Anda di halaman 1dari 4

EKMA4367-2

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FE/Fakultas Ekonomi


Kode/Nama MK : EKMA4367/Hubungan Industrial
Tugas 2

No. Soal
1 Sebutkan dan jelaskan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh serikat pekerja dan pengusaha
dalam perjanjian bersama berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2003!.

2 Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat materiil kesepakatan kerja bersama!

3 Sebutkan dan jelaskan empat tipe negosiasi

Jawaban nomor 01 modul3.15-3.16


UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 66 ayat 1 dan ayat 2 tentang hubungan kerja dinyatakan:

(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja
untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi,
kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi.

(2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan
langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia ja pekerja/buruh;


b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah
perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 (mengenai jangka waktu perjanjian kerja) dan/atau perjanjian waktu tidak tertentu yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. pihak;
c. perlindungan kerja dan kesejahteraan, syarat-syarat, serta menerima
yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja
buruh; dan
d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan
lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib
memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Berdasarkan pasal tersebut, maka hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan
dan hubungan kerja antarkaryawan menjadi hal yang penting dalam melaksanakan
proses produksi di perusahaan. Selain itu, perjanjian kerja atau yang sering disebut
dengan kesepakatan kerja bersama merupakan hal yang penting yang dapat mendukung
proses produksi dalam perusahaan atau organisasi tersebut.

Jawaban nomor 02 modul 3.15


Syarat-syarat materiil kesepakatan kerja bersama meliputi:

Dilarang memuat aturan yang mewajibkan seorang pengusaha supaya hanya menerima atau menolak
karyawan dari suatu golongan, baik berkenaan dengan agama, golongan warga negara atau bangsa, maupun
karena keyakinan politik
Dilarang memuat aturan yang mewajibkan seorang karyawan hanya bekerja atau
tidak boleh bekerja pada majikan dari suatu golongan, baik senang dengan agama, golongan, warga negara
atau bangsa, maupun keyakinan politik. Dilarang memuat aturan yang bertentangan dengan undang-undang
tentang ketertiban umum atau kesusilaan. Syarat-syarat formal antara lain harus diadakan secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak atau dengan resmi, yaitu di hadapan seorang notaris.

Jawaban nomor 03 modul3.30-3.33


Negosiasi merupakan proses dua atau lebih bagian saling berdebat, saling menyerang, dan mengadakan
konsesi untuk mendapatkan kesepakatan yang dapat diterima. Pengertian negosiasi atau kesepakatan
bersifat dapat saling dipertukarkan Walton dan McKensie memandang negosiasi sebagai dua tahap proses,
yaitu kesempatan awal untuk penyelesaian masalah bersama yang diikuti dengan negosiasi untuk
menyetujui perubahan Feels, 1998). Tiap tahapan dikarakteristikkan dengan kerja sama (kooperatif) atau
hubungan konfliktual.
Ada empat tipe negosiasi (Bacon & Blyton, 2007), yaitu kooperasi, konflik, campuran kooperasi
mempengaruhi konflik, dan campuran konflik mempengaruhi kooperasi. Pendekatan kooperasi dalam
penyelesaian masalah disebut dengan kesepakatan lunak untuk berbagi hasil. Pendekatan konfliktual dalam
penyelesaian masalah yang disebut kesepakatan keras untuk berbagi hasil. Pendekatan ketiga, yaitu
pendekatan campuran, atau pendekatan kooperatif yang mempengaruhi konflik. Pendekatan tersebut
merupakan pendekatan kooperatif dalam penyelesaian masalah dan kesepakatan keras untuk berbagi hasil.
Pendekatan keempat adalah pendekatan campuran, yaitu konflik yang mempengaruhi kooperatif.
Pendekatan tersebut merupakan pendekatan konfliktual untuk penyelesaian masalah dan merupakan soft
bargaining untuk berbagi hasil. Ada beberapa teori yang mendasari pemahaman tentang negosiasi, yaitu
teori monopoli bilateral, yang digunakan oleh para ahli ekonomi dan mendasari konsep
kesepakatan distributif dan teori permainan (McKersie & Walton, 1992). Negosiasi merupakan cara
terpenting mengenai bagaimana transaksi dilakukan dalam organisasi yang kompleks. Sementara itu,
negosiasi merupakan satu ciri hubungan industrial. Manajemen dan serikat pekerja menggunakan proses
negosiasi untuk dapat menangani isu. Ada dua strategi kesepakatan Walton dan McKersie yaitu
kesepakatan distributif dan kesepakatan integratif yang merupakan dua strategi yang bersifat berurutan
dan bukan merupakan alternatif pembeda (Fells, 2000). Ada dua jenis negosiasi, yaitu distributif dan
integratif. Namun demikian, dalam perkembangannya, negosiasi dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu
negosiasi distributif, integratif, sikap, dan negosiasi di dalam organisasi. Teori keperilakuan Watson dan
McKersie menyatakan adanya empat sistem dalam kesepakatan bersama, yaitu kesepakatan distributif,
kesepakatan integratif penstrukturan sikap, dan kesepakatan antarorganisasional (Smith & Turkington,
1996).

Negosiasi distributif merupakan pendekatan yang berdasarkan pada pandangan bahwa satu bagian hanya
mendapatkan bagian yang mendasari persaingan. Kesepakatan distributif merupakan proses untuk
menyelesaikan konflik kepentingan, dengan memaksimumkan kepentingan salah satu pihak. Negosiasi
distributif terjadi ketika masing-masing pihak mencoba memaksimumkan hasil dengan mengalahkan apa
yang dimenangkan bagian lain. Negosiasi distributif berusaha membagi sumber daya yang jumlahnya tetap
atau disebut situasi menang-kalah. Tujuan negosiasi distributif adalah mendapatkan bagian sebanyak
mungkin dan motivasinya menang-kalah. Negosiasi ini digunakan untuk melawan pihak lain, sehingga tidak
ada pembagian informasi dan jangka waktu negosiasinya pendek. Hasil penelitian Peterson dan Tracy
menunjukkan bahwa kesepakatan distributif akan sukses apabila:

1. Negosiator merasa bahwa posisi atau kekuasaannya kuat.

2. Negosiator dapat mengestimasi bahwa kemacetan kerja tidak mahal.

3. Tim yang dimilikinya mempunyai komitmen terhadap posisinya.

4. Tim yang dimiliki jelas dan khusus pada posisi tertentu.

Negosiasi integratif merupakan proses dengan para pihak mencoba mengeksplorasi pihak-pihak mereka
untuk meningkatkan hasil bersama. Negosiasi ini dilandasi oleh alasan bahwa kedua negosiator dapat
bekerja sama dan berkomunikasi secara terbuka serta dapat menemukan solusi yang akan mendamaikan
keinginan atau minatnya. Perdebatan strategi distributif dan integratif menunjukkan dua pendekatan
dengan dua alternatif yang jelas dan dapat dipahami. Kesepakatan integratif menghendaki keterbukaan,
kepercayaan, dan komitmen terhadap proses (keterbukaan dan fleksibilitas). Negosiasi integratif lebih
memperhatikan kepentingan bersama atau saling berkomplemen dan menyelesaikan masalah konfrontasi
antara dua pihak. Negosiasi integratif atau penyelesaian masalah tidak mengasumsikan konflik fundamental
atau sasaran antar bagian dan keberhasilannya tergantung pada adanya beberapa kondisi psikologis seperti
motivasi, informasi dan bahasa, iklim, kepercayaan, dan dukungan. Keberhasilan negosiasi integratif
tergantung pada setiap pihak, karena setiap pihak harus mampu memberikan informasi dan alternatif
solusi.
Tujuan negosiasi integratif adalah memperbanyak bagian sehingga se pihak yang bernegosiasi mengalami
kepuasan. Motivasi dalam negosiasi ini adalah tercapainya kesepakatan menang-menang, sehingga posisi
para pihak yang bernegonia adalah sama. Dalam negosiasi integratif, para pihak yang bernegosiasi saling
berbag informasi. Proses negosiasi integratif tersebut merupakan proses yang lama dan
mempertimbangkan hubungan jangka panjang. Aspek kombinasi dalam negosias adalah konfliktual murni
dan kooperatif secara murni (Fells, 1998).

Selanjutnya, negosiasi mengenai sikap atau yang disebut penyusunan sikap, menunjukkan upaya negosiator
untuk mempengaruhi kualitas dan bentuk atau ciri hubungan secara formal. Strukturisasi sikap merupakan
proses interpersonal dan sosioemosional di mana pihak-pihak mencoba mengubah persepsi, sikap, dan
iklim negosiasi orang lain. Dalam hal ini, kepercayaan menjadi hal yang utama. Penstrukturan sikap
merupakan proses yang mempengaruhi model hubungan antarbagian atau antarpihak dengan orientasi
sikap sebagai teman, saling percaya, mau menanggapi, dan motivasional. Penstrukturan sikap juga
merupakan suatu sistem instrumen kegiatan untuk mencapai kehidupan kerja antara berbagai pihak.
Penstrukturan sikap dapat berhasil apabila:

1. Pihak lain menilai kita sebagai rekan kerja yang ramah, dapat dipercaya, mau menanggapi, dan
logis.

2. Pihak lain mau memberikan pujian

3. Kedua belah pihak bersikap bijaksana dalam menyikapi hubungan kerja kedua belah pihak tersebut.

4. Semua pihak mau melakukan tindakan konstruktif dan suportif.

Negosiasi yang keempat adalah negosiasi di dalam organisasi, yaitu menghargai keterbatasan peran
beberapa negosiator dan merupakan sumber konflik internal dalam negosiasi. Kesepakatan di dalam
organisasi merupakan proses yang mempengaruhi harapan tim untuk mencapai kompromi yang diperlukan
untuk keberhasilan negosiasi. Kesepakatan integratif dijelaskan menggunakan teori konflik peraturan yang
digunakan untuk menyelesaikan ketidaksepakatan.

Negosiasi berdasarkan minat (interest-based negotiation atau IBN) merupakan pendekatan terstruktur
dalam penyelesaian masalah yang telah digunakan lebih dari separo negosiator, baik karyawan dalam
serikat pekerja maupun manajemen terutama di sektor swasta (Cutcher-Gershenfeld et al., 2004). IBN
dipopulerkan oleh Fisher dan Ury (1981). Mereka mengusulkan penggantian posisi negosiasi. Ada berbagai
kesepakatan yang dapat dicapai dalam IBN, yaitu:

1. Identifikasi isu dan minat penting setiap pihak.


2. Memperoleh dan memberikan informasi untuk menganalisis masalah.
3. Menyusun pilihan untuk menyelesaikan masalah.
4. Menentukan pilihan yang mendapatkan keuntungan bersama tertinggi untuk pihak kedua.
Perdebatan yang muncul dalam pendekatan tersebut adalah apakah IBN merupakan teori negosiasi atau
merupakan penerapan kesepakatan integratif yang diperkenalkan pertama kali oleh Watson dan McKersie
pada tahun 1965. Kritikannya adalah bagaimana praktek IBN berinteraksi dengan dimensi negosiasi lain
seperti kesepakatan distributif, kesepakatan intraorganisasional, dan penstrukturan sikap. Selain itu, apakah
IBN dapat berinteraksi dengan teknik-teknik lain tersebut atau mengubah hubungannya atau menggantinya
sebagai pedoman baru dalam kesepakatan bersama. Kenyataannya, IBN merupakan teknik yang digunakan
dalam kesepakatan integratif (McKersie et al., 2008).

1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai