Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 6

PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN BAGI PETUGAS DAN CAREGIVER

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi tanggap bencana. Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di
 butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa
terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana. Namun, kenyataan yang terjadi di
lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang
memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah
terkesan lambat.

Permasalahan dalam penanggulangan bencana 


Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya

2. Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA

3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan 4.

Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

Sekilas peran perawat dalam penanggulangan bencana tidak hanya mengurangi morbiditas dan mortalitas korban bencana p
 perawat melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase akut memberikan perawatan fisik dan mental bagi korba
 pelayanan kesehatan.

Peran Perawat Dalam Bencana Sebelum, Saat dan Setelah Bencana

   Fase Preimpact (sebelum), merupakan warning phase , tahap awal dari


bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya
pada fase

inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga
KELOMPOK 6

masyarakat. Saat ini perawat memiliki berbagai jalur pendidikan, mulai dari D3, D4,
S1, Spesialis, dan Master. Namun apa yang ditemui di lapangan masih ada perawat
yang bekerja tidak sesuai dengan keilmuannya. Bila perawat itu adalah S1 maka tugas
utamanya adalah peneliti, bila D3 maka tugas utamanya adalah perawat pelaksana.
Posisi perawat sendiri dalam manajemen bencana fase ini adalah sebagai tenaga medis

formal yang bekerja dalam disiplin ilmunya atau tenaga medis informal yang dapat
sewaktu-waktu melayani masyarakat.

   Fase Impact (Saat) merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat
dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat
dilakukan. Posisi perawat dalam manajemen bencana fase impact adalah sebagai
 bagian dari komunitas dalam masyarakat yang mampu menjadi katalisator untuk
mengatasi persoalan medis dan non medis pertolongan bencana.
   Fase Postimpact (Setelah) merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan

dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan
mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi
hingga penerimaan. Posisi perawat fase ini adalah sebagai team kesehatan yang
 bekerja sama dengan lintas sektoral lainnya menangani masalah kesehatan dan
sebagai model untuk penyembuhan trauma masyarakat pasca bencana.

Efendi & Makhfudli, 2009 mengemukakan bahwa peran perawat pada pre, intra dan pasca

 bencana meliputi:
Peran Perawat Pada Fase Pre-Impact

   Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam


penanggulangan
 bencana untuk setiap fasenya.

   Perawat ikut serta dalam berbagai dinas pemerintahan , organisasi lingkungan,


palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan
 penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

   Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan


kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut:
 Usaha pertolongan diri sendiri ( pada masyarakat tersebut)
KELOMPOK 6

 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang
lain.
 Pembekalan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan membawa persediaan
makanan dan penggunaan air yang aman.
 Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telfon darurat, seperti pemadam

kebakaran, rumah sakit dan ambulance.


 Memberi informasi tenpat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.

 Memberikan informasi mengenai peralatan yang disediakan .

Peran Perawat dalam Fase Impact

   Bertindak cepat
   Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan
maksud memberikan harapan yang besar bagi para korban.

   Berkonsentrasi penuh terhadap tindakan yang dilakukan.


  Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership)


  Untuk jangka yang panjang, mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing 
dengan pihak yang terkait, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

Peran Perawat dalam Fase Post-impact

   Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan psikologis
tertentu.

   Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-trumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala
trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya

melalui flashback,  mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu


akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
 penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.

Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca gawat daruratserta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman 

Anda mungkin juga menyukai