Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TUTORIAL KE-3

MKDK4002/PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK/ 2SKS


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Nama : Iis Suciyati

Kelas : B

Nim : 857484348

Laporan Pengamatan
I. Identitas diri siswa
Nama : Muhammad Kenzi
Kelas : 1 SDN Dawuan
TTL : Majalengka, 9 Juni 2015
Tinggi badan : 115 Cm
Berat Badan : 21 Kg

II. Ciri-ciri fisik


Kenzi adalah anak yang tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan. Berat badan dan
tinggi badan berdasarkan WHO sudah sesuai. Jadi dapat dikatakan proporsi tubuhnya
adalah ideal, tidak gemuk dan tidak kurus. Kenzi memiliki kulit sawo matang, mata
bulat, rambut hitam lurus, dan wajah bulat. Kenzie juga tergolong anak yang sehat
dan jarang sakit. Ia juga termasuk anak yang sangat aktif.
III. Perkembangan motorik
1. Perkembangan motoric halus
Perkembangan motoric halus yang nampak pada Kenzie cukup bagus. Ia suka
berkreasi dengan menggambar aneka macam gambar sederhana, seperti mobil -
mobilan, binatang yang mudah digambar, menggunting kertas dengan rapih,
mampu menajamkan pensil sendiri dan lain - lain.
2. Perkembangan motoric kasar
Kenzi pada perkembangan motoric kasar, kompetensinya sesuai dengan usianya.
Seperti kelincahannya dalam berlari yang menunjukkan kekuatan dan kecepatan
berlari, berkelok ke kanan dan kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti dengan
mudah. Mampu melompat ke depan dan ke belakang, mampu memanjat - manjat
pohon dan lain - lain. Lebih jelasnya akan dibahas dalam pembahasan

IV. Perkembangan kognitif


Perkembangan konitif yang terlihat pada Kenzie sangat bagus dan berdasarkan
hasil psikotes saat masuk kelas 1, dia juga mendapatkan nilai yang bagus. Dilihat dari
kemampuan akademik di sekolah juga selalu mendapatkan nilai - nilai yang bagus.
Hanya sedikit kekurangan dalam membaca, masih dieja, tapi pemahamannya sudah
bagus dalam membacanya.

V. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa ananda Kenzie juga sangat bagus. Sudah memiliki tata
bahasa yang bagus dan kalimat - kalimat yang diucapkan sesuai pola dan aturan yang
teratur. Bahkan tak jarang dia akan mengingatkan teman - temannya yang
menggunakan bahasa - bahasa yang tidak baik. Jika berkomunikasi dengan temannya
menyesuaikan, kalau temannya berbahasa sunda ia akan menimpali dengan bahsa
sunda, jika temannya berbahasa Indonesia ia akan memakai bahasa Indonesia. Jika
berkomunikasi dengan yang lebih tua ia berbicara sangat santun. Selanjutnya akan
dibahas dalam pembahasan.

VI. Perkembangan berfikir matematis


Perkembangan berfikir matematis Kenzi sudah sesuai dengan usianya. Ia
mampu dan memahami symbol dan makna dari sebuah symbol - symbol matematika.
Memahami nilai mata uang, pemakainnya dan lain sebagainya. Untuk pemahaman
konsep bilangan kardinal dan ordinal juga sudah paham sekali.

VII. Perkembangan sosial dan emosional


Perkembangan social yang terlihat, sang anak dalam beberpa interaksi cukup baik.
Bertanggung jawab dan bersosialisasi dengan teman - temannya dengan baikuntuk
aspek emosional mampu mengeeksprsikan berbagai macam emosi, seperti kalau tidak
dapat nilai bagus sedih, kalau temannya tak mau bermain dengannya sedih, tapi kalau
dapat nilai bagus senang, kalau diapresiasi senang.
VIII. Pembahasan
a. Pembahasan perkembangan motorik
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif kearah lebih baik
fungsi organ tubuh. Perkembangan motoric adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Perkembangan ini berkembang sejalan dengan
kematangan syaraf dan otot anak. Oleh karena itu, setiap gerakan sesederhana
apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
system dalam tubuh yang dikontrol oleh kotak. Perkembangan motoric terbagi
atas dua, yaitu motoric kasar dan motoric halus.
 Motorik halus
Menurut Susanto (2011:164), motoric halus adalah gerakan halus yang
melibatkan bagian - bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot - otot kecil
saja karena tidak memerlukan tenaga. Namun, gerakan yang halus ini
memerlukan koordinasi yang cermat. semakin baiknya gerakan
motormotorics membuat anak dapat brkreasi, seperti menggunting kertas
dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar yang sederhana dan
mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit,
menganyam kertas, serta menajamkan pensil dengan rautan pensil.
 Motoric kasar
Motoric kasar memerlukan koordinasi kelompok otot - otot anak tertentu
yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari dan menaiki
sepeda. Menurut Beaty, kemampuan motoric kasar seyogianya dimiliki oleh
seorang anak usia dini yang berada ada rentang usia 4 - 6 tahun, kompetensi
tersebut terbagi menjadi empat aspek berikut:
1. Berjalan dengan indicator berjalan turn/naik tangga dengan menggunakan
kedua kaki, berjalan pada garis lurus dan berdiri dengan satu kaki.
2. Berlari dengan indicator menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari,
berbelok kekanan / kiri tanpa kesulitan, serta mampu berhenti dengan
mudah.
3. Melompat dengan indicator mampu melompat ke depan, ke belakang, dan
ke samping.
4. Memanjat: memanjat naik turun tangga dan memanjat pohon.
Berdasarkan teori - teori perkembangan motoric ini perkembangan Kenzi
sudah sesuai. Kemampuannya sudah seperti penjelasan - penjalasan diatas
seperti indicator pada kemampuan motoric halus dan indicator kemmapuan
motoric kasar.

b. Pembahasan perkembangan kognitif


Kognitif atau kognisi mempunyai penegertian yang luas mengenai berpikir
dan mengamati. ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku -
tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Atau dengan kata lain kognitif
dapat dipandang sebagai kemampuan yang mencangkup segala bentuk
pengenalan, kesadaran, dan pengertian yang bersifat mental pada diri indifidu
yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dan lingkungan
seperti, dalam aktifitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat
menilai dan lain - lain.
Faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam
belajar memperoleh dan menggunakan bentuk - bentuk representasi yang
mewakili objek - objek yang dihadapi dan dihadirkan dalm diri seorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambing yang semuanya merupakan sesuatu yang
bersifat mental. Pada prosesnya kognisi mengalami perkembangan kea arah
kolektifitas kemajuan secara berkesinambungan.
Tahap perkembangan kognitif sendiri menurut para ahli psikologi
perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus
menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan
bertahap dan berurutan selama masa kanak - kanak. Piaget melukiskan urutan
tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif
sebagai berikut: Tahap Operasional
formal usia 11 - 16
Tahap Operasional formal
Tahap operasional
konkret: 7 - 11
Tahap Opersional Konkret
tahun
tT Tahap Pra Operasional Tahap Pra
Operasional adalah
pada usia 2 - 7 tahun
Tahap sensori
motor Tahap sensori motor
ada pada 0-2 tahun.
 Tahap sensori motor ada pada 0-2 tahun
Pada tahap ini dimulai pada masa bayi menggunakan pengindraan dan aktifitas
motoric dalam mengenal lingkungannya. Meski masih terikat dengan orang
lain dan tak berdaya, tapi alat - alat inderanya sudah dapat berfungsi.
Tindakannya berawal ari respon reflex, kemudian berkembang membentuk
representasi mental. Namun dalam periode yang singkat, antara 18 bulan atau
2 tahun anak telah berubah dari yang hamper sepenuhnya bergantung secara
reflex menjadi pribadi yang cakap dalam berpikir simbolis. Menurut piaget,
perkembangan kognitif selama stadium sensori motor, intelegensi anak baru
Nampak dalam bentuk aktifitas motoric sebagai reaksi stimulus sensorik. Dan
yang tak kalah penting dalam fase ini adalah tindakan - tindakan konkret dan
bukan yang imajiner.

 Tahap Pra Operasional adalah pada usia 2 - 7 tahun


Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami
pengertian operasional, yaitu proses interaksi suatu aktifitas mental ketika
prosesnya bisa kembali pada titik awal berpikir secara logis. Manipulsi symbol
merupakan karakteristik esensial dari tahap ini. Menurut Piaget, pemikirannya
bersifat khas egosentris. Anak sulit membayangkan bagaimana segala
sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Karakteristik lain adalah, anak
sangat memusat, jika anak dikonfrontasikan dengan situsi yang
multidimensional, ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi
dan mengabaikan dimensi lainnya.

 Tahap operasional konkret: 7 - 11 tahun


Tahap opersional konkret dapat digambarkan pada terjadinya perubahan
positif ciri - ciri negative tahap preoperasional, seperti dalam cara berpikir
egosentris pada tahap operasional konkret menjadi berkurang, ditandainya
oleh desentrasi yang benar. Itu artnya anak mampu memperlihatkan lebih dari
satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi -
dimensi itu sama lain. Masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik.
Desentrasi dan konservasi ditunjukkan dalam eksperimen Piaget yang terkenal
mengenai konservasi, yaiu konservasi mengenai cairan. Tentang pemindahan
air dari gelas yang sama ke gelas yang lebih tinggi dan kurus, air masih sama
jumlahnyya. Ketika ditanya apakah air di gelas lebih tinggi jumlahnya lebih
banyak, anak akan menjawab tidak, artinya merxsssssssssssssssssssseka pada
tahap ini paham bahwa airnya tetap, hanya tempatnya yang berubah.
 Tahap Operasional formal usia 11 - 16
Pada tahap operasinal formal, anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat
atau didengar pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan
masalah dalam pikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai
contoh, jika A<B dan B<C maka A<C. logika seperti ini tidak dapat dipahami
anak pada tahap sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan, anak tersebut berda pada fase operasional konkret.
Perkembangannya terlihat keaarah kolektifitas kemajuan secara
berkesinambungan dan semakin baik dari hari ke hari. Dalam aktifitas mengamati
ia memiliki pengamatan yang bagus dan ketika diminta menceritakan kembali ia
mampu menceritakan dengan baik dari pengamatan tersebut, konteks baik disini
adalah sesuai indicator kelas 1. Sang anak juga mampu mengingat pelajaran -
pelajaran dengan baik, ketika dilakukan diskusi tanya jawab materi yang telah
disampaikan, anak ini mampu menjawab dengan baik. Berdasarkan hasil evaluasi
nilai kognitifnya juga selalu bagus. Hanya catatannya adalah aspek membaca yang
belum terlalu lancer, masih agak terbata- bata dan kadang mengeja.

c. Pembahasan perkembangan bahasa


Bahasa menurut KBBI adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang
baik; sopan santun, baik budinya, menunjukkan bangsa, budi bahasa atau perangai
serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan
menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). Perkembangan bahasa pada
dasarnya adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan lingkungan.
Komunikasi dipergunakan untuk menjalin relasi dengan orang lain sehingga kita
merasa menjadi bagian dari lingkungan. Kemampuan bahasa anak sekolah dasar
akan berkembang sepanjang masa sekolahnya. Siswa makin mampu memahami
dan menginterpretasi komunikasi baik lisan, tulisan maupun bahasa tubuh yang
membuat diri mereka dipahami dan memahami orang-orang yang ada
disekitarnya. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang
berarti faktor intelegensi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Semakin besar anak tumbuh dan berkembang, kemampuan bahasanya
mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungannya. Anak belajar bahasa seperti halnya
belajar hal yang lain, yaitu dengan meniru dan mengulang kata-kata yang dipakai
orang dewasa.
Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun menurut K. Eileen
dan Lynn R. Marotz (2020: 159- 215) yaitu:
1) Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng khayalan.
2) Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperi orang dewasa;
pola kalimat mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.
3) Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin banyak
menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.
4) Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.
5) Mengkritik hasil karyanya sendiri: “Saya tidak menggambar dengan benar,”
“Gambarnya lebih bagus dari dari gambarku.”
6) Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh hot
dog pada waktu piknik.”
7) Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhannya: “Hari ini
tidak hujan karena saya akan pergi piknik.”
8) Menggambarkan pengalaman secara rinci: “Pertama, kami memarkir mobil,
lalu kami berjalan mendaki jalanan kecil yang jauh, setelah itu kami duduk di atas
pohon yang rubuh di dekat danau dan makan…”
9) Memahami dan menjalan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima tahap):
kadang minta diulang perintahnya karena tidak mendengarkan seluruhnya pada
saat pertama kali disampaikan.
10) Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya
Komponen penyusun bahasa:
1. Fonologi
Fonologi merupkan cabang linguistic yang mengkaji bunyi ujar dalam bahasa
tertentu. Terdapat dua pandangan dalam mempelajari bunyi, yaitu fonetik dan
fonemik. Fonetik misalnya mampu membedakan penggunaan bebek ungags
dan bebek rujak. Sedangkan fonemik adalah membahas perbedaan bunyi
yang mirip. Seperti sari dan dari.
Pengamatan pada kenzi menunjukkan pada aspek fonologi juga sudah sesuai
dengan aturan tersebut.
2. Morfologi
Morfologi adalah cabng linguistic yang mengkaji pembentukan kata atau
morfem - morfem dalam suatu bahasa. Termasuk didalmanya membahas
seluk beluk bentuk kata dan fungsi perubahan - perubahan bentuk kata.
Perkembangan bahasa anak yang saya amati berdasarkan aspek morfologi
sudah mampu membentuk morfem yang sesuai. Missal membaca,
menyublim, dan lain - lain sudah sesuai.
3. Semantics
Semantic adalah cabang ilmu linguistic yang mengkaji makna yang
terkandung dalam bahasa, kode atau jenis lain dari representasi. Dalam
pengamatan saya tentang perkemabngan bahasa dilihat dari komponen
semnaticnya cukup baik. Missal dalam bahasa sunda ada kata - kata yang
sama dengan bahasa Indonesia, dia mampu membedakan maknanya dan
penggunaannya. Missal, kodok bahasa sunda mengambil seuatu dari lubang,
sedang bahasa Indonesia adalah Katak.
4. Syntax
Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti
dengan benar. Kenzie sudah mampu berkomunikasi dengan kalimat atau tata
bahsa yang mampu dimengerti dengan benar. Contoh aku buah makan.. ia
akan mengucapkan aku makan buah.
5. Pragmataik
Pragmatic ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa yang dikaitkan
dengan konteks pemakaiannya. Berdasarkan pengamatan perkembangan
bahsa anak dilihat dari komponen pragmatic sudah paham. Ia memahami
pennggunaan bahasa dalam berkomunikasi sesuai konteksnya, missal melihat
gambar angsa, ia akan mengatakan angsa, bukan bebek.
d. Pembahasan perkembangan berfifkir matematis
Perkembangan pemikiran matematis pada anak memiliki kemiripan dengan
perkembangan bahasa. Sebelum anak mampu berpikir matematis, mereka harus
mengetahui symbol dan makna dari symbol tersebut.
Dalam memahami konsep bilangan seorang anak harus mampu memahami konsep
bilangan cardinal yang menunjukkan sebuah kuantitas. Contoh 1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10 dan seterusnya. Menurut peneliti seperti Gelman dan Gallistel mengungkapkan
bahwa anak dikatakan paham tentang pengetahuan angka jika dapat:
1. Menggunakan semua label nomor dengan urutan yang benar
2. Menggunakan label semua nomor dalam dengan objek yang mereka hitung
3. Mengatakan angka akhir dalam urutan penghitungan untuk mengatakan
berapa banyak benda dalam satu himpunan.
Berdasarkan pengamatan, sang anak sudah mampu memahami konsep bilangan
cardinal berdasarkan indicator tersebut.
Yang ke dua adalah memahami konseo bilangan ordinal. Seorang anak harus
mengenal terlebih dahulu system numeric. Contoh symbol dari bilangan sebelas
adalah 11. Namun jika seorang anak telah memahami system numeric, bukan
berarti mereka sudah sudah dikatakan bisa berpikir matematis. Ada hal yang tak
kalah penting untuk anak dapat mencapai titik tersebut, yaitu anak perlu
mamahami konsep bilangan ordinal.
Contoh:

Lima lebih besar dari 3 lebih besar

e. Pembahasan perkembangan sosial dan emosional


Perkembangan social
Perekembangan social Pada masa kanak-kanak akhir, perkembangan sosial
ditandai dengan: (Hurlock, 1990)
 Di masa sekolah, anak belajar memperoleh keterampilan dan pengetahuan
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Bila berhasil
memperolehnya, maka timbul rasa mampu dan bergairah. Tetapi bila menemui
kegagalan, apalagi diketahui oleh orang dewasa, maka akan timbul rasa rendah
diri.
 Keterampilan masa kanak-kanak akhir:
o Keterampilan menolong diri sendiri
o Keterampilan menolong orang lain
o Keterampilan sekolah
o Keterampilan bermain
 Anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin
menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan
diri dengan pola perilaku, nilai-nilai, dan minat anggota-anggotanya (Usia
Berkelompok). Ia harus ‘berjuang’ untuk mencapai hal ini.
 Menunjukkan minat yang nyata terhadap teman-temannya dan berusaha
mengadakan kontak sosial
 Terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain
 Menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi

Perkembangan emosi
Menurut Zeman (2001), studi tentang perkembangan emosi bayi dan anak-
anak relatif baru, baru diteliti secara empirik selama beberapa dekade yang
lalu. Para peneliti melakukan pendekatan terhadap aspek ini dri berbagai
perspektif teoritik, seperti teori konstruksionisme sosial, teori emosi
diferensial, dan teori belajar sosial. Masing-masing pendekatan menggali
tentang cara bayi dan anak-anak berkembang secara emosi, memusatkan pada
pertanyaan apakah emosi dipelajari atau ditentukan secara biologis, serta
mempertanyakan tentang cara bayi dan anak-anak mengelola pengalaman dan
perilaku emosi mereka. Untuk merumuskan teori tentang perkembangan emosi
manusia, para peneliti memusatkan pada tampilan emosi yang dapat diamati,
seperti ekspresi wajah atau perilaku publik. Perasaan dan pengalaman pribadi
anak tidak dapat diteliti, sehingga interpretasi emosi harus dibatasi pada
tandatanda yang dapat diamati (diobservasi). (Zeman, 2001) Meskipun
terdapat perdebatan tentang definisi pengaturan emosi, namun pada umumnya
terdapat kesamaan pemikiran yaitu bahwa terdapat keterlibatan kemampuan
untuk mengenali dan melabel emosi dan untuk mengendalikan ekspresi emosi
dalam cara yang konsisten dengan harapan budaya. Bayi sangat mengandalkan
pada orang dewasa untuk mengatur keadaan emosional mereka. Jika merasa
tidak nyaman, mereka dapat mengkomunikasikan keadaan tersebut melalui
tangisan. Namun pada masa kanak-kanak awal (saat baru belajar berjalan),
anak mulai mengembangkan keterampilan untuk mengatur emosi mereka
dengan munculnya bahasa. Kemampuan mengartikulasikan keadaan emosi
memiliki efek mengatur yang menjadikan anak mampu mengkomunikasikan
perasaannya terhadap orang yang dapat membantu mereka mengelola keadaan
emosi mereka. Berbicara juga membantu anak melakukan pengaturan diri
(self-regulation), menggunakan bahasa yang baik untuk menceritakan diri
sendiri melalui situasi-situasi sulit. (Zeman, 2001)

Secara ringkas, Zeman (2001) merangkum perkembangan emosi masa


kanak-kanak sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Usia Perkembangan Emosi


2 tahun Anak mulai mengembangkan kemampuan berempati.

Perkembangan empati memerlukan kemampuan membaca tanda-tanda


emosi seseorang, memahami bahwa orang lain merupakan satuan
(entitas) yang berbeda dari diri sendiri, dan menempatkan diri sendiri
dalam posisi orang lain). Kemampuan kognitif ini belum terbentuk
sebelum usia satu tahun. Tanda pertama dari empati pada anak terjadi
saat mereka mencoba untuk meredakan distres. Anak akan
menggunakan bahasa yang enak didengar dan memulai kontak fisik
dengan ibu mereka saat mereka
merasa distres.

3 tahun Anak belajar bahwa ekspresi kemarahan dan agresi dikendalikan dengan
hadirnya orang dewasa. Namun, di sekitar teman sebaya, anak kurang
mau menekan perilaku emosi negatif. Perbedaan ini muncul sebagai
akibat dari konsekuensi yang berbeda yang mereka terima sehubungan
dengan ekspresi emosi mereka di hadapan orang dewasa maupun teman
sebaya. Anak mulai menginternalisasi aturan masyarakat
yangmenentukan tentang ekspresi emosi yang sesuai.
4 tahun Anak mampu merubah ekspresi emosi.

Pada usia ini, anak sudah mampu menunjukkan ekspresi emosi eksternal
yang tidak selalu sama dengan keadaan emosi internal. Kemampuan ini
mensyaratkan anak untuk memahami perlunya merubah tampilan emosi,
mengambil perspektif dari sudut pandang orang lain, mengetahui bahwa
keadaan eksternal tidak selalu sesuai dengan keadaan internal, dapat
mengendalikan otot-otot untuk menghasilkan ekspresi emosi, sensitif
terhadap konteks sosial yang menyadarkan mereka untuk merubah
ekspresi mereka, dan memiliki motivasi untuk menunjukkan ekspresi
yang berbeda tersebut dalam cara yang meyakinkan.

Permulaan Anak mengembangkan pemahaman yang sangat baik tentang keadaan


usia 4-5 emosional orang lain. Meningkatnya perkembangan kognitif menjadikan
tahun anak pra sekolah mampu sampai pada pemahaman yang lebih
kompleks tentang emosi. Melalui pengalaman yang berulang-ulang,
anak mulai mengembangkan teori mereka sendiri tentang keadaan emosi
orang lain dengan mengacu pada sebab-akibat dari emosi, dan dengan
mengobservasi dan menjadi sensitif terhadap tanda-tanda perilaku yang
mengindikasikan distres emosi. Anak pada usia ini juga mulai
memprediksi tentang pengalaman orang lain dan ekspresi emosi orang
lain, misalnya memprediksi bahwa
anak yang gembira akan mau berbagi mainan yang dimilikinya.

7-11 tahun  Menunjukkan bermacam-macam keterampilan pengaturan diri


(self-regulation). Memiliki pemahaman yang sangat baik dan
memerankan aturan budaya. Dengan demikian, anak mulai
mengetahui kapan mengendalikan ekspresi emosi, serta memiliki
keterampilan mengatur emosi yang memungkinkan mereka secara
efektif menutupi emosinya dalam cara yang sesuai dengan
masyarakat.

 Anak pada usia ini sensitif terhadap tanda-tanda kontekstual sosial


yang diberikan sebagai pengarah untuk mengekspresikan atau
mengendalikan emosi negatif.
Berdasarkan pengamatan, sang anak Menunjukkan bermacam-macam
keterampilan pengaturan diri (self-regulation). Memiliki pemahaman yang sangat
baik dan memerankan aturan budaya. anak mulai mengetahui kapan mengendalikan
ekspresi emosi, serta memiliki keterampilan mengatur emosi yang memungkinkan
mereka secara efektif menutupi emosinya dalam cara yang sesuai dengan masyarakat.
Miasalnya, saat dibandingkan dengan kakaknya ia mampu menutupi emosi rasa ingin
marah kepada orangtuanya karena dibandingkan, padahal jika di sekolah ia cerita ia
marah kepada orangtuanya.

IX. Aplikasi teori perkembangan sesuai dengan kurikulum 2013


Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Guru mengajak siswa berdo’a (Membaca 15 menit
Basmallah) dan membalas salam (Religius)
 Guru menanyakan kabar kepada siswa dan
mengabsen.
 Guru memberikan semangat
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menanyakan tentang materi yang sudah
dipelajari (Integritas)
 Setelah kegiatan pengulangan, lalu guru
memulai pembelajaran dengan bernyanyi Satu
Nusa dan Satu Bangsa (Nasionalis)
Inti  Guru mengajak siswa untuk bersama - sama 45 menit
membuka buku pelajaran tema 3 diriku bagian
bahasa Indonesia.
 Guru menjelaskan materi tersebut
 Guru meminta siswa maju ke depan untuk
membacakan teks bacaan dalam buku(untuk
melatih kepercayaan diri)
 Guru meminta siswa menceritakan dengan
sopan pengalaman siswa tentang sikap toleran
terhadap teman di sekolah yang berbeda agama
atau suku dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
 Berkomunikasi dengan tata cara yang benar,
yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, memperhatikan lawan bicara,
serta memperlihatkan raut muka yang ramah.
 Menceritakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu luang dan
kepada temanteman di kelas. (untuk
meningkatkan kepercayaan diri)
 Untuk program meningkatkan kemampuan
membaca permulaan, guru menggunkan media
kartu yang ditunjukkan pada siswa, kemudian
guru mengucapkan kata dalam kartu dan siswa
mengulanginya berkali-kali.
 Guru mengucapkan bunyi sambil bertanya kata
apa yang dibunyikan. Tahap ini dilakukan
tanpa menunjukkan kartu huruf.
 Guru menulis dan menjelaskan kembali bentuk
huruf berupa kata/ kalimat di papan tulis, anak
menelusuri dengan jari dan menyalinnya.
 Guru meminta anak menuliskan kata/ kalimat
dengan menebalkan huruf yang sudah
dipelajari.
 Dilakukan drill latihan membaca pada setiap
waktu istirahat, dan sebelum pulang sekolah.
 Latihan melancarkan membaca menggunkan
media belajar baca mandiri dari Dr. Prana
Dwija Iswara. Dengan menggunakan aplikasi
baca mandiri html dan di HP
Penutup  Siswa bersama guru melakukan refleksi untuk 10 menit
evalusi pembelajaran yang telah dilakukan.
 Guru memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
 Guru mengakhiri pelajaran dengan berdo’a dan
dilanjutkan menutup pelajaran.

X. Saran pengambangan siswa


Ananda Kenzie pada dasarnya adalah anak yang cerdas,berdasarkan pengamatan dari
semua aspek. Hanya saja membacanya belum terlalu lancar. Bukan tidak biasa, tapi
masih dieja atau agak terbata. Memang tidak menghambat kemampuan kognitifnya,
karena berdasarkan hasil tes - tes yang dilakukan, sang anak mendapatkan nilai yang
bagus - bagus, terutama dalam matematika. Akan tapi agar tidak tertinggal dengan
teman - teman lainnya, dan menjadi semakin lancer membaca, maka perlu
ditingkatkan kemampuannya. Solusinya atau sarannya adalah banyak berlatih
membaca dengan bermacam media, seperti media flash card, roda putar baca, aplikasi
baca mandiri, dan media lain yang mampu menarik sang anak. Selain itu, orang tua
harapannya terus memupuk kepercayaan diri sang anak, agar lebih percaya diri,
karena anak tersebut pada dasarnya cerdas, tapi ia kurang percaya diri. Jika disekolah
guru juga harus senantiasa mendorong dan berusaha membangkitkan kepercayaan diri
sang anak, agar potensinya dan prestasi belajarnya bisa maksimal.
XI. Lampiran *program pengembangan dan foto-foto pengamatan

Penggunaan flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca

Drilling membaca saat istirahat


Lampiran pembejaran klasikal

Anda mungkin juga menyukai