Anda di halaman 1dari 147

Matematika Dasar i

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT.yang telah memberi kita akal


yang sehat untuk mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan,
berkat petunjuk dan kehendak-nya jualah sehingga buku yang
berjudul : Matematika Dasar dapat terwujud dihadapan pembaca.
salam dan taslim atas junjungan kita Nabiullah Muhammad saw,
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang menderang, rasul Allah yang menyebarkan kebenaran dan
mengamalkan kebajikan. Tidak hanya berperang secara fisik, tetapi
beliau telah melakukan suatu perbuatan yang mulia yang dilandasi
dengan keikhlasan demi kemaslahatan ummat manusia dan hanya
mengharap ridha Allah SWT. termasuk menulis dan menyebarkan
ilmu yang bermanfaat, Insya Allah.
Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis
mempelajari matematika pada saat kuliah baik di Program Sarjana
maupun di Program Pascasarjana, dan pengalaman mengajar mata
kuliah matematika di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) STKIP Mega Rezky Makassar.Buku Matematika Dasar
ditujukan untuk para mahasiswa, ditulis dengan penyajian materi
lengkap, dengan penyajian demikian diharapkan pembaca dapat
memahami dengan mudah, pembahasan disertai dengan soal-soal
yang diuraikan secara rinci.

Matematika Dasar ii
Berbagai rujukan yang digunakan penulis untuk menulis
buku ini didaftarkan pada bagian akhir dan buku ini dapat
diterbitkan atas bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk saran
maupun kritikan, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini
untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat
diharapkan.Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) khususnya dan
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

Matematika Dasar iii


DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................... iii
BAB 1 Angka dan Bilangan ............................................................. 1
A. Pendahuluan ................................................................ 1
B. Angka Romawi ............................................................. 2
C. Angka Hindu - Arab .................................................... 7
BAB 2Bilangan Cacah ................................................................. 29
A. Himpunan Bilangan Cacah ........................................ 29
B. Sifat Operasi Hitung BilanganCacah .......................... 30
BAB 3 Bilangan Bulat .................................................................. 36
A. Sifat Dasar Bilangan Bulat ......................................... 36
B. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ......... 42
C. Sifat-sifatOperasi Hitung Pada Bilangan Bulat .......... 54
BAB 4Trigonometri ..................................................................... 66
A. Aksioma dan Postulat Euclid...................................... 66
B. Titik, garis, dan Bidang .............................................. 68
C. Kurva .......................................................................... 71
D. Poligon ........................................................................ 72
E. Segitiga ....................................................................... 72
F. Segiempat ................................................................... 76
BAB 5Bangun Datar ..................................................................... 79

Matematika Dasar iv
A. Persegi atau Bujur sangkar ......................................... 79
B. Persegi Panjang .......................................................... 82
C. Segitiga ....................................................................... 85
D. Trapesium ................................................................... 92
E. Jajar Genjang .............................................................. 95
F. Belah Ketupat ............................................................. 98
G. Layang-layang ......................................................... 100
H. Lingkaran .................................................................. 102
BAB 5Dimensi Tiga ................................................................... 112
A. Kedudukan titik terhadap garis dan bidang .............. 112
B. Proyeksi .................................................................... 115
BAB 6Bangun Ruang .................................................................. 122
A. Kubus ........................................................................ 123
B. Balok ........................................................................ 127
C. Prisma ....................................................................... 131
D. Limas ........................................................................ 134
E. Tabung ..................................................................... 137
F. Kerucut ..................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

Matematika Dasar v
BAB 1
ANGKA DAN BILANGAN

A. Pendahuluan
Ada orang yang menganggap bahwa angka dan bilangan
adalah dua hal yang sama, padahal angka dan bilangan merupakan
dua hal yang berbeda. Demikian pula, kedua kata tersebut masih
sering di pertukarkan.Dalam hal ini, sebuah atau beberapa angka
lebih berperan sebagai lambang tertulis atau terkait dari suatu
bilangan.Dengan demikian, angka diberi batasan agar hanya ada
sepuluh angka dasar yang berbeda 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dalam
sistem bilangan baris sepuluh.Untuk memperjelas pengertian
angka, contoh penggunaannya diberikan sebagai berikut.“Bilangan
duabelas ditulis dengan dua buah angka, yaitu angka 1 dan angka 2,
yaitu 12.
Setiap bilangan misalnya, bilangan yang dilambangkan dengan
angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tidak bisa
tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal.Misalnya,
tulisan atau ketikan “1” yang terlihat di layar monitor dan kita
membaca saat ini bukanlah bilangan satu, melainkan hanya
lambang dari bilangan satu. Angka 1 tertangkap oleh indera
penglihatan kita berkat adanya unsur kimia yang peka cahaya dan
digunakan untuk menampilkan warna dan gambar di layar monitor.
Demikian pula jika kita melihat lambang yang sama di papan tulis,
Matematika Dasar 1
yang dilihat bukanlah bilangan 1, melainkan serbuk dari kapur tulis
yang melambangkan bilangan satu.
konsep atau ide “satuan”, “duaan” dan limabelasan disebut
dengan bilangan, sedangkan lambang yang menyatakan bilangan
disebut dengan angka (numeral). Jadi perbedaan antara bilangan
dan angka merupakan perbedaan antara bilangan dan lambangnya,
seperti halnya perbedaan seseorang dengan namanya.
Suatu sistem angka adalah himpunan lambang dasar dan
beberapa aturan untuk membuat lambang lain dengan tujuan
melakukan identifikasi bilangan. Penemuan sistem angka sebagai
karya yang sangat berharga merupakan penemuan besar untuk
kemanusiaan, seperti halnya penemuan alphabet yang dapat
digunakan untuk mengantarkan ilmu pengetahuan dari generasi ke
generasi selanjutnya.
B. Angka Romawi
Angka romawi adalah sistem angka yang digunakan pada
zaman Roma kuno.Mereka menggunakan kombinasi huruf dari
alfabet Latin untuk melambangkan nilai-nilai yang
berbeda.Mempelajari angka romawi dapat membantu Anda
membuat garis besar, memahami budaya Romawi kuno, dan
menjadi lebih berbudaya.
Angka romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100
masehi, yang memiliki beberapa lambang dasar yaitu I, V, X, L, C,

Matematika Dasar 2
D, dan M yang masing-masing menyatakan bilangan 1, 5, 10, 50,
100, 500, dan 1000, seperti yang di daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Dasar Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
1 I
5 V
10 X
50 L
100 C
500 D
100 M
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat satuan,
beberapa lambang tempat satuan yaitu I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII
dan IX yang masing-masing menyatakan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8 dan 9, seperti yang di daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Tempat Satuan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
1 1
2 II
3 III
4 IV
5 V
6 VI
7 VII
8 VIII
9 IX
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat puluhan,
beberapa lambang tempat puluhan yaitu X , XX, XXX, XL, L , LX,

Matematika Dasar 3
LXX, LXXX dan XCyang masing-masing menyatakan bilangan
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80 dan 90, seperti yang di daftarkan table
berikut.
Tabel Lambang Tempat Puluhan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
10 X
20 XX
30 XXX
40 XL
50 L
60 LX
70 LXX
80 LXXX
90 XC

Matematika Dasar 4
Pada angka romawi terdapat digit pada tempat ratusan,
beberapa lambang tempat ratusan C, CC, CCC, CD, D, DC, DCC,
DCCC dan CM yang masing-masing menyatakan bilangan 100,
200, 300, 400, 500, 600, 700, 800 dan 900, seperti yang di
daftarkan table berikut.
Tabel Lambang Digit Pada Tempat ratusan Bilangan Romawi
Lambang Hindu - Arab Lambang Romawi
100 C
200 CC
300 CCC
400 CD
500 D
600 DC
700 DCC
800 DCCC
900 CM
Sistem angka romawi tidak mempunyai nilai tempat.Ketika
beberapa lambang dikombinasikan, lambang-lambang tersebut
dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka memuat dua
lambang dasar, satu bilangan yag lebih kecil dari yang lain, maka
berlaku “penjumlahan” jika lambang pada bagian kanan
menyatakan bilangan yang lebih kecil. Jika kecil berlaku
“pengurangan” bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang lebih
besar.Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang
sama yang ditulis bersama-sama maka semua lambang menyatakan
jumlah. Jadi angka-angka III, XX, dan CCC menyatakan bilangan
tiga, duapuluhan dan tigaratusan.

Matematika Dasar 5
Terlebih dahulu perhatikan trik dasar untuk melakukan
penjumlahan dan pengurangan pada angka romawi berikut ini.
a) Ketahui bahwa Anda tidak dapat menuliskan lebih dari tiga
simbol yang sama.
Contoh :
1) IIII = 4 (Salah/tidak boleh)
2) XXXX = 40 (Salah/tidak boleh)
3) CCCC = 400 (Salah/tidak boleh)
4) III = 3 (Benar)
5) XXX = 30 (Benar)
6) CCC = 300 (Benar)
b) Jumlahkan nilai simbol yang lebih kecil, yang diletakkan
setelah nilai simbol yang besar.
Contoh :
1) VI = 5 + 1 = 6
2) XI = 10 + 1 = 6
3) LX = 50 + 10 = 60
4) CX = 100 + 10 = 110
5) DC = 500 + 100 = 600
6) MC = 1000 + 100 = 1100
c) Kurangkan nilai simbol yang lebih kecil, yang diletakkan
sebelum nilai simbol yang lebih besar.
Contoh :
1) IV = 1 dikurangkan dari 5 = 5 - 1 = 4

Matematika Dasar 6
2) IX = 1 dikurangkan dari 10 = 10 - 1 = 9
3) XL = 10 dikurangkan dari 50 = 50 - 10 = 40
4) XC = 10 dikurangkan dari 100 = 100 - 10 = 90
5) CD = 100 dikurangkan dari 500 = 500 - 100 = 400
6) CM =100 dikurangkan dari 1000 = 1000 - 100 = 900
d) Ketahui cara menulis angka gabungan.
Contoh :
(1) 2987 ditulis ….?
Langkah – langkah yang perlu di perhatikan :
2987 = 1000 + 1000 + 900 + 80 +7
• 1000 = dengan memberi lambang M
• 1000 = dengan memberi lambang M
• 900 = dengan memberi lambang CM
• 80 = dengan memberi lambang LXXX
• 7 = dengan memberi lambang VII
Dengan demikian, jika Anda menggabungkan M + M
+ CM + LXXX+ VII maka hasilnya MMCMLXXXVII, jadi
2987 = MMCMLXXXVII.

Matematika Dasar 7
Soal :
1. Ubalah dalam bentuk angka Romawi!
a 7 = ....
b 13 = ....
c 89 = ....
d 158 = ....
e 497 = ....
f 864 = ....
g 932 = ....
h 1201 = ....
i 1683 = ....
j 2729 = ....
2. Ubalah Angka romawi berikut!
a VI= ....
b XXVII= ....
c XXIX= ....
d MCLI= ....
e MC= ....
f CMLX= ....
g MD= ....
h MDCC= ....
i MCMLXV= ....
j CCCXXVIII= ....

Matematika Dasar 8
C. Angka Hindu – Arab
Sistem angka yang banyak digunakan sekarang mempunyai
sepulu lambang dasar yang disebut dengan angka. Menurut
sejarahnya, sistem ini bermula bermula dari India sekitar tahun 300
sebelum Masehi, belum menggunakan nilai tempat dan belum
mempunyai lambang nol. Tidak diketahu pastinya kapan dan
dimana dimulainya lambang nol digunakan, hanya beberapa dugaan
saja bahwa lambang nol ini berasal dari Babylonia lewat Yunani.
Sistem Angka Hindu-Arab ini mempunyai sifat:
a Menggunakan sepuluh lambang dasar yang disebut angka,
yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9;
b Bilangan yang lebih dari 10 dinyatakan dalam perpangkatan
dari 10;
c Mempunyai nilai tempat;
d Bersifat aditif
Dalam sistem Hindu-Arab kita belajar seperti anak
menjumlahkan semua pasangan bilangan berbentuk n1 + n2 ,
dimana n1 dan n2 adalah sebarang bilangan 1, 2, 3, .....9. Sistem
Hindu-Arab memungkinkan kita untuk menjumlah semua pasangan
bilangan yang mungkin, sebesar yang kita inginkan, secara
sederhana degan menghafal 45 fakta penjumlahan, bersama dengan
sedikit aturan sederhana dari prosedur.
Untuk mengetahui bagaimana sistem Hindu Arab mencapai
penyimpanan, kita harus kembali ke prinsip dan menguji dengan
Matematika Dasar 9
pemahaman orang dewasa sebagian dari penjumlahan dan perkalian
rutin sederhana yang kita ajarkan pada anak. Kita akan menemukan
bahwa kesederhanaan metoda menyembunyikan suatu
kompleksitas gagasan tak diduga, yang mungkin membantu kita
untuk menghargai kekuatan yang diberikan oleh notasi dan teknik
yang berhubungan, dan pada sebagian darimana kekuatan ini
berasal. Untuk membatasi tugas kita mengasumsikan, tanpa
analisis, ide nilai tempat, contoh 365 berarti 3 ratusan dan 6
puluhan dan 5 satuan
1. Penjumlahan
Dalam percakapan sehari-hari kita menggunakan ’tambah’
untuk banyak kegiatan mengkombinasi yang berbeda. Contoh
tambahkan telor masak. Disini kita perlu membedakan antara cara
mengkombinasikan 2 himpunan, yang akan kita sebut
penggabungan, dan cara mengkombinasikan dua bilangan yang
akan kita sebut penjumlahan. Sehingga menjumlahkan 2 bilangan
sebut 5 dan 7, berhubungan dengan

• Mengambil sebarang himpunan yang


banyak anggotanya (bilangannya) 5

• Mengambil sebarang himpunan yang


banyak anggotanya (bilangannya) 7

Matematika Dasar 10
• Menggabungkan keduanya menjadi
satu yakni anggotanya 5 ditambah 7

• Himpunan hasilnya disebut gabungan dari dua himpunan


aslinya.
• Bilangan hasilnya adalah jumlah dari dua bilangan aslinya.

Kita membutuhkan cara yang lebih ringkas untuk menulis


semua ini. Misal S1 dan S2 adalah sebarang dua himpunan (disjoin),
dan S1  S 2 untuk gabungannya. Maka, secara umum, jika n(S)
berarti ‘bilangan dari himpunan S’.

n(S1 ) + n(S 2 ) = n(S1  S 2 )

Hal inijelas menunjukkan hubungan antara penggabungan dua


himpunan dan penambahan bilangannya. Contoh lain bagi pembaca
yang tidak mengenal notasi tersebut di atas.

n(S1 ) = 5

Himpunan mawar “Ena Harkness”

n(S 2 ) = 7

Himpunan mawar “ Charles Mallerin”


Matematika Dasar 11
Sehingga gabungan dari himpunan mawar tersebut adalah
n(S1  S 2 ) = 12

Himpunan mawar merah

Gagasan yang memerlukan penggabungan, untuk penggunaan


di masa depan, adalah bahwa menggabung dua himpunan mawar
dan menambahkan bilangan-bilangannya, melibatkan tiga tingkat
pengabstraksian; secara fisik meletakkan dua ikat bunga mawar
bersama-sama, yang mana suatu tindakan di dunia luar; melakukan
yang sama dalam pikiran, yang mana suatu tindakan mental dengan
konsep primer; sedangkan menjumlah bilangan-bilangan itu adalah
suatu operasi mental pada konsep sekunder. Dan yang terakhir
adalah tidak lebih sedikit suatu mental, abstrak, operasi jika kita
menulisnya, lambang mengurangi kesulitan bekerja pada tingkat
pengabstraksian ini dengan membantu mengendalikan pemikiran
kita.
Notasi di atasakan membantu kita untuk mengingat bahwa
suatu bilangan adalah milik suatu himpunan dan bukan anggotanya.
Ketika kita mengacu pada ' himpunan cangkir kuning', kata sifat
'kuning' menggambarkan cangkir itu.Tetapi ketika kita mengacu
pada himpunan dari enam cangkir, kata sifat enam menggambarkan
himpunannya bukan cangkir.Ketidaktepatan penggunaan bahasa
sehari-hari tidak menjadi masalah untuk suatu tujuan tertentu,

Matematika Dasar 12
misalnya ‘membeli cangkir’ artinya sangatlah jelas.Namun jika
menghendaki untuk membangun konsep yang hierarki penggunaan
ini sebagai ide dasar, kita harus hati-hati mengatakan hal yang kita
maksud.Jadi kita harus meletakkan kata sifat ‘enam’ setelah kata
benda yang dimaksud dan mengatakan ‘himpunan 6 cangkir’.
Catat bahwa ketika ‘kuning’ menggambarkan cangkir
merupakan kata sifat.Namun ketika pada tingkat abstraksi, ini
menunjukkan keadaan cangkir, sehingga ‘kuning’ menjadi kata
benda. Dengan cara yang sama ketika ‘enam’ menggambarkan
himpunan, ini merupakan kata sifat. Ketika ‘enam’ ini merupakan
nama dari suatu himpunan, maka menjadi kata benda.
Sama halnya pada saat lima menggambarkan sifat semua
himpunan dengan memasangkan (‘satu’, ‘dua’, ‘tiga’, ‘empat’,
‘lima’), sehingga 5+7=12 menunjukkan keadaan semua unit
himpunan. Karena hasil hanya tergantung pada banyaknya
himpunan yang bersangkutan, kita dapat mengerjakan dengan
himpunan apapun (yang mempunyai anggota), kita bisa gunakan
jari, batang korek api, kubus atau kertas. Sampai didapatkan
hasilnya, selanjutnya dapat direkam, diingat, dan digunakan cara
pendek untuk menentukan setiap gabungan dari dua himpunan
dengan menggunakan cara menghitung tersebut. Tanpa mengulang
perhitungan pada setiap anggota himpunan.
Sebagai permulaan, kita belajar bahwa terdapat himpunan yang
anggotanya sebanyak lima digabung dengan himpunan yang

Matematika Dasar 13
anggotanya sebanyak 7 menjadi himpunan yang anggotanya 12.
Dapat diabstraksikan ‘lima ditambah tujuh adalah 12’ atau 5+7=12
(selanjutnya jelaslah tentang ciri-ciri antara kedua tingkat
abstraksi).Ini dapat dikerjakan dengan himpunan obyek-obyek fisik
yang kita kembangkan pertama kali dan konsep yang sama. Pada
saat kita mengatakan 37+45, bisa ditentukan jawabannya.
• Mengambil himpunan yang beranggotakan 37

• Mengambil himpunan yanganggotanya sebanyak 45

• Gabungan dua himpunan akan menjadi


himpunan baru yang anggotanya berapa?

Jelaslah metode ini menjadi susah untuk diterapkan. Dengan


menggunakan notasi Hindu-Arab ini susah dan membutuhkan
waktu yang lama diterapkan apabila menggunakan angka yang
tinggi.

Matematika Dasar 14
Kita bisa menggunakan cara yang singkat, untuk menentukan
hasil 37+45 adalah....
• Anggotanya sebanyak 37
3 himpunan yang anggotanya
sebanyak 10 satuan dan 7 satuan.

• Anggotanya sebanyak 45
4 himpunan yang anggotanya
sebanyak 10 satuan dan 5 satuan.

Setelah gabungan dua himpunan yang telah disusun dengan


cara ini, kita hanya menghitung banyaknya himpunan yang
anggotanya sebanyak 10 dan satuan anggota yang lain dalam
jumlah yang relatif kecil, yang perlu diingat pada saat kita
mempunyai 10 satuan dianggap sebagai 1 himpunan yang
anggotanya senbanyak 10.
• Gabungan dari keduanya menunjukkan
• Terdapat 7 buah himpunan yang
anggotanya sebanyak 10, dan 12
yang merupakan satuan yang dapat
disusun lagi menjadi 8 buah himpunan
yang anggotanya sebanyak 10 dan 2 satuan.

Matematika Dasar 15
Pada tingkat penghitungan bilangan, notasi diorganisasikan
untuk kita.Bilangan yang berada di sebelah kanan merupakan
satuan, selanjutnya disebelah kirinya adalah bilangan puluhan,
ratusan dan seterusnya.
• Menulis bilangan pada kolom yang
3 7
tepat kita bisa menjumlahkan
4 5
setiap satuan, puluhan dan sebagainya,
7 Duabelas
yang sesuai untuk dihitung.
1 2
• Kita tahu bahwa menjumlahkan tujuh dan lima
8 2
adalah dua belas. Namun notasi 12, ditulis tiap
kolom satu digit (aturan nilai), secara otomatis
aturannya 1 sebagai puluhan dan 2 sebagai satuan.
Cara ini disebut sebagai metode ‘nilai’, yang dapat
dilakukan dengan baik mulai dari bilangan puluhan ke ratusan
(puluhan ke puluhan), ini merupakan penerapan prinsip bahwa
bilangan dari himpunan tidak tergantung pada anggotanya.
b) Perkalian
Notasi bilangan Hindu-Arab menjadi lebih berarti ketika
bilangan tersebut dikalikan.Kita mulai dari 6  3=18 maksudnya
dalam himpunan objek.
• Kita mulai dengan himpunan 6

• kombinasi dengan 3 dari himpunan tersebut

Matematika Dasar 16
• Hasilnya dapat disusun ulang dengan
1 himpunan dengan 10 satuan dan 8 satuan.

Semua satuan menjadi himpunan puluhan dan himpunan


puluhan menjadi himpunan ratusan. Sehingga

Seperti yang dapat kita lakukan pada saat menjumlahkan


bilangan dengan metode yang direpresentasikan berdasarkan
satuan, puluhan, ratusan dan sebagainya, sehingga kita dapat
mengalikan bilangan yang besar dengan cara menjumlahkan satuan,
kemudian membawa bilangan yang dibutuhkan pada kolom
selanjutnya dari kanan ke kiri (seperti penulisan versi Arab).
Contohnya : 586  3

Teknik Sebenarnya lakukan perkalian sebanyak tiga kali.

Matematika Dasar 17
2. Sifat Distributif
Pernyataan merupakan kebenaran berdasarkan :
(6+8+500)  3=(6  3)+(80  3)+(500  3)
Tanda kurung tersebut mengindikasikan bahwa operasi yang
ada di dalamnya dilakukan terlebih dulu.Jadi, ruas kiri yang
dilakukan lebih dulu adalah menghitung 6+80+500, hasilnya
586.kemudian menghitung 586  3. Pada ruas kanan yang harus
dilakukan lebih dulu adalah menghitung 6  3, 80  3, 500  3,
kemudian menjumlahkan ketiga hasilnya. Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan kedua metode diperoleh
hasil yang sama.
Bagaimana cara menghitung operasi yang ada pada ruas
kanan? Sementara perkalian 3 yang dikenal hanya sampai pada 9 
3 dan kita tahu hal ini benar jika kita gunakan perkalian satuan,
puluhan dan ratusan. Namun kita tidak perlu mempunyai tabel
perkalian sampai 586  3.
• Kasus ini dapat dicek dengan penjumlahan.
586  3 adalah banyaknya 3 himpunan
yang masing-masing anggotanya
adalah 586 (misalnya menjumlahkan 3
himpunan yang masing-masing berisi 586 titik).

Matematika Dasar 18
• Kita dapat menjumlahkan bilangan tersebut 5 8 6
5 8 6
denganmembuat beberapa asumsi yang 5 8 6
disimpan. 1 7 5 8

Sehingga metode tersebut memberikan jawaban yang benar pada


permasalahan ini. Namun yakinkah kita bahwa setiap bilangan
dapat dilakukan hal yang sama? Berikanlah kasus pada siswa
sebagai latihan, maka akan terdapat perbedaan cara
menerapkannya. Ini harus kita lakukan sekarang, namun cara ini
dapat dengan mudah dilakukan dengan memulai pada kasus yang
sederhana.
Ilustrasi berikut menunjukkan perkalian 3  4.
• Dimulai dengan sebuah himpunan 3 satuan
dan4himpunandi dalamnya

• Menyusun ulang ilustrasi tersebut seperti ini,


dimana setiap kolom mewakili himpunan
dengan 3 satuan dan himpunan dari 4 kolom
mewakili hasil dari kesatuan 4 himpunan.

Dengan ilustrasi yang sama menunujukkan perkalian 2  4.


• Gabungan 2 himpunan tersebut
menempatkan penjumlahan
bilangan tepat pada baris.

Matematika Dasar 19
Contoh :
1. Ilustrasi menunjukkan perkalian (3+2)  4.
Jawab :
Karena (3  4)+(2  4)= (3+2)  4.

3 4
(3+2)  4
2 4

jadi 3  4 = 12 dan 2 x 4 = 8, sehingga (3  4)+(2  4)= 12 + 8


= 20, dan (3+2)  4 = 20.
2. Misalkan n, a, b adalah sebarang bilangan.
Ilustrasi berikut menujukkan perkalian
a n  n kolom→
O O O… O
O O O… O
a …………….
dan
…………….
baris
O O O… O
( a + b)  n
b n O O O… O
O O O… O
(a  n) + (b  n)=(a+b)  n. b …………….
…………….
baris O O O… O

Ini adalah sifat dari bilangan asli, ketika bentuk tersebut ditulis
dalam cara lain:
(a+b)  n=(a  n) + (b  n)

Matematika Dasar 20
bentuk tersebut sering dinyatakan dalam kata-kata yaitu: “perkalian
yang distributif terhadap penjumlahan”. Hal itu kemudian disingkat
sifat distributif .
3. Dua sifat pada penjumlahan
Apakah ada sifat lain yang kita terima benar tetapi pada semua
metode perhitungan yang ditunjukkan juga tergantung pada sifat
sebelumnya? Salah satu sifat tersebut digunakan ketika kita
menjumlahkan bilangan yang lebih dari 10.
Kita kerjakan contoh pada samping kanan
dengan perhitungan mental: 2 3
3 + 4 =7 dan 2 +6 =8 6 4
8 7
berarti 20 + 60 = 80
Ada dua asumsi yang tersembunyi disini. Cara ini hanya valid jika :
23 + 64 = (20 + 60) + (3 + 4)
(20 + 3) + (60 + 4) = (20 + 60) + (3 + 4)
Menggunakan tanda kurung sebagai kebiasaan untuk
menunjukkan operasi pertama yang dikerjakan.Yang diperlukan
dalam hal ini adalah (i) bahwa hal itu tidak masalah pasangan
bilangan mana yang kita jumlahkan; (ii) bahwa hasil tidak
dipengaruhi perubahan urutan bilangan.Sifat-sifat opersi
penjumlahan pada bilangan asli tersebut kita terima benar. Dengan
bentuk, jika a, b, c adalah sebarang bilangan asli,
(i) (a + b) + c = a + (b + c)
(ii) a+b=b+a

Matematika Dasar 21
Pernyataan pertama bahwa hasil sama berapapun dua bilangan
yang kita asosiasikan terlebih dahulu; dan pernyataan kedua bahwa
hasil sama jika kita mengubah (menukar) bilangan untuk
dijumlahkan. Jadi kedua sifat tersebut boleh dinyatakan secara
singkat dalam kalimat: penjumlahan pada bilangan asli adalah
assosiatif dan komutatif. Ketika ditunjukkan pada suatu himpunan,
sifat-sifat tersebut jelas menjadi intuitif.
4. Perkalian adalah asosiatif dan komutatif
Perkalian komutatif telah kita anggap benar.Yang ditunjukkan
dalam himpunan, bagaimanapun, sifat tersebut dapat ditunjukkan
sebagai non-trivial.

3 5 5 3

Himpunan pada ilustrasi di samping kanan


dapat dipandang sebagai
”3 baris dari 5, atau 5 kolom dari 3”.
Sifat komutatif pada perkalian juga ditunjukkan pada cara
alternatif membaca 5  3 yaitu 5 dikalikan dengan 3, yang tepat
pada himpunan sebelah kiri atas dari himpunan-himpunan yang
ditunjukkan di atas; atau dibaca 5 kali 3, dan sering dibaca lima tiga

Matematika Dasar 22
kali, yang tepat pada himpunan sebelah kanan atas dari himpunan-
himpunan. Salah satu dari nilai perkalian telah disebutkan, ini
setengah, dengan pendekatan, bilangan dari hasil bentuk n1  n2
yang harus dihafalkan.
Contoh :
1. Cara untuk perkalian 37 x 412 tanpa mempelajari 37 daftar
perkalian.
4 1 2
3 7
2 8 8 4
1 2 3 6
1 5 2 4 4
Hal itu mengguanakan sifat distribusi pada dua cara. 412
terlebih dahulu dikalikan dengan 7 dan selanjutnya dikalikan
dengan 3, masing-masing perhitungan tersebut tergantung pada
sifat distribusi yang didiskusikan pada halaman 168. Begitu
juga perluasan cara dari perkalian 3 ke perkalian 37
mengasumsikan bahwa:
(412  37) = (412  7) + (412  30)
Tetapi bagaimana kita menghitung 412x30 tanpa
pengetahuan daftar perkalian 30 kita? Kita kalikan dengan 3,
dan selanjutnya kita kalikan dengan 10, pengerjaan selanjutnya
dengan memindahkan hasil satu kolom ke kiri. Asumsi ini
bahwa:

Matematika Dasar 23
412 30
berarti 412  (3 10) = (412  3) 10 (Perkalian asosiatif)
2. Hasil sama berapapun dua bilangan yang kita kalikan terlebih
dahulu, buktikan dengan bilangan 3, 4, 5.

(4  5)  3 4  (5  3)

(masing-masing lingkaran kecil berisi 5 titik)


Perbedaan antara kedua ilustrasi di atas adalah, pada ilustrasi
sebelah kiri, terlebih dahulu kita memindahkan titik yang
melingkupi 4 himpunan 5 satuan dari titik-titik, dan kemudian
dilingkari lagi dengan garis putus-putus, sedangkan ilustrasi
disebelah kanan pertama kali kita melingkari 3 himpunan dengan 4
satuan. Secara jelas bilangan dari himpunan terakhir yang
beranggotakan titik-ititk tersebut akan sama dengan ilustrasi
sebelah kiri.
5. Lima sifat sistem bilangan asli
Berdasarkan sistem bilangan asli kita mengartikan himpunan
bilangan asli 1,2,3,... bersama dengan dua operasi + dan  . Kita

Matematika Dasar 24
telah menemukan cara umum untuk penjumlahan dan perkalian
yang tergantung pada lima sifat yang dapat diringkas sebagai
berikut.
Jika n, a, b, c adalah sebarang bilangan, maka:
Penjumlahan komutatif a+b = b+a
Penjumlahan asosiatif a + (b + c) = (a + b) + c
Perkaliankomutatif ab = b a
perkalian asosiatif (a  b) c = a  (b  c)
Perkalian distributif n  ( a + b) = ( n  a ) + ( n  b)
terhadap penjumlahan
Kebanyakan dari kita menggunakan sifat-sifat tersebut untuk
diwarisi tanpa memperhatikan pentingnya sifat-sifat
tersebut.Mereka memungkinkan kita untuk memperluas
kemampuan kita dalam menjumlah dan mengalikan dari pasangan
bilangan yang kurang dari 10, seperti 2 + 5, 3  4, untuk
penjumlahan dan hasil bilangan untuk sebarang ukuran, seperti
24372 + 192  205932.
Berikut ini adalah dua pondasi utama yang perlu diperhatikan
dalam mengoperasikan himpunan bilangan:
(1) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada
anggota/unsur apa. Intinya, anggota/unsur boleh bilangan-
bilangan itu sendiri yang menjadi himpunan.
(2) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada
bagaimana anggota/unsur-unsur itu diatur, yang berarti hal itu
Matematika Dasar 25
tidak tergantung pada urutan ketika kita menghitung
bilangan-bilangan itu.
Kemampuan kita untuk menggunakan sifat-sifat sistem
bilangan asli dengan baik telah menghasilkan suatu notasi yang
mewujudkan sifat-sifat tersebut dan menunjukkan cara perhitungan
sederhana dan cepat yang memanfaatkan sifat-sifat itu secara
keseluruhan. Karena perdagangan, industri, dan teknologi kita saat
ini tidak mungkin tanpa cara perhitungan yang efisien, hal itu
berarti bahwa disamping materi, peradaban modern telah dibuat
mungkin, suatu derajat tingkat penting, dengan notasi Hindu-Arab.

Matematika Dasar 26
Latihan 1

1. Tuliskan pengertian bilangan dan angka !


2. Tuliskan Perbedaan bilangan dengan angka!
3. Buat table yang menunjukkan angka romawi yang sesua
dengan angka :
a 4, 9, 40, 90, 400 dan 900
b 6, 11, 60, 110, 600, dan 1100
c Bandingkan tabel bagian a dan b!
4. Tuliskan dalam angka romawi yang sesuai dengan:
a 8
b 17
c 1945
d 45
e 1990
f 2017
g 9358
h 3490
5. Kerjakan Operasi berikut :
a CM + XIX
b V–I
c V + XII
d MLII + CM
e CLIII + CCCXXVI

Matematika Dasar 27
f X–I
g D–L
h M – CD
i CM + LXXX + III
j MD + CCC+ XXX + III
6. Tuliskan pengertian bilang asli!
7. Buktikansifat asosiatif pada opersi penjumlahan dan perkalian
pada bilangan asli!
8. Buktikan sifat komutatif pada opersi penjumlahan dan
perkalian pada bilangan asli!
9. Jika a = 4, b = 7 dan c = 9, buktikan dengan menggunakan
sifat:
a Asosiatif pada penjumlahan
b Komutatif pada penjumlahan
c Distributif
10. Jika a = 8, b = 12 dan c = 6, buktikan dengan menggunakan
sifat:
d Asosiatif pada perkalian
e Komutatif pada perkalian
f Distributif

Matematika Dasar 28
BAB 2
BILANGAN CACAH

A. Himpunan Bilangan Cacah


Bilangan Cacah bilangan yang di mulai dari angka nol dan
selalu bertambah satu dengan bilangan setelahnya atau himpunan
bilangan bulat yang bukan negatif, atau dapat juga di katakan
himpunan bilangan asli ditambah nol yaitu { 0, 1, 2, 3, 4 ,5 ,6, ....}
Himpunan bilangan cacah terdiri atas beberapa himpunan
bagian bilangan yakni :
1. himpunan bilangan cacah genap {0, 2, 4, 6, ....}
(bilangan cacah yang habis dibagi 2)
2. himpunan bilangan cacah ganjil {1, 3, 5, 7, ....}
(bilangan cacah yang dibagi 2 selalu bersisa 1 )
3. himpunan bilangan prima {2, 3, 5, 7, ....}
(bilangan yang faktornya adalah 1 dan bilangan itu sendiri)
4. himpunan bilangan komposit {4, 6, 8, 9, 10, ...}
(bilangan asli yg bukan prima dan bukan 1)
5. Himpunan bilangan kuadrat { 02, 12, 22, 32, 42, ...} atau
{0, 1, 4, 9, 16, ....}
(bilangan cacah yang merupakan hasil pangkat dua dari
suatu bilangan cacah)

Matematika Dasar 29
B. Sifat-sifat Operasi Hitung Pada Bilangan Cacah

Terdapat sifat yang sangat penting pada operasi pengurangan,


perkalian dan pembagian pada bilangan cacah,
1. Sifat Penjumlahan Pada Bilangan Cacah
Sistem bilangan cacah terdiri atas himpunan bilangan cacah
yang terdiri atas{ 0, 1, 2, 3, 4 ,5 ,6, ....} Sifat yang berlaku dalam
operasi penjumlahan pada bilangan cacahakan dibicarakan lebih
terperinci sebagai berikut:
a) Sifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan cacah ditambahkan maka
hasilnya adalah bilangan cacah juga atau untuk setiap a dan b
di dalam bilangan cacah maka (a + b) juga di dalam bilangan
cacah
Contoh:
1. 0 + 1 = 1 ( bilangan cacah)
2. 1 + 2 = 3 ( bilangan cacah )
b) Sifat Komutatif (pertukaran)
Pada operasi penjumlahan sembarang bilangan cacah a
dan b berlakua + b = b + a
contoh:

a) 4 + 7 = 7 + 4

b) 11 + 9 = 9 + 11= 20
c) Sifat Asosiatif (pengelompokan)

Matematika Dasar 30
Pada operasi sembarang bilangan cacah a , b dan c
berlakusifat asosiatif penjumlahan a + ( b + c) = (a + b) + c
Contoh:
1. 4 + (7 + 5) = (4 + 7) + 5=16
2. 15 + (8 + 6) = (15 + 8) + 6 = 29
d) Unsur Identitas (elemen netral)
Semua bilangan apabila dioperasikan dengan unsur
identitas maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hasil
penjumlahan bilangan nol dengan bilangan cacah a adalah
bilangan a itu sendiri, sehingga berlaku 0 + a = a + 0 = a. Pada
penjumlahan unsur identitas pada penjumlahan bilangan cacah
adalah 0
Contoh :
1. 5 + 0 = 5
2. 30 + 0 = 30
2. Sifat Pengurangan Pada Bilangan Cacah
Dengan mengambil beberapa pasangan bilangan cacah
sembarang,kita akan mengetahui bahwa sifat pengurangan itu
tidak tertutup pada bilangan cacah.Sebab selisih dua bilangan
cacah tidak selalu hasilnya bilangan cacah lagi.
Contoh 4 – 9 = - 5
Meskipun 4 dan 9 itu bilangan cacah tetapi -5 bukan bilangan
cacah

Matematika Dasar 31
Untuk setiap a, b,c, p,q dan r bilangan cacah berlaku sifat
pengurangan sesuai dengan sebagai berikut ini :
1. (a–b)+c=(a+c)–b ; syarat : a > b
2. ( a- b ) + c = a – ( b – c ) ; syarat ; a > b dan b> c
3. a – b = ( a + c)- ( b+ c) ; syarat ; a> b
4. ( a –b ) – c = ( a- c ) – b ; syarat a> b dan (a-b) >c
5. ( a –b) –c = a – ( b + c) ; syarat a> b dan (a-b) >c
6. a – b = ( a-c) – ( b-c) ; syarat a > b dan b > c
7. ( a + b + c )- ( p+q +r )= ( a-p)+ ; syarat a > p, b > q, c > r
(b-q) + (c-r)
3. Sifat Perkalian Pada Bilangan Cacah
Untuk setiap a, b, dan c bilangan cacah berlaku untuk sifat
perkalian pada bilangan cacah yakni :
1. Sifat Komutatif : axb=bxa
2. Sifat Asosiatif : (a x b) x c = a x (b x c)
3. Sifat Distributif : (b + c) x a = (b x a) +
perkalian terhadap penjumlahan (c x a)
4. Sifat Distributif : a x (b – c) = (a x b) –
perkalian terhadap pengurangan (a x c)
5. Unsur identitas pada perkalian : ax1=1xa=a
6. Sifat perkalian dengan bilangan Nol : a x 0 = 0 x a = 0
7. Sifat perkalian untuk urutan : Jika a < b, c ≠ 0, maka
axc<bxc

Matematika Dasar 32
4. Sifat Pembagian Pada Bilangan Cacah
Untuk setiap a, b, dan c bilangan cacah berlaku untuk sifat
pembagian pada bilangan cacah yakni :
1. Sifat bilangan nol dalam pembagian:
Untuk setiap a, b, c, p, q, dan r, bilangan cacah berlaku
0 : a = 0 untuk a ≠ 0
a : 0 = tidak didefinisikan
0 : 0 = tidak tentu
2. (a : b) : c = a : (b : c) ;syarat: b faktor dari a dan c faktor
dari b.
3. (abc) : (pqr) = a/p x ;syarat: a, b, c, p, q, r merupakan
b/q x c/r bilangan-asli
– p faktor dari a
– q faktor dari b, dan
– r faktor dari c
4. a : b = (ca) : (cb) ;syarat: c ≠ 0, dan b faktor dari a
5. a : b = [a/c] : [b/c] ;syarat: b faktor dari a dan c faktor
dari b
6. (a : b) : c = a : (b : c) ;syarat: b dan c faktor-faktor dari a
7. (a : b) : c = (a : c) : b ;syarat: b dan c faktor-faktor dari a
8. Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:
(a + b) : c = [a/c] + ;syarat: c faktor dari a dan b
[b/c]

Matematika Dasar 33
9. Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan:
(a – b) : c = a/c – b/c ;syarat: a > b dan c faktor dari a dan
b
10. Jika a < b, c faktor dari a dan b, maka a/c < b/c

5. Sifat Perpangkatan Pada Bilangan Cacah


Bilangan kuadrat adalah bilangan yang diperoleh dari hasil
perkalian suatu bilanagn dengan bilangan itu sendiri.Untuk
sembarang bilangan a , lambang a2 berarti a x a atau a2 dibaca a
kuadrat atau a pangkat dua.
Untuk setiap a, b dan c pada perpangkatan bilangan cacah
berlaku :
1 ( a x b )c = ac x bc
2 [ a/b]c = ac : bc
3 ab x ac = a b+c
ab : ac = ab-c ; syarat : b ≥ c , ( ab)c = abc
4 Bilangan nol dalam perpangkatan
0a = 0
a0 = 1

Matematika Dasar 34
Latihan 2

Selesaikan soal-soal dibawah ini


1 123 + 625 x 21 – 81 :9 =
2 ( 14 x 7) – ( 6 x 9) =
3 72 x 92 =
4 [625/5] : [125/5] =
5 Jimmy memetik buah jeruk 160 buah, dalam satu keranjangnya
terdiri 32 buah, berapa keranjang yang digunakan jimmy?

Matematika Dasar 35
BAB 3
BILANGAN BULAT

Bilangan bulatmerupakan bilangan yang terdiri dari bilangan


cacah dan bilangan negatifnya. Sedangkan bilangan cacah adalah
bilangan yang dimulai dari angka 0 ,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7…(Maksud
dari titik-titik adalah dan seterusnya sampai tak terhingga). Negatif
dari bilangan cacah adalah -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7 ….mengapa-0
tidak dituliskan? Karena -0 = 0 jadi tidak dituliskan sebagai negatif
bilangan cacah.Bilangan bulat dilambangkan dengan huruf “Z”
yang artinya Zahlen dari bahasa Jerman.
A. Sifat Dasar Bilangan Bulat
Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli atau bilangan bulat
positif,bilangan nol, danlawan bilangan asli atau bilangan bulat
negatif. berdasarkan garis bilangan apabila semakin kekanan maka
bilangan itu semakin besar dan sebaliknya apabila semakin ke kiri
maka bilangan itu semakin kecil.
Dengan demikian dapat digambarkan dengan menggunakan garis
bilangan sebagai berikut:
(1) bilangan asli atau bilangan bulat positif

Matematika Dasar 36
Pada garis bilangan diatas bilangan yang berada disebelah
kanan nol yakni bilangan 1, 2, 3, 4, 5 … disebut bilangan bulat
positif, bilangannya menunjukkan semakin ke kanan sehingga
bilangan tersebut semakin besar.
(2) bilangannol

(3) bilangan bulat negatif

Pada garis bilangan diatas bilangan yang berada disebelah kiri


nol yakni bilangan (-1), (-2), (-3), (-4), (-5) .... disebut bilangan
bulat negatif, bilangannya menunjukkan semakin ke kiri sehingga
bilangan tersebut semakin kecil.

Pada gambar di atas, terdiri atas nol, bilangan-bilangan yang


berada disebelah kiri nol yakni bilangan (-1), (-2), (-3), (-4), (-5) ....
disebut bilangan bulat negatif. Sedangkan bilangan-bilangan
disebelah kanan nol yakni bilangan 1, 2, 3, 4, 5 ... disebut bilangan
Matematika Dasar 37
bulat positif atau bilangan asli. Himpunan bilangan yang terdiri dari
bilangan bulat positif, nol, dan bilangan bulat negatif disebut
himpunan bilangan bulat yaitu B = { .... -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,
4, 5 ....}.
Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan ganjil
yakni :
1. Bilangan bulat genap { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }
Bilangan yang habis dibagi dengan 2
2. Bilangan bulat ganjil { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }
Bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa -1 atau 1
Sebelum melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan bulat terlebih dahulu kita memahami kajian berikut
ini :
• Bila kita melangkah “maju” ke arah kanan 1 langkah maka
bilangan yang dituju sama dengan bilangan tempat kita
mulai di “tambah”1.
Contoh : Jika kita melangkah maju 1 langkah ke kanan dari
bilangan 3, maka kita akan sampai pada bilangan 3 + 1 = 4
• Bila kita melangkah “mundur” ke arah kiri 1 langkah maka
bilangan yang dituju sama dengan bilangan tempat kita
mulai di “kurang”1.
Contoh : Jika kita melangkah mundur 1 langkah ke kiri dari
bilangan 3, maka kita akan sampai pada bilangan 3 - 1 = 2

Matematika Dasar 38
Jika anda sudah paham dengan dua prinsip diatas, selanjutnya
kita akan menggunakanalat peraga mobil-mobilan, keterangan: (+)
sebagai tanda positif berarti “maju”, (+) sebagai operasi tambah
berarti “terus” atau “lanjutkan”, (-) sebagai tanda negatif berarti
“mundur” dan (-) sebagai operasi pengurangan berarti “balik”.
a. Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif

• Jika mobil berada di titik nol, kemudian maju empat


langkah kearah kanan maka bilangan yang dituju sama
dengan 0 ditambah 4 (0 + 4), sampai pada titik 4 kemudian
mobil terus maju2 langkah lagi, maka bilangan yang dituju
sama dengan 4 ditambah 2 (4 + 2) berhenti pada titik 6.
Hasilnya yaitu dari titik 0 sampai titik 6.
b. Bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif

Matematika Dasar 39
• Jika mobil berada di titik nol, kemudian mundur empat
langkah kearah kiri maka bilangan yang dituju sama dengan
0 dikurang 4 (0 - 4), sampai pada titik (-4) kemudian mobil
terus maju2 langkah, maka bilangan yang dituju sama
dengan (-4) ditambah 2 ((-4) + 2) berhenti pada titik (-2).
Hasilnya yaitu dari titik 0 sampai titik (-2).
c. Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

• Jika mobil berada di titik nol, kemudian maju empat


langkah kearah kanan maka bilangan yang dituju sama
dengan 0 ditambah 4 (0 + 4), sampai pada titik (4)
kemudian mobil mundur2 langkah, maka bilangan yang
dituju sama dengan 4 dikurang 2 (4 - 2) berhenti pada titik
(2). Hasilnya yaitu dari titik 0 sampai titik (2).
sampai titik 2.

Matematika Dasar 40
d. Bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

• Jika mobil berada di titik nol, kemudian mundur empat


langkah kearah kiri maka bilangan yang dituju sama dengan
0 ditambah (-4) (0 + (-4)), sampai pada titik (-4) kemudian
mobil mundur2 langkah, maka bilangan yang dituju sama
dengan (-4) dikurang 2 ((-4) - 2) berhenti pada titik (-6).
Hasilnya yaitu dari titik 0 sampai titik (-6).

Soal :
1. Berdasarkan Gambar dibawah mobil tersebut berhenti pada
titik?

Matematika Dasar 41
B. Penjumlahan dan Pengurangan PadaBilangan Bulat

Banyak persoalan yang sering muncul pada saat operasi hitung


pada bilangan bulat misalnya :2 + (-8); (-4) + 7; (-8) - (-3); (-9) – 5
dan sebagainya, persoalan yang sering muncul dalam kaitannya
dengan soal-soal seperti ini adalah bagaimana memberi dan cara
menamamkan pengertian operasi tersebut secara konkret, karena
cara berfikir pada umumnya dari hal-hal yang bersifat konkret
menuju hal-hal yang bersifat abstrak.
Untuk mengenal konsep operasi hitung pada bilangan bulat
dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu
1. Tahap Pengenalan Konsep secara Konkret,
2. Tahapan pengenalan konsep secara semi konkret atau semi
abstrak,
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak
Pada tahap pertama model peragaan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan himpunan yakni alat peraga buatan
berbentuk kepingan, pada tahap ke dua dengan menggunakan garis
bilangan dan pada tahap ketiga diperkenalkan dengan konsep-
konsep operasi hitung yang bersifat abstrak.
1. Tahap Pengenalan Konsep secara Konkret.
Untuk tahap ini digunakan alat peraga buatan berbentuk
kepingan. Alat peraga ini pendekatannya menggunakan konsep
himpunan. Sebagai-mana dipahami bahwa pada himpunan kita
dapat melakukan penggabungan dan pemisahan. Penggabungan
Matematika Dasar 42
diidentikkan dengan operasi penjumlahan dan pemisahan
diidentikkan dengan operasi pengurangan.
Bentuk alat peraga ini berupa kepingan-kepingan seperti
gambar berikut:

+ _ _ +
Warna hitam Warna putih Netral = 0
mewakili mewakili
bilangan positif bilangan positif

Petunjuk penggunaan alat peraga adalah sebagai berikut:


1. Untuk operasi penjumlahan, dilakukan dengan cara
menggabungkan kepingan, dengan ketentuan:
a. Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0, maka gabungkan
sejumlah kepingan kedalam kelompok kepingan lain yang
warnanya sama.
b. Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkan
sejumlah kepingan warna tertentu ke kelompok kepingan
warna lainnya. Selanjutnya lakukan ”penghimpitan” agar
terbentuk sejumlah kepingan netral. Melalui proses ini akan
menyisahkan sejumlah kepingan ber-warna tertentu yang
tidak berpasangan yang sekaligus menjadi jawaban dari
operasi hasil operasi penjumlahannya.

Matematika Dasar 43
2. Untuk operasi pengurangan, dilakukan dengan cara pemisahan
sejumlah kepingan dari kelompok kepingan, dengan ketentuan:
a. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkan sejumlah b
kepingan keluar dari kelompok kepingan berjumlah a
sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
b. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan
sejumlah b kepingan keluar dari kelompok kepingan
berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral
ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada
seberapa kurangnya kepingan yang akan dipisahkan.
Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
c. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, maka pisahkan sejumlah b
kepingan keluar dari kelompok kepingan berjumlah a
sehingga kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
d. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum memisahkan
sejumlah b kepingan keluar dari kelompok kepingan
berjumlah a maka terlebih dahulu masukkan kepingan netral
ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya tergantung pada
seberapa kurangnya kepingan yang akan dipisahkan.
Kepingan yang tersisa merupakan jawaban.
e. Jika a > 0 dan b < 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b
kepingan yang bernilai negatif, terlebih dahulu masukkan
sejumlah kepingan netral yang banyaknya tergantung dari

Matematika Dasar 44
besarnya bilangan pengurangnya (b), sehingga kepingan
yang tersisa merupakan jawaban.
f. Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b
kepingan yang bernilai positif dari kumpulan kepingan
bernilai negetif, maka terlebih dahulu masukkan kepingan
netral ke dalam kelompok kepingan a. Banyaknya
tergantung pada seberapa besarnya bilangan Kepingan yang
tersisa merupakan jawaban.

Agar memahami prinsip-prinsip diatas berikut ini akan


diperagakan beberapa contoh penggunaan alat peraga tersebut
misal untuk menjelaskan operasi hitung 2 + (-4) dan 2 – 4, yakni
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. 2 + (-4) = ....?
Untuk menjalankan proses peragaan bentuk operasi ini harus
mengacu pada prosesnya penjelasan 1.b pada subbagian
penjumlahan, yaknidengan proses kerja sebagai berikut.
1. Tempatkan pada papan
+ +
peragaan 2 kepingan hitam. Ini
menunjukkan bilangan poisitif
2.
2. Masukkan ke dalam papan
+ +
peraga 4 kepingan putih. Ini
menunjukkan operasi - - -

Matematika Dasar 45
penjumlahan dengan bilangan
negatif 5

3. Lakukan ”penghimpitan” agar - +


ter- bentuk sebanyak mungkin
kepingan netral.
Karena tersisa 2 kepingan
putih, ini berarti bahwa:
- -
2 + (-4) = -2

b. 2 - 4 = ...?
Untuk menjalankan proses peragaan bentuk operasi ini harus
mengacu pada prosesnya penjelasan 1.b pada subbagian
pengurangan, yakni dengan proses kerja sebagai berikut.
1. Tempatkan pada papan
peragaan 2 kepingan hitam. Ini
+ +
menunjukkan bilangan poisitif
2.
2. Karena operasinya
pengurangan maka seharusnya + +
kita mengeluarkan dari papan
pergaan 4 manik putih, tapi hal
- + - +
untuk sementara tidak dapat
dilakukan.
Agar hal ini dapat dilakukan
Matematika Dasar 46
maka masukkan ke dalamnya 4
kepingan netral.
3. Lakukan pemisahan 4
kepingan putih. Ini
menunjukkan operasi pengu-
rangan dengan bilangan negatif - -

4. Karena tersisa 2 kepingan


putih, ini berarti bahwa:
2 - 4 = -2
2. Tahap Pengenalan Konsep secara Semi Konkret.
Untuk tahap ini proses mengerjakan operasi hitung pada
bilangan bulat diarahkan menggunakan”garis bilangan” seperti
halnya dalam menggunakan alat peraga, pada tahap ini menjelaskan
bagaima dengan menggunakan alat peraga garis bilangan pada
operasi hitung bilangan bulat. Cara kerja garis bilangan didasarkan
pada beberapa prinsip yaitu:
a. Langkah ”ke kanan” untuk menunjukkan bilangan positif dan
langkah ”ke kiri” untuk menunjukkan bilangan negatif.
b. Langkah ”maju” untuk menunjukkan operasi penjumlahan dan
langkah ”mundur” untuk menunjukkan operasi pengurangan.
c. Dalam penjumlahan hasil akhir dilihat dari posisi akhir ujung
anak panah sedangkan dalam pengurangan hasil akhir dilihat
dari posisi akhir pangkal anak panah.

Matematika Dasar 47
Selanjutnya akan dijabarkan bagamana kita dapat
menjumlahkan dua bilangan bulat dengan pendekatan semi konkret
atau semi abstrak dengan menggunakan garis bilanga, dengan
sebaran penjumlahan mencakup :
a. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
positif
b. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
negatif
c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
positif
d. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat
negatif.
Penjabaran pada penjumlahan dua bilangan bulat sebagai
berikut:
a. 2 + 3 = .......
• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini
menunjukkan bilangan positif 3
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kanan (karena bilangan positif)

Matematika Dasar 48
• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung
panah bilangan kedua, sehingga 2 + 3 = 5
b. 2 + (-3) = ......

• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini


menunjukkan bilangan positif 2
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung


panah bilangan kedua, sehingga 2 + (-3) = -1
c. -2 + 3 = ....

• Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini


menunjukkan bilangan negatif 2
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kanan (karena bilangan positif)

Matematika Dasar 49
• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung
panah bilangan kedua, sehingga -2 + 3 = 1
d. -2 + (-3) = ....
• Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini
menunjukkan bilangan negatif 2
• Karena operasinya penjumlahan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan maju (karena penjumlahan) dan
arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke ujung


panah bilangan kedua, sehingga -2 + (-3) = -5

Penjabaran pada pengurangan dua bilangan bulat sebagai


berikut:
a. 2 - 3 = .......
• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini
menunjukkan bilangan positif 2

Matematika Dasar 50
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kanan (karena bilangan positif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke


pangkal panah bilangan kedua, sehingga 2 - 3 = -1

b. 2 - (-3) = ......
• Dari angka 0, diarahkan ke kanan sampai angka 2. Ini
menunjukkan bilangan positif 2
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke


pangkal panah bilangan kedua, sehingga 2 – (-3) = 5
c. -2 – 3 = ....
• Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini
menunjukkan bilangan negatif 2
Matematika Dasar 51
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan positif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke


pangkal panah bilangan kedua, sehingga -2 - 3 = -5
d. -2 - (-3) = ....
• Dari angka 0, diarahkan ke kiri sampai angka -2. Ini
menunjukkan bilangan negatif 2
• Karena operasinya pengurangan dengan bilangan negatif 3,
maka anak panah diarahkan mundur (karena pengurangan)
dan arah panah ke kiri (karena bilangan negatif)

• Hasil akhir adalah dari pangkal bilangan pertama ke


pangkal panah bilangan kedua, sehingga -2 – (-3) = 1
3. Tahap Pengenalan Konsep secara abstrak.
Penggunaan alat bantu peraga kepingan dan garis bilangan
tentu saja mempunyai keterbatasan karena tidak dapat menjangkau
bilangan-bilangan yang cukup besar, disamping itu penggunaan alat

Matematika Dasar 52
bantu pada hakekatnyra adalah sarana untuk menjembatani anak
menuju berfikir abstrak sebagaimana hakekat matematika itu
sendiri.
Dengan demikian, untuk memberikan pemahaman kepada
anak, hasil-hasil penjumlahan dan pengurangan yang diperoleh
melalui penggunaan alat bantu dapat menjadi ”jembatan”. Misalnya
melalui contoh-contoh:
a. 2 + 5 = 7
b. 2 + (-5) = -3 dan (-5) + 2 = -3
c. -2 + 5 = 3 dan 5 + (-2) = 3
d. -2 + (-5) = -7
Sedangkan untuk operasi pengurangannya, dapat disampaikan
dengan strategi dan pendekatan melalui contoh berpola dan pada
akhirnya dapat digunakan untuk merumuskan kesimpulan,
misalnya:
a. 2 – (-7) = ... dibandingkan dengan 2 + 7 = ...
b. 2 – (-6) = ... dibandingkan dengan 2 + 6 = ...
c. 2 – (-5) = ... dibandingkan dengan 2 + 5 = ...
d. 2 – (-4) = ... dibandingkan dengan 2 + 4 = ...
e. 2 – (-3) = ... dibandingkan dengan 2 + 3 = ...
Tentunya hasil-hasil dari operasi diatas adalah sama yaitu 9, 8,
7, 6 dan 5 Melalui beberapa contoh lain dan melihat hasil-hasil
yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa “ mengurangi suatu

Matematika Dasar 53
bilangan bulat sama saja dengan menambah dengan lawan dari
bilangan bulat yang mengurangi ”.
C. Sifat-Sifat Operasi Hitung PadaBilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat dipikirkan sebagai perluasan
bilangan cacah, dimana himpunan bilangan cacah itu sendiri
terkandung di dalamnya. Perluasan himpunan bilangan cacah
menjadi himpunan bilangan bulat dikerjakan terhadap operasi yang
sama yaitu penjumlahan dan perkalian, dan mempunyai semua sifat
dari himpunan bilangan cacah yaitu sifat tertutup, asosiatif,
komutatif, distributive serta satu sifat penjumlahan yaitu adanya
invers tambah yang tunggal dari masing-masing bilangan bulat.
2. Sifat Penjumlahan Pada Bilangan Bulat
Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan bulat Z=
... − 7,−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6,7...dengan operasi biner
penjumlahan (+) dan mempunyai sifat tertutup, asosiatif, komutatif,
distributif, serta identitas penjumlahan.
Sifat yang berlaku dalam operasi penjumlahan pada bilangan
bulat akan dibicarakan lebih terperinci sebagai berikut:
b) Sifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka
hasilnya adalahbilangan bulat juga atau untuk setiap a dan b di
dalam Z maka (a + b) juga di dalam Z

a dan b ∈ Z maka a + b = c ; c ∈ Z

Matematika Dasar 54
Contoh :
1. 4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈bilangan bulat
2. 5 + (-7) = (-2) ; 5, (-7), (-2)∈bilangan bulat
3. (-9) + 6 = (-3) ; (-9), 6, (-3)∈bilangan bulat
4. (-8) + (-7) = (-15) ; (-8), (-7), (-15)∈bilangan bulat
Jadi, himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi
penjumlahan artinya setiap penjumlahan dua bilangan bulat
menghasilkan bilangan bulat pula.

b) Sifat Komutatif
Sifat komutatif terhadap penjumlahanyaitu, untuk setiap a
dan b di dalam Z berlaku a + b= b + a.

Untuk sebarang bilangan bulat a,b dan c berlaku


a+b =b+a

Untuk memahami sifat komutatif perhatikan contoh


berikut ini.
Contoh :
1. 7 + 2 = 2 + 7 = 9
2. 5 + 11 = 11 + 5 = 16
3. 16 + 9 = 9 + 16 = 25
4. (-7) + 13 = 13 + (-7) = 6
5. 8 + (-12) = (-12) + 8 = (-4)
6. (-7) + (-4) = (-7) + (-4) = (-11)

Matematika Dasar 55
Jadi, himpunan bilangan bulat komutatif terhadap operasi
penjumlahan artinya jumlah dua bilangan bulat hasilnya akan
tetap walaupun letak kedua bilangan itu dipertukarkan.
c) Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif terhadap penjumlahanyaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat ( a + b ) + c = a + (b + c )

Untuk sebarang bilangan bulat a,b dan c


berlaku( a + b ) + c = a + ( b + c )

Contoh :
1. (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. ((-2) + 7 ) + 6 = (-2) + ( 7 + 6 ) = 11
3. ( 9 + (-4))+ 8 = 9 + ( (-4) + 8 ) = 13
4. ( 13 + 21)+ 17 = 13 + ( 21 + 17 ) = 51
5. ( (-11) + (-5))+ 4 = (-11) + ( (-5) + 4 ) = -12
Jadi, himpunan bilangan bulat asosiatif terhadap operasi
penjumlahan artinya penjumlahantiga bilangan bulat hasilnya
akan sama walaupun pengelompokan bilangan itu
dipertukarkan.
d) Sifat Distributif
• Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahanyaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat a x ( b
+ c ) = ( a x b )+ ( a x c )

Matematika Dasar 56
• Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahanyaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
(b+c)xc =(axc)+(bxc)
e) Unsur Identitas Penjumlahan
Sifat identitas terhadap penjumlahan yaitu untuk setiap
bilangan bulat a, berlaku sifat a + 0 = 0 + a = a, bilangan nol
(0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan.
Contoh :
1. 6 + 0 = 0 + 6= 6
2. 15 + 0 = 0 + 15 = 15
3. 100 + 0 = 0 + 100 = 100
4. 2500 + 0 = 0 + 2500 = 2500
5. 1990 + 0 = 0 + 1990 = 1990
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila ditambahkan dengan suatu bilangan atau
bila suatu bilangan ditambah dengan bilangan yang dimaksud
hasilnya tidak akan berubah. Bila yang dimaksud adalah
bilangan 0 (nol).Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu bilangan
bulat apabila dijumlahkan dengan bilangan 0, hasilnya adalah
bilangan bulat itu sendiri.Sehubungan dengan sifat bilangan 0
pada operasi penjumlahan, dapat dikatakan bahwa 0 adalah
unsur identitas pada penjumlahan.

Matematika Dasar 57
e) Unsur invers terhadap penjumlahan
Sifat unsur invers terhadap penjumlahan yaitu untuk setiap
bilangan bulat a dan (-a) berlaku sifat a + (-a) = 0atau (-a) +a =
0, hal ini disebut unsur invers jumlah atau lawan dari a adalah
(-a) dan lawan dari (-a) adalah a.
Contoh :
1. 9 + (-9) = 0
2. (-15) + 15 = 0
3. 120 + (-120) = 0
4. 1500 + (-1500) = 0
5. (-1945) + 1945 = 0
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila ditambahkan lawan bilangan itu akan
menghasilkan bilangan 0 (nol). Jadi dapat disimpulkan bahwa
suatu bilangan bulat apabila dijumlahkan lawannya hasilnya
adalah bilangan nol. Sehubungan dengan sifat operasi
penjumlahan yang dijumlahkan dengan lawannya dan
menghasilkan 0 adalah unsur inverspada penjumlahan.
2. Sifat Pengurangan Pada Bilangan Bulat
a) Sifat tertutup pada bilangan bulat
Untuk sembarang bilangan bulat a dikurangi bilangan
bulat b sama artinya dengan bilangan bulat a ditambah
dengan lawan dari bilangan bulat b, atau dapat ditulis a – b =
a + (-b) atau bila dua buah bilangan bulat dikurangkan

Matematika Dasar 58
hasilnya adalah bilangan bulat jugaa dan b ∈bilangan bulat
maka a - b = c ; c ∈bilangan bulat
Contoh :
1. Jika bilangan a = 7, b = 8 tentukan dengan operasi
pengurangan bilangan bulat
Penyelesaian :
a – b =7 - 8 = -1 ; 7,8,-1 ∈bilangan bulat
2. Buktikan Bahwa a – (-b) = a + b untuk sebarang
bilangan bulat a dan b!
Penyelesaian :
Ambil bilangan bulat a dan b
a – (-b) = a – (-b) (definisi pengurangan)
=a + b (terbukti karena – (-b)= b)
b) Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
Sifat komutatif dan asosiatif tidak berlaku untuk
pengurangan bilangan bulat karena a – b ≠ b – a dan (a – b ) –
c≠a–(b–c)
Contoh :
1. 7 – 3 ≠ 3 -7 →4 ≠ - 4
2. (9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) →2 ≠ 8
c) Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
Pada sifat pengurangan pada bilangan bulat dengan
bilangan nol mempunyai sifat a – 0 = a dan 0 – a = -a

Matematika Dasar 59
3. Sifat Perkalian Pada Bilangan Bulat
Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan bulat Z =
... − 7,−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6,7... dengan operasi biner
perkalian (x) dan mempunyai sifat tertutup, asosiatif, komutatif,
distributif, serta identitas perkalian.
Sifat yang berlaku dalam operasi perkalian pada bilangan bulat
akan dibicarakan lebih terperinci sebagai berikut:
a) Sifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat dikalikan maka hasilnya
adalah bilangan bulat juga atau untuk setiap a dan b di dalam Z
maka (a x b) juga di dalam Z

a dan b ∈ Z maka a x b = c ; c ∈ Z

Contoh :
1. 3 x 5 = 15 ; 3, 5, 15∈bilangan bulat
2. 2 x (-6) = (-12) ; 2, (-6), (-12) ∈bilangan bulat
3. (-10) x 8 = (-80) ; (-10), 8, (-80) ∈bilangan bulat
4. (-12) x (-7) = (-84) ; (-12), (-7), (-84) ∈bilangan bulat
Jadi, himpunan bilangan bulat tertutup terhadap operasi
perkalian artinya setiap perkalian dua bilangan bulat
menghasilkan bilangan bulat pula.

Matematika Dasar 60
c) Sifat Komutatif
Sifat komutatif terhadap perkalian yaitu, untuk setiap a
dan b di dalam Z berlaku a x b = b x a.

Untuk sebarang bilangan bulat a,b dan c berlaku


a x b = b xa

Untuk memahami sifat komutatif pada perkalian


perhatikan contoh berikut ini.
Contoh :
1. 9 x 3 = 3 x9 = 27
2. 5 x 10 = 10x 5 = 50
3. 15x4 = 4x 15 = 60
4. (-7) x 8 = 8x (-7) = -56
5. 11x (-9) = (-9) x 11 = (-99)
6. (-25) x (-4) = (-4) x (-25) = 100
Jadi, himpunan bilangan bulat komutatif terhadap operasi
perkalian artinya perkalian dua bilangan bulat hasilnya akan
tetap walaupun letak kedua bilangan itu dipertukarkan.
b) Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat ( a x b ) x c = a x (b x c )

Untuk sebarang bilangan bulat a,b dan c


berlaku( a x b ) x c = a x ( b x c )

Matematika Dasar 61
Contoh :
1. (2 x 3 ) x 5 = 2 x( 3 x 5 ) = 30
2. ((-4) x 8 ) x 3 = (-4) x ( 8 x 3 ) = -96
3. ( 5 x (-9)) x 7 = 5 x ( (-9) x 7 ) = -315
4. ( 3 x 12) x 9 = 3 x ( 12 x 9 ) = 324
5. ( (-8) x (-5)) x 7 = (-8) x ( (-5) x 7 ) = 280
Jadi, himpunan bilangan bulat asosiatif terhadap operasi
perkalian artinya perkalian tiga bilangan bulat hasilnya akan
sama walau pun pengelompokan bilangan itu dipertukarkan.
c) Sifat Distributif
• Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan yaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
a x ( b + c ) = ( a x b )+ ( a x c )
• Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan yaitu
untuk sebarang bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
(b+c)xc =(axc)+(bxc)
d) Unsur Identitas Perkalian
Sifat identitas terhadap perkalian yaitu untuk setiap
bilangan bulat a, berlaku sifat a x1 = 1 x a = a, bilangan satu
(1) disebut unsur identitas terhadap perkalian bilangan bulat.
Contoh :
1. 9 x 1 = 1 x 9 = 9
2. 49x 1 = 1x 49 = 49
3. 513x 1 = 1x 513 = 513
Matematika Dasar 62
4. 4991x1 = 1x4991 = 4991
5. 8975 x 1 = 1 x8975 = 8975
Jadi, himpunan bilangan bulat, terhadap unsur yang
mempunyai sifat bila dikalikan dengan suatu bilangan atau bila
suatu bilangan dikali dengan bilangan yang dimaksud hasilnya
tidak akan berubah. Bila yang dimaksud adalah bilangan 1
(satu).Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu bilangan bulat
apabila dikalikan dengan bilangan 1, hasilnya adalah bilangan
bulat itu sendiri.Sehubungan dengan sifat bilangan 1 pada
operasi perkalian, dapat dikatakan bahwa 1 adalah unsur
identitas pada perkalian.
4. Sifat Pembagian Pada Bilangan Bulat
a) Hasil bagi dua bilangan bulat positif a dan b merupakan
suatu bilangan bulat jika dan hanya jika a kelipatan dari b,
sehingga untuk setiap bilangan bulat a dan b hasil bagi
(a:b) tidak selaku merupakan bilangan bulat. Karena itu,
pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup.
b) Pada pembagian bilangan bulat, untuk setiap bilangan
bulat a yang bagi dengan 0 (nol) hasilnya adalah tidak
terdefinisi
a : 0 →tidak terdefinisi (~)
0 : a →0 (nol)
5
Contoh : = ~ (Tidak terdefinisi)
0

Matematika Dasar 63
c) Pada pembagian bilangan bulat untuk sifat komutatif dan
asosiatifTidak berlaku karena a : b ≠ b : a (tidak memenuhi)
dan (a:b):c ≠ a : (b:c) (tidak memenuhi)
Contoh :
1
1. 4 :2 ≠ 2 : 4 →2 ≠ (tidak memenuhi)
2

2. (8:2) : 4 ≠ 8 : (2:4) →1 ≠ 16 (tidak memenuhi)

Matematika Dasar 64
Latihan 3

1. Tuliskan pengertian bilangan bulat !


2. Tuliskan sifat-sifat bilangan bulat!
3. Lengkapilah tabel penjumlahan pada bilangan bulat berikut ini!
a b a+b b+a
5 2 5 + 2 = …. 2 + 5 = ….
8 -34 …. ….
13 -87 …. ….
45 31 …. ….
76 -109 …. ….
-13 74 …. ….
-26 -37 …. ….
-198 999 …. ….

Matematika Dasar 65
BAB 4
TRIGONOMETRI

Pada mater inidibahas dibahas tentang segitiga dan segi


empat, juga akan dikemukakan postulat dan aksioma Euclid, titik,
garis, bidang, sudut, kurva, dan poligon.
A. Aksioma dan Postulat Euclid
Pandangan orang Yunani pada geometri (dan ide-ide
matematika yang lain) dirangkum dalam Elements, ditulis oleh
Euclid kira-kira 300 tahun sebelum masehi. Elements Euclid
memulai definisi-definisi dari ide dasar seperti titik, garis, dan
bidang. Euclid kemudian memberikan lima postulat dan lima
aksioma. Beberapa penulis Yunani berpendapat postulat adalah
kebenaran pada bidang tertentu, sementara aksioma adalah
kebenaran umum yang tidak hanya berlaku pada geometri. Postulat
(nomor 1-5) dan aksioma (nomor 6-10) Euclid selengkapnya
diberikan pada Tabelberikut.
Tabel Postulat dan Aksioma Euclid
Euclid’s postulates Euclid’s axioms
1. Two points determine one 6. Things equal to the same
and only one straight line thing are equal to each
(dua titik menentukan satu other (beberapa yang sama
dan hanya satu garis lurus). dengan sesuatu adalah

Matematika Dasar 66
sama satu sama lain)
2. A straight line extends 7. If equals are add to
indefinitely far in either equals, the sums are equal
direction (sebuah garis (jika kesamaan-kesamaan
lurus memiliki panjang dijumlah dengan yang
yang tidak terbatas pada sama, maka jumlahnya
setiap arah). sama).
3. A circle may be drawn 8. If equals are subtracted
with any given center and from equals, the
any given radius (sebuah remainders are equal (jika
lingkaran dapat digambar kesamaan-kesamaan diku-
dengan sebarang titik pusat rang dengan yang sama,
dan radius yang diberikan). maka sisanya sama).
4. All right angles are equal 9. Figure that can be made to
(semua sudut siku-siku coincide are equals
besarnya sama). (bangun yang dapat dibuat
tepat sama adalah sama).
5. Given a line k and point P 10. The whole is greater than
not on the line, there exits its parts (keseluruhan
one and only one line m lebih banyak dari bagian-
through P that is parallel to bagiannya).
k (diberikan sebuah garis k
dan titik P yang tidak

Matematika Dasar 67
berada pada garis itu ada
tepat satu dan hanya satu
garis m melalui P yang
sejajar dengan garis k).

B. Titik, garis, dan Bidang


Ide paling mendasar dalam geometri adalah titik, garis, dan
bidang.Faktanya adalah tidak mungkin mendefinisikan ide-ide
tersebut dengan kata-kata lain. Euclid mendefinisikan titik sebagai
“yang tidak mempunyai bagian,” tetapi definisi ini kabur seperti
tidak mempunyai makna. Tetapi dari pengalaman kita dalam
perkataan “ titik ini saat ini” atau ujung sebatang pensil, kita
mempunyai ide dari apa yang Euclid peroleh. Meskipun kita tidak
mencoba untuk mendefinisikan titik, secara intuitif kita setuju,
besar dan ukurannya tidak ada.
Euclid mendefinisikan garis sebagai “yang mempunyai
panjang tanpa lebar.”Lagi-lagi definisi ini kabur. Berdasarkan
pengalaman kita, bagaimanapun, kita memahami apa yang Euclid
maksud. Gambar yang dipakai untuk garis mempunyai sifat tidak
memiliki ketebalan dan tidak memilik lebar, dan mempunyai
panjang yang tidak terbatas pada dua arah.
Euclid mendefinisikan sebuah bidang sebagai “ permukaan
yang terletak rata dengan garis-garis lurus padanya”. Kita pikirkan

Matematika Dasar 68
sebuah permukaan datar, seperti bagian permukaan meja atau
halaman buku sebuah buku, itulah yang Euclid maksudkan.
Kita memulai pembahasan geometri dengan menerima
konsep titik, garis, dan bidang sebagai undefined terms (istilah-
istilah yang tidak terdefinisikan). Sekarang dimungkinkan
merumuskan sebuah definisi yang bermakna.
Definisi.Sebuah ruas garis (line segment) adalah
himpunan semua titik-titik di antara dua titik pada sebuah garis,
termasuk kedua titik tersebut. Gambar 1 adalah model sebuah ruas
garis termasuk titik A dan titikB dan semua titik-titik di antaranya
pada garis tersebut.
A B

Gambar Model sebuah ruas garis


⃡ (𝐴𝐵
Perhatikan sebuah garis 𝐴𝐵 ⃡ adalah simbol sebuah garis
yang melalui titik A dan B) dan titik P antara A dan B seperti pada
Gambar berikut :
A P B

Gambar Sebuah titik di antara ruas garis

Kita mungkin mengatakan bahwa A dan B terletak pada


“sisi berlawanan” dari P, atau P memisahkan garis menjadi dua
paruh-garis (half-lines). Simbol PB menyatakan half-line pada B
dari P, dan PA menyatakan half-line pada A dari P. Konsep half-

Matematika Dasar 69
line dan titik pemisahan (separation point) dapat digunakan untuk
mendefinisikan sebuah sinar garis (ray). Sebuah sinar garis adalah
gabungan sebuah half-line dan titik yang memisahkan. Pada
gambar 2,PA ⋃{P} adalah sinar garis yang dinamakan PA dan
PB ⋃{P}= PB. Pada sinar garis PAdan PB, titik P merupakan titik
pangkal (endpoint).
Sekarang, dengan menggunakan konsep ruas garis dan titik
pangkal akan didefinisikan sebuah sudut.
Definisi.Sebuah sudut adalah gabungan dua sinar garis
yang memilik titik pangkal persekutuan.Sinar garis-sinar garis yang
membentuk sebuah sudut dinamakan sisi-sisi (sides).Titik pangkal
persekutuan dari sinar garis-sinar garis adalah puncak (vertex) dari
sudut tersebut.
Sudut-sudut diukur dari jumlah rotasi, menggunakan sistem
penanggalan lama orang Babylonia kira-kira dua abad SM.
Astronom Babilonia memilih bilangan 360 untuk menyatakan
jumlah rotasi dari sebuah sinar garis kembali ke dirinya sendiri.
Penggunaan 360 sebagai jumlah dari rotasi sinar garis kembali ke
dirinya, satu derajat, ditulis 10, didefinisikan sebagai 1/360 dari
satu putaran penuh.

Matematika Dasar 70
C. Kurva
Kurva yang merupakan istilah yang tidak terdefinisikan
(undefined term) berguna untuk menggambarkan bangun-bangun
pada bidang. Meskipun istilah ini digunakan tanpa usaha untuk
mendefinisikannya, bentuk umum kurva dapat didefinisikan.
(Perhatikan Gambar berikut)

Sederhana tidak tertutup Sederhana tertutup

Tidak sederhana tidak tertutup Tidak sederhana tertutup

Gambar Jenis-jenis kurva

Kurva sederhana dapat digambarkan tanpa mengangkat


pensil dari kertas, dan tidak ada titik yang dilalui dua kali. Kurva
tertutup mempunyai titik pangkal dan titik akhir yang sama, dan
tanpa mengangkat pensil dari kertas.

Matematika Dasar 71
D. Poligon
Di antara bentuk kurva yang paling umum dalam
matematika adalah kurva sederhana dan tertutup, dan mungkin
yang terpenting dari kurva-kurva itu adalah poligon.A Polygon is a
simple close curve made up of only straight line segments (Poligon
adalah kurva tertutup sederhana yang terbentuk dari hanya
beberapa ruas garis). Segmen garis disebut sisi, dan titik tempat
sisi-sisi bertemu disebut verteks. Poligon dapat diklasifikasikan
sesuai banyaknya sisinya, seperti yang diberikan pada table
berikutini :
Tabel Banyak sisi dan nama poligon yang bersesuaian
Banyak Nama polygon
3 segitiga (triangle)
4 segiempat (quadrilateral)
5 segi lima (pentagon)
6 segi enam (hexagon)
7 segi tujuh (heptagon)
8 segi delapan (octagon)
9 segi sembilan (nonagon)
10 segi sepuluh (decagon)
n segi-n (n-gon)

E. Segitiga
Segitiga adalah poligon bersisi tiga.Dengan demikian dapat
didefinisikan bahwa segitiga adalah kurva tertutup sederhana yang
terbentuk dari tiga ruas garis.

Matematika Dasar 72
Sudah menjadi tradisi untuk memberi nama ketiga sudut
dengan huruf kapital, dan panjang sisi di hadapan titik sudut
dengan huruf kecil yang sesuai, seperti pada gambar di bawah.
C
b a

A c B

  
Ukuran (measure) P biasa ditulis uP atau mP
Ada beberapa cara membentuk segitiga tertentu, yaitu:
1. Ketigasisi diketahui (s-s-s)

2. Dua sisi diketahui dan satu sudut yang diapit diketahui
(s-sd-s)
3. Satu sisi dan dua sudut diketahui (sd-s-sd).
Sekarang, untuk ketiga sisi diketahui (syarat 1). Jika diketahui
tiga ruas garis BC, AC dan AB dengan panjang berturut-turut a, b
dan c sehingga c = a + b, maka ketiga titik A, B, dan C segaris. Jadi
tidak ada segitiga terbentuk. Dengan demikian, agar terbentuk
segitiga, maka haruslahc< a + b.
Sifat ini dapat dinyatakan pada sifat 1 berikut ini.
Sifat 1.Jumlah panjang dua sisi dari suatu segitiga selalu lebih
besar dari pada panjang sisi lainnya.
Sifat 2.Jumlah besar sudut dalam dari suatu segitiga adalah 1800.

Matematika Dasar 73
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa untuk sebarang ΔABC berlaku:
mA + mB + mC = 1800
Perhatikan ΔABC berikut. Tarik garis sejajar AB melalui C
(menurut Postulat Euclid hanya ada tepat satu garis yang
dapat dibuat). Selanjutnya berdasarkan teorema, jika dua
garis sejajar dipotong oleh satu garis maka sudut dalam
berseberangan sama besar.

C
1 2 3

A B

mC 1 = mA (1)


mC 1 = mA (1)
mC 3 = mB (2)
Karena pada garis lurus berlaku mC1+ mC2 +mC3 = 1800 dan
dengan menggunakan (1) dan (2) maka diperoleh:
mA + mB + mC = 1800
Jadi, jumlah besar sudut dalam dari suatu segitiga adalah 1800.

Matematika Dasar 74
Sifat 3. Besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah besar dua
sudut dalam lainnya.
Bukti:
Perhatikan ΔABC berikut ini.

1 2
A B

 
Akan ditunjukkan mB2 = mA + mC
Menurut sifat 2 : mB1 + mC + m A = 1800 (3.1)
B1 dan B2 berpelurus:mB
 1 + mB2 = 180
0  (3.2)

Dari (3.1) dan (3.2) diperoleh


mB1 + mC + m A = mB1 + mB2⇔mB2 = m A + mC

Dengan demikian, besar sudut luar segitiga sama besar


dengan jumlah dua sudut dalam lainnya.

Matematika Dasar 75
6. Segiempat (Quadrilateral)

Segiempat diklasifikasikan berdasarkan sisi-sisi dan sudut-

sudut,dapat dilihat di bawah perbedaan penting dalam

pengklasifikasian tersebut adalah apakah satu atau lebih pasang

sisi-sisi sejajar.Garis-garis dikatakan sejajar bila terletak pada satu

bidang dan tidak perpotongan.

Tabel Macam-macam segiempat

Bentuk Nama dan definisi

Trapesium adalah segiempat dengan


sepasang sisi sejajar.
Jajargenjang adalah segiempat dengan dua
pasang sisi sejajar.
Persegipanjang adalah jajargenjang dengan
sebuah sudut siku-siku (akibatnya, semua
sudutnya siku-siku).
Persegi adalah persegipanjang dengan
keempat sisinya sama panjang.

Belahketupat adalah jajargenjang yang


semua sisi sama panjang.

Matematika Dasar 76
Masih ada bangun segiempat yang lain, yakni layang-layang

yang definisinya tidak berdasarkan sisi-sisi yang sejajar. Layang-

layang dapat didefinisikan sebagai bangun yang dibentuk dari

gabungan dua segitiga sama kaki yang panjang alasnya sama dan

berimpit.

7. Keliling dan luas

Keliling sebuah bangun datar yang terbentuk dari ruas garis-

ruas garis adalah jumlah ukuran dari ruas garis-ruas garis

tersebut.Luas sebuah bangun datar adalah ukuran permukaan yang

ditutupi oleh bangun tersebut.Keliling diukur dalam satuan

panjang, sedangkan luas diukur dalam satuan persegi.Pendefinisian

luas membutuhkan sebuah satuan dasar luas.Salah satu yang umum

digunakan adalah centimeter persegi, disingkat cm2.Satu centimeter

persegi atau 1 cm2, adalah luas sebuah persegi dengan panjang sisi

satu centimeter.

Berdasarkan definisi luas bangun datar, dapat diperoleh

rumus luas persegipanjang. Sebuah persegipanjang dengan panjang

p dan lebar l, berarti mempunyai luas L = pl. Selanjutnya, dengan

Matematika Dasar 77
menggunakan rumus luas persegi- panjang, kita dapat menentukan

luas bangun segitiga dan luas bangun segiempat yang lain.

Matematika Dasar 78
BAB 6
BANGUN DATAR

A. Persegi atau Bujur Sangkar


D C

A B

Persegi adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku


dan keempat sisinya sama panjang. Sifat sifat dari persegi yaitu :
a) Mempunyai 4 sisi yang sama panjang AB = BC = CD = AD
b) Mempunyai 4 sudut yang sama besar,yaitu 90° ( sudut siku-
siku ) A = B = C = D
c) Mempunyai 2 garis diagonal yang membagi 2 bangun datar
yang sama besar dan membagi sudutnya sama besar AD =
BC
d) Memiliki empat buah simetri lipat
e) Memiliki simetri putar tingkat empat
Rumus Persegi
Luas = s x s = s2dan Keliling = 4 x s
Ket : s = panjang sisi persegi

Matematika Dasar 79
Contoh :
1) Berapa luas dan keliling bujur sangkar yang mempunyai
panjang sisi 6cm ?
Penyelesaian :
Luas = sisi x sisi
= 6x6
= 36 cm 2
Keliling = 4 x sisi
= 4x5
= 20 cm
2) Jika keliling bujur sangkar adalah 48 cm. Berapa panjang sisi
dan luas bujur sangkar tersebut?
Penyelesaian :
Keliling = 4 x sisi
48 cm = 4 x sisi
Sisi = 48 : 4
= 12 cm
Luas = sisi x sisi
= 12 cm x 12 cm
= 144 cm2
3) Pak Sunar adalah seorang pengusaha, ia membeli tanah di suatu
daerah. Harga per meter persegi tanah tersebut dijual Rp.
5.000.000,-. Jika tanah yang akan dibeli berbentuk persegi

Matematika Dasar 80
dengan panjang 10 X 10 m. Berapa rupiahkah uang yang harus
disediakan pak Bambang untuk membeli tanah tersebut?
Diketahui :
Panjang = 10 m
Lebar = 10 m
Harga/ m2 = Rp. 5.000.000,-
Ditanya : Berapa rupiah yang harus disediakan pak Bambang?
Penylesaian :
Luas = s X s
= 10 X 10
= 100 m2
Harga = 100 X 5.000.000
= 500.000.000
Jadi, pak Bambang harus menyediakan uang sebesarRp.
500.000.000,-

Matematika Dasar 81
B. Persegi Panjang
D C

A B
Persegi panjang adalah bentuk segiempat yang keempat
sudutnya siku-siku dan sisi yang berhadapan sama panjang dan
saling sejajar, memiliki sifat-sifat yaitu :
a) Memiliki dua diagonal sama panjang dan dapat membagi
bangun datar menjadi 2 bagian sama besar AC = BD
b) Memiliki 2 pasang sisi sejajar dan sama panjang AB = CD,
AD = BC
c) Memiliki 4 sudut siku-siku dan sama besar A = B = C
= D = 900
d) Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar
e) Menempatkan bingkainya dengan 4 cara
f) Memiliki dua simetri putar
g) Memiliki dua simetri lipat.
Rumus Persegi Panjang
Luas : p x ldanKeliling : 2 x ( p + l )
Ket :p = panjang
l= lebar

Matematika Dasar 82
Contoh :
1) Suatu persegi panjang mempunyai panjang = 8 cm dan lebar = 5
cm. Berapa luas dan keliling persegi panjang itu ?
Penyelesaian :
- Luas = pxl
= 8 cm x 5 cm
= 40 cm2
- Keliling = 2 (p + l)
= 2 ( 8 cm+ 5 cm)
= 2 x 13 cm
= 26 cm
2) Suatu persegi panjang mempunyai keliling = 44 cm dan lebar =
10 cm. Berapa luas persegi panjang tersebut ?
Penyelesaian :
Luas = p x l
Lebar = 10 cm ;
panjang = belum diketahui
Diketahui keliling = 44 cm
Keliling = 2 ( p + l )
44 = 2 (p + 10) ; ruas kiri dan ruas kanan dibagi 2
22 = p + 10
p = 22 cm – 10 cm
= 12 cm

Matematika Dasar 83
Sehingga Luas = pxl
= 12 cm x 10 cm
= 120 cm2
3) Pak Tani mempunyai sebidang tanah yang berbentuk persegi
panjang. Tanah ini memiliki luas 200m². dan panjangnya 20m .
berapa lebar tanah tersebut?
Diket: L = 200m²
p = 20m
Ditanya: l=.....?
Penyelesaian:
L = p.l
200 = 20.l
L = 200⁄20
= 10m
Jadi, lebar tanah Pak Tani tersebut 10m.
4) Bu Ani memiliki sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang.
Kebun itu memiliki panjang 25m dan lebar 12m. kebun itu akan
dibagi menjadi lima bagian untuk ditanami sayur-sayuran.
Berapa luas kebun seluruhnya, dan berapa luas per bagian yang
akan ditanami sayur-sayuran itu?
Diket:
p=25m
l=12m

Matematika Dasar 84
Ditanya: luas kebun seluruhnya dan luas per bagian untuk
ditanami sayur-sayuran tersebut?
Penyelesaian:
Luas seluruh kebun adalah L= p.l
=25.12
=300m
Luas per bagian untuk ditanami sayuran adalah =1/5.L
=1/5.300
=60m²
Jadi, luas seluruh kebun itu adalah 300m2 dan luas per
bagian yang akan ditanami sayuran adalah 60m².
C. Segitiga
Segitigaadalah sebuah bidang datar yang terbentuk oleh tiga
buah garis yang saling berpotongan atau sebuah bidang datar yang
dibatasi oleh tiga buah garis yang memiliki tiga buah sudut.
Jenis-jenis segitiga ada beberapa macam, yang dikelompokkan
berdasarkan ciri-ciri khususnya seperti berdasar sudutnya, berdasar
panjang sisinya dan berdasar sudut serta panjang sisinya.

a) Jenis-Jenis Segitiga Dilihat Dari Panjang Sisi-Sisinya


Di lihat dari panjang sisi-sisinya segitiga di bedakan
menjadi tiga macam yaitu :

Matematika Dasar 85
1) Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang mempunyai tiga sisi
sama panjang dan semua sudutnya sama besarnya yaitu
600.Segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis.
− Ketiga (semua) ruas garis sama panjang.
− Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.
− Memiliki tiga buah sudut sama besar 600.
K

M L
Perhatikan gambar segitiga sama sisi KLM di atas, Panjang
KL = LM = KM dan Sudut K = Sudut M = Sudut L (
yaitu 600 ).
2) Segitiga sama kaki
Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang mempunyai dua
sisi sama panjang. Akibatnya, Segitiga sama kaki juga
memiliki dua sudut yang berhadapan sama besar atau sering
disebut kaki segitiga.
Segitiga sama kaki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis
− Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC.
− Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.
Matematika Dasar 86
− Memiliki tiga buah sudut lancip.
P

Q R
Perhatikan gambar segitiga sama kaki di atas,
• Panjang PQ = PR ( PQ dan PR di sebut kaki ).
• Sudut Q = Sudut R ( di sebut sudut-sudut kaki segitiga
PQR ).
• Sisi QR merupakan alas dan Sudut P adalah sudut puncak.
3) Segitiga sembarang
Segitiga sembarang adalah segitiga dengan ketiga
sisinya tidak sama panjang dan juga sudut-sudutnya tidak
sama besar.
Segitiga sembarang memiliki sifat-sifat sebagai berikut
− Memiliki 3 ruas garis
− 3 sisinya tidak sama panjang
− Punya 3 sudut lancip yang tidak sama besar
C

A B
Perhatikan segitiga sembarang ABC di atas ,

Matematika Dasar 87
• Panjang AB ≠ BC ≠ CA.
• sudut A ≠ sudut B ≠ sudut C.
b) Jenis-Jenis Segitiga Dilihat Dari Besar Sudut-Sudutnya

Dilihat dari besar sudut-sudutnya jenis segitiga di bedakan


dalam tiga jenis yaitu :

1) Segitiga lancip

Segitiga yang memiliki tiga buah sudutnya berbentuk


lancip dimana besar masing-masing sudutnya lebih dari
00 dan kurang dari 900 disebut dengan segtitiga lancip.

Segitiga lancip memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

− Memiliki 3 ruas garis.


− Memiliki sudut yang besarnya kurang dari 900 .
− Sudut A, sudut B dan Sudut C merupakan sudut lancip.
2) Segitiga siku-siku
Segitiga dengan salah satu sudutnya berukuran
900 disenut dengan segitiga siku-siku.
Segitiga siku-siku memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis
− Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.
− Memiliki dua buah sudut sama besar 600.

Matematika Dasar 88
A

A B
Perhatikan gambar segitiga siku-siku ABC di atas,
• Sudut A merupakan sudut siku-siku yang ukurannya
adalah 900.
3) Segitiga tumpul
Segitiga yang salah satu sudutnya tumpul dimana
salah satu sudutnya lebih dari 900 tetapi kurang dari 1800 di
sebut dengan segitiga tumpul.
Segitiga tumpul memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
− Memiliki 3 ruas garis.
− Memiliki sudut yang besarnya lebih dari 900 .

Perhatikan gambar segitiga tumpul PQR di atas,


• Sudut P merupakan sudut tumpul dari segitiga tersebut.

Matematika Dasar 89
c) Jenis-Jenis Segitiga Dilihat Dari Panjang Sisi-Sisinya Dan
Besar Sudut-Sudutnya

Dilihat dari panjang sisi-sisinya dan besar sudut-


sudutnya segitiga di bedakan dalam tiga jenis yaitu :

1) Segitiga siku-siku sama kaki


Segitiga yang memiliki besar salah satu
sudutnya 900 dan kedua sisinya sama panjang biasa di
sebut dengan segitiga siku-siku sama kaki.
2) Segitiga lancip sama kaki
Segitiga dengan sudut lancip dan kedua sisinya
sama panjang di sebut dengan segitiga lancip sama kaki.
3) Segitiga tumpul sama kaki
Segitiga yang mempunyai salah satu sudutnya
tumpul dan memiliki dua sisi yang sama panjangnya.
Rumus Segitiga

L=½axt
K=s+s+s
Ket :a = alas
t = tinggi
s = sisi

Matematika Dasar 90
c) Garis-garis Istimewa Dalam Segitiga
Garis-garis istimewa dalam suatu segitiga antara lain :
a) Garis tinggi segitiga
Garis Tinggi Segitiga adalah garis yang melalui salah satu
titik sudut segitiga dan tegak lurus dengan sisi di depannya.
(biasanya ada tanda sudut 90 derajat)
b) Garis bagi segitiga
Garis Bagi Segitiga adalah garis yang ditarik dari salah satu
sudut pada segitiga sehingga membagi sudut tersebut
menjadi dua sama besar.(biasanya dibagian sudut yang
terbelah ada tanda titik atau sebagainya)
c) Garis sumbu segitiga
Garis sumbu segitiga adalah garis yang membagi sisi
segitiga menjadi dua bagian yang sama panjang dan tegak
lurus pada sisi tersebut.
Contoh :
1) Carilah luas dan keliling bangun datar segitiga jika diketahui :
sisi AB = 5cm, sisi BC = 13cm, dan sisi CA =12cm
Penyelesaian :
L=½axt K= sisi+sisi+sisi
L = ½ 5 cm x 12 cm K= 5 cm +13 cm +12 cm
L = ½ (5 cm x 12 cm) K= 30 cm
L = ½ 60 cm = 30 cm2
Jadi luas segitiga adalah 30 cm2 dan kelilingnya adalah 30cm.

Matematika Dasar 91
2) Suatu segitiga mempunyai luas 56 cm2dengan alas = 14 cm.
Berapa tinggi segitiga tsb?
Penyelesaian :
Luas = ½ .a x t
56 = ½ . 14 x t
56 = 7xt
t = 56 : 7
t = 8 cm

D. Trapesium
1. Pengertian
Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai
tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
2. Jenis-Jenis Trapesium
a) Trapesium Sembarang
Trapesium dapat di katakan sebagai trapesium sembarang
jika trapesium tersebut tidak mempunyai kekhususan.
Sifat sifat Trapesium Sembarang antara lain :
− Mempunyai sepasang sisi sejajar yang berhadapan yang
panjangnya tidak sama.
− Mempunyai empat sudut yang besarnya tidak sama.
− Mempunyai dua buah diagonal yang berbeda panjangnya.
b) Trapesium Siku-siku

Matematika Dasar 92
Trapesium siku-siku merupakan sebuah bangun trapesium
yang besar salah satu sudutnya adalah 90 derajat atau siku-siku.
Sifat-sifat Trapesium Siku-siku antara lain :
− Mempunyai sepasang sisi sejajar yang berhadapan yang
panjangnya tidak sama.
− Mempunyai dua buah sudut siku-siku yang berdekatan.
− Mempunyai dua buah diagonal yang berbeda panjangnya.
c) Trapesium Sama Kaki
Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang
mempunyai dua buah sisi yang sama panjangnya, sisi tersebut
biasa di sebut dengan kaki.
Sifat-sifat Trapesium Sama Kaki antara lain :
− Mempunyai dua buah sisi( kaki ) yang sama panjangnya dan
dua buah sisi sejajar yang panjangnya berbeda.
− Mempunyai dua buah sudut yang berdekatan yang besarnya
sama.
− Mempunyai dua buah diagonal yang panjangnya sama.

Rumus Trapesium
K=(a+b)+(c+d)
L=½x(a+b)xt

Contoh :

Matematika Dasar 93
1) Hitunglah luas trapesium jika diketahui tinggi = 4cm, Sisi a=
BC = 6cm dan sisi b= AD = 10cm
Penyelesaian :
L= ½ x (a + b) x t
L= ½(6cm + 10cm) x 4cm
L= ½ (16cm x 4cm)
L= ½ x 64cm
L= 32cm2
Jadi luas trapesium di atas adalah 32cm2
2) Hitunglah keliling trapesium jika diketahui : sisi a= AB= 8cm,
sisi b= BC=6cm, sisi c= CD=10cm dan sisi d= DA=6cm
Penyelesaian :
K = (a + b) + (c + d)
K = (8cm + 6cm) + (10cm +6cm)
K = 14cm + 16cm
K = 30cm
Jadi keliling trapesium adalah 30cm.

3) Sebuah trapesium memiliki panjang sisi-sisi sejajar berturut-


turut 4 cm dan 10 cm serta tinggi 5 cm. maka, berapakah luas
trapesium tersebut?
Penyelesaian:
Luas = ½ x (a1 + a2) x t
Luas = ½ x (4 cm + 10 cm) x 5 cm

Matematika Dasar 94
Luas = ½ x 14 x 5
Luas = 35 cm

E. Jajar Genjang
D C

A B
Jajar Genjang adalah bentuk segiempat dimana sisi yang
berhadapan sama panjang dan saling sejajar dan memiliki sudut-
sudut yang berhadapan sama besar
Jajar genjang dapat dibentuk dari gabungan sebuah segitiga dan
bayanganya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik
tengah salah satu sisinya.
Sifat-sifat jajar genjang.
a) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD
b) Memiliki sudut-sudut yang berhadapan sama besar A = C,
dan B = D
c) Jumlah sudut yang berdekatan adalah 1800 A + B = , dan C
+D=
d) Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang AB = DC,
dan AD = BC
e) Memiliki sisi-sisi yang sejajar AB // DC, dan AD // BC

Matematika Dasar 95
f) Kedua diagonal tidak sama panjangdan membagi 2 bangun
datar sama besar
g) Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi
h) Memiliki dua buah sudut lancip
i) Memiliki dua buah sudut tumpul
j) Tidak memiliki simetri lipat
k) Memiliki simetri putar tingkat dua
Rumus jajar genjang
Luas = ½ x AC x BD
Keliling = AB + BC + CD + AD
Contoh :
1) Suatu jajar genjang mempunyai panjang = 7 cm dan lebar = 3
cm. Berapa keliling dan luas jajaran genjang tersebut?
Penyelesaian :
- keliling = 2 (p+l)
= 2 x (7 cm+3cm)
= 20 cm
- luas = alas x tinggi
= 7 cm x 3 cm
= 21 cm2
2) Pada sebuah jajar genjang diketahui luasnya 250 cm2. Jika
panjang alas jajar genjang tersebut 5x dan tingginya2x, tentukan
nilai x, panjang alas dan tinggi jajargenjang tersebut.

Matematika Dasar 96
Penyelesaian :
Untuk mencari nilai x kita gunakan rumus luas jajar genjang,
yakni:
Luas = alas x tinggi
250 cm2 = (5x) x (2x)
250 cm2 = 10x
x = 25 cm
Setelah ketemu nilai x maka panjang alas jajar genjang dapat
dicari yaitu:
Panjang alas = 5x
Panjang alas = 5 x 25 cm
Panjang alas = 125 cm
Dengan cara yang sama (memasukan nilai x) kita akan dapatkan
panjang tinggi jajar genjang yaitu:
Panjang tinggi = 2x
Panjang tinggi = 2 x 25 cm
Panjang tinggi = 50 cm

Matematika Dasar 97
F. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah bangun segi empat yang dibentuk dari
gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan
terhadap alasnya.
Sifat-sifat pada belah ketupat adalah :
a) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang.
b) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu
simetri.
c) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
d) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama
besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

Rumus belah ketupat


Luas = ½ x diagonal 1 x diagonal 2
Keliling = s + s + s +s atau 4 x sisi

Contoh
1. Hitunglah ukuran keliling sebuah belah ketupat jika diketahui
panjang sisinya adalah 10 cm.
Penyelesaian :
Keliling Belah Ketupat = 4 x sisi
Keliling = 4 x 10 cm
Keliling = 40 cm
Jadi keliling dari bangun belah ketupat tersebut adalah 40 cm
Matematika Dasar 98
2. Jika sebuah bangun datar belah ketupat mempunyai diagonal 12
cm dan 7 cm, Hitunglah berapa ukuran luas bangun tersebut.
Penyelesaian :
Luas = ½ x d1 x d2
Luas = ½ x 12 x 7
Luas = ½ x 84
Luas = 42 cm2
Jadi ukuran luas bangun belah ketupat tersebut adalah 42 cm2
3. Suatu belah ketupat, panjang sisinya adalah 2a cm. Jika
kelilingnya adalah 48 cm, tentukanlah nilai
Penyelesaian:
keliling = 4 x sisi
48 cm = 4 x 2a cm
48 cm = 8a cm
a = 48 cm/8 cm
a=6

Matematika Dasar 99
G. Layang-layang
Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk
oleh dua pasang rusuk yang masing-masing pasangannya sama
panjang dan saling membentuk sudut.
Sifat-Sifat laying-layang adalah sebagai berikut :
a) sisinya sepasang-sepasang sama panjang
b) sepasang sudut yang berhadapan sama panjang
c) salah satu diagona membagi dua sama panjang diagonal
lainnya, maka kedua diagona tersebut saling tegak lurus.

Rumus layang-layang
Karena AB = BC dan AD = CD , maka:
keliling layang-layang ABCD = 2(AB + CD)
Luas layang-layang sama dengan setengah hasil kali diagonal-
diagonalnya. Misalnya luas adalah L dan diagonal-diagonalnya
d1 dan d2, maka L = ½ x d1 x d2

Contoh Soal :

1. Diketahui layang-layang PQRS .Kelilingnya 40 cm dan PQ = 12


cm. Tentukan panjang sisi yang lain.
Penyelesaian:
PQ = 12 cm, QR = PQ, QR = 12 cm
Keliling = 2(PQ + PS)
2(12 + PS) = 40

Matematika Dasar 100


24 + 2PS = 40
2PS = 40 – 24
= 16
PS = 16:2
=8
Jadi panjang PQ = QR = 12 cm dan panjang PS = RS = 8 cm
2. Suatu layang-layang, panjang diagonalnya masing-masing 40
cm dan 18 cm. Hitunglah luas layang-layang tersebut.
Penyelesaian:
Misalkan luas layang-layang = L cm2
Diagonal-diagonalnya d1 = 40 cm dan d2 = 18 cm
L = ½ x d1 x d2
= ½ x 40 x 18
= 360
Jadi, luas layang-layang adalah 360 cm2.
3. Jika di ketahui sebuah layang-layang memiliki panjang diagonal
horizontal 10 cm dan diagonal vertikal 20 cm hitunglah berapa
luas layang-layang tersebut.
Jawab :
Diagonal horizontal = d1 = 10 cm
Diagonal vertikal = d2 = 20 cm
L = 1/2 x d1 x d2
= 1/2 x 10 cm x 20 cm
= 1/2 x 200

Matematika Dasar 101


= 100 cm²
Jadi luas layang-layang tersebut adalah 100 cm².
4. Jika di ketahui sebuah layang-layang mempunyai panjang sisi
yaitu s1 = 11 cm dan s2 = 13 cm. Hitunglah berapa keliling dari
layang-layang tersebut.
Jawab :
K = 2(s1 + s2)
= 2( 11 + 13 )
= 2( 24 cm)
= 48 cm
Jadi keliling dari layang-layang tersebut adalah 48 cm.

H. Lingkaran
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan
tempat kedudukan titik titik yang berjarak sama terhadap suatu titik
tertentu. Jarak yang sama tersebut dinamakan jari jari lingkaran dan
titik tertentu tersebut dinamakan pusat lingkaran.
Unsur unsur sebuah lingkaran diantaranya:
a. Titik Pusat
Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah
tengah lingkaran.Titik O merupakan titik pusat
lingkaran.Demikian lingkaran tersebut dinamakan lingkaran
O.
b. Jari Jari (r)

Matematika Dasar 102


Jari jari lingkaran adalah ruas garis yang menghubungkan
pusat lingkaran ke sebarang titik pada lingkaran.Jari jari
lingkaran diantaranya garis OA, OB, dan OC.
c. Diameter (d)
Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik
pada lengkungan lingkaran dan melalui titik pusat.Garis AB
pada lingkaran O merupakan diameter lingkaran tersebut.
Perhatikan bahwa AB = AO+OB. Jadi, diameter adalah dua
kali nilai jari jari, ditulis d=2r.
d. Busur
Dalam lingkaran, busur lingkaran merupakan garis lengkung
yang terletak pada lengkungan lingkaran dan
menghubungkan dua titik sebarang di lengkungan tersebut.
Garis lengkung AC, garis lengkung CB, dan garis lengkung
AB merupakan busur lingkaran O.
e. Tali Busur
Tali busur adalah garis lurus dalam lingkaran yang
menghubungkan dua titik pada lengkungan
lingkaran.Berbeda dengan diameter, tali busur tidak melalui
titik pusat lingkaran O. Tali busur lingkaran tersebut
ditunjukkan oleh garis lurus AC yang tidak melalui titik
pusat.

Matematika Dasar 103


f. Tembereng
Tembereng adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi
oleh busur dan tali busur.Tembereng ditunjukkan oleh daerah
yang diarsir dan dibatasi oleh busur AC dan tali busur AC.
g. Juring
Juring lingkaran adalah luas daerah dalam lingkaran yang
dibatasi oleh dua buah jari jari lingkaran dan sebuah busur
yang diapit oleh kedua jari jari lingkaran tersebut.Juring
lingkaran ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi
oleh jari jari OC dan OB serta busur BC, dinamakan juring
BOC.
h. Apotema
Apotema merupakan garis yang menghubungkan titik pusat
lingkaran dengan tali busur tersebut.Garis yang dibentuk
bersifat tegak lurus dengan tali busur.Garis OE merupakan
garis apotema pada lingkaran O.

Sifat-sifat lingkaran
a.Hanya memiliki satu sisi
Sisi yang dimaksud yaitu lingkaran yang berwarna hitam itu
sendiri, tidak ada garis lain.
b. Tidak memiliki titik sudut

Matematika Dasar 104


Titik sudut adalah titik yang terbentuk akibat pertemuan dua
garis atau lebih, sedangkan pada lingkaran hanya terdapat satu
garis yang membentuk lingkaran itu sendiri, makanya lingkaran
tidak memiliki titik sudut.
c. Memiliki simetri lipat tidak terbatas
Simetri lipat lingkaran adalah jumlah lipatan yang membagi
lingkaran menjadi dua bagian sama besar. Biasanya ditunjukkan
oleh sumbu simetri, yaitu berupa garis putus-putus yang
membagi suatu bangun datar menjadi dua bagian sama besar.
Lingkaran dikatakan memiliki simetri lipat tidak terbatas karena
jika dilipat dimanapun pada bagian tengah lingkaran akan tetap
membagi dua lingkaran sama besar, tidak terbatas hanya pada
empat gambar di atas.
d. Memiliki simetri putar tidak terbatas
Jumlah simetri putar lingkaran adalah banyaknya
suatu lingkaran menempati posisi yang sama dalam satu kali
putaran.Jika kita lihat gambar di atas, lingkaran selalu
menempati posisi yang sama jika diputar terus hingga penuh
satu putaran. Tidak terbatas hanya sebanyak gambar yang saya
buat di atas, karena gambar di atas putaran yang saya buat cukup
besar, hanya untuk menunjukkan kalau lingkaran itu jika diputar
akan selalu menempati posisi yang sama, karena itu lingkaran
dikatakan memiliki simetri lipat yang tidak terbatas.

Matematika Dasar 105


e. Jarak dari titik pusat ke sisi manapun selalu sama
Jika kita menarik sebuah garis dari titik pusat, ke sisi
manapun dari sebuah lingkaran, maka panjangnya akan selalu
sama. Ini yang disebut dengan jari-jari (disimbolkan dengan r,
merupakan singkatan dari radius).Pada gambar ada tiga garis
yang ditarik dari titik pusat ke arah sisi yang berbeda, masing-
masing r1, r2, dan r3. Maka, berdasarkan sifat bangun datar
lingkaran, dapat disimpulkan panjang r1 = r2 = r3

Rumus Lingkaran
L = π x r2
K=2xπxr
Keterangan : r = jari-jari, π = 22/7 atau 3,14
Contoh :
1. Jika sebuah lingkaran memiliki diamater sepanjang 30 cm, maka
berapakah luas dan keliling dari lingkaran tersebut?
Penyelesaian :
pertama-tama kita harus mengetahui jari-jari dari lingkaran
tersebut.
jika diameter = 30 cm maka jari-jari = 15 cm
baru kita masukkan ke dalam rumus mencari keliling lingkaran:
K = 2πr

Matematika Dasar 106


K = 2 x 22/7 x 30
K = 188,5 cm
Sekarang kita cari luas lingkaran dengan rumus berikut:
L = πr2
L = 22/7 x 15 x 15
L = 22/7 x 225
L = 707,14 m2
2. Sebuah roda sepeda memiliki jari-jari 21 cm. ketika sepeda
dikayuh, ban tersebut berputar sebanyak 50 kali. tentukanlah
keliling dan jarak yang ditempuh oleh ban sepeda tersebut.
Penyelesaian :
Cari kelilingnya dahulu:
K = 2πr
K = 2 x 22/7 x 21
K = 12 cm
untuk mengetahui jarak yang ditempuh gunakan rumus:
Jarak = Keliling x banyak putaran
Jarak = 12 x 50
Jarak = 600 cm
Maka jarak yang telah ditempuh roda sepeda tersebut adalah 600
cm atau 6 meter.
3. Sebuah stadion berbentuk lingkaran memiliki keliling 132 m,
berapakah luas keseluruhan dari stadion tersebut!

Matematika Dasar 107


Penyelesaian :
Untuk mencari luas lingkaran kita harus mengetahui jari-jarinya
terebih dahulu.karena yang diketahui adalah keliling lingkaran,
maka kita bisa mengetahui jari-jarinya dengan rumus:
K = 2πr
132 m = 2 x 22/7 x r
132 m = 44r/7
3m = r/7
r = 21 m
Setelah jari-jarinya diketahui barulah kita bisa mencari luasnya:
L = πr2
L = 22/7 x 21 x 21
L = 22/7 x 441
L = 1386 m2
4. Ada sebuah lingkaran berada tepati ditengah-tengah sebuah
persegi. apabila panjang persegi tersebut adalah 35cm, coba
kalian tentukan luas persegi, keliling lingkaran, serta luas dari
lingkaran tersebut!
Penyelesaian :
Luas persegi kita cari dengan rumus:
Luas Persegi = s2
Luas Persegi = 352

Matematika Dasar 108


Luas Persegi = 1225 cm2

Sekarang kita cari luas lingkaran tersebut:


karena posisi lingkaran tepat berada ditengah persegi maka
diameternya sama dengan panjang sisi persegi yaitu 35cm.
berarti jari-jari dari lingkaran itu adalah 12,5 cm
Luas lingkaran = πr2
Luas lingkaran = 22/7 x 12,52
Luas lingkaran = 491,07 cm2
Setelah itu cari kelilingnya:
Keliling Lingkaran = 2πr
Keliling Lingkaran = 2 x 22/7 x 12,5
Keliling Lingkaran = 78,57 cm

Matematika Dasar 109


LATIHAN

1. Berapa luas dan keliling bujur sangkar yang mempunyai


panjang sisi 5 cm ?
2. Jika luas suatu bujur sangkar adalah 36 cm2 , berapa panjang
sisi dan keliling bujur ?
3. Suatu persegi panjang mempunyai panjang = 8 cm dan lebar =
5 cm, Berapa Luas dan keliling persegi panjang itu ?
4. Suatu segitiga sama sisi mempunyai panjang alas = 8 cm dan
tinggi 6 cm,Berapa Luas segitiga tersebut
5. Diketahui Layang-layang ABCD, panjang AB = 12 cm dan
panjang BC = 18 cm. tentukan luas dan keliling layang-layang
tersebut!
6. Diketahui belah ketupat ABCD dengan panjang diagonal
masing-masing 20 cm dan 18 cm. Berapakah luas dan keliling
tersebut!
7. Jika di ketahui segitiga dengan panjang sisi alas 4 cm dan
tinggi sisinya 7 cm, maka Luas dan Keliling berapa?
8. Jika trapesium panjang sisi sejajar 14 cm dan 8cm, tingginya 6
cm. Berapa Luas dan Keliling tersebut?
9. Diketahui jajar genjang, alasnya 16 cm dan tingginya 8 cm.
tentukan luasnya dan kelilingnya!

Matematika Dasar 110


10. Jika sebuah belah ketupat memiliki panjang sisi 4a cm. Bila
keliling dari bangun tersebut adalah 48 cm, Hitunglah berapa
nilai dari a.

Matematika Dasar 111


BAB 5
DIMENSI TIGA

A. Kedudukan titik terhadap garis dan bidang


a) Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah garis g, mungkin:

(i) Titik T terletak pada garis g atau garis g melalui titik T


(ii) Titik T berada diluar garis g atau garis g tidak melalui titik T
b) Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah bidang H, mungkin:

(i) Titik T terletak pada bidang H, atau bidang H melalui


titik T
(ii) Titik T tidak terletak pada bidang H, atau bidang H
tidak melalui titik T

1. Kedudukan garis terhadap bidang

Matematika Dasar 112


a) Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah bidang H, mungkin:

(i) Garis g terletak pada bidang H,


atau bidang H melalui garis g.
Sebuah garis g dikatakan
terletak pada bidang H jika
setiap titik pada garis g terletak
pada bidang H.

(ii) Garis g memotong bidang H,


atau garis g dan H berpotongan.
Garis g dikatakan memotong
bidang H jika garis g dan
bidang H mempu-nyai hanya
sebuah titik persekutuan. Titik
itu disebut titik potong atau titik
tembus garis g terhadap bidang
H. T adalah titik tembus g
terhadap H.

Matematika Dasar 113


(iii)Garis g sejajar bidang H (g // H),
atau bidang H sejajar garis g.
Sebuah garis g dikatakan sejajar
bidang H jika garis gdan
bidangH tidak mempunyai titik
persekutuan. Untuk
menunjukkannya dapat
dilakukan dengan menggambar
sebuah garis pada H (misal h)
sejajar garis g.

b) Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah garis h, mungkin:

Garis g dan garis h terletak pada sebuah bidang (misal H). Jika

demikian maka yang dapat terjadi adalah:

(i) Garis g dan garis h


berimpit. Dikatakan g
= h. atau g dan h
berpotongan (pada
sebuah titik)

(ii) g ║h, yaitu jika


keduanya tidak
mempunyai titik
persekutuan

Matematika Dasar 114


(iii)garisg dan garis h tidak
sebidang. Dikatakan
bahwa garis g dan h
bersilangan (silang
menyilang). Jadi
keduanya tidak sejajar
dan juga tidak
mempunyai titik
persekutuan.

B. Proyeksi

1) Proyeksi titik pada bidang


Proyeksi sebuah titik 𝑃 pada bidang 𝛼 adalah titik tembus
garis yang tegak lurus dari 𝑃 pada bidang 𝛼

2) Proyeksi garis pada bidang


Menentukan proyeksi garis pada bidang sama dengan
menentukan proyeksi dua buah titik yang terletak pada garis ke
bidang itu, dan proyeksi garis tadi pada bidang merupakan garis
yang ditarik dari titik-titik hasil proyeksi.

Matematika Dasar 115


a. Menggambar bangun ruang
Beberapa hal yang perlu dipahami sebelum menggambar suatu
bangun ruang adalah sebagai berikut:
1) Bidang gambar, yaitu bidang datar tempat kita akan
menggambar, misalnya kertas, papan tulis, lantai, dan
sebagainya
2) Bidang frontal yaitu, bidang pada gambar yang akan digambar
sejajar dengan bidang gambar
3) Bidang ortogonal, adalah bidang yang tegak lurus bidang
frontal
4) Garis frontal yaitu garis-garis yang membentuk bidang frontal
5) Garis ortogonal yaitu garis-garis yang tegak lurus pada bidang
frontal
6) Sudut surut atau sudut menyisi yaitu sudut yang dibentuk antara
garis frontal horizontal ke kanan dengan garis ortogonal
kebelakang
7) Perbandingan proyeksi yaitu perbandingan antara panjang garis
ortogonal dalam gambar dengan panjang garis ortogonal
sebenarnya
b. Jarak
Jarak antara dua buah bangun adalah panjang ruas garis
penghubung terpendek yang menghubungkan dua titik pada
bangun-bangun tersebut.

Matematika Dasar 116


1) Jarak titik ke titik
Misalkan pada suatu bidang terdapat dua titik yaitu P dan Q,
untuk menentukan jarak kedua titik tersebut, dibuat garis hubung
antara kedua titik tersebut.Banyak garis hubung yang dapat dibuat,
namun Jarak kedua titik tersebut adalah garis hubung terpendek.

2) Jarak titik ke garis


Diberikan suatu garis g, dan titik P diluar garis g. Jarak
antara titik P dan garis g adalah panjang ruas garis penghubung P
dengan proyeksi P pada garis g.jadi jarak antara titik P dan garis g
= ̅̅̅̅̅
𝑃𝑃1 .

3) Jarak titik ke bidang


Diberikan suatu bidang K dan titik P diluar bidang K. Jarak
antara titik P pada bidang K adalah panjang ruas garis penghubung
P dengan proyeksi titik P pada bidang K. Jadi jarak antara titik P
dan bidang K = ̅̅̅̅̅
𝑃𝑃1 .

Matematika Dasar 117


4) Jarak antara garis dan bidang yang sejajar

Diberikan suatu bidang K dan garis g yang sejajar K. Jarak

antara garis g dan bidang K yang sejajar adalah sama dengan jarak

salah satu titik pada garis g terhadap bidang K. Jadi jarak antara

garis g dan bidang K dengan g ║ K adalah ̅̅̅̅̅


𝑃𝑃1 .

5) Jarak antara dua garis yang bersilangan


Diberikan suatu garis g dan garis h, dengan g bersilangan
dengan m. Jarak antara garis g dan h yang bersilangan adalah
panjang ruas garis hubung yang letaknya tegaklurus pada g dan h.

Matematika Dasar 118


6) Jarak antara dua bidang yang sejajar
Diberikan suatu bidang K dan bidang L, dengan K sejajar L.
Jarak antara bidang K dan L yang sejajar adalah sama dengan jarak
salah satu titik pada bidang K terhadap bidang L, atau sebaliknya.

c. Sudut
1) Sudut antara dua garis
Sudut antara dua garis adalah sudut lancip atau siku-siku antara
kedua garis tersebut.Dengan demikian maka sudut antara dua garis
bersilangan adalah sudut lancip atau siku-siku yang terbentuk oleh
kedua garis bersilangan (tidak sebidang). Jika A dan B dua garis
bersilangan, maka besar sudut antara kedua garis sama dengan
besar sudut antara a′ yang sebidang dengan B dan sejajar a, dengan
b, atau sebaliknya: antara b′ yang sebidang dengan A dan sejajar b,
dengan a. Jika sudutnya 90°, dikatakan A menyilang tegak lurus b.
Pada Gambar berikut, A dan B bersilangan. Besar sudut antara A
dan B = ∠EDF = α

Matematika Dasar 119


2) Sudut antara garis dan bidang
Diberikan suatu garis g dan bidang H. Garis g dikatakan tegak
lurus bidang H, jika garis g tegaklurus terhadap semua garis pada
bidang H . misalkan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … adalah garis pada bidang H, maka
garis g tegak lurus pada bidang H apabila g ⊥ a1, g ⊥ a2, g ⊥ a3, …
ditulis g ⊥ H. sebagaimana tampak pada gambar berikut,

Besar sudut antara garis g dan bidang H, dengan g tidak tegak


lurus H, ditentukan oleh besar sudut antara garis g dan g′ yang
merupakan proyeksi garis g pada bidang H. hal itu tampak pada
gambar berikut;

3) Sudut antara dua bidang


Misalkan bidang V dan W berpotongan pada garis AB
(bidang V = bidang ABCD, bidang W = bidang ABEF). Jika sebuah
bidang K memotong tegaklurus garis potong antara bidang V dan
W, maka bidang K dinamakan bidang tumpuan antara bidang V dan
W. Karena bidang K⊥V dan K⊥W, maka bidang K⊥ (V, W),
sehingga (V, W)) ⊥ (K, V) dan (V, W) ⊥ (K, W). Sudut antara garis
Matematika Dasar 120
(K, V) dan (K, W) dinamakan sudut tumpuan antara bidang V dan
W. Besar sudut antara bidang V dan W ditentukan oleh besar sudut
tumpuan antara kedua kedua bidang.

sudut yang dimaksud adalah sudut PTQ.

Matematika Dasar 121


BAB 6
BANGUN RUANG

Bangun ruang yang akan dibahas adalah bangun ruang sisi


datar dan bangun ruang sisi lengkung yaitu kubus, balok, prisma
limas, kerucut dan tabung
Bagian- bagian bangun ruang :
1. Sisi a bidang pada bangun ruang yang membatasi antara
bangun ruang dengan ruangan sekitarnya.
2. Rusuk a pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis pada
bangun ruang.
3. Titik sudut a titik hzsil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga
atau lebih.
Bangun ruang adalah bangun-bangun tiga dimensi yang
memiliki isi atau volume. Terdapat unsur sebagai berikut :
1. Sisi adalah Bidang atau daerah yang membatasi antara
bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya ( Bagian
dalam dan Bagian luar)
2. Rusuk adalah Pertemuan antara dua buah sisi atau
perpotongan dua bidang sisi.
3. Titik sudut adalah Perpotongan tiga bidang sisi atau
perpotongan rusuk atau lebih.

Matematika Dasar 122


4. Diagonal sisiadalah Garis yang menghubungkan dua titik
sudut yang tidak berurutan letaknya dan terletak pada
sebuah sisi.
5. Diagonal ruang adalah Garis yang menghubungkan dua
buah titik sudut yang tidak berurutan letaknya dalam
sebuah bangun ruang.
6. Diagonal bidang adalah Bidang yang menghubungkan
rusuk-rusuk yang sejajar dan berhadapan.
bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan
limas.
Bangun ruang sisi datar atau Bangun ruang yang beraturan
kubus, balok, prisma dan limas. Bangun yang tidak beraturan,
kerucut dan tabung
A. Kubus
a. Mengenal kubus
Kubus adalah suatu bangun ruang beraturan yang dibentuk
oleh enam buah persegi yang bentuk dan ukurannya sama.
Perhatikan gambar di samping, sisi alas
dari kubus adalah ABCD dan sisi atapnya
adalah EFGH sehingga kubus tersebut
dinamakan kubus ABCD.EFGH.
a. Unsur – unsur kubus
1) Sisi kubus, yaitu ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE
dan BCGF.

Matematika Dasar 123


2) Rusuk kubus, yaitu AB, BC,CD, DA,EF, FG, GH, HE, AE,
BF, CG, dan DH.
3) Titik sudut yaitu A, B,C, D, E, F,G,dan H.
b. Diagonal Kubus
1) Diagonal sisi (diagonal bidang)
Diagonal sisi adalah diagonal yang terdapat pada sisi
kubus.
Garis AF yang menghubungkan dua titik
sudut yang saling berhadapan dalam satu
sisi/ bidang.Ruas garis tersebut
dinamakan sebagai diagonal bidang.
Pada kubus ABCD. EFGH mempunyai 12 diagonal sisi
yaitu AF, BE,CH, DG,AC, BD,EG, FH,AH,DE, BG dan
CF.
2) Bidang diagonal
Bidang diagonal merupakan bidang didalam kubus yang
dibuat melalui dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi
tidak terletak pada satu sisi.Sebuah
kubus mempunyai 6 buah bidang
diagonal yaitu bidang ACGE,
BDHF, ABGH, CDEF, ADGF dan
BCHE.

Matematika Dasar 124


3) Diagonal ruang
Diagonal ruang adalah ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut tidak
sebidang yang saling berhadapan.pada
kubus ABCD.EFGH terdapat 4 buah
diagonal ruang yaitu AG, BH, CE dan DF
c. Jaring-jaring kubus
Jaring-jaring kubus adalah rangkaian sisi-sisi kubus yang jika
dibentangkan akan terbentuk sebuah bidang datar.

d. Luas Permukaan Kubus


Luas permukaan kubus dapat ditentukan dengan cara
menjumlahkan luas seluruh bangun tersebut.

Matematika Dasar 125


Perhatikan gambar kubus dan jaring-jaring kubus diatas. Untuk
mencari luas permukaan kubus adalah
Luas permukaan kubus = 6 x s2
L = 6s2
Contoh soal :
A. Panjang rusuk suatu kubus 6 cm. Hitunglah luas permukaan
kubus tersebut?
Penyelesaian :
Diketahui: s = 6 cm
Ditanyakan: L = ........?
L = 6 x s2
L = 6 x 62
L = 6 x 36
L = 216 cm2.
e. Volume Kubus
Volume kubus = s x s x s
V = s3
Contoh soal:
Tentukan volume kubus yang mempunyai panjang rusuk 5 cm!
Penyelesaian :
Diketahui : s = 5 cm
V = s3
V=5x5x5
V = 125 cm3

Matematika Dasar 126


B. Balok
a. Mengenal Balok
Balok merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh
tiga pasang persegi panjang yang masing-masing mempunyai
bentuk dan ukuran yang sama.
Gambar balok disamping
diberi nama balok
ABCD.EFGH, dengan
bidang alas ABCD dan
bidang atas EFGH
b. Unsur-unsur Balok
1. Sisi balok ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE dan BCGF.
2. Rumus sebuah balok mempunyai 12 rusuk, yaitu AB, DC,
EF, HG, AE, BF, CG, DH, AD, BC, EH dan FG.
3. Titik sudut. Tiga buah rusuk balok yang berdekatan akan
bertemu pada satu titik, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H
c. Diagonal Balok
1. Diagonal sisi (diagonal bidang)
Diagonal bidang pada suatu balok
adalah garis yang menghubungkan
dua titik sudut yang saling
berhadapan pada suatu bidang sisi.

Matematika Dasar 127


Dari gambar terlihat bahwa balok ABCD.EFGH mempunyai
12 buah diagonal sisi, yaitu AF, BE, CH, DG, AC, BD, EG,
FH, AH, DE, BG DAN CF.
2. Bidang Diagonal
Bidang diagonal pada sebuah balok adalah bidang yang
dibatasi dua diagonal bidang dan dua rusuk pada sebuah
balok. (Salamah 2012: 189).
Bidang diagonal balok
ABCDE.EFGH adalah
ABGH, DCFE, BCHE,
AFGD, ACGE dan DBFH.
3. Diagonal Ruang
Diagonal ruang pada sebuah balok adalah garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam balok
tersebut.
Balok ABCD.EFGH
mempunyai empat buah
diagonal ruang yaitu AG, BH,
CE, DF.
d. Jaring-jaring Balok
Jaring-jaring balok diperoleh dengan cara membuka balok
tersebut sehingga terlihat seluruh permukaan balok. Perhatikan
gambar dibawah ini:

Matematika Dasar 128


e. Luas Permukaan Balok
Bila panjang balok sama dengan p
satuan panjang, lebar balok l satuan
panjang dan tinggi balok t satuan
panjang, maka:
Luas Permukaan Balok = 2(p x l) + 2(p x t) + 2 (l x t)
L= 2(pl + lt + pt)
Contoh soal:
1. Hitunglah luas permukaan balok yang panjang, lebar dan
tinggi 5 cm, 4 cm dan 12 cm?
Jawab:
Diketahui: t = 12 cm
p = 5 cm
l = 4 cm

Matematika Dasar 129


Ditanyakan: L = ....?
Penyelesaia : L = 2 (pl + lt + pt)
L = 2(5.4 + 4.12 + 5.12)
L = 2(20 + 48 + 60)
L = 256 cm2

f. Volume Balok
Volume Balok = p x l x t
Contoh soal:
1. Tentukan volume balok jika diketahui panjang balok 4 cm,
lebar 3 cm dan tinggi 2 cm.
Jawab:
Diketahui: p = 4 cm
l = 3 cm
t = 2 cm
Ditanyakan: V = ....?
Penyelesaian : V = p x l x t
V=4x3x2
V = 24 cm3

Matematika Dasar 130


C. Prisma
a. Pengertian Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bangun
datar yang kongruen dan sejajar dan bidang-bidang lain yang
dua-dua berpotongan menurut garis-garis yang sejajar.
b. Unsur-unsur Prisma
Perhatikan prisma segienam ABCDEF.GHIJKL. Unsur-
unsur prisma tersebut:
a) Sisi/bidang: terdapat 8 sisi atau
bidang yang dimiliki oleh prisma
segienam, yaitu ABCDEF,
GHIJKL, BCIH, FEKL, ABHG,
AFLG, CDJI, dan DEKJ.
b) Rusuk: prisma segienam ABCDEF.GHIJKL memiliki 18
rusuk, yaitu AB, BC, CD, DE, EF, FA, GH, HI, IJ, JK,
KL, LG, AG, BH, CI, DJ, EK, FL.
c) Titik sudut: yaitu A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, dan L.
d) Diagonal bidang alas atau atas adalah ruas garis yang
menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak
bersebelahan pada bidang alas atau atas.
e) Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan
titik-titik sudut pada bidang alas dan titik-titik sudut pada
bidang atas yang tidak terletak pada satu bidang sisi tegak.

Matematika Dasar 131


f) Bidang diagonal prisma adalah bidang yang memuat
diagonal bidang alas dan atas.
c. Jaring-jaring Prisma
Contoh jaring-jaring prisma segitiga

d. Luas Permukaan Prisma


Luas permukaan prisma dapat dihitung dengan menggunakan
jaring-jaring prisma tersebut. Perhatikan prisma segitiga beserta
jaring-jaringnya. Dari gambar diatas terlihat bahwa segitiga
ABC.DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah
persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian luas
permukaan prisma
L = luas ∆ABC + luas ∆DEF + luas BADE + luas ACFD + luas
CBEF
= 2 x luas ∆ABC + (( BA + AC + BC) x BE)
= 2 x luas alas + (keliling alas x tinggi prisma)

Matematika Dasar 132


Contoh soal:
1. Sebuah prisma segitiga mempunyai alas berbentuk segitiga siku-
siku dengan panjang sisi masing-masing 9 cm, 12 cm, dan 15
cm. Jika tinggi prisma 6 cm, tentukan luas permukaan prisma
tersebut?
Penyelesaian :
L = (2 x luas alas + (keliling alas x tinggi prisma)
1
L = (2 x ( x 12 x 9) + ((12 + 9 + 15) x 6)
2

L = (12 x 9) + (36 x 6)
L = 108 + 216
L = 324 cm2
e. Volume Prisma
Untuk mengetahui rumus volume prisma, perhatikan
gambarberikut.:

Pada gambar diatas sebuah balok ABCD.EFGH yang dibagi dua


secara melintang. Volume prisma segitiga adalah setengah kali
volume balok
1
Volume prisma BCD.FGH = 2
x volume balok ABCD.EFGH

Matematika Dasar 133


1
Volume prisma BCD.FGH = x (p x l x t)
2
1
Volume prisma BCD.FGH = ( x p x l) x t
2

Volume prisma BCD.FGH = luas alas x tinggi

D. LIMAS
1. Pengertian Limas
Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk
segitiga, segiempat, segi lima, atau segibanyak dan bidang sisi
tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik, titik
potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas (Dewi
nuharini & Tri wahyuni 2008: 225). Jika rusuk-rusuk pada bidang
alasnya diperbanyak secara terus-menerus maka akan diperoleh
bentuk yang mendekati kerucut. Pada limas pasti ditemukan satu
titik puncak, satu sisi (bidang) alas dan tiga atau lebih segitiga yang
merupakan selimut limas. Jarak antara titik puncak limas dengan
bidang alas disebut tinggi limas.
2. Unsur-unsur Limas
Perhatikan gambar limas segilima
beraturan berikut:
Titik sudut = A, B, C, D, E, T
Sisi alas = ABCDE
Sisi tegak = TAB, TBC, TCD,
TDE, TAE

Matematika Dasar 134


Rusuk alas = AB, BC, CD, DE, AE
Rusuk tegak = TA, TB, TC, TD, TE
Diagonal bidang alasnya adalah AC, AD, BD, BE, dan CE
bidang diagonal adalah TAC, TAD, TBD, TBE, dan TCE.
3. Jaring-jaring Limas
Gambar dibawah ini merupakan jaring-jaring limas
segiempat.

4. Luas Permukaan Limas


Perhatikan jaring-jaring limas segiempat T.ABCD. Luas
permukaan limas adalah:
L = Luas ABCD + luas ∆ABT + luas ∆BCT + luas ∆CDT
+ luas ∆ADT
Luas limas = luas alas + (n x luas salah satu sisi tegaknya)

Contoh soal:
1. Diketahui alas sebuah limas T.ABCD berbentuk persegi dengan
panjang rusuk 10 cm dan tinggi limas 12 cm. Hitunglah luas
permukaan Limas?
Penyelesaian :

Matematika Dasar 135


Luas alas limas = luas persegi ABC
= 10 x 10
= 100 cm2
1 1
Panjang EF = AB = x 10 = 5 cm
2 2

Bahwa ∆TEF siku-siku. Karena ∆TEF siku-siku maka berlaku


teorema Phytagoras, sehingga:
TF2 = TE2 + EF2
= 122 + 52
= 144 + 25
= 169
TF = √169
= 13 cm
Luas ∆TAB = luas ∆TBC = luas ∆TCD = luas ∆TAD
1
Luas ∆TBC = x BC x TF
2
1
= x 10 x 13
2

= 65 cm2
Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + (4 x luas ∆TAB)
= 100 + (4 X 65) cm2
= 360 cm2

Matematika Dasar 136


5. Volume Limas
Perhatikan gambar kubus yang panjang rusuknya 2a.
Keempat diagonal ruangnya berpotongan disatu titik, yaitu titik T,
sehingga terbentuk enam buah limas yang kongruen.

jika volume limas masing-masing adalah V maka diperoleh


hubungan berikut:
1
Volume Limas = 6 x volume kubus
1
Volume Limas = x 2a x 2a x 2a
6
1
Volume Limas = x luas alas x tinggi
3

E. Tabung
Bangun ruang tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran
dan sisi melengkung
Sisi
tinggi

selimut
Jari-jari
Sisi

Matematika Dasar 137


a) Sifat-sifat tabung

Berikut sifat-sifat tabung:


1) Tabung mempunyai 3 sisi yaitu sisi alas, sisi atas, dan
selimut tabung
2) Sisi alas dan sisi atas tabung berbentuk lingkaran dengan
ukuran yang sama
3) Tabung memiliki 2 rusuk lengkung
4) Tabung tidak memiliki titik sudut
b) Menggambar tabung
Salah satu langkah menggambar bangun ruang sebagai
berikut:
1) Buatlah persegi dengan ukuran sesuai dengan yang
diinginkan
2) Buatlah dua elips (sebenarnya lingkaran) yang sama
sebagai bidang alas dan bidang atasnya
3) Diperoleh bangun ruang tabung
c) Jaring-jaring tabung
Apabila tabung ini disayat (diiris) dan direbahkan, akan
terbentuklah jaring-jaring tabung seperti ini.

Matematika Dasar 138


F. Kerucut
Alas kerucut berbentuk lingkaran dengan jari- jari tertentu.
Bentuk selimutnya mengerucut keatas (semakin ke atas semakin
kecil atau semakin lancip).
Berikut sifat-sifat kerucut:
1) Mempunyai 2 sisi yaitu selimut kerucut dan alas
2) Alas kerucut berbentuk lingkaran
3) Kerucut memiliki 1 rusuk lengkung
4) Kerucut memiliki 1 titik puncak

Langkah- langkah untuk menggambar kerucut adalah sebagai


berikut:
1) Gambarlah elips (sebenarnya lingkaran) untuk sisi kerucut
bagian bawah dan tentukan pusat elips (titik O).
2) Gambar titik tegak lurus di atas pusat elips (titik T), yang
akan menjadi puncak kerucut
3) Buatlah dua garis yang menyinggung bagian kiri dan kanan
elips.
4) Diperoleh gambar kerucut seperti di bawah ini:
T
T

A B A B
o o
(i) (ii)
Matematika Dasar 139
Latihan 1

1. Tuliskan Sifat-sifat bangun ruang !


2. Tuliskan unsur-unsur bangun ruang !
3. Panjang rusuk suatu kubus 8 cm. Hitunglah luas permukaan
kubus tersebut?
4. Hitunglah luas permukaan kubus, jika Panjang rusuk suatu
kubus 12 cm !
5. Tentukan luas permukaan balok jika diketahui panjang balok 6
cm, lebar 4 cm dan tinggi 2 cm.
6. Tentukan volume balok jika diketahui panjang balok 8 cm,
lebar 6 cm dan tinggi 3 cm.
7. Sebuah prisma segitiga mempunyai alas berbentuk segitiga
siku-siku dengan panjang sisi masing-masing 9 cm, 12 cm, dan
15 cm. Jika tinggi prisma 8 cm, tentukan luas permukaan
prisma tersebut?
8. Diketahui alas sebuah limas T.ABCD berbentuk persegi
dengan panjang rusuk 12 cm dan tinggi limas 15 cm. Hitunglah
luas permukaan Limas?

Matematika Dasar 140


DAFTAR PUSTAKA

Charles David Miller.Mathematics Ideas

Donald F. Muller Elementary Mathematics

Edwin J Purcell. 2003. Kalkulus, Edisi Delapan Jilid Pertama.


Jakarta : Erlannga
Elang Krisnadi. 2007. Bilangan Bulat (Modul 3). Universitas
Terbuka. Jakarta.
Hollands. 1983. Kamus Matemátika, Erlangga, Jakarta

Hergenhahn, B. R. (2010). Theories Of Learning (Teori Belajar).


Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Muhsetyo Gatot. 2007. Pembelajaran Matematika. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Subari, Suhadiyino. 1985. Pengantar Ilmu Bilangan.
Sinar Jaya, Surabaya.
Nuharini, Dewi & Wahyuni, Tri. 2008. Matematika Konsep dan
Aplikasinya. Penerbit: Departemen pendidikan Nasional.

Stevens. J. 2002. Applied Multivariate Statistic For the Social


Scienses. London: Laurence Erbaun Associates, Publisher.
Tahmir Suradi. 2007. Teori Grup. Makassar : Andira Publiser
Tiro M Arif.2009. Pengenalan Teori bilangan.Makassar : Andira
Publisher.

Matematika Dasar 141


Tiro M Arif. 2010. Cara Efektif Belajar Matematika. Makassar :
Andira Publisher.

Jusmawati,S.Pd., M.Pd

Lahir di Tanete Harapan, Ke. Cina Kab. Bone pada tanggal 03

April 1990. Diangkat jadi dosen di Pendidikan Guru Sekolah Dasar

STKIP Mega Rezky Makassar pada tahun 2014. Pendidikan SD

sampai SMA diselesaikan di Bone. Pada tahun 2008 melalui jalur

PMJK diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Matematika di

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN) dan meraih

Gelar (S.Pd)pada tahun 2012.Pada tahun 2015 meraih gelar (M.Pd)

di Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM)

dengan Program Studi Pendidikan Matematika.

Naskah buku ini ia tulis berdasarkan lamanya mempelajari

matematika dasar semasa studi dan pengalaman mengajar mata

kuliah tersebut sejak tahun 2014-sekarang.

Matematika Dasar 142

Anda mungkin juga menyukai