Anda di halaman 1dari 21

SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : Harisman,S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. Aldi Romansyah 2106200118


2. Dirga Isra Sadewo 2106200115
3. Firza Maulana 2106200122
4. Reza Mahendra 2106200116
5. Salsa Hasanah Wardah 2106200119
6. Shigit Tri Ananda 2106200110
7. Syaweldi Azhari 2106200117

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TA 2022/2023

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan
KaruniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Politik Hukum Merupakan
Bagian Dari Hukum Tata Negara”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu, teman-teman, dan segenap pihak yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya
hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Medan, November 2022

Penulis

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Sumber Hukum Internasional.................................5

2.2 Macam Macam Sumber Hukum Internasional...........................................................9

1. PERJANJIAN INTERNASIONAL..............................................................................10

A. Peristilahan.....................................................................................................................10

B. Pengertian.......................................................................................................................10

C. Istilah-istilah yang Digunakan di Dalam Traktat (Perjanjian Internasional).........11

D. Klasifikasi Perjanjian Internasional............................................................................12

2. KEBIASAAN INTERNASIONAL................................................................................13

3. PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM..........................................................................14

4. SUMBER HUKUM TAMBAHAN...............................................................................15

2.3 HIRARKI HUKUM INTERNASIONAL...................................................................16

BAB III....................................................................................................................................19

PENUTUP...............................................................................................................................19

A. KESIMPULAN............................................................................................................19

B. SARAN.........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum internasional dapat dipahami sebagai seperangkat aturan yang ditujukan dan
yang dibuat oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif. Terdapat beberapa pendapat para
ahli atau sarjana hukum indonesia yang mengemukakan tentang hukum internasional.
Mochtar Kusumaatmaja merupakan salah satu sarjana hukum indonesia yang mendefinisikan
hukum internasional sebagai ‘keseluruhan kaidah dan juga asas hukum yang
mengaturhubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang
bukan bersifat perdata. Mochtar dalam kesempatan lain juga menegaskan bahwa hukum
internasional juga merupakan keseluruhankaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas suatu negara, antara negara dengan negara, dan negara dengan
subjek yang hukum lain, yang bukan
negara, atau subjek hukum bukan negara satu sama lain. Hukum internasional juga
merupakan kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh masyarakat
internasional. Hukum internasional juga memiliki tujuan , yaitu untuk menciptakan ketertiban
dan keadilan dalam masyarakat tempat berlakunya hukum tersebut. Negara sebagai salah satu
subjek
dari hukum internasional memiliki pengertian sebagai berikut, yaitu organisasi kekuasaan
yang berdaulat, menguasai wilyah tertentu dan penduduk tertentu dan kehidupannya
didasarkan pada sistem hukum tertentu.
Setiap negara di dunia memiliki jumlah kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Penduduk-
penduduk di dunia memiliki aktivitas yang berbeda. Dalam melakukan aktivitasnya,
penduduk di dunia menggunakan Transportasi sebagai alat penunjang kegiatan sehariharinya
Transportasi sangat membantu dan juga memudahkan masyarakat dunia dalam bepergian ke
suatu tempat. Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang, dari satu tempat ke
tempat yang lainnya, dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
ataupun mesin
Adapun sumber hukum internasional yang utama, yaitu perjanjian internasional, kebiasaan
Internasional dan prinsip-prinsip hukum umum.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Sumber Hukum Internasional

Banyak ahli hukum internasional yang mencoba mengemukakan batasan mengenai


hukum internasional, yang satu dengan lainnya ada perbedaan, meskipun pada bagian-bagian
tertentu ada unsur kesamaannya.Emerich de Vattel dan Hackworth, sebagaimana dikutip oleh
Chairil Anwar (1989:1) mendefinisikan hukum internasional sebagai berikut:

Hukum Internasional adalah ilmu pengetahuan tentang hak-hak yang terdapat di antara
bangsa-bangsa atau negara-negara atau kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan hak-hak
tersebut (Vattel). Sementara itu Hackworth mendefinisikan bahwa hukum internasional
adalah sekumpulan aturan-aturan yang mengatur hubungan antara negara-negara.

Brierly, yang menggunakan istilah Hukum Internasional atau Hukum Bangsa-Bangsa,


mendefinisikannya sebagai sekumpulan aturan-aturan dan prinsip tindakan yang mengikat atas
negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka satu dengan lainnya (1949:1).

Sementara itu Oppenheim mendefinisikan hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional


sebagai suatu sebutan untuk sekumpulan aturan-aturan kebiasaan dan traktat yang secara
hukum mengikat negara-negara dalam hubungan mereka satu dengan yang lain (1966:4).
Wiryono Projodikoro, seorang penulis hukum yang cukup produktif, menggunakan istilah
Hukum Publik Internasional yang didefinisikan sebagai hukum yang mengatur perhubungan
hukum antara pelbagai bangsa di pelbagai negara (1967:7).
Michael Akehurst, yang menggunakan tiga istilah secara bersama-sama, hukum internasional,
atau kadang-kadang disebut hukum publik internasional, atau hukum bangsa-bangsa,
mendefinisikannya sebagai sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara
(1986:1). Namun demikian lebih lanjut dia menyatakan, bahwa pada suatu saat hanya
negaralah yang mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum internasional, namun untuk saat
sekarang ini organisasi internasional, kompani maupun individu juga memiliki hak-hak dan
kewajiban-kewajiban di bawah hukum internasional.
Rebecca mendefinisikan, bahwa hukum internasional sekarang mengacu pada peraturan-
peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi
internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan lainnya (1993:1). Sedangkan
menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional didefinisikan sebagai keseluruhan
kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
1. negara dengan negara;
2. negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu
sama lain.
Definisi yang lebih lengkap adalah definisi yang dikemukakan oleh Charles Cheney Hyde,
sebagaimana dikutip oleh Starke (1984) dalam hubungan antara negara-negara itu satu sama
lain, dan yang juga meliputi :

Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai kumpulan hukum yang untuk sebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan aturan-aturan perilaku terhadap mana negara-negara
merasa dirinya terikat untuk mentaatinya dan karena itu pada umumnya memang mentaatinya

1. aturan-aturan hukum yang bertalian dengan fungsi lembaga-lembaga dan organisasi-


organisasi internasional, hubungan-hubungan lembaga atau organisasi itu dengan negara-
negara dan individu-individu; dan
2. aturan-aturan hukum tertentu yang bertalian dengan individu-individu dan satuan-satuan
bukan negara sejauh hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada individu dan satuan-satuan
bukan negara itu merupakan kepentingan masyarakat internasional.
Secara formal sumber hukum mengandung pengertian sebagai sumber yang memuat
ketentuan-ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam suatu perkara
konkret, atau tempat ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum dapat ditemukan, atau
sumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan di mana kita dapat menemukan atau
mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah di dalam
suatu persoalan yang aktual/konkret.
Secara material sumber hukum dapat diartikan sebagai sumber isi hukum atas dasar
berlakunya hukum, dan atau tempat kaidah-kaidah hukum itu dibentuk. Sumber hukum
dalam pengertian ini dapat pula dipahami sebagai sumber hukum yang mempersoalkan
sebab-
musabab itu mengikat, dan juga menyelidiki masalah apakah yang menjadi dasar
mengikatnya hukum itu.
J. G. Starke mengemukakan sumber-sumber hukum material atau sumber hukum
formal adalah “Bahan-bahan aktual yang dipergunakan oleh para sarjana hukum internasional

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi hal-hal tertentu.” Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Starke mengemukakan sumber-sumber hukum material sebagai berikut:

1. Kebiasaan;
2. Traktat;
3. Putusan Pengadilan atau Badan Arbitrase; dan
4. Karya-karya Yuridis.

Sementara itu, menurut Mochtar Kusumaatmadja, sumber-sumber hukum internasional terdiri


atas:
1.Perjanjian Internasional
perjanjian internasional memiliki peranan yang sangat penting dalam hukum
internasional,perjanjian internasional memiliki berbagai terminologi lain seperti
treaty,internationalagreements,pacts,general acts,charters,statutes,declarations,dan covenants
perjanjian internasional juga berperan sebagai sarana untuk meningkatkan kerja sama
internasional salah satu kelebihan perjanjian internasional.salah satu kelebihan perjanjian
internasional dibandingkan dengan hukum kebiasaan internasional adalah sifatnya
tertulis,memudahkan dala pembuktian dibandingkan dengan hukum kebiasaan internasional
yang tidak tertulis.perjanjian internasional menurut Pasal 2 ayat (1) huruf (a) konvensi wina
1969/VCLT 1969 merupakan persetujuan yang dilakukan oleh negara-negara,bentuknya
tertulis dan diatur oleh hukum internasional.berdasarkan jumlah pesertanya,perjanjian
internasional dibedakan menjadi bilateral,trilateral,multilateral,regional,dan universal.
Conoh perjanjian anatara lain UNCLOS 1982, SUA Convention,ReCAAP,VCLT 1961,dll

2.Hukum Kebiasaan

Menurut Martin Dixion ,hukum kebiasaan internasional adalah hukum yang


berkembang dari praktik atau kebiasaan negara-negara.hukum kebiasaan internasional

harus dibedakan dengan adat istiadat (usage) atau kesopanan internasional


(international community) ataupun persahabatan (friendship)

Penyambutan tamu negara dengan upacara khusus,menggelar karpet


merah,kalungan bunga,dentuman meriam,tiupan terompet bukan merupakan hukum

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
kebiasaan internasional.sebab,tidak dilakukannya tindakan tersebut oleh suatu negara
tidak dapat dituntut sebagai pelanggaran hukum internasional.

Unsur hukum kebiasaan internasional anatara lain :

a. Unsur faktual artinya praktik umum oleh negara-negara ysng dilakukan secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama
b. Unsur psikologis (opinion jurissive necessitas),artinya untuk menguji
keberadaan suatu hukum kebiasaan tidak cukup hanya dengan melihat praktik
negara-negara saja,melainkan perlu diketahui mengapa negara mempraktikkan
seperti itu,hal ini harus diikuti dengan adanya keyakinan pada negara ,bahwa
apa yang mereka praktikkan merupakan suatu kewajiban atau hukum yang
harus dipatuhi bukan hanya sekedar habitual saja.

Dalam hukum kebiasaan internasional terdapat prinsip persistent


objector,artinya masih dimungkinkan terdapat beberapa negara yang tidak
terikat dengan hukum kebiasaan internasional,atau dalam pengertian lain
meolak hukum kebiasaan internasional secara terus menerus.bukti keberatan
atau penolakan tersebut harus disampaikan dengan jelas oleh suatu negara.

3.Prinsip Hukum Umum

Prinsip hukum umum adalah prinsip hukum secara umum,yang tidak hanya terbatas
pada hukum internasional saja melainkan dalam hukum perdata,hukum pidana,hukum
lingkungan,dan lain-lain

Beberapa contoh prinsip hukum umum anatara lain :

a) Pacta sunt servanda


b)
c) Good faith
d) Res judicata
e) Nullum delictum nulla poena legenali
f) Nebis in idem

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
g) Retroaktif
h) Good governance
i) Duty to cooperate dan lain lain

2.2 Macam Macam Sumber Hukum Internasional

Perkataan sumber hukum dipakai dalam beberapa arti. Pertama dipakai dalam arti
sebagai dasar berlakunya hukum. Di sini yang dipersoalkan adalah apa sebabnya hukum itu
mengikat. Ini disebut sebagai sumber hukum dalam arti materiil, karena menyelidiki masalah
apakah yang pada hakekatnya menjadi dasar kekuatan mengikat hukum itu (dan untuk hukum
internasional adalah apa yang menjadi dasar kekuatan mengikat hukum internasional). Yang
kedua adalah sumber hukum dalam arti formal, yaitu yang memberi jawaban atas pertanyaan
dimanakah kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah hukum
dalam satu persoalan yang konkret.
Starke dalam bukunya An Introduction to International Law menggunakan istilah material
sources yang diartikan sebagai bahan-bahan aktual yang dipergunakan para sarjana hukum
internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu situasi tertentu.

Menurutnya, sumber dalam arti ini meliputi (1) Custom atau kebiasaan internasional,
(2) Traktat, (3) Keputusan-keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrasi, dan (4) Karya-
karya Yuridis (Juristic Works), dan (5) keputusan atau ketetapan organ-organ lembaga
internasional.
Wiryono Projodikoro dalam bukunya asas-asas hukum publik internasional menyebut sebagai
sumber dalam arti bahan, sebagai sumber mata air dari mana dapat dilihat sumber-sumber
mata air itu. Menurut Wiryono, yang termasuk sumber dalam artian ini meliputi (1)
perjanjian internasional, (2) hukum adat kebiasaan, (3) putusan-putusan pengadilan, (4) ilmu
pengetahuan hukum, (5) tulisan-tulisan sarjana hukum, (6) hasil-hasil konperensi ahli hukum
internasional, (7) kodifikasi dokumen-dokumen.

J.L. Brierly di dalam bukunya: The Law of Nations menyebutkan bahwa sumber-sumber
hukum internasional modern mencakup (1) traktat, (2) kebiasaan, (3) prinsip-prinsip umum

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
dari hukum, (4) preseden-preseden pengadilan, (5) penulis-penulis buku teks dan, (6) tempat
akal di dalam sistem modern.
Oppenheim mengemukakan bahwa yang termasuk sumber hukum adalah (1) kebiasan, (2)
traktat (3) prinsip-prinsip umum dari hukum, (4) keputusan pengadilan, (5) tulisan penulis
dan (6) komitas internasional. Sementara Rebecca mengemukakan bahwa sumber hukum
internasional meliputi (1) kebiasaan, (2) traktat, (3) prinsip-prinsip hukum umum yang diakui
oleh bangsa-bangsa yang beradab, (4) equity atau keadilan, (5) keputusan pengadilan, (6)
putusan pengadilan nasional, (7) pengarang, (8) sumber-sumber lain yang mungkin, misalnya
peraturan organisasi internasional dan organisasi regional, (9) komisi hukum internasional.
Sementara Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Suhardi dalam membicarakan sumber
hukum internasional lebih mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam rumusan pasal 38
Statuta Mahkamah Internasional.

Menurut pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional (ayat 1), dalam mengadili perkara yang
diajukan kepadanya, Mahkamah Internasional akan mempergunakan:
1. perjanjian internasional, baik yang bersifat umum atau khusus, yang mengandung
ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa;
2. kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum yang telah diterima
sebagai hukum;
3. prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab;
4. keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara
sebagai sumber tambahan bagi menetapkan kaidah hukum.
Pembicaraan selanjutnya mengenai sumber hukum internasional ini akan didasarkan pada
ketentuan pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional ini.

1. PERJANJIAN INTERNASIONAL

A. Peristilahan

Kesulitan yang ditemui di dalam mempelajari masalah perjanjian internasional ini adalah
banyaknya istilah yang digunakan untuk perjanjian internasional itu. Istilah-istilah tersebut
adalah (a) traktat, (b) pakta, (c) konvensi, (d) piagam, (e) statuta, (f) deklarasi, (g) protokol,
(h) arrangement, (i) covenant, (j) modus vivendi dan lain-lain. Semua istilah itu merupakan
perjanjian internasional.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
B. Pengertian

Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, perjanjian internasional adalah perjanjian yang


diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan
akibat-akibat hukum tertentu.
G. Schwarzenberger mendefinisikan traktat sebagai suatu persetujuan antara subjek-
subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam
hukum internasional, dapat berbentuk bilateral ataupun multilateral. Sementara itu
Oppenheim mendefinisikan perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antar- negara,
yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak
Batas lain dikemukakan oleh Boer Mauna yang menyatakan bahwa perjanjian internasional
(Traktat) adalah semua perjanjian yang dibuat antara subjek-subjek aktif hukum
internasional dan yang diatur oleh hukum internasional serta berisikan ikatan-ikatan yang
mempunyai akibat hukum.
International Law of Commission (ILC) mendefinisikan traktat sebagai semua perjanjian
dalam bentuk tertulis apakah dirumuskan dalam suatu instrumen tunggal atau dalam beberapa
instrumen tambahan yang dibuat oleh dua atau beberapa negara atau subjek-subjek hukum
internasional lainnya dan diatur oleh hukum internasional, istilah apa pun yang dipakai.

C. Istilah-istilah yang Digunakan di Dalam Traktat (Perjanjian Internasional)

Di dalam perjanjian internasional ada sejumlah istilah kunci yang dipakai (pasal 2 ayat 1
Konvensi Wina 1969), yaitu:
a. Traktat
b. Ratification, acceptance, approval, accession:
Suatu perbuatan dimana suatu negara memberikan persetujuannya di bidang internasional
untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.

c. Full Powers (surat kuasa)


Sebuah dokumen yang diberikan oleh pihak yang berwenang dari suatu negara yang
menunjukkan seseorang atau beberapa utusan untuk mewakili negara tersebut dalam
berunding, menerima atau mengitensifikasikan naskah suatu perjanjian, menyatakan

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
persetujuan negara untuk diikat oleh suatu perjanjian, atau melakukan perbuatan lain yang
berhubungan dengan suatu perjanjian.
d. Reservation (persyaratan)
Suatu pernyataan sepihak yang dibuat suatu negara waktu menandatangani, meratifikasi,
menerima, menyetujui atau aksesi dalam suatu perjanjian dengan tujuan untuk tidak
memberlakukan atau merubah akibat-akibat hukum dari klausula-klausula tertentu dalam
pelaksanaan perjanjian tersebut oleh negara yang bersangkutan.
e. Negotiating State

Suatu negara yang mengambil bagian dalam penyusunan dan penerimaan naskah dari suatu
perjanjian.
f. Contracting parties
Suatu negara yang telah memberikan persetujuannya untuk mengikatkan diri pada suatu
perjanjian, lepas dari apakah perjanjian tersebut sudah berlaku atau belum.
g. Party
Suatu negara yang telah memberikan persetujuannya untuk diikat oleh suatu perjanjian dan
terhadap mana perjanjian itu telah berlaku.
h.. Third State
Suatu negara yang bukan merupakan pihak dari suatu perjanjian.
i. International Organisation:
Suatu organisasi antar pemerintah.

D. Klasifikasi Perjanjian Internasional

Hukum internasional tidak mengenal klasifikasi perjanjian internasional secara formal.


Namun demikian melihat kenyataan yang ada, maka dapatlah disusun klasifikasi perjanjian
internasional dilihat dari (a) peserta atau pihakpihak yang mengadakan perjanjian, (b) akibat
hukum yang diciptakan, (c) objek perjanjian dan (d) tahap-tahap penyusunannya.

a. Dilihat dari sudut pandang ini, ada dua macam perjanjian internasional, yaitu (1) traktat
bilateral dan (2) traktat multilateral. Traktat bilateral adalah traktat yang diadakan oleh dua

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
buah negara untuk mengatur kepentingan kedua belah pihak. Sedangkan traktat multilateral
adalah traktat yang diadakan oleh banyak negara/pihak.

b. Dilihat dari akibat hukum yang diciptakan Ada dua macam traktat, yaitu perjanjian yang
bersifat khusus (treaty contract) dan perjanjian yang bersifat umum (Law making treaties).

Treaty contract adalah suatu perjanjian yang hanya mengakibatkan hakhak dan
kewajiban-kewajiban antara pihak yang mengadakan perjanjian. Sedangkan law making
treaties adalah perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan yang meletakkan kaidah-
kaidah hukum bagi masyarakat Internasional sebagai keseluruhan. Pembagian yang kedua ini
dikemukakan oleh Starke. Lebih lanjut Starke mengemukakan, bahwa law making treaties
adalah traktat yang diadakan oleh sejumlah besar negara, baik untuk menentukan apa yang
menjadi hukum mengenai hal ihwal tertentu, maupun menetapkan hukum baru yang umum
untuk hari depan, ataupun yang membentuk lembaga internasional. Penggunaan istilah law
making treaties dan treaty contract ini dikritik oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja.

2. KEBIASAAN INTERNASIONAL

Pada awal pertumbuhannya, kebiasaan internasional merupakan sumber terpenting hukum


internasional. Akan tetapi di dalam perkembangannya, karena semakin banyak persoalan
yang diatur dengan perjanjian internasional, maka tempat tersebut kemudian diduduki oleh
perjanjian internasional.
Tidak setiap kebiasaan internasional dapat menjadi sumber hukum. Untuk dapat dikatakan
bahwa kebiasaan internasional merupakan sumber hukum. Perlu adanya dua unsur, yaitu:
1. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum. Ini merupakan unsur material.
2. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum. Ini merupakan unsur psikologis.
Jika hanya unsur pertama saja yang ada, itu baru merupakan kesopanan internasional.
Sebagai contoh misalnya, kebiasaan memberikan sambutan kehormatan waktu kedatangan
tamu resmi dari negara lain, dalam hal ini kepala negara atau kepala pemerintahan. Wujud
sambutannya

dengan tembakan meriam, akan tetapi jika ini tidak dilakukan, tamu tidak dapat menuntut
supaya diadakan tembakan meriam.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Syarat kapan suatu kebiasaan internasional dapat menjadi suatu kebiasaan yang bersifat
umum, ada dua hal, yaitu:
a. perlu adanya suatu kebiasaan, yaitu suatu pola tindak yang berlangsung lama, yang
merupakan serangkaian tindakan yang serupa mengenai hal dan keadaan yang serupa.
namun pengertian lama di sini sangat relatif, sebab mahkamah internasional tidak
menekankan soal waktu ini, tetapi menekankan bahwa kebiasaan itu terbukti sebagai praktek
umum yang diterima.
b. Hal tersebut harus bersifat umum dan bertalian dengan hubungan internasional.
unsur yang kedua, unsur psikologis, yaitu bahwa kebiasaan itu harus diterima sebagai
hukum. unsur ini menghendaki bahwa kebiasaan internasional dirasakan memenuhi suruhan
kaidah atau kewajiban.

3. PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM

Prinsip-prinsip hukum umum sebagaimana dituangkan dalam ketentuan pasal 38 ayat


1 huruf c Statuta Mahkamah Internasional tersebut dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip
hukum yang melandasi semua hukum yang ada di dunia, baik hukum internasional maupun
hukum nasional. Jadi istilah hukum umum di sini melingkupi latar internasional maupun
nasional. Hukum ini sifatnya sangat fundamental, karena berupa prinsip-prinsip, dan
melandasi semua kaidah hukum positif, sehingga pemberlakuannya pun universal. Semua
negara dianggap terikat pada prinsip-prinsip hukum umum terlepas apakah suatu negara
menyetujui atau tidak.
Prinsip-prinsip hukum apa sajakah yang dianggap sebagai prinsip hukum umum? Dalam hal
ini ada beberapa pendapat. Prof. Mochtar Kusumaatmadja misalnya, mengemukakan bahwa
prinsip pacta sunt servanda, prinsip iktikad baik, prinsip penyalahgunaan hak sebagai prinsip
hukum umum. Sementara Ian Brownlie menyebutkan prinsip persetujuan, prinsip
resiprositas, prinsip iktikad baik dan prinsip yuridiksi domestik sebagai prinsip-prinsip
hukum umum.
Lebih jauh prinsip-prinsip hukum umum mempunyai pengertian yang ditetapkan dalam
perancangan Statuta Mahkamah Internasional (waktu itu Mahkamah tetap Pengadilan
Internasional), yang berupa Advisory Committee of Jurist tahun 1920, berkaitan dengan
ketentuan pasal tersebut. Advisory tersebut antara lain menyimpulkan:

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
1. perkataan prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab
dimaksudkan terdiri dari prinsip-prinsip yang diakui oleh semua bangsa dalam fora domestik;
2. walaupun anggota-anggota komite menganggap bahwa prinsip-prinsip hukum umum
menjadi bagian hukum alam, prinsip-prinsip ini harus telah diterima oleh negara-negara;
3. prinsip-prinsip hukum umum harus berfungsi sebagai sumber di dalam kerangka kerja dari
suatu kondisi peradilan.

Dengan demikian prinsip-prinsip hukum umum merupakan sumber bagi Mahkamah


dalam menetapkan suatu ketentuan guna menyelesaikan perselisihan, yaitu dengan
mengambil suatu ketentuan yang berasal atau bersumber dari prinsip-prinsip fundamental
hukum yang memang telah diterima sebagai hukum internasional oleh negara-negara.
Adanya prinsip-prinsip hukum umum sebagai sumber hukum primer, sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional sebagai sistem hukum positif. Dengan
adanya sumber hukum ini Mahkamah Internasional tidak dapat menyatakan non liquit yakni
menolak mengadili perkara karena tiadanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan.

4. SUMBER HUKUM TAMBAHAN

A. Judicial Decisions atau Putusan Mahkamah

Putusan pengadilan dalam pasal 38 ayat (1) ICJ statute merupakan sumber hukum
tambahan bagi sumber hukum diatasnya.meskipun dikatakan demikian,tidak berarti bahwa
putusan pengadilan dapat berdiri sendiri sebagai dasar putusan yang diambil oleh hakim,dan
dapat digunakan untuk memperkuat sumber hukum diatasnya,perlu diketahui bahwa putusan
pengadilan yang sama untuk kasus-kasus serupa dapat menumbuhkan hukum kebiasaan
internasional

Contohnya terdapat dalam kasus Anglo-Norwegian Fisheries Case 1952 dimana


hakim menciptakan ketentuan baru dalam hukum internasional untuk pembatasan laut
teritorial dengan memperhatikan kondisi geografis suatu wilayah.kemudian,dalam kasus
Reparation for

injuries suffered in the UN 1949 hakim menciptakan kaidah baru bahwa United Nations
(“UN”) sebagai organisasi dapat menuntut ganti rugi berdasarkanhukum internasional.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Teachings of The Most Highly Qualified Publicist atau Ajaran Para Sarjana Paling
Terkemuka

Ajaran para sarjana paling tekemuka disebut juga karya hukum atau doktrin,karya
hukum ini bukan merupakan hukum yang mengikat,namun demikian banyak karya hukum
yang sangat berperan dalam perkembangan hukum internasional.sebagai contoh pendapat
dari Gidel mengenai zona tambahan dilaut diikuti banyak pakar dan akhirnya menjadi hukum
kebiasaan internasional.kemudian,pendapat dari Alfred Pedro mengenai konsep warisan
bersama umat manusia (common heritage of mankind) menjadi semua konsep yang diakui di
zona laut lepas dan dasar laut samudera dalam.

B. Keputusan Pengadilan dan Pendapat Para Sarjana Yang Terkemuka Dari Bangsa Di
Dunia

Merupakan sumber hukum subsider,hanya sebagai tambahan, yang tidak mempunyai


kekuatan mengikat dan tidak dapat menimbulkan suatu kaidah hukum. Namun demikian,
keputusan pengadilan, terutama Mahkamah Tetap pengadilan Internasional,Mahkamah
Internasional, Mahkamah Arbritasi, tetap mempunyai pengaruh besar di dalam
perkembangan hukum internasional. Sementara itu, pendapat, para sarjana terkemuka
mengenai suatu masalah tertentu, meskipun bukan merupakan hukum positif, sering kali
dikutip untuk memperkuat argumen tentang adanya atau kebenaran dari suatu norma hukum.

Pendapat para sarjana akan lebih cepat berpengaruh jika dikemukakan oleh badan-badan
ahli atau perkumpulan-perkumpulan profesional, di mana para sarjana yang berdasarkan
keahlian yang sama atau sejenis berkumpul di dalamnya. Sebagai contoh adalah Komisi
Hukum Internasional (International Law Commission), yang merupakan komisi ahli yang
dibentuk oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi MU tahun
1947.

2.3 HIRARKI HUKUM INTERNASIONAL

Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan bahwa hieraki adalah urutan tingkatan
atau jenjang.Sedangkan dalam perjelasan Pasal 7 Ayat (2) undang-undang nomor 12 tahun
2011

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “hieraki” adalah penjengjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Sementara hukum internasional diartikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perilaku yang
harus ditaati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu dengan yang lainnya,serta yang
juga mencakup : organisasi internasional,hubungan antar organisasi satu dengan yang
lainnya,hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antar
organisasi internasional dengan negara,atau negara-negara ,dan hubungan antar organisasi
internasional individu atau individu-individu. peraturan-peraturan hukum tertentu yang
berkenaan dengan individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities)
sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut
bersangkut-pautkan dengan masalah internasional

 Hieraki Sumber Hukum Internasional

a. Pentingnya keberadaan hieraki dalam hukum internasional


Suatu sistem hukum biasanya membangun atau menetapkan suatu norma hukum
berdasarkan suatu hukum tertentu dari mana norma itu berasal dalam sistem hukum
nasional misalnya adalah hal yang umum menempatkan nilai-nilai fundamental dalam
status konstitusi dan diutamakan dari aturan lain seperti undang-undang dan aturan
adminitrasi apabila terjadi konflik.ketentuan konstitusi diutamakan atas undang-
undang.pada dasarnya hukum internasional hierarki aturan dan kelembagaanya juga
sangat vital system .

Sebagimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tidak ada lembaga


internasional yang bertindak sebagai badan legislatif yang bertugas untuk membuat
ketentuan-ketentuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat
internasional.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Disamping itu,jika kita melihat bahwa dalam hukum internasional berlandaskan
pada prinsip persamaan kedudukan negara-negara berdaulat maka tidak ditemukan
adanya hieraki. Artinya, semua antara dalam hukum internasional adalah
sederajat,sumber-sumber hukumnya juga sederajat ,berlandaskan kehendak negara.
Tetapi, pengakuan akan keberadaan prinsip hieraki dalam hukum internasional adalah
sangat penting untuk proses penyelesaian melalui jalur hukum (Mahkamah
Intenasional)

 Penerapan Hierarki Dalam Hukum Internasional


a) Dikemukakan keberadaan jus cogens atau peremptory norms yang diakui dan
diterima oleh negara-negara sebagai norma tertinggi
b) Keberadaan pasal 103 piagam PBB yang menegaskan bahwa piagam PBB
konstitusi dalam hukum internasional memiliki kedudukan lebih tinggi dari
perjanjian-perjanjian yang lain
c) Keberadaan pasal 30 konvensi wina 1969 yang mengatakan “Aplication of
successive treaties relating in the same subject-matter”
d) Adanya penerimaan oleh masyarakat internasional bahwa secara umum hukum
kebiasaan internasional mengalahkan perjanjian bilateral

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai kumpulan hukum yang untuk sebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan aturan-aturan perilaku terhadap mana negara-negara
merasa dirinya terikat untuk mentaatinya dan karena itu pada umumnya memang mentaatinya
1. aturan-aturan hukum yang bertalian dengan fungsi lembaga-lembaga dan organisasi-
organisasi internasional, hubungan-hubungan lembaga atau organisasi itu dengan negara-
negara dan individu-individu; dan 2.aturan-aturan hukum tertentu yang bertalian dengan
individu-individu dan satuan-satuan bukan negara sejauh hak-hak dan kewajiban-kewajiban
pada individu dan satuan-satuan bukan negara itu merupakan kepentingan masyarakat
internasional

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

 Drs. Ekram pawiroputro, m.Pd., Jurnal “ Hukum internasional umum”

 Dr Muhammad Ashri, S.H., M.H. dan Rapung Samuddin, Lc. M.A. Hukum Internasional
dan Hukum Islam tentang sengketa dan perdamaian. Jakarta Indonesia, 2021
https://www.academia.edu/8823370/hierarki_hukum_Internasional

 James R. Crawford, Brownlie's Principle of Public International Law: 8th Edition,


Oxford: Oxford University Press, 2012, hal. 242-243.

 Sefriani, Suatu Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


2010, hal. 49.

 Sefriani, Suatu Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


2010, hal. 50.

 Sefriani, Suatu Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


2010, hal. 51.

Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta
Drs. Ekram Pawiroputra M.Pd tentang “Pengertian dan Dasar Hukum Internasional”
Halaman 1.2, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai