DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
FAKULTAS HUKUM
TA 2022/2023
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan
KaruniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Politik Hukum Merupakan
Bagian Dari Hukum Tata Negara”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu, teman-teman, dan segenap pihak yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya
hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
1. PERJANJIAN INTERNASIONAL..............................................................................10
A. Peristilahan.....................................................................................................................10
B. Pengertian.......................................................................................................................10
2. KEBIASAAN INTERNASIONAL................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
A. KESIMPULAN............................................................................................................19
B. SARAN.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum internasional dapat dipahami sebagai seperangkat aturan yang ditujukan dan
yang dibuat oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif. Terdapat beberapa pendapat para
ahli atau sarjana hukum indonesia yang mengemukakan tentang hukum internasional.
Mochtar Kusumaatmaja merupakan salah satu sarjana hukum indonesia yang mendefinisikan
hukum internasional sebagai ‘keseluruhan kaidah dan juga asas hukum yang
mengaturhubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata. Mochtar dalam kesempatan lain juga menegaskan bahwa hukum
internasional juga merupakan keseluruhankaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas suatu negara, antara negara dengan negara, dan negara dengan
subjek yang hukum lain, yang bukan
negara, atau subjek hukum bukan negara satu sama lain. Hukum internasional juga
merupakan kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh masyarakat
internasional. Hukum internasional juga memiliki tujuan , yaitu untuk menciptakan ketertiban
dan keadilan dalam masyarakat tempat berlakunya hukum tersebut. Negara sebagai salah satu
subjek
dari hukum internasional memiliki pengertian sebagai berikut, yaitu organisasi kekuasaan
yang berdaulat, menguasai wilyah tertentu dan penduduk tertentu dan kehidupannya
didasarkan pada sistem hukum tertentu.
Setiap negara di dunia memiliki jumlah kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Penduduk-
penduduk di dunia memiliki aktivitas yang berbeda. Dalam melakukan aktivitasnya,
penduduk di dunia menggunakan Transportasi sebagai alat penunjang kegiatan sehariharinya
Transportasi sangat membantu dan juga memudahkan masyarakat dunia dalam bepergian ke
suatu tempat. Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang, dari satu tempat ke
tempat yang lainnya, dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
ataupun mesin
Adapun sumber hukum internasional yang utama, yaitu perjanjian internasional, kebiasaan
Internasional dan prinsip-prinsip hukum umum.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum Internasional adalah ilmu pengetahuan tentang hak-hak yang terdapat di antara
bangsa-bangsa atau negara-negara atau kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan hak-hak
tersebut (Vattel). Sementara itu Hackworth mendefinisikan bahwa hukum internasional
adalah sekumpulan aturan-aturan yang mengatur hubungan antara negara-negara.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi
internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan lainnya (1993:1). Sedangkan
menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional didefinisikan sebagai keseluruhan
kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
1. negara dengan negara;
2. negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu
sama lain.
Definisi yang lebih lengkap adalah definisi yang dikemukakan oleh Charles Cheney Hyde,
sebagaimana dikutip oleh Starke (1984) dalam hubungan antara negara-negara itu satu sama
lain, dan yang juga meliputi :
Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai kumpulan hukum yang untuk sebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan aturan-aturan perilaku terhadap mana negara-negara
merasa dirinya terikat untuk mentaatinya dan karena itu pada umumnya memang mentaatinya
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi hal-hal tertentu.” Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Starke mengemukakan sumber-sumber hukum material sebagai berikut:
1. Kebiasaan;
2. Traktat;
3. Putusan Pengadilan atau Badan Arbitrase; dan
4. Karya-karya Yuridis.
2.Hukum Kebiasaan
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
kebiasaan internasional.sebab,tidak dilakukannya tindakan tersebut oleh suatu negara
tidak dapat dituntut sebagai pelanggaran hukum internasional.
a. Unsur faktual artinya praktik umum oleh negara-negara ysng dilakukan secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama
b. Unsur psikologis (opinion jurissive necessitas),artinya untuk menguji
keberadaan suatu hukum kebiasaan tidak cukup hanya dengan melihat praktik
negara-negara saja,melainkan perlu diketahui mengapa negara mempraktikkan
seperti itu,hal ini harus diikuti dengan adanya keyakinan pada negara ,bahwa
apa yang mereka praktikkan merupakan suatu kewajiban atau hukum yang
harus dipatuhi bukan hanya sekedar habitual saja.
Prinsip hukum umum adalah prinsip hukum secara umum,yang tidak hanya terbatas
pada hukum internasional saja melainkan dalam hukum perdata,hukum pidana,hukum
lingkungan,dan lain-lain
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
g) Retroaktif
h) Good governance
i) Duty to cooperate dan lain lain
Perkataan sumber hukum dipakai dalam beberapa arti. Pertama dipakai dalam arti
sebagai dasar berlakunya hukum. Di sini yang dipersoalkan adalah apa sebabnya hukum itu
mengikat. Ini disebut sebagai sumber hukum dalam arti materiil, karena menyelidiki masalah
apakah yang pada hakekatnya menjadi dasar kekuatan mengikat hukum itu (dan untuk hukum
internasional adalah apa yang menjadi dasar kekuatan mengikat hukum internasional). Yang
kedua adalah sumber hukum dalam arti formal, yaitu yang memberi jawaban atas pertanyaan
dimanakah kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah hukum
dalam satu persoalan yang konkret.
Starke dalam bukunya An Introduction to International Law menggunakan istilah material
sources yang diartikan sebagai bahan-bahan aktual yang dipergunakan para sarjana hukum
internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu situasi tertentu.
Menurutnya, sumber dalam arti ini meliputi (1) Custom atau kebiasaan internasional,
(2) Traktat, (3) Keputusan-keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrasi, dan (4) Karya-
karya Yuridis (Juristic Works), dan (5) keputusan atau ketetapan organ-organ lembaga
internasional.
Wiryono Projodikoro dalam bukunya asas-asas hukum publik internasional menyebut sebagai
sumber dalam arti bahan, sebagai sumber mata air dari mana dapat dilihat sumber-sumber
mata air itu. Menurut Wiryono, yang termasuk sumber dalam artian ini meliputi (1)
perjanjian internasional, (2) hukum adat kebiasaan, (3) putusan-putusan pengadilan, (4) ilmu
pengetahuan hukum, (5) tulisan-tulisan sarjana hukum, (6) hasil-hasil konperensi ahli hukum
internasional, (7) kodifikasi dokumen-dokumen.
J.L. Brierly di dalam bukunya: The Law of Nations menyebutkan bahwa sumber-sumber
hukum internasional modern mencakup (1) traktat, (2) kebiasaan, (3) prinsip-prinsip umum
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
dari hukum, (4) preseden-preseden pengadilan, (5) penulis-penulis buku teks dan, (6) tempat
akal di dalam sistem modern.
Oppenheim mengemukakan bahwa yang termasuk sumber hukum adalah (1) kebiasan, (2)
traktat (3) prinsip-prinsip umum dari hukum, (4) keputusan pengadilan, (5) tulisan penulis
dan (6) komitas internasional. Sementara Rebecca mengemukakan bahwa sumber hukum
internasional meliputi (1) kebiasaan, (2) traktat, (3) prinsip-prinsip hukum umum yang diakui
oleh bangsa-bangsa yang beradab, (4) equity atau keadilan, (5) keputusan pengadilan, (6)
putusan pengadilan nasional, (7) pengarang, (8) sumber-sumber lain yang mungkin, misalnya
peraturan organisasi internasional dan organisasi regional, (9) komisi hukum internasional.
Sementara Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Suhardi dalam membicarakan sumber
hukum internasional lebih mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam rumusan pasal 38
Statuta Mahkamah Internasional.
Menurut pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional (ayat 1), dalam mengadili perkara yang
diajukan kepadanya, Mahkamah Internasional akan mempergunakan:
1. perjanjian internasional, baik yang bersifat umum atau khusus, yang mengandung
ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa;
2. kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum yang telah diterima
sebagai hukum;
3. prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab;
4. keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara
sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah hukum.
Pembicaraan selanjutnya mengenai sumber hukum internasional ini akan didasarkan pada
ketentuan pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional ini.
1. PERJANJIAN INTERNASIONAL
A. Peristilahan
Kesulitan yang ditemui di dalam mempelajari masalah perjanjian internasional ini adalah
banyaknya istilah yang digunakan untuk perjanjian internasional itu. Istilah-istilah tersebut
adalah (a) traktat, (b) pakta, (c) konvensi, (d) piagam, (e) statuta, (f) deklarasi, (g) protokol,
(h) arrangement, (i) covenant, (j) modus vivendi dan lain-lain. Semua istilah itu merupakan
perjanjian internasional.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
B. Pengertian
Di dalam perjanjian internasional ada sejumlah istilah kunci yang dipakai (pasal 2 ayat 1
Konvensi Wina 1969), yaitu:
a. Traktat
b. Ratification, acceptance, approval, accession:
Suatu perbuatan dimana suatu negara memberikan persetujuannya di bidang internasional
untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
persetujuan negara untuk diikat oleh suatu perjanjian, atau melakukan perbuatan lain yang
berhubungan dengan suatu perjanjian.
d. Reservation (persyaratan)
Suatu pernyataan sepihak yang dibuat suatu negara waktu menandatangani, meratifikasi,
menerima, menyetujui atau aksesi dalam suatu perjanjian dengan tujuan untuk tidak
memberlakukan atau merubah akibat-akibat hukum dari klausula-klausula tertentu dalam
pelaksanaan perjanjian tersebut oleh negara yang bersangkutan.
e. Negotiating State
Suatu negara yang mengambil bagian dalam penyusunan dan penerimaan naskah dari suatu
perjanjian.
f. Contracting parties
Suatu negara yang telah memberikan persetujuannya untuk mengikatkan diri pada suatu
perjanjian, lepas dari apakah perjanjian tersebut sudah berlaku atau belum.
g. Party
Suatu negara yang telah memberikan persetujuannya untuk diikat oleh suatu perjanjian dan
terhadap mana perjanjian itu telah berlaku.
h.. Third State
Suatu negara yang bukan merupakan pihak dari suatu perjanjian.
i. International Organisation:
Suatu organisasi antar pemerintah.
a. Dilihat dari sudut pandang ini, ada dua macam perjanjian internasional, yaitu (1) traktat
bilateral dan (2) traktat multilateral. Traktat bilateral adalah traktat yang diadakan oleh dua
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
buah negara untuk mengatur kepentingan kedua belah pihak. Sedangkan traktat multilateral
adalah traktat yang diadakan oleh banyak negara/pihak.
b. Dilihat dari akibat hukum yang diciptakan Ada dua macam traktat, yaitu perjanjian yang
bersifat khusus (treaty contract) dan perjanjian yang bersifat umum (Law making treaties).
Treaty contract adalah suatu perjanjian yang hanya mengakibatkan hakhak dan
kewajiban-kewajiban antara pihak yang mengadakan perjanjian. Sedangkan law making
treaties adalah perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan yang meletakkan kaidah-
kaidah hukum bagi masyarakat Internasional sebagai keseluruhan. Pembagian yang kedua ini
dikemukakan oleh Starke. Lebih lanjut Starke mengemukakan, bahwa law making treaties
adalah traktat yang diadakan oleh sejumlah besar negara, baik untuk menentukan apa yang
menjadi hukum mengenai hal ihwal tertentu, maupun menetapkan hukum baru yang umum
untuk hari depan, ataupun yang membentuk lembaga internasional. Penggunaan istilah law
making treaties dan treaty contract ini dikritik oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
2. KEBIASAAN INTERNASIONAL
dengan tembakan meriam, akan tetapi jika ini tidak dilakukan, tamu tidak dapat menuntut
supaya diadakan tembakan meriam.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Syarat kapan suatu kebiasaan internasional dapat menjadi suatu kebiasaan yang bersifat
umum, ada dua hal, yaitu:
a. perlu adanya suatu kebiasaan, yaitu suatu pola tindak yang berlangsung lama, yang
merupakan serangkaian tindakan yang serupa mengenai hal dan keadaan yang serupa.
namun pengertian lama di sini sangat relatif, sebab mahkamah internasional tidak
menekankan soal waktu ini, tetapi menekankan bahwa kebiasaan itu terbukti sebagai praktek
umum yang diterima.
b. Hal tersebut harus bersifat umum dan bertalian dengan hubungan internasional.
unsur yang kedua, unsur psikologis, yaitu bahwa kebiasaan itu harus diterima sebagai
hukum. unsur ini menghendaki bahwa kebiasaan internasional dirasakan memenuhi suruhan
kaidah atau kewajiban.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
1. perkataan prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab
dimaksudkan terdiri dari prinsip-prinsip yang diakui oleh semua bangsa dalam fora domestik;
2. walaupun anggota-anggota komite menganggap bahwa prinsip-prinsip hukum umum
menjadi bagian hukum alam, prinsip-prinsip ini harus telah diterima oleh negara-negara;
3. prinsip-prinsip hukum umum harus berfungsi sebagai sumber di dalam kerangka kerja dari
suatu kondisi peradilan.
Putusan pengadilan dalam pasal 38 ayat (1) ICJ statute merupakan sumber hukum
tambahan bagi sumber hukum diatasnya.meskipun dikatakan demikian,tidak berarti bahwa
putusan pengadilan dapat berdiri sendiri sebagai dasar putusan yang diambil oleh hakim,dan
dapat digunakan untuk memperkuat sumber hukum diatasnya,perlu diketahui bahwa putusan
pengadilan yang sama untuk kasus-kasus serupa dapat menumbuhkan hukum kebiasaan
internasional
injuries suffered in the UN 1949 hakim menciptakan kaidah baru bahwa United Nations
(“UN”) sebagai organisasi dapat menuntut ganti rugi berdasarkanhukum internasional.
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Teachings of The Most Highly Qualified Publicist atau Ajaran Para Sarjana Paling
Terkemuka
Ajaran para sarjana paling tekemuka disebut juga karya hukum atau doktrin,karya
hukum ini bukan merupakan hukum yang mengikat,namun demikian banyak karya hukum
yang sangat berperan dalam perkembangan hukum internasional.sebagai contoh pendapat
dari Gidel mengenai zona tambahan dilaut diikuti banyak pakar dan akhirnya menjadi hukum
kebiasaan internasional.kemudian,pendapat dari Alfred Pedro mengenai konsep warisan
bersama umat manusia (common heritage of mankind) menjadi semua konsep yang diakui di
zona laut lepas dan dasar laut samudera dalam.
B. Keputusan Pengadilan dan Pendapat Para Sarjana Yang Terkemuka Dari Bangsa Di
Dunia
Pendapat para sarjana akan lebih cepat berpengaruh jika dikemukakan oleh badan-badan
ahli atau perkumpulan-perkumpulan profesional, di mana para sarjana yang berdasarkan
keahlian yang sama atau sejenis berkumpul di dalamnya. Sebagai contoh adalah Komisi
Hukum Internasional (International Law Commission), yang merupakan komisi ahli yang
dibentuk oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi MU tahun
1947.
Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan bahwa hieraki adalah urutan tingkatan
atau jenjang.Sedangkan dalam perjelasan Pasal 7 Ayat (2) undang-undang nomor 12 tahun
2011
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “hieraki” adalah penjengjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Sementara hukum internasional diartikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perilaku yang
harus ditaati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu dengan yang lainnya,serta yang
juga mencakup : organisasi internasional,hubungan antar organisasi satu dengan yang
lainnya,hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antar
organisasi internasional dengan negara,atau negara-negara ,dan hubungan antar organisasi
internasional individu atau individu-individu. peraturan-peraturan hukum tertentu yang
berkenaan dengan individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities)
sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut
bersangkut-pautkan dengan masalah internasional
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Disamping itu,jika kita melihat bahwa dalam hukum internasional berlandaskan
pada prinsip persamaan kedudukan negara-negara berdaulat maka tidak ditemukan
adanya hieraki. Artinya, semua antara dalam hukum internasional adalah
sederajat,sumber-sumber hukumnya juga sederajat ,berlandaskan kehendak negara.
Tetapi, pengakuan akan keberadaan prinsip hieraki dalam hukum internasional adalah
sangat penting untuk proses penyelesaian melalui jalur hukum (Mahkamah
Intenasional)
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai kumpulan hukum yang untuk sebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan aturan-aturan perilaku terhadap mana negara-negara
merasa dirinya terikat untuk mentaatinya dan karena itu pada umumnya memang mentaatinya
1. aturan-aturan hukum yang bertalian dengan fungsi lembaga-lembaga dan organisasi-
organisasi internasional, hubungan-hubungan lembaga atau organisasi itu dengan negara-
negara dan individu-individu; dan 2.aturan-aturan hukum tertentu yang bertalian dengan
individu-individu dan satuan-satuan bukan negara sejauh hak-hak dan kewajiban-kewajiban
pada individu dan satuan-satuan bukan negara itu merupakan kepentingan masyarakat
internasional
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dr Muhammad Ashri, S.H., M.H. dan Rapung Samuddin, Lc. M.A. Hukum Internasional
dan Hukum Islam tentang sengketa dan perdamaian. Jakarta Indonesia, 2021
https://www.academia.edu/8823370/hierarki_hukum_Internasional
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta