Dosen Pengampuh : Ibu Sherly,S.E,.M.M dan asisten dosen pengampuh Bapak Salmon M
Simarmata S.E
Disusun Oleh :
Febryadi 19405395
David Cristopel Manalu 19405242
Dwi Prasetiawati 19405243
Dwy Nessa
SULTAN AGUNG
PEMATANGSIANTAR
2022
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Identitas Buku........................................................................................................... v
Budaya
BAB 11 Implementasi Prinsip-Prinsip Komunikasi Sosial Budaya Dalam Proses
Pembelajaran
35
35
36
37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, iklim kompetisi dalam dunia industri semakin
terasa. Di sisi lain perubahan lingkungan yang demikian pesat semakin mendukung
kompetisi yang sedang terjadi saat ini. Munculnya paradigma baru terhadap perubahan yang
semakin cepat dalam pasar global akan membawa pengaruh terhadap perilaku kehidupan
kita. Dan kita perlu menyesuaikan pada situasi-situasi yang baru jika tidak mau dikatakan
ketinggalan zaman terhadap perkembangan zaman . Dinamika persaingan merupakan hasil
dari serangkaian kegiatan dan respon kompetisi antar perusahaan yang bersaing dalam suatu
industri tertentu (Porter, 1998). Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing
yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi
maupun persaingan pada hulu dan hilir. Dan dinamika adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada periode tertentu. Jadi, dapat disimpulkan dinamika persaingan adalah
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap persaingan yang terjadi pada perusahaan dalam
memperebutkan pelanggan pada periode periode tertentu.
Setiap perusahaan pasti akan melakukan segala daya dan upaya melaui kompetensi inti yang
dimiliki untuk menganalisis pesaing dan pelanggan dengan tujuan menciptakan suatu
inovasi menarik dalam proses produksi. Tindakan kompetitif yang diambil oleh perusahaan
harus mampu berkiprah di persaingan global dalam kondisi pergeseran paradigma yang
berubah. Situasi tersebut yang wajib disadari dan perlu sikap proaktif. Dan untuk dapat
eksis, maka perlu memiliki visi dan misi serta strategi bersaing yang kokoh sehingga tidak
akan terombang-ambing atau tergilas oleh perubahan zaman. Di dalam persaingan
kompetitif, cenderung diikuti tindakan-tindakan dan tanggapan-tanggapan terhadap tindakan
kompetitif yang dilakukan perusahaan lain. Tindakan kompetitif dibedakan menjadi dua,
yaitu tindakan taktis dan tindakan strategis. Perusahaan yang pertama kali melakukan
tindakan kompetitif disebut sebagai penggerak pertama. Tindakan kompetitif yang dilakukan
oleh penggerak pertama sering kali mendapat tanggapan dari penggerak kedua. Dan apabila
tindakan serta tanggapan itu berhasil menarik minat pelanggan, munculah tanggapan dari
penggerak ketiga. Penggerak ketiga adalah perusahaan yang menanggapi tindakan
kompetitif dengan rentang waktu yang cukup lama setelah tindakan penggerak pertama dan
tanggapan penggerak kedua. Salah satu industri yang bersifat global dan sangat dinamis
adalah industri telekomuniksi.
Semakin meningkatnya kebutuhan orang untuk berkomunikasi, semakin banyak pula
perusahaan telekomunikasi yang didirikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pelanggan.
Hal ini mengakibatkan persaingan di industri telekomunikasi semakin kompetitif.
Persaingan di dalam industri yang sama inilah yang menjadi sentral kekuatan persaingan.
Industri telekomunikasi mencerminkan pasar siklus cepat yang bersifat global dan sangat
dinamis. Mencapai keunggulan kompetitif yang memiliki daya tahan mungkin terjadi dalam
pasar siklus lambat dan pasar siklus standar. Namun, sangat tidak mungkin untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif yang memiliki daya tahan dalam pasar siklus cepat.
Oleh karena itu setiap perusahaan harus memiliki kompetensi inti yang berkualitas agar
mampu melakukan tindakan dan tanggapan terhadap pesaing dengan baik.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas,penulis dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
3. Dsada
4. Dsa
BAB II
PEMBAHASAN
Secara terminologi persaingan adalah suatu konsep yang kerap digunakan dalam
ilmu ekonomi untuk mengerti bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan
penetapan harga pasar dan keputusan penetapan harga oleh suatu perusahaan atau penjual.
Menurut Porter (1998) menyatakan bahwa “Persaingan adalah keadaan dimana perusahaan
pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan keunggulannya masing-masing,
dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu dalam rangka meraih pelanggannya.” persaingan
bisa terjadi di dalam pelaksanaan pemasaran yang mana persaingan ini akan memicu setiap
perusahaan yang akan memproduksi barang agar menjadi lebih giat dalam melakukan
kegiatan ekonomi. Porter (1998) juga menyatakan bahwa “persaingan akan terjadi pada
beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat pada
produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. MenurutHayoto (2014)
"persaingan (kompetisi) dalam suatu komunitas dan dikelompokkan menjadi dua
jika dilihat dari asalnya yakni persaingan yang berasal dan dalam populasi jenis itu sediri
yang disebut intraspesifik dan persaingan yang berasal dari luar populasi tersebut yang
disebut ekstra spesifik. Proses persaingan merupakanbagian dari co-evolusi spesies,
karena strategi spesies dalam persaingan merupakan yang menentukan keberhasilan
spesies tersebut dalam mempertahankam suatu tingkat kerapatan populasi tertentu dalam
lingkungan hidupnya.
Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan, dan líma kekuatan tersebut
adalah para pesaing industri, calon pendatang substitusi, pembeli dan pemasok. Adapun lima
ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah ancaman persaingan segmen yang
ketat, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, ancaman peningkatan
kemampuan/kekuatan posisi tawar pemasok
1. Ancaman persaingan segmen yang ketat. Segmen tertentu menjadi tidak menarik
jika ia telah memiliki pesaing yg banyak, kuat atau agresif.
2. Ancaman pendatang baru. Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya
untuk masuk dan keluarnya.
3. Ancaman produk substitusi. Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika terdapat
substitusi produk yang aktual dan potensial.
4. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli. Segmen tertentu menjadi
tidak menarik jika pembeli mempunyai memiliki kekuatan posisi tawar (bargainingpower)
yang kuat atau semakin meningkat.
5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok. Segmen tertentu menjadi
tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi
kuantitas yang mereka pasok.
Ada dua jenis tindakan bersaing menurut Hitt, dkk (1997), yakni tindakan strategis
dan tindakan statis.
a) Tindakan Strategis
b) Tindakan Taktis
Tindakan taktis (tactical action) diambil untuk menempatkan suatu strategi, tindakan
ini melibatkan sumber daya organisasi yang lebih sedikit, dan lebih umum serta relatif
mudah untuk diterapkan dan dibatalkan (Hitt,dkk, 1997). Contoh tindakan taktis adalah
peningkatan harga dalam dalam pasar tertentu, ini merupakan contoh tindakan taktis, karena
tindakan ini membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit, penerapannya relatif mudah, dan
dapat dibatalkan.
b) Reputasi Pelaku
Tindakan (baik strategis maupun taktis) yang diambil oleh pimpinan pasar cenderung
berfungsi sebagai katalisator terhadap tanggapan yang lebih besar dan lebih cepat dari
pesaing dan terhadap tingginya kemungkinan peniruan terhadap tindakan yang diambil (Hitt,
dkk, 1997). Dengan kata lain, perusahaan lebih cenderung meniru tindakan bersaing yang
merupakan pimpinan pasar. Perusahaan-perusahaan juga biasa bereaksi lebih cepat untuk
meniru tindakan pelaku pasar yang berhasil. Atau, perusahaan yang sebelumnya merupakan
pelaku strategis yang berani mengambil tindakan yang penuh resiko, kompleks, dan sulit
diramalkan cenderung kurang ditanggapi dan ditiru tindakan mereka. Akhirnya perusahaan
yang dikenal sebagai “pemangsa harga” (seringkali menurunkan harga untuk menjatuhkan
pesaing dan memperoleh pangsa pasar, dan setelah itu menaikkannya kembali) juga tidak
menimbulkan banyak tanggapan atau peniruan.
First Mover adalah perusahaan yang melakukan tindakan bersaing awal (baik strategis
maupun taktis), First Mover memiliki kemampuan dan kompetensi inti yang dibutuhkan
untuk mempelopori tindakan, melalui tindakan-tindakan ini First Mover berharap
memperoleh keunggulan bersaing yang berkesinambungan (Hitt, dkk, 1997). Beberapa
keunggulan bersaing dapat timbul bagi perusahaan yang pertama memulai tindakan
bersaing. Tindakan yang berhasil akan memungkinkan perusahaan memperoleh laba di atas
rata-rata sampai pesaing lainnya mampu menanggapi secara efektif. Di samping itu, first
mover juga memiliki peluang untuk mendapatkan loyalitas konsumen, yang membuat
perusahaan yang menanggapi sulit untuk menarik konsumen.
Second mover adalah perusahaan yang menanggapi tindakan bersaing dari first mover,
seringkali melalui peniruan atau gerak yang dirancang untuk mengimbangi efek tindakan
tersebut (Hitt, dkk, 1997). Apabila second mover menanggapi dengan cepat, beberapa saat
setelah tindakan first mover mungkin second mover akan memperoleh keunggulan
penggerak tanpa mengalami sisi negatifnya. Misalnya, second mover yang cepat dapat
memperoleh sejumlah laba dan sejumlah konsumen, dan juga dapat memperoleh loyalitas
konsumen awal. Akan tetapi, perusahaan sebagai second mover ini juga terhindar dari risiko-
risiko yang dihadapi first mover. Dengan kata lain, perusahaan yang mengambil tindakan
kedua sebagai tanggapan bersaing terhadap first mover dapat melakukannya setelah
mengevaluasi reaksi konsumen terhadap tindakan first mover.
Late mover adalah adalah perusahaan yang memberikan tanggapan terhadap suatu
tindakan bersaing, jauh setelah tindakan first mover dan tanggapan second mover terjadi
(Hitt, dkk, 1997). Beberapa jenis tanggapan bersaing mungkin lebih efektif daripada tanpa
tanggapan sama sekali, late mover cenderung memiliki kinerja yang lebih buruk dan
seringkali merupakan pesaing yang lemah. Sebaliknya, perusahaan yang bertindak dan
menanggapi tindakan perusahaan pesaing secara cepat merupakan pemilik kinerja yang lebih
tinggi daripada mereka yang tidak memulai tindakan/tanggapan strategis atau taktis dan/atau
terlambat untuk menanggapi
3. Tujuan Pelaksanaan Strategi Bersaing
Persaingan memiliki posisi yang bisa ditempati oleh para perusahaan yang
bermain di dalamnya.Posisi ini tidak serta merta secara gampang bisa didapatkan oleh
pelaku pasar tersebut, pemasar harus berjuang secara keras agar bisa mendapatkan posisi
sebagai seorang pemimpin pasar (Leader Market) dimana perusahaan tersebut menghasilkan
roduk (barang atau pun jasa).Perusahaan juga tidak selamanya akan selalu berada di satu
posisi yang tetap dalam pasar tersebut, karena telah menjadi suatu keharusan jika posisi
tersebut akan mengalamai perubahan yang menyebabkan perusahaan akan terus bekerja
keras mempertahankan posisi pasarnya.
Menurut Kotler (1993) secara umum, posisi pasar dalam persaingan terbagi
menjadi 4 (empat) yaitu:
Perusahaan pemimpin pasar ini bisa saja tidak dikagumi, tetapi yang jelas
kalangan perusahaan lain mengakui dominasinya. Perusahaan ini menjadi titik pusat
orientasi para pesaing, ia merupakan perusahaan yang ditantang, ditiru atau dijauhi.
Perusahaan yang dominan selalu ingin tetap nomor satu. Sikap ini mendorongnya untuk
mengambil tindakan ke tiga arah. Pertama, perusahaan harus menemukan cara untuk
mengembangkan jumlah permintaan keseluruhan. Organisasi market leader biasanya paling
diuntungkan jika pasar keseluruhan meluas. Strategi memperluas pasar secara keseluruhan,
antara lain :
Mencari pemakai baru (new users)
Mencari penggunaan baru dari produk. Produk yang semula digunakan
untuk keperluan tertentu, kemudian dapat digunakan untuk keperluan
lainnya.
Kedua, perusahaan harus menjaga tingkat pasar yang dikuasainya dengan cara bertahan
maupun menyerang dengan baik. Pertahanan organisasi market leader terdiri atas :
Faktor Pertama adalah kemungkinan timbulnya tindakan antitrust. Pesaing yang iri
hati cenderung akan meneriakkan “Monopolisasi” jika perusahaan yang dominan melakukan
tindakan-tindakan lebih jauh untuk merebut pangsa pasar. Adanya resiko ini akan
mengurangi daya tarik menguasai pangsa pasar terlalu jauh.
Posisi ini merupakan penantang pasar yang menjadi lawan utama dari pemimpin
pasar. Penantang ini serta merta akan selalu mencoba melakukan hal lebih atas apa yang
telah dilakukan oleh pemimpin pasar. Penantang pasar tidak ingin kalah tanding meski pun
penantang ini kalah dalam hal jumlah konsumen. Market challenger (penantang pasar)
merupakan organisasi yang memiliki rangking kedua dalam perolehan pangsa pasar
(sebanyak 20% market share). Organisasi inilah yang selalu meyerang market leader.
Perusahaan runner-up ini bisa memilih salah satu dari dua penampilan.Mereka
dapat menyerang market leader dan pesaing-pesaing lainnya dalam suatu usaha yang gencar
merebut pangsa pasar, perusahaan inilah yang dinamakan penantang pasar atau Market
Challenger Atau mereka dapat memilih bersikap “nrimo”, tidak menggoncangkan pasar dan
disebut “Market Follower”.
Menurut Kotler (1994) langkah awal yang harus dilakukan penantang pasar adalah
menetapkan sasaran strategis. Sasaran strategis dari kebanyakan penantang di pasar ialah
peningkatan pangsa pasar. Mereka menuju sasaran tersebut dengan harapan bahwa hal itu
akan menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi. Penetapan sasaran, apakah itu
menghancurkan pesaing, atau mengurangi pangsa pasar pesaing, akan selalu menyangkut
masalah tentang siapa sebetulnya yang dimaksud pesaing. Tidak seperti dalam perang di
mana musuh sudah jelas, dalam banyak hal perusahaan bebas menentukan siapa yang akan
jadi lawannya.
Pada dasarnya, penyerang dapat memilih untuk menyerang salah satu dari tiga
jenis perusahaan :
1) Perusahaan menyerang pemimpin pasar. Pilihan ini membawa resiko tinggi, tetapi bisa
merupakan strategi yang akan banyak menghasilkan dan memang benar-benar masuk
akan bila si pemimpin pasar bukanlah “pemimpin yang sejati”, dan ternyata tidak
memenuhi kebutuhan pasar dengan sempurna. Bidang yang harus diteliti dengan cermat
adalah kebutuhan konsumen atau ketidakpuasan mereka. Bila dalam kenyataannya,
banyak “ruangan” yang tidak atau kurang dipenuhi, maka hal ini akan menjadi sasaran
strategis yang bagus.
2) Perusahaan menyerang perusahaan-perusahaan regional yang lebih kecil yang kurang
berhasil serta kekurangan dana. Baik kepuasan konsumen maupun potensi pembauran
perlu diteliti dengan mendalam. Bahkan serangan frontal bisa berhasil bila memang
sumber daya perusahaan lain terbatas.
Dengan demikian terlihat bahwa ada interaksi antara memilih siapa lawan dengan
memilih apa yang akan dijadikan sasaran. Bila perusahaan penyerang mengarah pada
marketleader, maka sasarannya bisa jadi ialah merebut pangsa pasar.
Strategi pemasaran market challenger
2. Strategi penyerangan umum, yaitu dengan cara :
Penyerangan frontal,yaitu organisasi market challenger
menyamai produk, harga, iklan, dan saluran distribusi
organisasi market leader dengan cara menyerbu wilayah utama
market leader sehingga organisasi market leader akan menarik
beberapa pasukan untuk mempertahankan wilayahnya.
Menutut Porter (1997) ada tiga strategi umum yang bisa dimanfaatkan:
Perusahaan-perusahaan jenis ini mencoba masuk ke saatu atau lebih celah-celah pasar yang
aman dan menguntungan. Menurut Kotler & Amstrong, 1994, satu relung atau celah pasar
yang ideal akan memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1) Memiliki luas cukup besar dan daya beli yang cukup agar bisa menguntungkan.
2) Memiliki potensi untuk berkembang.
3) Diabaikan oleh perusahaan besar.
4) Perusahaan memiliki keterampilan dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan relung
pasar tersebut secara efektif.
5) Perusahaan mampu membela diri dari serangan pesaing besar dengan membina
“Goodwill” atas produknya.
Gagasan pokok dalam menggarap relung pasar ini ialah “Spesialisasi”.Perusahaan
harus mempunyai keahlian khas dalam hal pasar, konsumen, produk atau lini-lini dalam
bauran pasarnya. Menurut Kotler (1993) bahwa ada beberapa jenis pengkhususan yang dapat
dipilih, yaitu :
5. Sdad
6. Sada