perilaku Impulsif Dengan


Kecenderungan Nomophobia Pada Remaja.

Aldianita Nitydhira. (2019). Jurnal Hubungan kontrol diri dan perilaku impulsif pada
remaja,Universitas Persada Indonesia.

Gunarsa, S.D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence-Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai