Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH FARMAKOKINETIKA

DI SUSUN

OLEH :

NURZAMI ( 2101012014 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS INSTITUT KESEHATAN
HELVETIA MEDAN
2022

KATAPENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Puji syukur kami ucapkankehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya serta dorongan darisemua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada
makalah ini dengan baik dan seksama.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah memenuhi salah satu dari beberapasyarat
untuk menuju kompeten pada setiap tugas dan untuk mendorong para mahasiswa agar
meningkatkan kreatifivitas. kami mengucapkan terima kasih kepadaIbu Septi
ii
Muharni ,M.Farm,Apt. yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan juga kepada semua pihak yang tidak dapat di
sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan partisipasi nya baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam melenyesaikan tugas pada makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Ibu, Serta Rekan-Rekansekalian.
kami menyadari bahwa tulisan masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan besertakesempurnaan adalah milik Allah SWT. kami
berharap semoga tugas makalah ini dapat memberikan manfaat dan pencerahaan untuk
rekan-rekan yang membaca pada saat melakukan pengamatan lebih lanjut.

Wassalamualaikum.Wr.wb

Medan , Desember 2022

Penulis

iii
DAFTARISI

KATAPENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTARISI...................................................................................................................iii

BABIPENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang...........................................................................................................1

1.2 RumusanMasalah.......................................................................................................2

1.3 TujuanPenulisan.........................................................................................................2

BABIIPEMBAHASAN

2.1 TDM(TherapeuticDrugMonitoring)..........................................................................3

2.2 TPN(TotalParenteralNutrition).................................................................................13

2.3 HeandlingSitostatika.................................................................................................18

BABIIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan................................................................................................................38

3.2 Saran..........................................................................................................................38

DAFTARPUSTAKA.....................................................................................................40

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATARBELAKANG

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan istilah Drug Therapy
Monitor yang artinya adalah Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam
darah. Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya adalah untuk mengukur kadar
atau level obat yang ada di dalam darah, dengan begitu, maka dosis obat yang efektif
dalam darah dapat ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik atau
keracunan obat di dalam tubuh.

Pasien dengan penyakit berat perlu pemenuhan kebutuhan nutrisi yangmencukupi.


Dalam perawatan intensif (intensive care), seringkali muncul kasus
malnutrisiterhadapproteindankaloriyangtidakmemungkinkanuntukdilakukan
pemberiannutrisisecara oral karena adanya gangguan saluran pencernaan, sehingga
perlu diberikan nutrisi parenteral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sehari-hari.

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk sediaan cair farmasi yang dalam kombinasi
sesuai dapat menyediakan semua nutrien diet normal yang diabsorpsi melalui saluran
pencernaan. Pemberian nutrisi parenteral jangka panjang yang diberikan pada pasien di
rumah (Home Parenteral Nutrition / HPN) diindikasikan untuk pasien yang menderita
kegagalan fungsi saluran cerna.

1
1.2. RUMUSANMASALAH
Masalahyangdibahasdalammakalahini yaitumengenai:
a. BagaimanaTherapeuticDrugMonitoring(TDM)?
b. ApaItuTotalParenteralNutrition(TPN)?
c. Apaituhadlingsitostatika?

1.3. TUJUANMAKALAH
1. Untukmemenuhitugassemesterkeempat
2. UntukmengetahuibagaimanacaraTherapeutic DrugMonitoring(TDM)
3. UntukmenegetahuiTotalParenteralNutrition(TPN)
4. Untukmengetahuiapaituhadlingsitostatik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. THERAPEUTICDRUGMONITORING

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan istilah Drug Therapy
Monitor yang artinya adalah Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam
darah.TujuandantugasdariTDMinisendirisebenarnyaadalahuntukmengukur
kadarataulevelobatyangadadidalamdarah,denganbegitu,makadosisobatyangefektifdalam
darahdapatditentukan,sehinggadapatmencegahterjadinyakeadaan toksik atau keracunan
obat di dalam tubuh.

TDMinijugaseringkalidimanfaatkanuntukmengidentifikasipasien
ataupenderitayangtidakpatuh(biasanyauntukpasienyangdenganalasan
apapunberusahauntuktidakmenaatidosisobatyangtelahdiberikanolehdokterdengan tujuan
pengobatan. Karenasangat banyak faktor yang mempengaruhi kadar obat dalam darah,
maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan TDM ini yaitu sebagai berikut :
1. UsiaPasien
2. Beratbadanpasien
3. Rutepemberianobat
4. Absorpsiobat
5. Eksresiobat
6. Dosisyangdiberikan
7. CaraMetabolismeobatdalamtubuh

Faktorfaktorlainyangjugaharusdiperhatikanadalah:
1. Jikapasientersebutjuga mengkonsumsiobat-obatlainsecarabersamaan.
2. Jikaadapenyakitlainyangjugadideritaoleh pasien.
3. Sertakepatuhanpasienterhadapperaturandalampenggunaanobatsesuai dengan
ketentuan dokter
TDMadalahalatpraktisyangdapatmembantudoktermemberikanterapi
obatyangefektifdanamanpadapasienyangmemerlukanobat-obatan.
3
Monitoringdapatdigunakanuntukmengkonfirmasitingkatkonsentrasi obat dalam
darah apakah berada dalam batas atas atau di bawah rentang terapi, atau jika efek
terapi yang diinginkan dari obat ini tidak seperti yang diharapkan. Jika kasus
seperti ini terjadi maka hal tersebut dapat berbahaya terhadap tubuh sebab
toksisitas obat dalam tubuh akan meningkat, tetapi dengan adanya TDM maka
keadaan tersebut dapat segera diatasi tanpa memakan banyak waktu.
TDM sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit lain yang
mungkin dapat mempengaruhi kadar obat dalam darah, atau bagi pasien yang
menggunakan obat obatan lain secara bersamaan yang mungkin dapat
mempengaruhi kadar obat karena berinteraksi dengan obat yang sedang diuji.
Sebagai contoh, tanpa pengawasan obat maka dokter tidak dapat
mengetahui dengan pasti bahwa kurangnya respons terhadap antibiotik
mencerminkan resistensi bakteri Atau adalah hasil dari ketidakmampuan untuk
mencapai berbagai terapi konsentrasi antibiotik yang memadai dalam darah.
Dalam kasus infeksi fatal, waktu terapi antibiotik yang efektif sangat penting
bagi keberhasilan. Hal ini juga pentinguntuk menghindari toksisitas pada pasien
sakitparah. Jadi, jika muncul gejala toksik dengan dosis standar, TDM dapat
digunakan untuk menentukan perubahan di dalam campuran.
Setelah proses monitoring dalam tubuh selesai maka tahap selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah melakukan uji test sample darah pasien , Hal
tersebut dilakukan untuk menunjukkan aksi obat dalam tubuh pada waktu
tertentu,sedangkanpemeriksaanjugadapatdilakukanmelaluisampelurin untuk
mengetahui kadar obat yang ada di dalam urin, karena hal tersebut dapat
mencerminkan keberadaan obat untuk beberapa hari yang akan datang
(tergantungpadatingkatekskresinya).Olehkarenaitu,tesdarahadalahprosedur yang
menjadi pilihan utama jika ingin melakukan uji coba untuk mendapatkan
datayanglebihakurat.Namun, untuk mengetahui penjelasan yang lengkap tentang
kadar absorpsi dan tingkat terapi secara tepat penting untuk memberikan waktu
yang cukup antara pemberian obat dan koleksi sampel darah.

4
2.1.1. RUANG LINGKUP DAN FAKTOR-FAKTOR
YANGMEMPENGARUHI THERAPEUTIC DRUGS
MONITORING

1. RUANGLINGKUP
Sebenarnya Drugs Therapeutic Monitoring atau pengawasan terhadap terapi
obat erat kaitannya dengan ilmu farmakokinetik, sebab seperti yang telah kita
ketahui pengertian dari farmakokinetika itu sendiri adalah segala proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, Metabolisme,
(biotransformasi), dan eksresi. dimana Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besaryangterdiridaribeberapakompartemenyangterpisaholeh membran -
membran sel. Sedangkan proses absorpsi distribusi dan eksresi obat dari dalam
tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena
proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein ( lemak dan protein ) yang
mengandung banyak pori - pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat
ditembusdengan mudah oleh zat - zat tertentu, sukar dilalui zat - zat lain, maka
disebut semi permeable. Zat - zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam
lemak tanpa muatan listrikumumnyalebihlancarmelintasinya dibandingkan
dengan zat - zat hidrofil dengan muatan ( ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada dua
cara yaitu :
1. Secarapasif,artinyatanpamenggunakan energi.
 Filtrasi , melalui pori - pori kecil dari membran misalnya air dan zat - zat
hidrofil
 Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel contoh ion
organik
2. Secaraaktif,artinyamenggunakanenergi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul
atau ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat
dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat,
Contohnya : Glukosa, asam amino, asam lemak, garam garam, besi, vitamin b1 ,

5
b2 , b12.

6
2. FAKTOR-FAKTORYANGMEMPENGARUHITHERAPEUTIC
DRUGS MONITORING

a. Absorpsi
Prosesabsorpsisangatpentingdalammenentukanefekobat.Pada
umumnyaobat yang tidak diabsorpsi maka tidak akan menimbulkanefek,
Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal. Proses
absorpsiterjadidiberbagaitempatpemberianobat,misalnya melalui alat
cerna, otot rangka, kulit dan sebagainya.
Absorpsijugadapatdipengaruhiolehbeberapafaktorsebagaiberikut:
1. Kelarutanobat.
2. Kemampuandifusimelintasiselmembran.
3. Konsentrasiobat.
4. Sirkulasipadaletakabsorpsi.
5. Luaspermukaankontak obat.
6. Bentuksediaanobat.
7. Carapemakaianobat.

b. Distribusi
Obat setelah diabsorpsi oleh tubuh maka selanjutnya akantersebar
melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus melalui membran sel
agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yangmudah melintasi
membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik inta maupun ekstra
sel. Sedangkan obat yangsulit menembus membransel maka
penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.kadang -
ikadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa
jaringan tertentu, karena adanya proses transpor aktif, pengikatan dengan
zat tertentu atau daya larut yang lebih besardalam
lemak.Kumulasiinidigunakansebagai gudang obat (yaitu protein plasma,
umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak). selain itu ada
beberapa tempat lain misalnya tulang, organ tertentu, dan cairan
transelyangdapatberfungsisebagaigudanguntukbeberapaobat

7
tertentu.Distribusi obatkesusunansarafpusat danjaninharus menembus
sawarkhususyaitusawar darah otak dan sawaruri.Obatyangmudah larut
dalam lemak pada umumnya mudah menembusnya.

c. Metabolisme(biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah mengubahnya dengan cara
sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang mudah dieksresi oleh
ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil.
Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom dan
retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabiolisme molekul obat
dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar, Metabolit yang lebih
polar ini menjadi mudah dieksresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat
lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif
(detoksifikasi atau bioinaktivasi) atau sama aktifitasnya.
(detoksifikasiataubioinaktivasi)atausamaaktifitasnya.
Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam
mengakhiri efek obat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsunglebih cepat atau lebih
lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat
dari yang kita harapkan
2. Usia,padabayiprosesmetabolismeakanberjalanlebihlambat
3. Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik
tertentuyang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada
pasien.
4. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, hal tersebut dapat
mempercepat metabolisme (inhibisi enzim).

d. Eksresi
Pengeluaran obat maupun metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan
olehginjal melalui air seni dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit
maupun bentuk asalnya. disamping itu ada pula cara lain yaitu :

8
1. Kulit,bersamakeringat.Misal:paraldehid
2. Paru - paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada
anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
3. Hati, melalui saluranempedu,terutamaobat untuk infeksi saluran
empedu.
4. Air susu ibu, Misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan
alkaloida lain.Harus dioerhatikan karena dapatmenimbulkan efek
farmakologi atau toksik pada bayi.
5. Usus.misalnyasulfadanpreparatbesi.

Selain dipengaruhi oleh proses Absorpsi, Distribusi,Metabolisme,


dan Eksresi(ADME) pencapaian efek - efek obat didalam tubuh juga
dipengaruhi olehMekanisme Kerja dari obat tersebut, adapun Mekanisme
kerja obat itu sendiriterbagi dalam beberapa golongan sebagai berikut :
1. Secara fisika, Contohnya anestetik terbang, laksansia dan diuretik
osmotis.
2. Secara Kimia, misalnya antasida lambung dan zat - zat khelasi
( zat - zat yang dapat mengikat logam berat)
3. Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu
pembentukan dindingsel kuman, sintesis protein, dan
metabolisme asam nucleat.
4. Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat dibedakan
menjadi duamacam kompetisi yaitu untuk reseptor spesifik dan
enzym - enzym.

Macam-MacamEfekTerapiObatDiDalamTubuh
Dalammelakukansuatupengawasanterhadapterapiobatmakalangkahawal yang
harus dilakukan adalah kita harus terlebih dahulu menentukan efek
apakahyanginginkitacapaidaripemberiansuatuobat,sehinggakitadapatmemilihdengantepa
tobatyangsesuaiuntukdapatdiberikankedalamtubuh
agarmencapaiefekmaksimaldansesuaidenganyangkitakehendaki,karena

9
tidaksemuaobatbersifatbetul-betulmenyembuhkanpenyakit,banyak diantaranyahanya
meniadakan atau meringankan gejala - gejalanya saja tanpa mempengaruhi penyebab
penyakit itu sendiri. Oleh karena itu sebelumnya kita juga harus mengetahui macam -
macam efek terapi yang mungkin akan dicapai oleh obat - obat didalam tubuh, efek
terapi obat itu sendiri dibedakan lagimenjadi tiga jenis pengobatan yaitu :
1. Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau memusnahkan penyebab
penyakitnya, misalnya sulfonamida, antibiotika, obat malaria dan sebagainya.
2. Terapi simptomatis, yaitupengobatan untuk menghilangkan ataumeringankan gejala
penyakit, sedangkan penyebabnya yang lebih mendalam tidakdipengaruhi, misalnya
pemberian analgetik pada rheumatik atau sakit kepala.
3. Terapisubtitusi,yaitupengobatandengancaramenggantikanzat-
zatyangseharusnyadibuatolehorgantubuhyangsakit,misalnyainsulinpada penderita
diabetes dan tiroksin pada penderita hipotiroid.
Selainituuntukmempermudahdalampengawasandanmengurangiresikopemakaiansu
atuobatagartidakdigunakan terlaluseringsaatinididalamindustri farmasi telah
mengembangkan beberapa jenis obat tablet dengan efek jangka panjang melalui prinsip
delayed action atau sustained release, sehingga dosis yang diperlukan cukup satu atau
maksimal dua kali sehari. Sedangkan untuk injeksi efek obat dapat diperpanjang dengan
prinsip memperlambat resorpsinya dengan cara sebagai berikut :
1. Menggunakan minyak sebagai zat pelarut untuk zat lipofil, Misalnya
:hormon kelamin, penisilin dan sebagainya.
2. Memperkecildayalarut obatdenganmenggabungkannyadenganzat -zatlipofil.
3. Menggunakankristalyanglebihkasar
4. Menambah vasokonstriktor (menciutkan pembuluh), agar
penyebaranobat diperlambat

Setelahmengetahuipenggolongandariefekterapiyangmungkinakan
dicapaididalamtubuhkitajugaharusmengetahuifaktor-faktorpentinglainnya yangsangat
menentukan dalam pencapaian penyembuhan dari suatu penyakit didalam tubuh, faktor
penting tersebut adalah kepercayaan pasien terhadap dokter dan terhadap obat yang
diminumnya.

10
Berdasarkankepercayaaninimakadibuatlahsuatuobatyangdisebut Plasebo
yangdalambahasalatinberartisayainginmenyenangkan,danarti
yangsebenarnyaadalahsuatusediaanyangtidakmengandungzataktif.Tujuan dari placebo
itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan sugesti, kadangkala memberikan efek yang mengagumkan pada pasien
yang menderita kecanduan obat - pbat narkotika dan psikotropika lainnya maupun
pada penderita kanker stadium akhir.
2. Uji klinis, digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian penelitian suatu obatbaru
yang akan dinilai efek farmakologisnya.
3. Pelengkapdanpenggenap[ilKB,bertujuanagar pasientidakterlupamenelan pilKB
tersebut pada saat menstruasi.
TujuansebenarnyadariDrugsTherapeuticMonitoringinisendiriadalahuntukmengetahui
perjalanan obat didalam tubuh dan pencapaian pencapaian apa yang akan di lakukan
oleh suatu obat didalam tubuh, sebab setiap obat mengandung unsur kimiawi yang
berbeda - beda maka selain khasiat atau efek penyembuhan yang akan dicapai suatu
obat dalam tubuh maka adakemungkinan suatu obat juga akan memberikan efek
samping yang akan berakibat kurang baik bagi tubuh dan dapat membahayakan
kesehatan pasienitu sendiri, adapun efek - efek obat yang tidak diinginkan dalam tubuh
adalah sebagai berikut :
1. Efeksamping,adalahsegalapengaruhobat yangtidakdiinginkanpadatujuan
terapi yang dimaksud, pada dosis normal (WHO 1970).
2. Idiosinkrasi,adalahperistiwadimanasuatuobatmemberikanefekyang sama
sekali berlainan dengan efek normalnya.
3. Alergi, adalah peristiwa hipersensitifakibatpelepasan histamin di dalam tubuh
atau terjadinya reaksi khusus antara antigen - antibodi. Gejala - gejala alergi
yang terpenting dan
seringterjadiadalahpadakulityaituurtikaria(gataldanbentol-bentol),kemerah-
merahandansebagainya. Pada alergi yang lebihhebat dapat berupa demam,
serangan asma, anafilaksis shock dan lain - lain.
4. Fotosensitasi,adalahkepekaanberlebihanterhadapcahaya
akibatpenggunaanobat.Seringkali terjadi pada penggunaan kosmetik yang
tidak cocok.

11
Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat menunjukkan efek toksis. Secara
umum, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis.dengan
mengurangi dosis, efek dapat dikurangi pula. Salah satu efek toksisyang terkenal yaitu
efek teratogen yaitu obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu, mengakibatkan cacat
pada janin. Yang terkenal adalah kasus Thalidomide.
Selainefektoksisdanefeksampingyangtelahdisebutdiatas,dikenaljugabeberapaistila
hyangdigunakanuntukmenggambarkanperistiwayangterjadididalam tubuh sebagai
respon dari pemberian obat - obatan kedalam tubuh yaitusebagai berikut :
1. Toleransi
Toleransi adalah peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus
menerusuntuk mencapai efek terapeutik yang sama. Macam - macam
toleransi yaitu :
a. Toleransi primer (bawaan), terdapat pada sebagian orang dan
binatang tertentu misalnya kelinci sangat toleran dengan atropin.
b. Toleransi sekunder, yang bisa timbul setelah menggunakan suatu
obat selamabeberapa waktu. Organisme menjadi kurang peka
terhadap obat tersebut. Hal ini disebut juga dengan habituasi atau
kebiasaan.
c. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat - zat dengan struktur kimia
serupa(fenobarbital dan butobarbital), atau kadang - kadang antara
zat - zat yang berlainan misalnya alkohol dan barbital.
d. Tachyphylaxis, adalah toleransi yangtimbul dengan pesat sekali bila
obat diulangi dalam waktu singkat.

2. HabituasiatauKebiasaan
Habituasiataukebiasaanadalahsuatuperistiwadimanaorganismemenjadikurang
pekaterhadapsuatuotertentuyangdisebkankarnaterlalu seringmengkonsumsi suatu
obat. Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan induksi enzym,
reseptor sekunder, dan penghambatan resorpsi.
Denganmeningkatkandosisobatsecaraterusmenerusmakapasien
dapatmenderitakeracunan,karenaefeksampingnyamenjadilebihkuat

12
pula.Habituasi dapat diatasi dengan menghentikan pemberian obat dan pada
umumnyatidakmenimbulkangejala-gejalapenghentian(abstinensi) seperti halnya
pada adiksi.
3. AdiksiatauKetagihan
Adiksiatauketagihanberbedadenganhabituasidalamduahalyakni
adanyaketergantunganjasmaniahdanrohaniahdanbilapengobatannya dihentikan
maka dapat menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental.
4. ResistensiBakteri
Resistensibakteriadalahsuatukeadaandimanabakteritelahmenjadikebalterhada
pobatkarenamemilikidayatahanyanglebihkuat.Resistensi dapatdihindari dengan
menggunakan dosis obat yang lebih tinggi
dibandingdengandosisminimaldalamwaktupendekdanmenggunakankombinasidari
dua macam obat atau lebih.
5. Dosis
Dosisyangdiberikanpadapasienuntukmenghasilkanefekyang
diinginkantergantung dari banyak faktor antara lain : usia, dan berat
badan.TakaranpemakaianobatumumnyatercantumdalamFarmakope.Sebenarnya
yang umum dipakai sekarang adalah dosis lazim (usual dosis).
Anak-anakkecilterutamabayiyangbarulahirmenunjukkankepekaan
yanglebihbesarterhadapobat,karenafungsihati,ginjalsertaenzim- enzimnyabelum
lengkap perkembangannya. Demikian juga terjadi pada orang tua diatas 65 tahun.

6. Waktumenelanobat
Bagi kebanyakan obat waktu ditelannya tidak begitu penting, yaitu sebelum
atausesudahmakan.Tetapiadapulaobatdengansifatataumaksudpengobatankhusus
guna menghasilkan efek maksimal atau menghindarkan efek samping tertentu.
Sebenarnya resorpsi obat dari lambung yang kososng berlangsung paling
cepatkarena tidak dihalangi oleh isi usus Contoh :

13
 Obat - obat yang diharapkan memberikan efek dngan cepat sebaiknya
ditelansebelum makan misalanya obat - obat analgetika (kecualiacetosal)
 Obatyangsebaiknyadiberikanpadasaatlambungkosongyakni1 jamsebelum
atau 2 jam setelah makan adalah penisilin, Sefalosporin, Eritromysin,
Rovamysin, Linkomisin
 Obat lain yang bersifatmerangsang mukosa lambung harus digunakan
padawaktu atau setelah makan, meskipun resorpsinya menjaditerhambat.
misalnyakortikosteroid dan obat - obat rematik, antidiabetik oral, garam -
garam besi, obat cacing dan sebagainya.

2.2. TOTALPARENTERALNUTRITION
2.2.1. DefenisiTotalParenteralNutrition(TPN)
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untukmelakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memeliharajaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi
adalah proses dimana tubuh manusiamenggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkan menurut Supariasa (2001),nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Sediaan Parenteral secara luas adalah bentuk sediaan dimana rute


pemberiannya tidak melalui saluran cerna. Parenteral berasal dari kata
paraenteren (Yunani) yang berarti “menghindari usus”. Tetapi para praktisi
kedokteran dan farmasi membatasi obat secara parenteral hanya meliputi cara
pemberian langsung kedalam jaringan, rongga jaringan atau kompartemen-
kompartemen tubuh secara suntikan atau infus (Lukas, 2006).

14
Rute pemberian secara parenteral diindikasikan untuk mendapatkan efek obat
yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain yang mungkin disebabkan obat
tidak diabsorpsi atau rusak jika diberikan secara oral atau rute lainnya (Lukas,
2006). Selain itu sediaan parenteral digunakan untuk pemberian obat bagi
penderita yang tidak sadarkan diri serta untuk mendapatkan efek lokal yang
diinginkan.

Nutrisi Lengkap Parenteral atau Total Parenteral Nutrition (TPN) adalah


sediaan yang mengandung nutrient lengkap diberikan secara intravena untuk
mengembalikan berat badan dan keadaan anabolik, jika rute oral dan enteral
tidak memungkinkan karena saluran cerna tidak berfungsi (Wesly, 1990)

2.2.2. IndikasidanKontraIndikasi
TPN diindikasikan bila asupan enteral tidakdapat dipenuhi dengan baik.
Terdapat kecenderungan untuk memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan
tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral
padasetiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih kenutrisi enteral
secepat mungkin. Pada pasien yang diberikan TPN, kebutuhan dalam sehari
diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadapfaktor
biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan
pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi
(Ery Leksana, 2000)

TPN diberikan untuk penderita yang mengalami gangguan absorbsi, penyakit


kanker, ankreatis sedang sampai berat, malnutrisi berat, penyakit kritis, luka
bakar dan sepsis (Wesly, 1990).

IndikasiNutrisiParenteral:

a. Gangguanabsorbsmakanansepertipadafistulaenterokunateus,atresia intestinal,
colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisidimanaususharusdiistirahatkansepertipadapancreatitisberat,status pre
operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguanmotilitasusussepertipadaileusyangberkepanjangan

15
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis
gravidarum (Wiryana, 2007).
TPN kontra indikasi dengan pasien syok hemodinamik, seperti syok atau
dehidrasi yang belum diatasi. Dalam kondisi tersebut kadar hormone dalam
tubuh masih tinggi, sel resisten terhadap insulin, dan kadar gula meningkat
sehingga pemberian TPN dapat mengakibatkan hipermetabolisme (Wesly,1990).

2.2.3. Komponen
SecaraumumkomponenTPNadalah:

a. Makronutrient
Karbohidrat sebagai sumber energy. Protein sebagai sintesis jaringan dan
fungsi sel serta bisa juga sebagai sumber energi. Miroemulsi parenteral sebagai
sumber energy dan asam lemak esensial seperti asam linoleat.

b. Mikronutrient
Vitamin,elektrolit-elektrolitdanunsure-unsurmineralyangmendukung aktivitas
metabolisme seluler, reaksi enzimatik, kesetimbangan asam basa serta cairan
elektrolit.

2.2.4. FormulasiSediaanTotalParenteralNutrition(TPN)
Formulasidalamsediaan TPN berbeda komposisinya tergantung pada usia dari
target pasien. Untuk dewasa, formulastandar untuk TPN mengandung asam
amino 4,25%, karbohidrat 15% dan emulsi lemak 20% ditambah dengan
elektrolitdanvitramin.Sumberkaloriberasaldariprotein20%,karbohidrat60% dan
lemak 20% (Wesly, 1990).

KomposisiTPNpadaanak-anak berusiadibawah 10tahunmengandungasam


amino 3% dan emulsi lemak 20%, sedangkan penggunaan karbohidrat dihitung
dari berat badan pasien. Apabila berat badan pasien kurang dari 10 kg,
karbohidrat yang digunakan sebanyak 7,5% (Wesly, 1990).

2.2.5. RutePemberian
1. RutePemberianPeriferal

16
Pemberian TPN melalui pembuluh darah peripheral memiliki keterbatasan
karenasifatdaripembuluhdarahitusendiri.Sediaan yangdiberikanmelaluirute ini
biasanya berupa larutan asam amino, dextrose dan mikronutrient. Sedangkan
pemberian emulsi lemak melalui rute ini dihindari karena dapat menyebabkan
embolik pembuluh darah (Dipiro, 1997).

Keuntungan penggunaan rute peripheral mencakup rendahnya resiko infeksi


dariluar,dankesulitan-kesulitanmetabolism biladibandingkanpemberian lewat
sentral. Kesulitan dalam penggunaan rute ini terjadi pada pasien malnutrisi,
pengobatan khemoterapi dan pada pasien usia lanjut dimana pemberian nutrisi
melalui pembuluha darah peripheral terbatas. Selain itu pada pemberian melalui
rute ini harus diperhatikan tonisitas dari sediaan yang dibuat, yaitu isotonis,
sediaan yang hipertonis dapat menyebabkan tromboflebitis (Dipiro, 1997).

Penggunaan rute ini relative aman dan mudah dibandingkan rute sentral pada
pasien yang sesuai. Pasien yang dipilih haruslah pasien yang tidak memiliki
keterbatasan pada cairan tubuh, tidak memerlukan nutrisi dalam jumlah besar
danfungsi saluran pencernaan diperkirakan akan membaik setelah 7-10 hari
(Dipiro, 1997).

2. RutePemberianSentral
Pemberian nutrisi melalui rute sentral biasanya berupa larutan berkonsentrasi
tinggi (hipertonis) sehingga harus diberikan melalui pembuluh darah sentral.
Pembuluh vena sentral memiliki kecepatan aliran (blood flow rate) lebih tinggi
dibandingkan pembuluh darah peripheral sehingga dapat mengencerkan larutan
yang hipertonis dengan cepat. Pemberian rute sentral biasanya menggunakan
kateter yang diinjeksikan pada pembuluh darah vena cava superior (Dipiro,
1997).

Rute sentral diberikan pada pasien yang menggunakan TPN lebih dari 10hari,
kebutuhan nutrisi yang besar,akses nutrisi melalui pembuluh peripheral yang
buruk dan kebutuhan cairan tubuh yang bervariasi pada pasien sehabis operasi,
trauma, luka bakar parah, kegagalan multi organ dan penderita tumor (Dipiro,
1997).

17
2.2.6. PencampuranKomponen
SecaraumumadaduajenispencampurankomponenTPNyangdigunakan:

a. All-in-oneadmixture

All-in-oneadmixturemerupakansediaan TPN yang dibuat dengan


mencampurkan larutan dekstrosa- asam amino dengan emulsi lemak secara
bersamaan. Keuntungan dari sediaan seperti ini adalah penggunaan peralatan
seperti pompa infuse, tube dan lain-lainnya lebih sedikit dibandingkan
pencampuran TPN terpisah, waktu pembuatan dan pemberian yang lebih singkat
dan penyiapan V lebih mudah karena membutuhkan satu kantong plastic steril.

Sedangkan kerugian yang diberikan dengan metoda pembuatan ini adalah


peningkatan resiko infeksi bakteri dan stabilitas sertaketidaktercampuran
komponen dalam sediaan TPN.

b. TPNterpisah

TPN terpisah merupakan sediaan yang nutrisi dimana larutan dekstrosa-asam


aminoterpisahwadahnyadari emulsilemak.Keuntungandarisediaanbentukini
adalah stabilitas dari masing-masing komponen akan lebih lama dibandingkan
all-in-one admixture mencapai 24 bulan setelah pembuatan). Sedangkan krugian
dalam pembuatan sediaan metoda ini adalah penggunaan peralatan sepertipompa
infuse, tube dan lain-lainnya lebih banyak dibandingkan all-in-one admixture.

2.2.7. WadahdanPenyimpanan
Sediaan TPN dikemas dalam botol kaca steril atau botol plastic steril infuse
intravena dengan ukuran yang sesuai. Botol plastic untuk sdiaan TPN terbuatdari
etil vinil asetat(EVA)yang tidak mengandung pemlastik atau pengenyal dan
sesuai dengan sediaan yang mengandung lemak.

Cairan TPN harus segera digunakan begitu selesai dibuat. Jika tidak, harus
disimpan pada suhu 4oC. hal ini bertujuan untuk mengurangi kecepatandegradasi
kimia komponen nutrisi dan meminimalkan kesempatan terjadinya kontaminasi
mikroorganisme.

18
2.3. SITOSTATIKA
2.3.1. DefinisiSitostatika

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara


fraksional(fraksitertentumati),sehingga90%berhasildaan10%tidakberhasil
(Hanifa Wignjosastro, 1997).

Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel


normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor
malignan.Istilah sitostatikabiasadigunakanuntuk setiap zat yang mungkin
genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya.
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang
tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan
karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat
sitstatikamembutuhkanpenanganankhususuntukmenjaminkeamanan,
keselamatanpenderita,perawat,profesionalkesehatan,danoranglainyangtidak
menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatikaadalahuntukmenjamin
penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit.

Pajanan obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana
kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat . Paparan dapat terjadi melaluikontak
kulit , kulit penyerapan, menghirup aerosol dan partikel obat , konsumsi dan luka
benda tajam.

Paparandapatterjadiketika:
 mempersiapkanobat
 memberikanobat-obatan
 mengangkutobat
 penangananlimbahpasien
 mengangkutdanmembuanglimbah
 membersihkantumpahan

Merekayangpalingmungkinterlibatdalamkegiataninimeliputi:

19
 Perawatdanpetugasmedis
 Apoteker
 Staflaboratorium
 Pembersihan,pemeliharaandanlimbahstafpembuangan
 Penjaga
 Stafkesehatanhewan
 Petugasambulansdandriver

Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh symbol ungu yang


menggambarkan sel di akhir telofase seperti gambar berikut :

2.3.2. CaraMenghitungDosisSitostatika

Pemberian obat sitostatik memiliki cara perhitungan yang tersendiri yang


didasarkan pada luas permukaan tubuh pasien, maka rumus yang digunakan
adalah :
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠=𝐿𝑃𝑇𝑥𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝐿𝑎𝑧𝑖𝑚
DimanaLPTdapatdihitungdenganrumus:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛𝑥𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
𝐿𝑃𝑇=√ 3600

2.3.3. TujuanHandlingSitostatika

20
Selainuntukmelindungipetugasdanlingkungandariketerpaparanobatkanker,
preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
a. Produkharusterlindungdarikontaminasimicrobadengan teknikaseptis
b. Personal yangterlibatharusterlindungdariexposurebahanberbahaya
c. Lingkunganharusterhindardaripaparanbahanberbahaya
Terpaparnya obat sitostatika ke dalam tubuh dapat melalui inhalasi, absorpsi,
atau ingestion. Adapun tujuan Handling Cytotoxic yaitu :
a. Mencegahkontaklangsungatauketerpaparanpetugaskesehatanterhadap
sitostatikapadawaktupencampuran,pengoplosan,danpemberiankepada
pasien.
b. Menjaminsterilitasprodukakhirsitostatikasetelahdicampur/dioplos
c. Menjamin keamanan buangan sisasitostatikadanmaterialyangdipakai
yang telah terkontaminasi dengan sitostatika

2.3.4. Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan


sediaansitostatika
a. Teknikaseptic
- PetugasharusmenggunakanAPD(AlatPelindungDiri)sesuaiSOP
- MasukkansemuabahanmelaluiPassBoxsesuaiSOP
- Petugas melepas APD (Alat Pelindung Diri) setelah selesai kegiatan
sesuai SOP
b. Pemberiandalambiologicalsafetycabinet
Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi
untuk melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar.
Prinsip kerja dari alat iniadalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari
daritekananudaradiluar sehingga aliranudarabergerakdariluarkedalam
BSC. Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga
jika ada peracikan obat sitostatikatidakterkenapetugas.Untukvalidasi alat
ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan (Depkes, 2009).
Penangananobatberbahayatidakbolehmenggunakanlaminarair
flow type horisontal, mengapa demikian Pemakaian alat Biological Safety
Cabinet mempunyai dua fungsi, yaitu :
21
 Melindungipetugasdariexposure(kontak)obatberbahaya.
 Menjagasterihtassediaan
TerdapatduatypealatBiologicalSafetyCabinet,yaitu:
 Type A,dimana30%udarakembalikeruangan.
 TypeB,dimanasemuaudarakeluararea.TypeBinilebihamandigunakan
untuk petugas
c. Petugasyangbekerjaharusterlindungi
d. Jaminanmutu produk
e. Dilaksanakanolehpetugasyangterlatih
 Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatikaharus
mendapatkanpelatihanyangmemadaitentangteknikaseptic dan
penanganan obat sitostatika.
 Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil
tidak dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.
 Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam
rekonstitusi obat sitostatika
 Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus
diistirahatkan dari tugas ini
f. AdanyaProsedurTetap.
2.3.5. TeknikPenangananSitostatika
a. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatikasama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik.
1) BagianISemua prosedur yang terlibat dalam penyiapan obat
sitotoksik harus dilakukan di Kelas 11, Tipe A atau tipe B LAF
biological safetycabinet.Kabinet pembuangan harus di luar
ruangan untuk mengeliminasi paparan personil dari obat yang
dapat menguap setelah penyimpanan pada LAF. Kabinet pilihan
adalah Type Kelas 11, Type B yang kabinet pembuangan di luar
ruangan dengan filter bag-in/bag-out untuk melindungi personil
dan untuk memfasilitasi pembuangan.

22
2) Untukkeamanandipermukaankabinetkerjaharus ditutupi dengan
plastik yang dilapisi kertas penyerap. Ini akan mengurangi
potensi dispersi tetesan dan tumpahan dan memfasilitasi
pembersihan. Kertas harus diganti setelah ada tumpahan dan
pada akhir setiap shift kerja.
3) Personilmempersiapkanobatharusmemakai:
- Sarung tangan lateks dan baju bedah sekali pakai dengan
manset elastis.
- Sarung tangan harus diganti secara teratur dan segera jika
robek atau bocor.
- Pakaianpelindungtidakbolehdipakaidiluarwilayah
persiapan obat
b. Protapmelaksanakanpersiapanpencampuransediaansitostatika
1) Petugastidakmenggunakanperhiasan
2) Mencuci tangan dengan anti septic kemudian membersihkan
kuku dengan sikat di ruang cuci tangan.
3) Petugas menggunakan kelengkapan untuk pencampuran
sitostatikadiruangtransisi (baju, topi, masker,sepatu, hanschoen)
4) Petugasmasukkedalam cleanroom
5) Menyiapkan biological Safety Cabinet (BSC) membersihkan
semua permukaan BSC dengan alkohol 70 %daribagian atas ke
bawah.
6) Menunggulimamenituntukmenghilangkanresidu
7) Memberialassitostatikapadamejakerja
8) Meletakkankantonglimbahdisampingmejakerja(BSC).

c. PencampuranSediaanSitostatika
1. Memakai APD (Alat Pelindung Diri) sesuai PROSEDUR
TETAP :
 BajuPelindung

23
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang
impermeable (tidak tembus cairan), tidak melepaskan serat
kain,denganlenganpanjang,bermanset dan tertutup di bagian
depan.
 Sarungtangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitasyang
minimal sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi
petugas dan cukup panjang untuk menutup pergelangan
tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak
(powder free). Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika
harus menggunakan dua lapis.
 Kacamatapelindung
Hanyadigunakanpadasaatpenanganansediaansitostatika.
 Maskerdisposible

Prosedurtetapbergantipakaian
 Memasuki ruangan sterilharus melalui ruangan-ruanganganti
pakaian dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian
pelindung khusus untuk mengurangi pencemaran jasad renik
dan partikel.
 Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian
rupa setelah dicuci dan disterilkan untuk mengurangi
rekontaminasi jasad renik dan debu.
 RuanganGantiPakaianPertama
a) Mula-mulapakainbiasa dilepaskan diruang ganti
pakaian pertama. Arloji dan perhiasan dilepaskan dan
disimpan atau diserahkan kepada petugas yangditunjuk.
b) Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan
pada tempat yang telah disediakan.
 RuanganGantiPakaianKedua
a) Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga
sikutangandenganlarutandesinfektan(yangsetiap

24
minggu diganti). Kaki hendaklah dicuci dengan sabun
dan air dan kemudian dibasuh dengan larutan
desinfektan.
b) Tangandanlengandikeringkandenganpengering tangan
listrik otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari
bungkusan dan dipakai dengan cara berikut.
c) Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambutdan
diselipkan ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut
hendaklah juga menutupi janggut. Penutup kaki
hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
d) Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam
penutup kaki. Penutup kaki diikat sehingga tidak turun
waktu bekerja. Ujung lengan baju hendaklah diselipkan
ke dalam sarung tangan. Kaca mata pelindung dipakai
pada tahap akhir ganti pakaian.
e) Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau
larutan desinfektan.
f) Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga
udara dan ruang steril hendaklah dengan menggunakan
siku tangan dan mendorongnya.
g) Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril
petugas melepaskan sarung tangandanmeletakkannyapada
wadah yang ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian
sebelum keluar dengan urutan yang berlawanan ketika
memasuki ruangan steril.

2. MencucitangansesuaiPROSEDURTETAP
Petugasharusmencucitangansesuaistandaroperasionalsebagai
berikut :
 Basahitangandenganair bersih
 Ambilsabunantiseptik

25
 Gosokkeduatelapaktanganbagianatasdanbawah serta
diantara jari-jari dan kuku selama 20 detik
 Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10
detik
 Tutupkrandenganberalaskanlapbersihataubilamemungk
inkan dengan siku
 Keringkantangandenganlapbersihataupengering listrik

3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5menit sebelum


digunakan.
Laminar Air flow (LAF)mempunyaisistem penyaringan
ganda yang memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat
berfungsi sebagai :
 Penyaringbakteridanbahan-bahan eksogendiudara.
 Menjagaaliranudarayangkonstandiluarlingkungan.
 Mencegahmasuknyakontaminankedalam LAF.

Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran


sediaan steril :
 AliranUdaraHorizontal(HorizontalAirFlow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak
terlindungi dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul
atau vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran obat steril non
sitostatika.
 AliranUdaraVertikal(VerticalAirFlow).
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas
sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk
penanganan sediaan sitostatikamenggunakanLAF vertikal
Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan
udara di dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara
di ruangan.

26
Prosedurtetappenggunaanlaminarairflow(laf)
 HubungkanLAFdengansumberlistrikyangsesuai(220volt)
 NyalakanblowerdanlampuUVminimal15menitsebelum
digunakan
 MatikanlampuUV
 Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas
meja
 BersihkanpermukaanLAFdenganIsoPropolAlkohol(IPA) atau
alkohol 70% menggunakan lap yang tidak berserat :
a. Dinding:dariataskebawahdengangerakansatuarah
b. Lantai : dari belakang ke depan dengan gerakan satu arah
Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah
HEPA filter
 Sekasemuabahandanalatyangakandimasukkankedalam LAF
dengan alkohol 70%
 Letakkanbahandan alatdidalam LAFsesuaitataletak
 Biarkan5menituntukmenghilangkanturbulensi udara
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC
sesuaiPROSEDUR TETAP
 Mempersiapkanbahan yangterdiridari:
- Alcoholswab
- Alcohol70%dalambotolspray
- Mengdesinfeksikan bagian luar kemasan bahan obat
sitostatika dan pelarut dengan menyemprotkan
alcohol70%
 Mempersiapkanalatyangterdiridari:
- Mensterilkanalasuntuksitostatika
- Mensterilkanbahanuntuksealing(paraffin)
- Mensterilkan sarung tangan, masker, baju, topi, sarung
kaki
- Spuitinjeksiukuran2xvol yangdibutuhkan
- Jarum

27
- Mendesifeksi etiket, label, klip plastic, kantong plastic
untuk diposal dengan menyemprotkan alcohol 70%
5. MenyiapkanmejaBSCdenganmemberialassediaansitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan
sitostatika.
Obat sitotoksik dikategorikan sebagai limbah diatur karenanya,
harus dibuang sesuai dengan persyaratan.
7. Melakukan desinfeksi sarungtangandenganmenyemprot alkohol
70%.
8. Mengambilalatkesehatandanbahanobatdaripassbox.
Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan
bahan oba sebelum dan sesudahdilakukanpencampuran.Pass box
ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan
di atas meja BSC.
10. Melakukanpencampuransediaansitostatikasecaraaseptis.
 Personilmempersiapkanobatharusmemakai:
- Sarung tangan lateks dan baju bedah sekali pakai dengan
manset elastis.
- Sarungtanganharusdigantisecarateraturdansegera jika
robek atau bocor.
- Pakaianpelindungtidakbolehdipakaidiluarwilayah
persiapan obat.
 Obat di dalam vial yangperlu dilarutkan harus dikeluarkan
untuk mengurangi tekanan internal menggunakan fiter
mikron hidrofobik 0,22 atau filter lainnya yang sesuai,
seperti pin dispensing kemoterapi. Hal ini mengurangi
kemungkinan penyemprotan dan tumpahan.
 Jika dispensing kemoterapi tidak menggunakan jarum, pad
alkohol steril harus ditempatkan hati-hati di sekitar bagian
atas jarum dan botol selama penarikan dari septum.

28
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infuse dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
Jarum suntik dan botol berisi obat sitotoksik I.V. harus diberi label dan
tanggal. Sebelum barang-barang meninggalkan daerah preparasi,baca label
kembali, " Perhatian-kemoterapi, Buanglah dengan benar ".
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan
khusus.
Jarum suntik, I.V. tubing klip butterfly, dll, yang terkontaminasi harus
dibuang utuh untuk mencegah adanya aerosol dan cedera. Do not recap
needles. Tempatkan barang-barang dalam wadah tahan tusukan bersama
dengan botol yang terkontaminasi, botol, sarung tangan, paper penyerap,baju
sekali pakai, kain kasa dan limbah lainnya. Wadah kemudian harus
ditempatkan dalam kotak berlabel, "Cytotoxic waste only," disegel dan
dibuang sesuai persyaratan. Linen terkontaminasi dengan obat-obatan,
kotoran pasien atau cairan tubuh harus ditangani secara terpisah.

14. Memasukan infuse untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkanwadahuntukpengirimanyangtelahberisisediaanjadi melalui
pass box.
16. MenanggalkanAPDsesuaiprosedurtetap
Prosedur Tetap Menanggalkan APD :
 Menanggalkansarungtanganluar
- Tempatkanjari-jarisarungtanganpadabagianluarmanset.
- Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya kearah telapak
tangan. Jari jari sarungtanganluartidakbolehmenyentuhsarung tangan
dalam atau pun kulit.
- Ulangiprosedurdengantanganlainnya.
- Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di bagian
dalam sarung tangan.

29
- Pegangsarungtanganyangdiangkatdaridalamsampaiseluruhnya
terangkat.
- Buangsarungtangantersebutkedalamkantongtertutup.
 Menanggalkanbajupelindung
- Bukaikatanbaju pelindung.
- Tarikkeluardaribahudanlipatsehinggabagianluarterletakdidalam.
- Tempatkandalamkantongtertutup.
 Tanggalkantutup kepala dan buangdalam kantongtertutup.
 Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh
menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.
 Tempatkankantongtersebutdalamwadahbuangansisa.
 Cucitangan.
2.3.6. CaraPemberian
Cara pemberiaansediaan sitostatikasama dengan cara pemberiaan obatsuntik
kecuali intramuskular

2.3.7. PenangananTumpahandanKecelakanKerja
a) Penanganantumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan
chemotherapy spill kit yang terdiri dari :
1) Membersihkantumpahan diluarBSCdalamruangsteril
a) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area
sebelumdiizinkan.
b) Beritandaperingatandisekitararea.
c) PetugaspenolongmenggunakanAlatPelindungDiri(APD)
d) Angkatpartikelkacadanpecahan-
pecahandenganmenggunakanalatseperti sendok dan
tempatkan dalam kantong buangan.
e) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam
kantong tersebut.

30
f) Seraptumpahanserbukdenganhandukbasahdanbuangdalam
kantong tersebut.
g) Cuciseluruhareadenganlarutandetergent.
h) Bilasdenganaquadest.
i) Ulangipencuciandanpembilasansampaiseluruhobatterangkat.
j) Tanggalkangloveluardantutupkaki,tempatkandalam kantong
pertama.
k) Tutupkantongdantempatkanpadakantongkedua.
l) Tanggalkanpakaianpelindunglainnyadansarungtangan dalam,
tempatkan dalam kantong kedua.
m) Ikatkantongsecaraamandanmasukandalamtempatpenampung
khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator.
n) Cucitangan.
2) Membersihkantumpahan didalamBSC
a. Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk
basah untuk tumpahan serbuk.
b. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung
tangan baru.
c. Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus
dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah
buangan.
d. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan
detergent,bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang
kassa dalam wadah pada buangan.
e. Ulangipencucian3x.
f. Keringkandengankassabaru,buangdalamwadahbuangan.
g. Tutupwadahdanbuangdalamwadahbuangan akhir.
h. Tanggalkan APD dan buangsarungtangan, masker,dalam wadah
buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
i. Cucitangan.

31
b) PenangananKecelakaanKerja
a) Dekontaminasiakibatkontakdenganbagiantubuh:
I. Kontakdengankulit:
a. Tanggalkansarungtangan.
b. Bilaskulitdenganairhangat.
c. Cucidengansabun,bilas denganairhangat.
d. Jikakulittidaksobek,sekaareadengankassayangdibasahi dengan
larutan Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
e. JikakulitsobekpakaiH2O23%.
f. Catatjenisobatnyadansiapkanantidotkhusus.
g. Tanggalkanseluruhpakaianalatpelindungdiri(APD)
h. Laporkankesupervisor.
i. Lengkapiformatkecelakaan.

II. Kontakdenganmata
a. Mintapertolongan.
b. Tanggalkansarungtangan.
c. Bilas mata denganairmengalir danrendam denganair hangat
selama 5 menit.
d. Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka
denganlarutan NaCl 0,9%.
e. Alirimatadenganlarutanpencucimata.
f. Tanggalkanseluruhpakaianpelindung.
g. Catatjenisobat yangtumpah.
h. Laporkankesupervisor.
i. Lengkapiformatkecelakaankerja.
III. Tertusukjarum
a. Jangansegeramengangkatjarum.Tarikkembaliplunge untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
b. Angkatjarumdari kulitdantutup jarum,kemudian buang.
c. Jikaperlugunakanspuitbarudanjarum bersihuntuk
mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk.

32
d. Tanggalkansarungtangan,bilasbagianyangtertusukdengan air
hangat.
e. Cucibersihdengansabun,bilasdenganairhangat.
f. TanggalkansemuaAPD.
g. Catatjenisobatdanperkirakanberapabanyakyangterinjeksi.
h. Laporkankesupervisor.
i. Lengkapiformatkecelakaankerja.
j. Segerakonsultasikankedokter.

2.3.8. PackagingSediaanSitotoksik
Penanganan potensial dari agen sitotoksik dapat menjadi resiko yang potensial.
Walaupun kejadiannya tidak pasti, namun perlu dilakukan proses untuk meminimalisasi
paparan yang tidak tentu dengan mengimplementasikan beberapa konsep dasardan
mengikuti aturan umum seperti:
a)Penggunaan vertical laminar flow-hoods (atau sarung tangan bakteriologik) untuk
penyiapan dan rekonstitusi dari obat sitostatik.
b)Personil yang melakukan rekonstitusi obat ini harus menggunakan sarung tangan
dan masker.
c)Sitostatikaharusditanganisecaraterpusat.Limbahnyaharusditanganisecara special
dengan alat penampung yang didesain khusus serta insenerasi.
d)Personilyangterlibatdalampenanganancampuransitostatikaharusdiperiksa darahnya
secara berkala.
e)Personil yangmenangani sitostatikaharusdiberitahubahwadapatterjadi masalah
yang potensial
f) Pelabelanspesialdariwadahharusdiperhatikanuntukmenjaminpenanganan yang
tepat ( Turco, 1994 )

Prosespackaginginidapatdibagimenjadi:
1) PackagingdanTransportdariobatsitotoksikdidalamindustri
Proseduruntukpackagingdantransportyangamandaripreparasi
obatsitotoksikdalamindustriharusdikembangkandanditetapkan.Penyegelan,
wadahyangtahandankaku,packagingyangtepatuntukmencegahkebocoran,

33
serta labeling harus digunakan untuk transport preparasi obat sitotoksik cair untuk
bangsal, klinik, diantara unit kesehatan dan pelayanan, ruang perawat dalam
komunitas. Packaging ini juga harus selalu menawarkan perlindungan dari cahaya.
Packaging luar harus menjamin terhadap kerusakan yang menyebabkan tumpahan.
Luer-lock syringes harus ditutup dengan penutup standar untuk mencegah
tumpahnya sediaan selama transport. Kemasan harus diberi label yangjelas sebagai
obat sitotoksik. Metode transport yang menghasilkan goncangan mekanik pada isi
seperti pneumatic tubes tidak baik digunakan untuk transport obat sitotoksik.
Personil yang dilibatkan pada proses tansport obat sitotoksik harus diberikan
perhatian dan pelatihan.

2) Packagingdantransportkefasilitaslainnya
Untuktransportdiantarafasilitas, esensialdiperlukanstandarpackaging
yang relevan. Obat sitotoksik harus dipackaging sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan kemasan, dan masuknya kontaminan yang hadir saat kerusakan terjadi
selama penanganan dan transportasi. Pengendara dari kendaraan pengangkut harus
diberi informasi dari bahaya potensial yang berasosiasi dengan penanganan dari
obat sitotoksik dan limbah yang terkait (Anonim, 1997 ).
Wadah yang akan digunakan disesuaikan dengan sifat fisika kimia dari
sediaan. Sebagai contoh: Amsacrine dikatakan bereaksi dengan plastik tertentu,
Asparaginasedikatakaninkompatibilitas dengan karet dan Bicalutamide harus
disimpandalamwadahkedapudara(Sweetman,2009).Penyegelandanwadah yang
tahan harus digunakan untuk mengemas sediaan sitostatikcair.Wadahiniharus
mampu melindungi isi dari cahaya. Dan khusus untuk penyiapan sediaan intratekal,
harus dikemas secara terpisah.
Obat sitostatikharusdikemas dan didistribusikan, jadi perlu untuk
menjamin proteksi kima dan fisika yang tepat untuk obat sertaperlindungan
terhadapindividuyangmenanganibilatumpah.Obatsitostatikharusdikemas dalam
leak-proof container dengan segel dan label, sertabilamungkindengan kantong luar
yang heat-sealed, untuk menjamin bahwa wadah:
a) Memberikanperlindungandaricahayabiladiperlukan.
b) Melindungiobatdarikerusakansaatpengangkutan

34
c) Melindungidarikebocoran
d) Mempunyaichildprooflid(jikapenggunaannyasesuai)

2.3.9. Labelling
Etiket pada wadah produk parenteral harus mencantumkan: (1) nama sediaan; (2)
untuk sediaan cair, perbandingan kadar obat atau jumlah obat yang ada dalam volume
yang ditentukan, atau untuk sediaan obat kering, jumlah zat aktif yang ada dan volume
cairan yang harus ditambahkan ke sediaan kering untuk membentuk larutan atau
suspensi; (3) cara pemberian; (4) pernyataan kondisi penyimpanan dan kadaluarsa; (5)
namapabrikatau penyalur;(6) nomorlot (batch) pembuatan di mana bila dimintauntuk
menyatakan semua proses pembuatan sediaan tersebut.
Obat suntik untuk penggunaan pada hewan dinyatakan/ditulis untuk efek tersebut.
Sediaan yangditujukanuntukkegunaansebagailarutandialisis,hemofiltrasiatauirigasi
harus memenuhi syarat-syarat untuk obat suntik, kecuali yang berhubungan dengan
volume yang terdapat pada wadah, dan harus memuat pernyataan yang menunjukkan
bahwa larutan bukan dimaksudkan untuk disuntikkan. Seluruh wadah sesuai dengan
label, harus masih ada di tempat, bagi wadah yang tidak ditutupi label harus cukupbesar
bagi memanjang maupun melingkar agar memungkinkan pengamatan isi wadah. Bila
ada obat suntik yang secara pengamatan mata menampakkan partikel-partikel lain,
selain dari zat suspensi yang normal harus ada, obat tersebut harus disingkirkan (Ansel,
2005).
Penyiapansediaansitostatikolehfarmasisakanmengikutiguidelinelabelingberikut:
a. Instruksi dosis yang jelas (hindari penggunaan dari ‘as directed’ sebagai sebuah
arahan menyeluruh).
b. Jika total dosis dibuat dari dua kekuatan yang berbeda, pada label harus
dicantumkan jumlah tablet dari masing-masing dosis maupun sebagai dosistotal.
c. Periodeyangdimaksudkandaripengobatan(sepertijumlahharinya).
d. Tanggal memulai dan menghentikan untuk penggunaan singkat atau terapi
intermittent.

35
e. Dosisdarisitostatikayangdimaksudkanuntukdigunakandalamseminggu harus
spesifik disebutkan“sekali dalam seminggu” dan hari pada saat dosis tersebut
digunakan.
f. Semuawadahharusdiberikanlabel.
g. Label perhatian dan saran (termasuk syarat penyimpanan spesifik secara detail)
harus ditambahkan.
h. Ada stiker peringatan bahwa obat tersebut adalah sitostatikaseperti misalnya
‘cytotoxic, handle with care’, pada masing-masing wadah

Semua penyiapan sitostatika harus diberi label secara jelas dengan informasi yang
detail, akurat, dan tentunya terbaca. Label harus secara spesifik didesain dan harus
dikatakan bahwa ada substansi sitostatik dalam sediaan tersebut. Label spesial lainnya
juga harus dilampirkan, di tempat yangtepat, untuk menyampaikan informasi tambahan
atau saranSemua label harus diaplikasikan pada baik immediate container dan
packaging luarnya (seperti kantong yang berisi syringenya). Preparasi obat sitotoksik
yang akan diangkut kerumahsakit lain harusdiberilabel menurut persyaratandariNZS
5433:1988 Transport of hazardous substances on land.
Sumber lain juga menyebutkan hal yang sama dimana pengecekan harus selalu
menjadi bagian integral dari prosedur penanganan sitostatikainidanlabelharus
menyampaikan:
 Terdapatnyasunbstansisitostatikadalamsediaan
 Jumlahtotaldariobat dantotalvolumedari sediaan
 Waktudantanggalsaatsediaantidakbolehdigunakanlagi
 Rekomendasipenyimpanan(CollettandAulton,1996).

Label yang disertakan harus menonjol. Umunya sitostatika diidentifikasi dengan


sebuah symbol ungu yang mewakili sebuah sel yang sedang berada pada telofase akhir
dan diletakkan pada kemasan luar.
Khusus untuk sediaan intratekal, label harus diletakkan pada syringe dan juga pada
kemasan luar yang berbunyi “for intrathecal use only”. Perusahaan harus menerapkan
prosedur yang ketat untuk menjamin produk ini mudah diidentifikasi dan ditempatkan
tersendiri dari produk lainnya.

36
Untukpengangkutan,liquid-proof,shatterproof,daneasy-to-clean containers (seperti
box plastik) harus digunakan. Prosedur lokal sebaiknya juga harus dikembangkan untuk
menjamin keamanan transportasi dari sitostatika.Wadahyang didesainsecara spesial
dapat digunakan. Jika diperlukan, suatu ketentuan juga harus dibuat untuk infuse untuk
melindungi dari cahaya selama administrasi (Collett and Aulton, 1996).

2.3.10. PenyimpananSediaanSitostatika
a. Obatsitotoksikharusdikemasdalamlabel,disegel,wadahantibocordengan kantong
luar panas yang disegel secara tepat.
b. Obat sitotoksik harus disimpan dalam ruangan berdindingkeras dan wadah yang
kuat, tertutup rapat dan diberi label dengan peringatan sitotoksik.
c. Dinginkanobatseperlunya(jikaakandigunakan).
2.3.11. TransportasiSediaanSitostatika
a. Obatsitotoksikharusdiangkutdalamwadahkedapdisegeltahanterhadapkerusakan
b. Wadahharusdiberilabel denganlabelungu peringatansitotoksikdan digunakan
untuk tujuan-tujuan lain
c. Wadahharusdikembalikankeapoteksetelahdigunakan
d. Untuk transportasi antar rumah sakit atau transportasi kerumah pasien, nomor
telepon kontak (Onkologi Farmasi) dan instruksi dalam hal tumpahan harus
dimasukkan .

2.3.12. PengelolaanLimbahSitostatika
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti:
bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak
menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah – langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. GunakanAlatPelindungDiri(APD).
b. Tempatkanlimbahpadawadahbuangantertutup.Untukbenda-bendatajamseperti
spuitvial,ampul,tempatkandidalamwadahyangtidaktembusbendatajam,

37
untuklimbahlaintempatkandalamkantongberwarna(standarinternasionalwarna ungu)
dan berlogo sitostatika.
c. Berilabelperingatanpadabagianluar wadah.
d. Bawalimbahketempatpembuanganmenggunakantrolitertutup.
e. Musnahkanlimbahdenganincenerator1000ºC.
f. Cucitangan.

38
BAB III

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
1. Dengan adanya Drug Therapeutic Monitoring ini (TDM) dapat membantudokter
memberikan terapi obat yang efektif dan aman pada pasien yang
memerlukanobat - obatan sehingga penetapan dalam diagnosa dokter terhadap
penggunaanobat - obatan untuk pasien juga dpat lebih mudah dilakukan.
2. TDM mempermudah untuk mengukur kadar atau level obat yang ada di dalam
darah, dengan begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah dapat
ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik atau keracunan
obat di dalam tubuh.
3. TDM sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit lain yang mungkin
dapat mempengaruhi kadar obat dalam darah
4. Mengurangiresikoterjadinyainteraksiobat
5. Mempermudahmendeteksiadanyaresistensibakteridalamtubuhmanusia
6. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untukmelakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memeliharajaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan.
7. Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara fraksional
(fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil Tujuan penanganan bahan
sitostatikaadalahuntukmenjaminpenanganannyayangtepatdanamandirumah sakit.

1.2. SARAN

Menyadaribahwapenulismasihjauhdarikatasempurna,kedepannyapenulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Demikianlah yangdapat kamisampaikan,semogabermanfaatdanmenambah


pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan ejaan
dalampenulisankatadankalimatyangkurangjelas.Karenakamihanyalah

39
manusiabiasayangtakluputdarikesalahandankamijugasangatmengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

40
DAFTARPUSTAKA

AmericanJournalofHealth-SystemPharmacy.2006;63(12):1131-1139.©2006 American

Society of Health-System Pharmacists

Amstrong dkk, 2005, The contribution ofcommunity pharmacy toimprovingthe


public’shealth,Report3:Anoverviewofevidence-basefrom1990–2002and
recommendationsfor action.

Anonim.1990.TheRoleofthePharmacistinHealthCareSystem

AronsonJK,HardmanM.Measuringplasmadrugconcentrations.BrMedJ.

1992;305:1078–1080.

CampbellM.Community-basedtherapeuticdrugmonitoring.ClinPharmacokinet.

1995;28:271–274.

Cipolle dkk, 1998, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician's Guide, 2nd Edition.

Hepler and Strand , 1990, Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care

LevyG,EblingWF,ForrestA.Concentration-oreffect-controlledclinicaltrialswith

sparsedata.ClinPharmacolTher.1994;56:1–8.

Pagana,KathleenDeska.Mosby'sManualofDiagnosticandLaboratoryTests.St.

Louis:Mosby,Inc.,1998.

41

Anda mungkin juga menyukai