Kata Pengantar
Matematika Dasar ii
Berbagai rujukan yang digunakan penulis untuk menulis
buku ini didaftarkan pada bagian akhir dan buku ini dapat
diterbitkan atas bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk saran
maupun kritikan, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini
untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat
diharapkan.Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) khususnya dan
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
Matematika Dasar iv
A. Persegi atau Bujur sangkar ......................................... 79
B. Persegi Panjang .......................................................... 82
C. Segitiga ....................................................................... 85
D. Trapesium ................................................................... 92
E. Jajar Genjang .............................................................. 95
F. Belah Ketupat ............................................................. 98
G. Layang-layang ......................................................... 100
H. Lingkaran .................................................................. 102
BAB 5Dimensi Tiga ................................................................... 112
A. Kedudukan titik terhadap garis dan bidang .............. 112
B. Proyeksi .................................................................... 115
BAB 6Bangun Ruang .................................................................. 122
A. Kubus ........................................................................ 123
B. Balok ........................................................................ 127
C. Prisma ....................................................................... 131
D. Limas ........................................................................ 134
E. Tabung ..................................................................... 137
F. Kerucut ..................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
Matematika Dasar v
BAB 1
ANGKA DAN BILANGAN
A. Pendahuluan
Ada orang yang menganggap bahwa angka dan bilangan
adalah dua hal yang sama, padahal angka dan bilangan merupakan
dua hal yang berbeda. Demikian pula, kedua kata tersebut masih
sering di pertukarkan.Dalam hal ini, sebuah atau beberapa angka
lebih berperan sebagai lambang tertulis atau terkait dari suatu
bilangan.Dengan demikian, angka diberi batasan agar hanya ada
sepuluh angka dasar yang berbeda 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dalam
sistem bilangan baris sepuluh.Untuk memperjelas pengertian
angka, contoh penggunaannya diberikan sebagai berikut.“Bilangan
duabelas ditulis dengan dua buah angka, yaitu angka 1 dan angka 2,
yaitu 12.
Setiap bilangan misalnya, bilangan yang dilambangkan dengan
angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tidak bisa
tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal.Misalnya,
tulisan atau ketikan “1” yang terlihat di layar monitor dan kita
membaca saat ini bukanlah bilangan satu, melainkan hanya
lambang dari bilangan satu. Angka 1 tertangkap oleh indera
penglihatan kita berkat adanya unsur kimia yang peka cahaya dan
digunakan untuk menampilkan warna dan gambar di layar monitor.
Demikian pula jika kita melihat lambang yang sama di papan tulis,
Matematika Dasar 1
yang dilihat bukanlah bilangan 1, melainkan serbuk dari kapur tulis
yang melambangkan bilangan satu.
konsep atau ide “satuan”, “duaan” dan limabelasan disebut
dengan bilangan, sedangkan lambang yang menyatakan bilangan
disebut dengan angka (numeral). Jadi perbedaan antara bilangan
dan angka merupakan perbedaan antara bilangan dan lambangnya,
seperti halnya perbedaan seseorang dengan namanya.
Suatu sistem angka adalah himpunan lambang dasar dan
beberapa aturan untuk membuat lambang lain dengan tujuan
melakukan identifikasi bilangan. Penemuan sistem angka sebagai
karya yang sangat berharga merupakan penemuan besar untuk
kemanusiaan, seperti halnya penemuan alphabet yang dapat
digunakan untuk mengantarkan ilmu pengetahuan dari generasi ke
generasi selanjutnya.
B. Angka Romawi
Angka romawi adalah sistem angka yang digunakan pada
zaman Roma kuno.Mereka menggunakan kombinasi huruf dari
alfabet Latin untuk melambangkan nilai-nilai yang
berbeda.Mempelajari angka romawi dapat membantu Anda
membuat garis besar, memahami budaya Romawi kuno, dan
menjadi lebih berbudaya.
Angka romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100
masehi, yang memiliki beberapa lambang dasar yaitu I, V, X, L, C,
Matematika Dasar 2
D, dan M yang masing-masing menyatakan bilangan 1, 5, 10, 50,
100, 500, dan 1000, seperti yang di daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Dasar Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
1 I
5 V
10 X
50 L
100 C
500 D
100 M
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat satuan,
beberapa lambang tempat satuan yaitu I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII
dan IX yang masing-masing menyatakan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8 dan 9, seperti yang di daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Tempat Satuan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
1 1
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat puluhan,
beberapa lambang tempat puluhan yaitu X , XX, XXX, XL, L , LX,
Matematika Dasar 3
LXX, LXXX dan XCyang masing-masing menyatakan bilangan
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80 dan 90, seperti yang di daftarkan table
berikut.
Tabel Lambang Tempat Puluhan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
10 X
20 XX
30 XXX
40 XL
50 L
60 LX
70 LXX
80 LXXX
90 XC
Matematika Dasar 4
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat ratusan,
beberapa lambang tempat ratusan C, CC, CCC, CD, D, DC, DCC,
DCCC dan CM yang masing-masing menyatakan bilangan 100,
200, 300, 400, 500, 600, 700, 800 dan 900, seperti yang di
daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Digit Pada Tempat ratusan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
100 C
200 CC
300 CCC
400 CD
500 D
600 DC
700 DCC
800 DCCC
900 CM
Sistem angka romawi tidak mempunyai nilai tempat.Ketika
beberapa lambang dikombinasikan, lambang-lambang tersebut
dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka memuat dua
lambang dasar, satu bilangan yag lebih kecil dari yang lain, maka
berlaku “penjumlahan” jika lambang pada bagian kanan
menyatakan bilangan yang lebih kecil. Jika kecil berlaku
“pengurangan” bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang lebih
besar.Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang
sama yang ditulis bersama-sama maka semua lambang menyatakan
jumlah. Jadi angka-angka III, XX, dan CCC menyatakan bilangan
tiga, duapuluhan dan tigaratusan.
Matematika Dasar 5
Terlebih dahulu perhatikan trik dasar untuk melakukan
penjumlahan dan pengurangan pada angka romawi berikut ini.
a) Ketahui bahwa Anda tidak dapat menuliskan lebih dari tiga
simbol yang sama.
Contoh :
1) IIII = 4 (Salah/tidak boleh)
2) XXXX = 40 (Salah/tidak boleh)
3) CCCC = 400 (Salah/tidak boleh)
4) III = 3 (Benar)
5) XXX = 30 (Benar)
6) CCC = 300 (Benar)
b) Jumlahkan nilai simbol yang lebih kecil, yang diletakkan
setelah nilai simbol yang besar.
Contoh :
1) VI = 5 + 1 = 6
2) XI = 10 + 1 = 6
3) LX = 50 + 10 = 60
4) CX = 100 + 10 = 110
5) DC = 500 + 100 = 600
6) MC = 1000 + 100 = 1100
c) Kurangkan nilai simbol yang lebih kecil, yang diletakkan
sebelum nilai simbol yang lebih besar.
Contoh :
1) IV = 1 dikurangkan dari 5 = 5 - 1 = 4
Matematika Dasar 6
2) IX = 1 dikurangkan dari 10 = 10 - 1 = 9
3) XL = 10 dikurangkan dari 50 = 50 - 10 = 40
4) XC = 10 dikurangkan dari 100 = 100 - 10 = 90
5) CD = 100 dikurangkan dari 500 = 500 - 100 = 400
6) CM =100 dikurangkan dari 1000 = 1000 - 100 = 900
d) Ketahui cara menulis angka gabungan.
Contoh :
(1) 2987 ditulis ….?
Langkah – langkah yang perlu di perhatikan :
2987 = 1000 + 1000 + 900 + 80 +7
• 1000 = dengan memberi lambang M
• 1000 = dengan memberi lambang M
• 900 = dengan memberi lambang CM
• 80 = dengan memberi lambang LXXX
• 7 = dengan memberi lambang VII
Dengan demikian, jika Anda menggabungkan M + M
+ CM + LXXX+ VII maka hasilnya MMCMLXXXVII, jadi
2987 = MMCMLXXXVII.
Matematika Dasar 7
Soal :
1. Ubalah dalam bentuk angka Romawi!
a 7 = ....
b 13 = ....
c 89 = ....
d 158 = ....
e 497 = ....
f 864 = ....
g 932 = ....
h 1201 = ....
i 1683 = ....
j 2729 = ....
2. Ubalah Angka romawi berikut!
a VI= ....
b XXVII= ....
c XXIX= ....
d MCLI= ....
e MC= ....
f CMLX= ....
g MD= ....
h MDCC= ....
i MCMLXV= ....
j CCCXXVIII= ....
Matematika Dasar 8
C. Angka Hindu – Arab
Sistem angka yang banyak digunakan sekarang mempunyai
sepulu lambang dasar yang disebut dengan angka. Menurut
sejarahnya, sistem ini bermula bermula dari India sekitar tahun 300
sebelum Masehi, belum menggunakan nilai tempat dan belum
mempunyai lambang nol. Tidak diketahu pastinya kapan dan
dimana dimulainya lambang nol digunakan, hanya beberapa dugaan
saja bahwa lambang nol ini berasal dari Babylonia lewat Yunani.
Sistem Angka Hindu-Arab ini mempunyai sifat:
a Menggunakan sepuluh lambang dasar yang disebut angka,
yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9;
b Bilangan yang lebih dari 10 dinyatakan dalam perpangkatan
dari 10;
c Mempunyai nilai tempat;
d Bersifat aditif
Dalam sistem Hindu-Arab kita belajar seperti anak
menjumlahkan semua pasangan bilangan berbentuk n1 + n2 ,
dimana n1 dan n2 adalah sebarang bilangan 1, 2, 3, .....9. Sistem
Hindu-Arab memungkinkan kita untuk menjumlah semua pasangan
bilangan yang mungkin, sebesar yang kita inginkan, secara
sederhana degan menghafal 45 fakta penjumlahan, bersama dengan
sedikit aturan sederhana dari prosedur.
Untuk mengetahui bagaimana sistem Hindu Arab mencapai
penyimpanan, kita harus kembali ke prinsip dan menguji dengan
Matematika Dasar 9
pemahaman orang dewasa sebagian dari penjumlahan dan perkalian
rutin sederhana yang kita ajarkan pada anak. Kita akan menemukan
bahwa kesederhanaan metoda menyembunyikan suatu
kompleksitas gagasan tak diduga, yang mungkin membantu kita
untuk menghargai kekuatan yang diberikan oleh notasi dan teknik
yang berhubungan, dan pada sebagian darimana kekuatan ini
berasal. Untuk membatasi tugas kita mengasumsikan, tanpa
analisis, ide nilai tempat, contoh 365 berarti 3 ratusan dan 6
puluhan dan 5 satuan
1. Penjumlahan
Dalam percakapan sehari-hari kita menggunakan ’tambah’
untuk banyak kegiatan mengkombinasi yang berbeda. Contoh
tambahkan telor masak. Disini kita perlu membedakan antara cara
mengkombinasikan 2 himpunan, yang akan kita sebut
penggabungan, dan cara mengkombinasikan dua bilangan yang
akan kita sebut penjumlahan. Sehingga menjumlahkan 2 bilangan
sebut 5 dan 7, berhubungan dengan
Matematika Dasar 10
• Menggabungkan keduanya menjadi
satu yakni anggotanya 5 ditambah 7
n(S1 ) = 5
n(S 2 ) = 7
Matematika Dasar 12
misalnya ‘membeli cangkir’ artinya sangatlah jelas.Namun jika
menghendaki untuk membangun konsep yang hierarki penggunaan
ini sebagai ide dasar, kita harus hati-hati mengatakan hal yang kita
maksud.Jadi kita harus meletakkan kata sifat ‘enam’ setelah kata
benda yang dimaksud dan mengatakan ‘himpunan 6 cangkir’.
Catat bahwa ketika ‘kuning’ menggambarkan cangkir
merupakan kata sifat.Namun ketika pada tingkat abstraksi, ini
menunjukkan keadaan cangkir, sehingga ‘kuning’ menjadi kata
benda. Dengan cara yang sama ketika ‘enam’ menggambarkan
himpunan, ini merupakan kata sifat. Ketika ‘enam’ ini merupakan
nama dari suatu himpunan, maka menjadi kata benda.
Sama halnya pada saat lima menggambarkan sifat semua
himpunan dengan memasangkan (‘satu’, ‘dua’, ‘tiga’, ‘empat’,
‘lima’), sehingga 5+7=12 menunjukkan keadaan semua unit
himpunan. Karena hasil hanya tergantung pada banyaknya
himpunan yang bersangkutan, kita dapat mengerjakan dengan
himpunan apapun (yang mempunyai anggota), kita bisa gunakan
jari, batang korek api, kubus atau kertas. Sampai didapatkan
hasilnya, selanjutnya dapat direkam, diingat, dan digunakan cara
pendek untuk menentukan setiap gabungan dari dua himpunan
dengan menggunakan cara menghitung tersebut. Tanpa mengulang
perhitungan pada setiap anggota himpunan.
Sebagai permulaan, kita belajar bahwa terdapat himpunan yang
anggotanya sebanyak lima digabung dengan himpunan yang
Matematika Dasar 13
anggotanya sebanyak 7 menjadi himpunan yang anggotanya 12.
Dapat diabstraksikan ‘lima ditambah tujuh adalah 12’ atau 5+7=12
(selanjutnya jelaslah tentang ciri-ciri antara kedua tingkat
abstraksi).Ini dapat dikerjakan dengan himpunan obyek-obyek fisik
yang kita kembangkan pertama kali dan konsep yang sama. Pada
saat kita mengatakan 37+45, bisa ditentukan jawabannya.
• Mengambil himpunan yang beranggotakan 37
Matematika Dasar 14
Kita bisa menggunakan cara yang singkat, untuk menentukan
hasil 37+45 adalah....
• Anggotanya sebanyak 37
3 himpunan yang anggotanya
sebanyak 10 satuan dan 7 satuan.
• Anggotanya sebanyak 45
4 himpunan yang anggotanya
sebanyak 10 satuan dan 5 satuan.
Matematika Dasar 15
Pada tingkat penghitungan bilangan, notasi diorganisasikan
untuk kita.Bilangan yang berada di sebelah kanan merupakan
satuan, selanjutnya disebelah kirinya adalah bilangan puluhan,
ratusan dan seterusnya.
• Menulis bilangan pada kolom yang
3 7
tepat kita bisa menjumlahkan
4 5
setiap satuan, puluhan dan sebagainya,
7 Duabelas
yang sesuai untuk dihitung.
1 2
• Kita tahu bahwa menjumlahkan tujuh dan lima
8 2
adalah dua belas. Namun notasi 12, ditulis tiap
kolom satu digit (aturan nilai), secara otomatis
aturannya 1 sebagai puluhan dan 2 sebagai satuan.
Cara ini disebut sebagai metode ‘nilai’, yang dapat
dilakukan dengan baik mulai dari bilangan puluhan ke ratusan
(puluhan ke puluhan), ini merupakan penerapan prinsip bahwa
bilangan dari himpunan tidak tergantung pada anggotanya.
b) Perkalian
Notasi bilangan Hindu-Arab menjadi lebih berarti ketika
bilangan tersebut dikalikan.Kita mulai dari 6 3=18 maksudnya
dalam himpunan objek.
• Kita mulai dengan himpunan 6
Matematika Dasar 16
• Hasilnya dapat disusun ulang dengan
1 himpunan dengan 10 satuan dan 8 satuan.
Matematika Dasar 17
2. Sifat Distributif
Pernyataan merupakan kebenaran berdasarkan :
(6+8+500) 3=(6 3)+(80 3)+(500 3)
Tanda kurung tersebut mengindikasikan bahwa operasi yang
ada di dalamnya dilakukan terlebih dulu.Jadi, ruas kiri yang
dilakukan lebih dulu adalah menghitung 6+80+500, hasilnya
586.kemudian menghitung 586 3. Pada ruas kanan yang harus
dilakukan lebih dulu adalah menghitung 6 3, 80 3, 500 3,
kemudian menjumlahkan ketiga hasilnya. Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan kedua metode diperoleh
hasil yang sama.
Bagaimana cara menghitung operasi yang ada pada ruas
kanan? Sementara perkalian 3 yang dikenal hanya sampai pada 9
3 dan kita tahu hal ini benar jika kita gunakan perkalian satuan,
puluhan dan ratusan. Namun kita tidak perlu mempunyai tabel
perkalian sampai 586 3.
• Kasus ini dapat dicek dengan penjumlahan.
586 3 adalah banyaknya 3 himpunan
yang masing-masing anggotanya
adalah 586 (misalnya menjumlahkan 3
himpunan yang masing-masing berisi 586 titik).
Matematika Dasar 18
• Kita dapat menjumlahkan bilangan tersebut 5 8 6
5 8 6
denganmembuat beberapa asumsi yang 5 8 6
disimpan. 1 7 5 8
Matematika Dasar 19
Contoh :
1. Ilustrasi menunjukkan perkalian (3+2) 4.
Jawab :
Karena (3 4)+(2 4)= (3+2) 4.
3 4
(3+2) 4
2 4
Ini adalah sifat dari bilangan asli, ketika bentuk tersebut ditulis
dalam cara lain:
(a+b) n=(a n) + (b n)
Matematika Dasar 20
bentuk tersebut sering dinyatakan dalam kata-kata yaitu: “perkalian
yang distributif terhadap penjumlahan”. Hal itu kemudian disingkat
sifat distributif .
3. Dua sifat pada penjumlahan
Apakah ada sifat lain yang kita terima benar tetapi pada semua
metode perhitungan yang ditunjukkan juga tergantung pada sifat
sebelumnya? Salah satu sifat tersebut digunakan ketika kita
menjumlahkan bilangan yang lebih dari 10.
Kita kerjakan contoh pada samping kanan
dengan perhitungan mental: 2 3
3 + 4 =7 dan 2 +6 =8 6 4
8 7
berarti 20 + 60 = 80
Ada dua asumsi yang tersembunyi disini. Cara ini hanya valid jika :
23 + 64 = (20 + 60) + (3 + 4)
(20 + 3) + (60 + 4) = (20 + 60) + (3 + 4)
Menggunakan tanda kurung sebagai kebiasaan untuk
menunjukkan operasi pertama yang dikerjakan.Yang diperlukan
dalam hal ini adalah (i) bahwa hal itu tidak masalah pasangan
bilangan mana yang kita jumlahkan; (ii) bahwa hasil tidak
dipengaruhi perubahan urutan bilangan.Sifat-sifat opersi
penjumlahan pada bilangan asli tersebut kita terima benar. Dengan
bentuk, jika a, b, c adalah sebarang bilangan asli,
(i) (a + b) + c = a + (b + c)
(ii) a+b=b+a
Matematika Dasar 21
Pernyataan pertama bahwa hasil sama berapapun dua bilangan
yang kita asosiasikan terlebih dahulu; dan pernyataan kedua bahwa
hasil sama jika kita mengubah (menukar) bilangan untuk
dijumlahkan. Jadi kedua sifat tersebut boleh dinyatakan secara
singkat dalam kalimat: penjumlahan pada bilangan asli adalah
assosiatif dan komutatif. Ketika ditunjukkan pada suatu himpunan,
sifat-sifat tersebut jelas menjadi intuitif.
4. Perkalian adalah asosiatif dan komutatif
Perkalian komutatif telah kita anggap benar.Yang ditunjukkan
dalam himpunan, bagaimanapun, sifat tersebut dapat ditunjukkan
sebagai non-trivial.
3 5 5 3
Matematika Dasar 22
kali, yang tepat pada himpunan sebelah kanan atas dari himpunan-
himpunan. Salah satu dari nilai perkalian telah disebutkan, ini
setengah, dengan pendekatan, bilangan dari hasil bentuk n1 n2
yang harus dihafalkan.
Contoh :
1. Cara untuk perkalian 37 x 412 tanpa mempelajari 37 daftar
perkalian.
4 1 2
3 7
2 8 8 4
1 2 3 6
1 5 2 4 4
Hal itu mengguanakan sifat distribusi pada dua cara. 412
terlebih dahulu dikalikan dengan 7 dan selanjutnya dikalikan
dengan 3, masing-masing perhitungan tersebut tergantung pada
sifat distribusi yang didiskusikan pada halaman 168. Begitu
juga perluasan cara dari perkalian 3 ke perkalian 37
mengasumsikan bahwa:
(412 37) = (412 7) + (412 30)
Tetapi bagaimana kita menghitung 412x30 tanpa
pengetahuan daftar perkalian 30 kita? Kita kalikan dengan 3,
dan selanjutnya kita kalikan dengan 10, pengerjaan selanjutnya
dengan memindahkan hasil satu kolom ke kiri. Asumsi ini
bahwa:
Matematika Dasar 23
412 30
berarti 412 (3 10) = (412 3) 10 (Perkalian asosiatif)
2. Hasil sama berapapun dua bilangan yang kita kalikan terlebih
dahulu, buktikan dengan bilangan 3, 4, 5.
(4 5) 3 4 (5 3)
Matematika Dasar 24
telah menemukan cara umum untuk penjumlahan dan perkalian
yang tergantung pada lima sifat yang dapat diringkas sebagai
berikut.
Jika n, a, b, c adalah sebarang bilangan, maka:
Penjumlahan komutatif a+b = b+a
Penjumlahan asosiatif a + (b + c) = (a + b) + c
Perkaliankomutatif ab = b a
perkalian asosiatif (a b) c = a (b c)
Perkalian distributif n ( a + b) = ( n a ) + ( n b)
terhadap penjumlahan
Kebanyakan dari kita menggunakan sifat-sifat tersebut untuk
diwarisi tanpa memperhatikan pentingnya sifat-sifat
tersebut.Mereka memungkinkan kita untuk memperluas
kemampuan kita dalam menjumlah dan mengalikan dari pasangan
bilangan yang kurang dari 10, seperti 2 + 5, 3 4, untuk
penjumlahan dan hasil bilangan untuk sebarang ukuran, seperti
24372 + 192 205932.
Berikut ini adalah dua pondasi utama yang perlu diperhatikan
dalam mengoperasikan himpunan bilangan:
(1) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada
anggota/unsur apa. Intinya, anggota/unsur boleh bilangan-
bilangan itu sendiri yang menjadi himpunan.
(2) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada
bagaimana anggota/unsur-unsur itu diatur, yang berarti hal itu
Matematika Dasar 25
tidak tergantung pada urutan ketika kita menghitung
bilangan-bilangan itu.
Kemampuan kita untuk menggunakan sifat-sifat sistem
bilangan asli dengan baik telah menghasilkan suatu notasi yang
mewujudkan sifat-sifat tersebut dan menunjukkan cara perhitungan
sederhana dan cepat yang memanfaatkan sifat-sifat itu secara
keseluruhan. Karena perdagangan, industri, dan teknologi kita saat
ini tidak mungkin tanpa cara perhitungan yang efisien, hal itu
berarti bahwa disamping materi, peradaban modern telah dibuat
mungkin, suatu derajat tingkat penting, dengan notasi Hindu-Arab.
Matematika Dasar 26
Latihan 1
Matematika Dasar 27
f X–I
g D–L
h M – CD
i CM + LXXX + III
j MD + CCC+ XXX + III
6. Tuliskan pengertian bilang asli!
7. Buktikansifat asosiatif pada opersi penjumlahan dan perkalian
pada bilangan asli!
8. Buktikan sifat komutatif pada opersi penjumlahan dan
perkalian pada bilangan asli!
9. Jika a = 4, b = 7 dan c = 9, buktikan dengan menggunakan
sifat:
a Asosiatif pada penjumlahan
b Komutatif pada penjumlahan
c Distributif
10. Jika a = 8, b = 12 dan c = 6, buktikan dengan menggunakan
sifat:
d Asosiatif pada perkalian
e Komutatif pada perkalian
f Distributif
Matematika Dasar 28
BAB 2
BILANGAN CACAH
Matematika Dasar 29
B. Sifat-sifat Operasi Hitung Pada Bilangan Cacah
a) 4 + 7 = 7 + 4
b) 11 + 9 = 9 + 11= 20
c) Sifat Asosiatif (pengelompokan)
Matematika Dasar 30
Pada operasi sembarang bilangan cacah a , b dan c
berlakusifat asosiatif penjumlahan a + ( b + c) = (a + b) + c
Contoh:
1. 4 + (7 + 5) = (4 + 7) + 5=16
2. 15 + (8 + 6) = (15 + 8) + 6 = 29
d) Unsur Identitas (elemen netral)
Semua bilangan apabila dioperasikan dengan unsur
identitas maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hasil
penjumlahan bilangan nol dengan bilangan cacah a adalah
bilangan a itu sendiri, sehingga berlaku 0 + a = a + 0 = a. Pada
penjumlahan unsur identitas pada penjumlahan bilangan cacah
adalah 0
Contoh :
1. 5 + 0 = 5
2. 30 + 0 = 30
2. Sifat Pengurangan Pada Bilangan Cacah
Dengan mengambil beberapa pasangan bilangan cacah
sembarang,kita akan mengetahui bahwa sifat pengurangan itu
tidak tertutup pada bilangan cacah.Sebab selisih dua bilangan
cacah tidak selalu hasilnya bilangan cacah lagi.
Contoh 4 – 9 = - 5
Meskipun 4 dan 9 itu bilangan cacah tetapi -5 bukan bilangan
cacah
Matematika Dasar 31
Untuk setiap a, b,c, p,q dan r bilangan cacah berlaku sifat
pengurangan sesuai dengan sebagai berikut ini :
1. (a–b)+c=(a+c)–b ; syarat : a > b
2. ( a- b ) + c = a – ( b – c ) ; syarat ; a > b dan b> c
3. a – b = ( a + c)- ( b+ c) ; syarat ; a> b
4. ( a –b ) – c = ( a- c ) – b ; syarat a> b dan (a-b) >c
5. ( a –b) –c = a – ( b + c) ; syarat a> b dan (a-b) >c
6. a – b = ( a-c) – ( b-c) ; syarat a > b dan b > c
7. ( a + b + c )- ( p+q +r )= ( a-p)+ ; syarat a > p, b > q, c > r
(b-q) + (c-r)
3. Sifat Perkalian Pada Bilangan Cacah
Untuk setiap a, b, dan c bilangan cacah berlaku untuk sifat
perkalian pada bilangan cacah yakni :
1. Sifat Komutatif : axb=bxa
2. Sifat Asosiatif : (a x b) x c = a x (b x c)
3. Sifat Distributif : (b + c) x a = (b x a) +
perkalian terhadap penjumlahan (c x a)
4. Sifat Distributif : a x (b – c) = (a x b) –
perkalian terhadap pengurangan (a x c)
5. Unsur identitas pada perkalian : ax1=1xa=a
6. Sifat perkalian dengan bilangan Nol : a x 0 = 0 x a = 0
7. Sifat perkalian untuk urutan : Jika a < b, c ≠ 0, maka
axc<bxc
Matematika Dasar 32
4. Sifat Pembagian Pada Bilangan Cacah
Untuk setiap a, b, dan c bilangan cacah berlaku untuk sifat
pembagian pada bilangan cacah yakni :
1. Sifat bilangan nol dalam pembagian:
Untuk setiap a, b, c, p, q, dan r, bilangan cacah berlaku
0 : a = 0 untuk a ≠ 0
a : 0 = tidak didefinisikan
0 : 0 = tidak tentu
2. (a : b) : c = a : (b : c) ;syarat: b faktor dari a dan c faktor
dari b.
3. (abc) : (pqr) = a/p x ;syarat: a, b, c, p, q, r merupakan
b/q x c/r bilangan-asli
– p faktor dari a
– q faktor dari b, dan
– r faktor dari c
4. a : b = (ca) : (cb) ;syarat: c ≠ 0, dan b faktor dari a
5. a : b = [a/c] : [b/c] ;syarat: b faktor dari a dan c faktor
dari b
6. (a : b) : c = a : (b : c) ;syarat: b dan c faktor-faktor dari a
7. (a : b) : c = (a : c) : b ;syarat: b dan c faktor-faktor dari a
8. Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:
(a + b) : c = [a/c] + ;syarat: c faktor dari a dan b
[b/c]
Matematika Dasar 33
9. Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan:
(a – b) : c = a/c – b/c ;syarat: a > b dan c faktor dari a dan
b
10. Jika a < b, c faktor dari a dan b, maka a/c < b/c
Matematika Dasar 34
Latihan 2
Matematika Dasar 35
BAB 3
BILANGAN BULAT
Matematika Dasar 36
Pada garis bilangan diatas bilangan yang berada disebelah
kanan nol yakni bilangan 1, 2, 3, 4, 5 … disebut bilangan bulat
positif, bilangannya menunjukkan semakin ke kanan sehingga
bilangan tersebut semakin besar.
(2) bilangannol
Matematika Dasar 38
Jika anda sudah paham dengan dua prinsip diatas, selanjutnya
kita akan menggunakanalat peraga mobil-mobilan, keterangan: (+)
sebagai tanda positif berarti “maju”, (+) sebagai operasi tambah
berarti “terus” atau “lanjutkan”, (-) sebagai tanda negatif berarti
“mundur” dan (-) sebagai operasi pengurangan berarti “balik”.
a. Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
Matematika Dasar 39
• Jika mobil berada di titik nol, kemudian mundur empat
langkah kearah kiri maka bilangan yang dituju sama dengan
0 dikurang 4 (0 - 4), sampai pada titik (-4) kemudian mobil
terus maju2 langkah, maka bilangan yang dituju sama
dengan (-4) ditambah 2 ((-4) + 2) berhenti pada titik (-2).
Hasilnya yaitu dari titik 0 sampai titik (-2).
c. Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
Matematika Dasar 40
d. Bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
Soal :
1. Berdasarkan Gambar dibawah mobil tersebut berhenti pada
titik?
Matematika Dasar 41
B. Penjumlahan dan Pengurangan PadaBilangan Bulat
+ _ _ +
Warna hitam Warna putih Netral = 0
mewakili mewakili
bilangan positif bilangan positif
Matematika Dasar 43
2. Untuk operasi pengurangan, dilakukan dengan cara pemisahan
sejumlah kepingan dari kelompok kepingan, dengan ketentuan:
a. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkan sejumlah b
kepingan keluar dari kelompok kepingan berjumlah a
sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
b. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan
sejumlah b kepingan keluar dari kelompok kepingan
berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral
ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada
seberapa kurangnya kepingan yang akan dipisahkan.
Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
c. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, maka pisahkan sejumlah b
kepingan keluar dari kelompok kepingan berjumlah a
sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
d. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum memisahkan
sejumlah b kepingan keluar dari kelompok kepingan
berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral
ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada
seberapa kurangnya kepingan yang akan dipisahkan.
Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
e. Jika a > 0 dan b < 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b
kepingan yang bernilai negatif, terlebih dahulu masukkan
sejumlah kepingan netral yang banyaknya tergantung dari
Matematika Dasar 44
besarnya bilangan pengurangnya (b), sehingga kepingan
yang tersisa merupakan jawaban.
f. Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b
kepingan yang bernilai positif dari kumpulan kepingan
bernilai negetif, maka terlebih dahulu masukkan kepingan
netral ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya
tergantung pada seberapa besarnya bilangan Kepingan yang
tersisa merupakan jawaban.
Matematika Dasar 45
penjumlahan dengan bilangan
negatif 5
b. 2 - 4 = ...?
Untuk menjalankan proses peragaan bentuk operasi ini harus
mengacu pada prosesnya penjelasan 1.b pada subbagian
pengurangan, yakni dengan proses kerja sebagai berikut.
1. Tempatkan pada papan
peragaan 2 kepingan hitam. Ini
+ +
menunjukkan bilangan poisitif
2.
2. Karena operasinya
pengurangan maka seharusnya + +
kita mengeluarkan dari papan
pergaan 4 manik putih, tapi hal
- + - +
untuk sementara tidak dapat
dilakukan.
Agar hal ini dapat dilakukan
Matematika Dasar 46
maka masukkan ke dalamnya 4
kepingan netral.
3. Lakukan pemisahan 4
kepingan putih. Ini
menunjukkan operasi pengu-
rangan dengan bilangan negatif - -
Matematika Dasar 47
Selanjutnya akan dijabarkan bagamana kita dapat
menjumlahkan dua bilangan bulat dengan pendekatan semi konkret
atau semi abstrak dengan menggunakan garis bilanga, dengan
sebaran penjumlahan mencakup :
a. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
positif
b. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
negatif
c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
positif
d. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
negatif.
Penjabaran pada penjumlahan dua bilangan bulat sebagai
berikut:
a. 2 + 3 = .......
• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini
menunjukkan bilangan positif 3
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kanan (karena bilangan positif)
Matematika Dasar 48
• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung
panah bilangan kedua, sehingga 2 + 3 = 5
b. 2 + (-3) = ......
Matematika Dasar 49
• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung
panah bilangan kedua, sehingga -2 + 3 = 1
d. -2 + (-3) = ....
• Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini
menunjukkan bilangan negatif 2
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Matematika Dasar 50
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)
b. 2 - (-3) = ......
• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini
menunjukkan bilangan positif 2
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)
Matematika Dasar 52
bantu pada hakekatnyra adalah sarana untuk menjembatani anak
menuju berfikir abstrak sebagaimana hakekat matematika itu
sendiri.
Dengan demikian, untuk memberikan pemahaman kepada
anak, hasil-hasil penjumlahan dan pengurangan yang diperoleh
melalui penggunaan alat bantu dapat menjadi ”jembatan”. Misalnya
melalui contoh-contoh:
a. 2 + 5 = 7
b. 2 + (-5) = -3 dan (-5) + 2 = -3
c. -2 + 5 = 3 dan 5 + (-2) = 3
d. -2 + (-5) = -7
Sedangkan untuk operasi pengurangannya, dapat disampaikan
dengan strategi dan pendekatan melalui contoh berpola dan pada
akhirnya dapat digunakan untuk merumuskan kesimpulan,
misalnya:
a. 2 – (-7) = ... dibandingkan dengan 2 + 7 = ...
b. 2 – (-6) = ... dibandingkan dengan 2 + 6 = ...
c. 2 – (-5) = ... dibandingkan dengan 2 + 5 = ...
d. 2 – (-4) = ... dibandingkan dengan 2 + 4 = ...
e. 2 – (-3) = ... dibandingkan dengan 2 + 3 = ...
Tentunya hasil-hasil dari operasi diatas adalah sama yaitu 9, 8,
7, 6 dan 5 Melalui beberapa contoh lain dan melihat hasil-hasil
yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa “ mengurangi suatu
Matematika Dasar 53
bilangan bulat sama saja dengan menambah dengan lawan dari
bilangan bulat yang mengurangi ”.
C. Sifat-Sifat Operasi Hitung PadaBilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat dipikirkan sebagai perluasan
bilangan cacah, dimana himpunan bilangan cacah itu sendiri
terkandung di dalamnya. Perluasan himpunan bilangan cacah
menjadi himpunan bilangan bulat dikerjakan terhadap operasi yang
sama yaitu penjumlahan dan perkalian, dan mempunyai semua sifat
dari himpunan bilangan cacah yaitu sifat tertutup, asosiatif,
komutatif, distributive serta satu sifat penjumlahan yaitu adanya
invers tambah yang tunggal dari masing-masing bilangan bulat.
2. Sifat Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan bulat Z=
... − 7,−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6,7...dengan operasi biner
penjumlahan (+) dan mempunyai sifat tertutup, asosiatif, komutatif,
distributif, serta identitas penjumlahan.
Sifat yang berlaku dalam operasi penjumlahan pada bilangan
bulat akan dibicarakan lebih terperinci sebagai berikut:
b) Sifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka
hasilnya adalahbilangan bulat juga atau untuk setiap a dan b di
dalam Z maka (a + b) juga di dalam Z
a dan b ∈ Z maka a + b = c ; c ∈ Z
Matematika Dasar 54
Contoh :
1. 4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈bilangan bulat
2. 5 + (-7) = (-2) ; 5, (-7), (-2)∈bilangan bulat
3. (-9) + 6 = (-3) ; (-9), 6, (-3)∈bilangan bulat
4. (-8) + (-7) = (-15) ; (-8), (-7), (-15)∈bilangan bulat
Jadi, himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi
penjumlahan artinya setiap penjumlahan dua bilangan bulat
menghasilkan bilangan bulat pula.
b) Sifat Komutatif
Sifat komutatif terhadap penjumlahanyaitu, untuk setiap a
dan b di dalam Z berlaku a + b= b + a.
Matematika Dasar 55
Jadi, himpunan bilangan bulat komutatif terhadap operasi
penjumlahan artinya jumlah dua bilangan bulat hasilnya akan
tetap walaupun letak kedua bilangan itu dipertukarkan.
c) Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif terhadap penjumlahanyaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat ( a + b ) + c = a + (b + c )
Contoh :
1. (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. ((-2) + 7 ) + 6 = (-2) + ( 7 + 6 ) = 11
3. ( 9 + (-4))+ 8 = 9 + ( (-4) + 8 ) = 13
4. ( 13 + 21)+ 17 = 13 + ( 21 + 17 ) = 51
5. ( (-11) + (-5))+ 4 = (-11) + ( (-5) + 4 ) = -12
Jadi, himpunan bilangan bulat asosiatif terhadap operasi
penjumlahan artinya penjumlahantiga bilangan bulat hasilnya
akan sama walaupun pengelompokan bilangan itu
dipertukarkan.
d) Sifat Distributif
• Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahanyaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat a x ( b
+ c ) = ( a x b )+ ( a x c )
Matematika Dasar 56
• Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahanyaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
(b+c)xc =(axc)+(bxc)
e) Unsur Identitas Penjumlahan
Sifat identitas terhadap penjumlahan yaitu untuk setiap
bilangan bulat a, berlaku sifat a + 0 = 0 + a = a, bilangan nol
(0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan.
Contoh :
1. 6 + 0 = 0 + 6= 6
2. 15 + 0 = 0 + 15 = 15
3. 100 + 0 = 0 + 100 = 100
4. 2500 + 0 = 0 + 2500 = 2500
5. 1990 + 0 = 0 + 1990 = 1990
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila ditambahkan dengan suatu bilangan atau
bila suatu bilangan ditambah dengan bilangan yang dimaksud
hasilnya tidak akan berubah. Bila yang dimaksud adalah
bilangan 0 (nol).Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu bilangan
bulat apabila dijumlahkan dengan bilangan 0, hasilnya adalah
bilangan bulat itu sendiri.Sehubungan dengan sifat bilangan 0
pada operasi penjumlahan, dapat dikatakan bahwa 0 adalah
unsur identitas pada penjumlahan.
Matematika Dasar 57
e) Unsur invers terhadap penjumlahan
Sifat unsur invers terhadap penjumlahan yaitu untuk setiap
bilangan bulat a dan (-a) berlaku sifat a + (-a) = 0atau (-a) +a =
0, hal ini disebut unsur invers jumlah atau lawan dari a adalah
(-a) dan lawan dari (-a) adalah a.
Contoh :
1. 9 + (-9) = 0
2. (-15) + 15 = 0
3. 120 + (-120) = 0
4. 1500 + (-1500) = 0
5. (-1945) + 1945 = 0
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila ditambahkan lawan bilangan itu akan
menghasilkan bilangan 0 (nol). Jadi dapat disimpulkan bahwa
suatu bilangan bulat apabila dijumlahkan lawannya hasilnya
adalah bilangan nol. Sehubungan dengan sifat operasi
penjumlahan yang dijumlahkan dengan lawannya dan
menghasilkan 0 adalah unsur inverspada penjumlahan.
2. Sifat Pengurangan Pada Bilangan Bulat
a) Sifat tertutup pada bilangan bulat
Untuk sembarang bilangan bulat a dikurangi bilangan
bulat b sama artinya dengan bilangan bulat a ditambah
dengan lawan dari bilangan bulat b, atau dapat ditulis a – b =
a + (-b) atau bila dua buah bilangan bulat dikurangkan
Matematika Dasar 58
hasilnya adalah bilangan bulat jugaa dan b ∈bilangan bulat
maka a - b = c ; c ∈bilangan bulat
Contoh :
1. Jika bilangan a = 7, b = 8 tentukan dengan operasi
pengurangan bilangan bulat
Penyelesaian :
a – b =7 - 8 = -1 ; 7,8,-1 ∈bilangan bulat
2. Buktikan Bahwa a – (-b) = a + b untuk sebarang
bilangan bulat a dan b!
Penyelesaian :
Ambil bilangan bulat a dan b
a – (-b) = a – (-b) (definisi pengurangan)
=a + b (terbukti karena – (-b)= b)
b) Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
Sifat komutatif dan asosiatif tidak berlaku untuk
pengurangan bilangan bulat karena a – b ≠ b – a dan (a – b ) –
c≠a–(b–c)
Contoh :
1. 7 – 3 ≠ 3 -7 →4 ≠ - 4
2. (9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) →2 ≠ 8
c) Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
Pada sifat pengurangan pada bilangan bulat dengan
bilangan nol mempunyai sifat a – 0 = a dan 0 – a = -a
Matematika Dasar 59
3. Sifat Perkalian Pada Bilangan Bulat
Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan bulat Z =
... − 7,−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6,7... dengan operasi biner
perkalian (x) dan mempunyai sifat tertutup, asosiatif, komutatif,
distributif, serta identitas perkalian.
Sifat yang berlaku dalam operasi perkalian pada bilangan bulat
akan dibicarakan lebih terperinci sebagai berikut:
a) Sifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat dikalikan maka hasilnya
adalah bilangan bulat juga atau untuk setiap a dan b di dalam Z
maka (a x b) juga di dalam Z
a dan b ∈ Z maka a x b = c ; c ∈ Z
Contoh :
1. 3 x 5 = 15 ; 3, 5, 15∈bilangan bulat
2. 2 x (-6) = (-12) ; 2, (-6), (-12) ∈bilangan bulat
3. (-10) x 8 = (-80) ; (-10), 8, (-80) ∈bilangan bulat
4. (-12) x (-7) = (-84) ; (-12), (-7), (-84) ∈bilangan bulat
Jadi, himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi
perkalian artinya setiap perkalian dua bilangan bulat
menghasilkan bilangan bulat pula.
Matematika Dasar 60
c) Sifat Komutatif
Sifat komutatif terhadap perkalian yaitu, untuk setiap a
dan b di dalam Z berlaku a x b = b x a.
Matematika Dasar 61
Contoh :
1. (2 x 3 ) x 5 = 2 x( 3 x 5 ) = 30
2. ((-4) x 8 ) x 3 = (-4) x ( 8 x 3 ) = -96
3. ( 5 x (-9)) x 7 = 5 x ( (-9) x 7 ) = -315
4. ( 3 x 12) x 9 = 3 x ( 12 x 9 ) = 324
5. ( (-8) x (-5)) x 7 = (-8) x ( (-5) x 7 ) = 280
Jadi, himpunan bilangan bulat asosiatif terhadap operasi
perkalian artinya perkalian tiga bilangan bulat hasilnya akan
sama walau pun pengelompokan bilangan itu dipertukarkan.
c) Sifat Distributif
• Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan yaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
a x ( b + c ) = ( a x b )+ ( a x c )
• Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan yaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
(b+c)xc =(axc)+(bxc)
d) Unsur Identitas Perkalian
Sifat identitas terhadap perkalian yaitu untuk setiap
bilangan bulat a, berlaku sifat a x1 = 1 x a = a, bilangan satu
(1) disebut unsur identitas terhadap perkalian bilangan bulat.
Contoh :
1. 9 x 1 = 1 x 9 = 9
2. 49x 1 = 1x 49 = 49
3. 513x 1 = 1x 513 = 513
Matematika Dasar 62
4. 4991x1 = 1x4991 = 4991
5. 8975 x 1 = 1 x8975 = 8975
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila dikalikan dengan suatu bilangan atau bila
suatu bilangan dikali dengan bilangan yang dimaksud hasilnya
tidak akan berubah. Bila yang dimaksud adalah bilangan 1
(satu).Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu bilangan bulat
apabila dikalikan dengan bilangan 1, hasilnya adalah bilangan
bulat itu sendiri.Sehubungan dengan sifat bilangan 1 pada
operasi perkalian, dapat dikatakan bahwa 1 adalah unsur
identitas pada perkalian.
4. Sifat Pembagian Pada Bilangan Bulat
a) Hasil bagi dua bilangan bulat positif a dan b merupakan
suatu bilangan bulat jika dan hanya jika a kelipatan dari b,
sehingga untuk setiap bilangan bulat a dan b hasil bagi
(a:b) tidak selaku merupakan bilangan bulat. Karena itu,
pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup.
b) Pada pembagian bilangan bulat, untuk setiap bilangan
bulat a yang bagi dengan 0 (nol) hasilnya adalah tidak
terdefinisi
a : 0 →tidak terdefinisi (~)
0 : a →0 (nol)
5
Contoh : = ~ (Tidak terdefinisi)
0
Matematika Dasar 63
c) Pada pembagian bilangan bulat untuk sifat komutatif dan
asosiatifTidak berlaku karena a : b ≠ b : a (tidak memenuhi)
dan (a:b):c ≠ a : (b:c) (tidak memenuhi)
Contoh :
1
1. 4 :2 ≠ 2 : 4 →2 ≠ (tidak memenuhi)
2
Matematika Dasar 64
Latihan 3
Matematika Dasar 65
BAB 4
TRIGONOMETRI
Matematika Dasar 66
sama satu sama lain)
2. A straight line extends 7. If equals are add to
indefinitely far in either equals, the sums are equal
direction (sebuah garis (jika kesamaan-kesamaan
lurus memiliki panjang dijumlah dengan yang
yang tidak terbatas pada sama, maka jumlahnya
setiap arah). sama).
3. A circle may be drawn 8. If equals are subtracted
with any given center and from equals, the
any given radius (sebuah remainders are equal (jika
lingkaran dapat digambar kesamaan-kesamaan diku-
dengan sebarang titik pusat rang dengan yang sama,
dan radius yang diberikan). maka sisanya sama).
4. All right angles are equal 9. Figure that can be made to
(semua sudut siku-siku coincide are equals
besarnya sama). (bangun yang dapat dibuat
tepat sama adalah sama).
5. Given a line k and point P 10. The whole is greater than
not on the line, there exits its parts (keseluruhan
one and only one line m lebih banyak dari bagian-
through P that is parallel to bagiannya).
k (diberikan sebuah garis k
dan titik P yang tidak
Matematika Dasar 67
berada pada garis itu ada
tepat satu dan hanya satu
garis m melalui P yang
sejajar dengan garis k).
Matematika Dasar 68
sebuah permukaan datar, seperti bagian permukaan meja atau
halaman buku sebuah buku, itulah yang Euclid maksudkan.
Kita memulai pembahasan geometri dengan menerima
konsep titik, garis, dan bidang sebagai undefined terms (istilah-
istilah yang tidak terdefinisikan). Sekarang dimungkinkan
merumuskan sebuah definisi yang bermakna.
Definisi.Sebuah ruas garis (line segment) adalah
himpunan semua titik-titik di antara dua titik pada sebuah garis,
termasuk kedua titik tersebut. Gambar 1 adalah model sebuah ruas
garis termasuk titik A dan titikB dan semua titik-titik di antaranya
pada garis tersebut.
A B
Matematika Dasar 69
line dan titik pemisahan (separation point) dapat digunakan untuk
mendefinisikan sebuah sinar garis (ray). Sebuah sinar garis adalah
gabungan sebuah half-line dan titik yang memisahkan. Pada
gambar 2,PA ⋃{P} adalah sinar garis yang dinamakan PA dan
PB ⋃{P}= PB. Pada sinar garis PAdan PB, titik P merupakan titik
pangkal (endpoint).
Sekarang, dengan menggunakan konsep ruas garis dan titik
pangkal akan didefinisikan sebuah sudut.
Definisi.Sebuah sudut adalah gabungan dua sinar garis
yang memilik titik pangkal persekutuan.Sinar garis-sinar garis yang
membentuk sebuah sudut dinamakan sisi-sisi (sides).Titik pangkal
persekutuan dari sinar garis-sinar garis adalah puncak (vertex) dari
sudut tersebut.
Sudut-sudut diukur dari jumlah rotasi, menggunakan sistem
penanggalan lama orang Babylonia kira-kira dua abad SM.
Astronom Babilonia memilih bilangan 360 untuk menyatakan
jumlah rotasi dari sebuah sinar garis kembali ke dirinya sendiri.
Penggunaan 360 sebagai jumlah dari rotasi sinar garis kembali ke
dirinya, satu derajat, ditulis 10, didefinisikan sebagai 1/360 dari
satu putaran penuh.
Matematika Dasar 70
C. Kurva
Kurva yang merupakan istilah yang tidak terdefinisikan
(undefined term) berguna untuk menggambarkan bangun-bangun
pada bidang. Meskipun istilah ini digunakan tanpa usaha untuk
mendefinisikannya, bentuk umum kurva dapat didefinisikan.
(Perhatikan Gambar berikut)
Matematika Dasar 71
D. Poligon
Di antara bentuk kurva yang paling umum dalam
matematika adalah kurva sederhana dan tertutup, dan mungkin
yang terpenting dari kurva-kurva itu adalah poligon.A Polygon is a
simple close curve made up of only straight line segments (Poligon
adalah kurva tertutup sederhana yang terbentuk dari hanya
beberapa ruas garis). Segmen garis disebut sisi, dan titik tempat
sisi-sisi bertemu disebut verteks. Poligon dapat diklasifikasikan
sesuai banyaknya sisinya, seperti yang diberikan pada table
berikutini :
Tabel Banyak sisi dan nama poligon yang bersesuaian
Banyak Nama polygon
3 segitiga (triangle)
4 segiempat (quadrilateral)
5 segi lima (pentagon)
6 segi enam (hexagon)
7 segi tujuh (heptagon)
8 segi delapan (octagon)
9 segi sembilan (nonagon)
10 segi sepuluh (decagon)
n segi-n (n-gon)
E. Segitiga
Segitiga adalah poligon bersisi tiga.Dengan demikian dapat
didefinisikan bahwa segitiga adalah kurva tertutup sederhana yang
terbentuk dari tiga ruas garis.
Matematika Dasar 72
Sudah menjadi tradisi untuk memberi nama ketiga sudut
dengan huruf kapital, dan panjang sisi di hadapan titik sudut
dengan huruf kecil yang sesuai, seperti pada gambar di bawah.
C
b a
A c B
Ukuran (measure) P biasa ditulis uP atau mP
Ada beberapa cara membentuk segitiga tertentu, yaitu:
1. Ketigasisi diketahui (s-s-s)
2. Dua sisi diketahui dan satu sudut yang diapit diketahui
(s-sd-s)
3. Satu sisi dan dua sudut diketahui (sd-s-sd).
Sekarang, untuk ketiga sisi diketahui (syarat 1). Jika diketahui
tiga ruas garis BC, AC dan AB dengan panjang berturut-turut a, b
dan c sehingga c = a + b, maka ketiga titik A, B, dan C segaris. Jadi
tidak ada segitiga terbentuk. Dengan demikian, agar terbentuk
segitiga, maka haruslahc< a + b.
Sifat ini dapat dinyatakan pada sifat 1 berikut ini.
Sifat 1.Jumlah panjang dua sisi dari suatu segitiga selalu lebih
besar dari pada panjang sisi lainnya.
Sifat 2.Jumlah besar sudut dalam dari suatu segitiga adalah 1800.
Matematika Dasar 73
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa untuk sebarang ΔABC berlaku:
mA + mB + mC = 1800
Perhatikan ΔABC berikut. Tarik garis sejajar AB melalui C
(menurut Postulat Euclid hanya ada tepat satu garis yang
dapat dibuat). Selanjutnya berdasarkan teorema, jika dua
garis sejajar dipotong oleh satu garis maka sudut dalam
berseberangan sama besar.
C
1 2 3
A B
Matematika Dasar 74
Sifat 3. Besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah besar dua
sudut dalam lainnya.
Bukti:
Perhatikan ΔABC berikut ini.
1 2
A B
Akan ditunjukkan mB2 = mA + mC
Menurut sifat 2 : mB1 + mC + m A = 1800 (3.1)
B1 dan B2 berpelurus:mB
1 + mB2 = 180
0 (3.2)
Matematika Dasar 75
6. Segiempat (Quadrilateral)
Matematika Dasar 76
Masih ada bangun segiempat yang lain, yakni layang-layang
gabungan dua segitiga sama kaki yang panjang alasnya sama dan
berimpit.
persegi atau 1 cm2, adalah luas sebuah persegi dengan panjang sisi
satu centimeter.
Matematika Dasar 77
menggunakan rumus luas persegi- panjang, kita dapat menentukan
Matematika Dasar 78
BAB 6
BANGUN DATAR
A B
Matematika Dasar 79
Contoh :
1) Berapa luas dan keliling bujur sangkar yang mempunyai
panjang sisi 6cm ?
Penyelesaian :
Luas = sisi x sisi
= 6x6
= 36 cm 2
Keliling = 4 x sisi
= 4x5
= 20 cm
2) Jika keliling bujur sangkar adalah 48 cm. Berapa panjang sisi
dan luas bujur sangkar tersebut?
Penyelesaian :
Keliling = 4 x sisi
48 cm = 4 x sisi
Sisi = 48 : 4
= 12 cm
Luas = sisi x sisi
= 12 cm x 12 cm
= 144 cm2
3) Pak Sunar adalah seorang pengusaha, ia membeli tanah di suatu
daerah. Harga per meter persegi tanah tersebut dijual Rp.
5.000.000,-. Jika tanah yang akan dibeli berbentuk persegi
Matematika Dasar 80
dengan panjang 10 X 10 m. Berapa rupiahkah uang yang harus
disediakan pak Bambang untuk membeli tanah tersebut?
Diketahui :
Panjang = 10 m
Lebar = 10 m
Harga/ m2 = Rp. 5.000.000,-
Ditanya : Berapa rupiah yang harus disediakan pak Bambang?
Penylesaian :
Luas = s X s
= 10 X 10
= 100 m2
Harga = 100 X 5.000.000
= 500.000.000
Jadi, pak Bambang harus menyediakan uang sebesarRp.
500.000.000,-
Matematika Dasar 81
B. Persegi Panjang
D C
A B
Persegi panjang adalah bentuk segiempat yang keempat
sudutnya siku-siku dan sisi yang berhadapan sama panjang dan
saling sejajar, memiliki sifat-sifat yaitu :
a) Memiliki dua diagonal sama panjang dan dapat membagi
bangun datar menjadi 2 bagian sama besar AC = BD
b) Memiliki 2 pasang sisi sejajar dan sama panjang AB = CD,
AD = BC
c) Memiliki 4 sudut siku-siku dan sama besar A = B = C
= D = 900
d) Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar
e) Menempatkan bingkainya dengan 4 cara
f) Memiliki dua simetri putar
g) Memiliki dua simetri lipat.
Rumus Persegi Panjang
Luas : p x ldanKeliling : 2 x ( p + l )
Ket :p = panjang
l= lebar
Matematika Dasar 82
Contoh :
1) Suatu persegi panjang mempunyai panjang = 8 cm dan lebar = 5
cm. Berapa luas dan keliling persegi panjang itu ?
Penyelesaian :
- Luas = pxl
= 8 cm x 5 cm
= 40 cm2
- Keliling = 2 (p + l)
= 2 ( 8 cm+ 5 cm)
= 2 x 13 cm
= 26 cm
2) Suatu persegi panjang mempunyai keliling = 44 cm dan lebar =
10 cm. Berapa luas persegi panjang tersebut ?
Penyelesaian :
Luas = p x l
Lebar = 10 cm ;
panjang = belum diketahui
Diketahui keliling = 44 cm
Keliling = 2 ( p + l )
44 = 2 (p + 10) ; ruas kiri dan ruas kanan dibagi 2
22 = p + 10
p = 22 cm – 10 cm
= 12 cm
Matematika Dasar 83
Sehingga Luas = pxl
= 12 cm x 10 cm
= 120 cm2
3) Pak Tani mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegi
panjang. Tanah ini memiliki luas 200m². dan panjangnya 20m .
berapa lebar tanah tersebut?
Diket: L = 200m²
p = 20m
Ditanya: l=.....?
Penyelesaian:
L = p.l
200 = 20.l
L = 200⁄20
= 10m
Jadi, lebar tanah Pak Tani tersebut 10m.
4) Bu Ani memiliki sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang.
Kebun itu memiliki panjang 25m dan lebar 12m. kebun itu akan
dibagi menjadi lima bagian untuk ditanami sayur-sayuran.
Berapa luas kebun seluruhnya, dan berapa luas per bagian yang
akan ditanami sayur-sayuran itu?
Diket:
p=25m
l=12m
Matematika Dasar 84
Ditanya: luas kebun seluruhnya dan luas per bagian untuk
ditanami sayur-sayuran tersebut?
Penyelesaian:
Luas seluruh kebun adalah L= p.l
=25.12
=300m
Luas per bagian untuk ditanami sayuran adalah =1/5.L
=1/5.300
=60m²
Jadi, luas seluruh kebun itu adalah 300m2 dan luas per
bagian yang akan ditanami sayuran adalah 60m².
C. Segitiga
Segitigaadalah sebuah bidang datar yang terbentuk oleh tiga
buah garis yang saling berpotongan atau sebuah bidang datar yang
dibatasi oleh tiga buah garis yang memiliki tiga buah sudut.
Jenis-jenis segitiga ada beberapa macam, yang dikelompokkan
berdasarkan ciri-ciri khususnya seperti berdasar sudutnya, berdasar
panjang sisinya dan berdasar sudut serta panjang sisinya.
Matematika Dasar 85
1) Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi
sama panjang dan semua sudutnya sama besarnya yaitu
600.Segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis.
− Ketiga (semua) ruas garis sama panjang.
− Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.
− Memiliki tiga buah sudut sama besar 600.
K
M L
Perhatikan gambar segitiga sama sisi KLM di atas, Panjang
KL = LM = KM dan Sudut K = Sudut M = Sudut L (
yaitu 600 ).
2) Segitiga sama kaki
Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang mempunyai dua
sisi sama panjang. Akibatnya, Segitiga sama kaki juga
memiliki dua sudut yang berhadapan sama besar atau sering
disebut kaki segitiga.
Segitiga sama kaki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis
− Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC.
− Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.
Matematika Dasar 86
− Memiliki tiga buah sudut lancip.
P
Q R
Perhatikan gambar segitiga sama kaki di atas,
• Panjang PQ = PR ( PQ dan PR di sebut kaki ).
• Sudut Q = Sudut R ( di sebut sudut-sudut kaki segitiga
PQR ).
• Sisi QR merupakan alas dan Sudut P adalah sudut puncak.
3) Segitiga sembarang
Segitiga sembarang adalah segitiga dengan ketiga
sisinya tidak sama panjang dan juga sudut-sudutnya tidak
sama besar.
Segitiga sembarang memiliki sifat-sifat sebagai berikut
− Memiliki 3 ruas garis
− 3 sisinya tidak sama panjang
− Punya 3 sudut lancip yang tidak sama besar
C
A B
Perhatikan segitiga sembarang ABC di atas ,
Matematika Dasar 87
• Panjang AB ≠ BC ≠ CA.
• sudut A ≠ sudut B ≠ sudut C.
b) Jenis-Jenis Segitiga Dilihat Dari Besar Sudut-Sudutnya
1) Segitiga lancip
Matematika Dasar 88
A
A B
Perhatikan gambar segitiga siku-siku ABC di atas,
• Sudut A merupakan sudut siku-siku yang ukurannya
adalah 900.
3) Segitiga tumpul
Segitiga yang salah satu sudutnya tumpul dimana
salah satu sudutnya lebih dari 900 tetapi kurang dari 1800 di
sebut dengan segitiga tumpul.
Segitiga tumpul memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis.
− Memiliki sudut yang besarnya lebih dari 900 .
Matematika Dasar 89
c) Jenis-Jenis Segitiga Dilihat Dari Panjang Sisi-Sisinya Dan
Besar Sudut-Sudutnya
L=½axt
K=s+s+s
Ket :a = alas
t = tinggi
s = sisi
Matematika Dasar 90
c) Garis-garis Istimewa Dalam Segitiga
Garis-garis istimewa dalam suatu segitiga antara lain :
a) Garis tinggi segitiga
Garis Tinggi Segitiga adalah garis yang melalui salah satu
titik sudut segitiga dan tegak lurus dengan sisi di depannya.
(biasanya ada tanda sudut 90 derajat)
b) Garis bagi segitiga
Garis Bagi Segitiga adalah garis yang ditarik dari salah satu
sudut pada segitiga sehingga membagi sudut tersebut
menjadi dua sama besar.(biasanya dibagian sudut yang
terbelah ada tanda titik atau sebagainya)
c) Garis sumbu segitiga
Garis sumbu segitiga adalah garis yang membagi sisi
segitiga menjadi dua bagian yang sama panjang dan tegak
lurus pada sisi tersebut.
Contoh :
1) Carilah luas dan keliling bangun datar segitiga jika diketahui :
sisi AB = 5cm, sisi BC = 13cm, dan sisi CA =12cm
Penyelesaian :
L=½axt K= sisi+sisi+sisi
L = ½ 5 cm x 12 cm K= 5 cm +13 cm +12 cm
L = ½ (5 cm x 12 cm) K= 30 cm
L = ½ 60 cm = 30 cm2
Jadi luas segitiga adalah 30 cm2 dan kelilingnya adalah 30cm.
Matematika Dasar 91
2) Suatu segitiga mempunyai luas 56 cm2dengan alas = 14 cm.
Berapa tinggi segitiga tsb?
Penyelesaian :
Luas = ½ .a x t
56 = ½ . 14 x t
56 = 7xt
t = 56 : 7
t = 8 cm
D. Trapesium
1. Pengertian
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai
tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
2. Jenis-Jenis Trapesium
a) Trapesium Sembarang
Trapesium dapat di katakan sebagai trapesium sembarang
jika trapesium tersebut tidak mempunyai kekhususan.
Sifat sifat Trapesium Sembarang antara lain :
− Mempunyai sepasang sisi sejajar yang berhadapan yang
panjangnya tidak sama.
− Mempunyai empat sudut yang besarnya tidak sama.
− Mempunyai dua buah diagonal yang berbeda panjangnya.
b) Trapesium Siku-siku
Matematika Dasar 92
Trapesium siku-siku merupakan sebuah bangun trapesium
yang besar salah satu sudutnya adalah 90 derajat atau siku-siku.
Sifat-sifat Trapesium Siku-siku antara lain :
− Mempunyai sepasang sisi sejajar yang berhadapan yang
panjangnya tidak sama.
− Mempunyai dua buah sudut siku-siku yang berdekatan.
− Mempunyai dua buah diagonal yang berbeda panjangnya.
c) Trapesium Sama Kaki
Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang
mempunyai dua buah sisi yang sama panjangnya, sisi tersebut
biasa di sebut dengan kaki.
Sifat-sifat Trapesium Sama Kaki antara lain :
− Mempunyai dua buah sisi( kaki ) yang sama panjangnya dan
dua buah sisi sejajar yang panjangnya berbeda.
− Mempunyai dua buah sudut yang berdekatan yang besarnya
sama.
− Mempunyai dua buah diagonal yang panjangnya sama.
Rumus Trapesium
K=(a+b)+(c+d)
L=½x(a+b)xt
Contoh :
Matematika Dasar 93
1) Hitunglah luas trapesium jika diketahui tinggi = 4cm, Sisi a=
BC = 6cm dan sisi b= AD = 10cm
Penyelesaian :
L= ½ x (a + b) x t
L= ½(6cm + 10cm) x 4cm
L= ½ (16cm x 4cm)
L= ½ x 64cm
L= 32cm2
Jadi luas trapesium di atas adalah 32cm2
2) Hitunglah keliling trapesium jika diketahui : sisi a= AB= 8cm,
sisi b= BC=6cm, sisi c= CD=10cm dan sisi d= DA=6cm
Penyelesaian :
K = (a + b) + (c + d)
K = (8cm + 6cm) + (10cm +6cm)
K = 14cm + 16cm
K = 30cm
Jadi keliling trapesium adalah 30cm.
Matematika Dasar 94
Luas = ½ x 14 x 5
Luas = 35 cm
E. Jajar Genjang
D C
A B
Jajar Genjang adalah bentuk segiempat dimana sisi yang
berhadapan sama panjang dan saling sejajar dan memiliki sudut-
sudut yang berhadapan sama besar
Jajar genjang dapat dibentuk dari gabungan sebuah segitiga dan
bayanganya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik
tengah salah satu sisinya.
Sifat-sifat jajar genjang.
a) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD
b) Memiliki sudut-sudut yang berhadapan sama besar A = C,
dan B = D
c) Jumlah sudut yang berdekatan adalah 1800 A + B = , dan C
+D=
d) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang AB = DC,
dan AD = BC
e) Memiliki sisi-sisi yang sejajar AB // DC, dan AD // BC
Matematika Dasar 95
f) Kedua diagonal tidak sama panjangdan membagi 2 bangun
datar sama besar
g) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi
h) Memiliki dua buah sudut lancip
i) Memiliki dua buah sudut tumpul
j) Tidak memiliki simetri lipat
k) Memiliki simetri putar tingkat dua
Rumus jajar genjang
Luas = ½ x AC x BD
Keliling = AB + BC + CD + AD
Contoh :
1) Suatu jajar genjang mempunyai panjang = 7 cm dan lebar = 3
cm. Berapa keliling dan luas jajaran genjang tersebut?
Penyelesaian :
- keliling = 2 (p+l)
= 2 x (7 cm+3cm)
= 20 cm
- luas = alas x tinggi
= 7 cm x 3 cm
= 21 cm2
2) Pada sebuah jajar genjang diketahui luasnya 250 cm2. Jika
panjang alas jajar genjang tersebut 5x dan tingginya2x, tentukan
nilai x, panjang alas dan tinggi jajargenjang tersebut.
Matematika Dasar 96
Penyelesaian :
Untuk mencari nilai x kita gunakan rumus luas jajar genjang,
yakni:
Luas = alas x tinggi
250 cm2 = (5x) x (2x)
250 cm2 = 10x
x = 25 cm
Setelah ketemu nilai x maka panjang alas jajar genjang dapat
dicari yaitu:
Panjang alas = 5x
Panjang alas = 5 x 25 cm
Panjang alas = 125 cm
Dengan cara yang sama (memasukan nilai x) kita akan dapatkan
panjang tinggi jajar genjang yaitu:
Panjang tinggi = 2x
Panjang tinggi = 2 x 25 cm
Panjang tinggi = 50 cm
Matematika Dasar 97
F. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah bangun segi empat yang dibentuk dari
gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan
terhadap alasnya.
Sifat-sifat pada belah ketupat adalah :
a) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang.
b) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu
simetri.
c) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
d) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama
besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
Contoh
1. Hitunglah ukuran keliling sebuah belah ketupat jika diketahui
panjang sisinya adalah 10 cm.
Penyelesaian :
Keliling Belah Ketupat = 4 x sisi
Keliling = 4 x 10 cm
Keliling = 40 cm
Jadi keliling dari bangun belah ketupat tersebut adalah 40 cm
Matematika Dasar 98
2. Jika sebuah bangun datar belah ketupat mempunyai diagonal 12
cm dan 7 cm, Hitunglah berapa ukuran luas bangun tersebut.
Penyelesaian :
Luas = ½ x d1 x d2
Luas = ½ x 12 x 7
Luas = ½ x 84
Luas = 42 cm2
Jadi ukuran luas bangun belah ketupat tersebut adalah 42 cm2
3. Suatu belah ketupat, panjang sisinya adalah 2a cm. Jika
kelilingnya adalah 48 cm, tentukanlah nilai
Penyelesaian:
keliling = 4 x sisi
48 cm = 4 x 2a cm
48 cm = 8a cm
a = 48 cm/8 cm
a=6
Matematika Dasar 99
G. Layang-layang
Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk
oleh dua pasang rusuk yang masing-masing pasangannya sama
panjang dan saling membentuk sudut.
Sifat-Sifat laying-layang adalah sebagai berikut :
a) sisinya sepasang-sepasang sama panjang
b) sepasang sudut yang berhadapan sama panjang
c) salah satu diagona membagi dua sama panjang diagonal
lainnya, maka kedua diagona tersebut saling tegak lurus.
Rumus layang-layang
Karena AB = BC dan AD = CD , maka:
keliling layang-layang ABCD = 2(AB + CD)
Luas layang-layang sama dengan setengah hasil kali diagonal-
diagonalnya. Misalnya luas adalah L dan diagonal-diagonalnya
d1 dan d2, maka L = ½ x d1 x d2
Contoh Soal :
H. Lingkaran
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan
tempat kedudukan titik titik yang berjarak sama terhadap suatu titik
tertentu. Jarak yang sama tersebut dinamakan jari jari lingkaran dan
titik tertentu tersebut dinamakan pusat lingkaran.
Unsur unsur sebuah lingkaran diantaranya:
a. Titik Pusat
Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah
tengah lingkaran.Titik O merupakan titik pusat
lingkaran.Demikian lingkaran tersebut dinamakan lingkaran
O.
b. Jari Jari (r)
Sifat-sifat lingkaran
a.Hanya memiliki satu sisi
Sisi yang dimaksud yaitu lingkaran yang berwarna hitam itu
sendiri, tidak ada garis lain.
b. Tidak memiliki titik sudut
Rumus Lingkaran
L = π x r2
K=2xπxr
Keterangan : r = jari-jari, π = 22/7 atau 3,14
Contoh :
1. Jika sebuah lingkaran memiliki diamater sepanjang 30 cm, maka
berapakah luas dan keliling dari lingkaran tersebut?
Penyelesaian :
pertama-tama kita harus mengetahui jari-jari dari lingkaran
tersebut.
jika diameter = 30 cm maka jari-jari = 15 cm
baru kita masukkan ke dalam rumus mencari keliling lingkaran:
K = 2πr
Garis g dan garis h terletak pada sebuah bidang (misal H). Jika
B. Proyeksi
antara garis g dan bidang K yang sejajar adalah sama dengan jarak
salah satu titik pada garis g terhadap bidang K. Jadi jarak antara
c. Sudut
1) Sudut antara dua garis
Sudut antara dua garis adalah sudut lancip atau siku-siku antara
kedua garis tersebut.Dengan demikian maka sudut antara dua garis
bersilangan adalah sudut lancip atau siku-siku yang terbentuk oleh
kedua garis bersilangan (tidak sebidang). Jika A dan B dua garis
bersilangan, maka besar sudut antara kedua garis sama dengan
besar sudut antara a′ yang sebidang dengan B dan sejajar a, dengan
b, atau sebaliknya: antara b′ yang sebidang dengan A dan sejajar b,
dengan a. Jika sudutnya 90°, dikatakan A menyilang tegak lurus b.
Pada Gambar berikut, A dan B bersilangan. Besar sudut antara A
dan B = ∠EDF = α
f. Volume Balok
Volume Balok = p x l x t
Contoh soal:
1. Tentukan volume balok jika diketahui panjang balok 4 cm,
lebar 3 cm dan tinggi 2 cm.
Jawab:
Diketahui: p = 4 cm
l = 3 cm
t = 2 cm
Ditanyakan: V = ....?
Penyelesaian : V = p x l x t
V=4x3x2
V = 24 cm3
L = (12 x 9) + (36 x 6)
L = 108 + 216
L = 324 cm2
e. Volume Prisma
Untuk mengetahui rumus volume prisma, perhatikan
gambarberikut.:
D. LIMAS
1. Pengertian Limas
Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk
segitiga, segiempat, segi lima, atau segibanyak dan bidang sisi
tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik, titik
potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas (Dewi
nuharini & Tri wahyuni 2008: 225). Jika rusuk-rusuk pada bidang
alasnya diperbanyak secara terus-menerus maka akan diperoleh
bentuk yang mendekati kerucut. Pada limas pasti ditemukan satu
titik puncak, satu sisi (bidang) alas dan tiga atau lebih segitiga yang
merupakan selimut limas. Jarak antara titik puncak limas dengan
bidang alas disebut tinggi limas.
2. Unsur-unsur Limas
Perhatikan gambar limas segilima
beraturan berikut:
Titik sudut = A, B, C, D, E, T
Sisi alas = ABCDE
Sisi tegak = TAB, TBC, TCD,
TDE, TAE
Contoh soal:
1. Diketahui alas sebuah limas T.ABCD berbentuk persegi dengan
panjang rusuk 10 cm dan tinggi limas 12 cm. Hitunglah luas
permukaan Limas?
Penyelesaian :
= 65 cm2
Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + (4 x luas ∆TAB)
= 100 + (4 X 65) cm2
= 360 cm2
E. Tabung
Bangun ruang tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran
dan sisi melengkung
Sisi
tinggi
selimut
Jari-jari
Sisi
A B A B
o o
(i) (ii)
Matematika Dasar 139
Latihan 1
Jusmawati,S.Pd., M.Pd