Perlindungan Dan Perawatan Bagi Petugas Dan Caregiver
Perlindungan Dan Perawatan Bagi Petugas Dan Caregiver
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi tanggap bencana. Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di
butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa
terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana. Namun, kenyataan yang terjadi di
lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang
memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah
terkesan lambat.
Sekilas peran perawat dalam penanggulangan bencana tidak hanya mengurangi morbiditas dan mortalitas korban bencana p
perawat melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase akut memberikan perawatan fisik dan mental bagi korba
pelayanan kesehatan.
inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga
KELOMPOK 6
masyarakat. Saat ini perawat memiliki berbagai jalur pendidikan, mulai dari D3, D4,
S1, Spesialis, dan Master. Namun apa yang ditemui di lapangan masih ada perawat
yang bekerja tidak sesuai dengan keilmuannya. Bila perawat itu adalah S1 maka tugas
utamanya adalah peneliti, bila D3 maka tugas utamanya adalah perawat pelaksana.
Posisi perawat sendiri dalam manajemen bencana fase ini adalah sebagai tenaga medis
formal yang bekerja dalam disiplin ilmunya atau tenaga medis informal yang dapat
sewaktu-waktu melayani masyarakat.
Fase Impact (Saat) merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat
dilakukan. Posisi perawat dalam manajemen bencana fase impact adalah sebagai
bagian dari komunitas dalam masyarakat yang mampu menjadi katalisator untuk
mengatasi persoalan medis dan non medis pertolongan bencana.
Fase Postimpact (Setelah) merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan
dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan
mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi
hingga penerimaan. Posisi perawat fase ini adalah sebagai team kesehatan yang
bekerja sama dengan lintas sektoral lainnya menangani masalah kesehatan dan
sebagai model untuk penyembuhan trauma masyarakat pasca bencana.
Efendi & Makhfudli, 2009 mengemukakan bahwa peran perawat pada pre, intra dan pasca
bencana meliputi:
Peran Perawat Pada Fase Pre-Impact
Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang
lain.
Pembekalan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan membawa persediaan
makanan dan penggunaan air yang aman.
Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telfon darurat, seperti pemadam
Bertindak cepat
Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar bagi para korban.
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan psikologis
tertentu.
Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-trumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala
trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya
Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat daruratserta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman