Anda di halaman 1dari 71

i

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGGUNAAN METODE DEMONTRASI DENGAN MEDIA MODEL UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
DALAM MATERI PENYELENGGARAAN JENAZAH
KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 MENDO BARAT
KABUPATEN BANGKA

OLEH :

Imroatun Rodhoh, S. Pd.I


NIP. 19861201 200903 2 004

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA


SMA NEGERI 2 MENDO BARAT

JL. AMDPENAGAN KECAMATAN MENDO BARAT BANGKA


2022
ii

PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DINAS PENDIDIKAN

UPTD PELAKSANA TEKNIS DINAS SATUAN PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 MENDO BARAT


NSS : 301290105001 - NPSN : 69849077 Alamat : Jln. AMD Desa Penagan

Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 33173

pos-email : smanegeri2mendobarat@gmail.com websit e : sman2mb.sch.id

LEMBARAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan laporan hasil penelitian tindakan kelas
(PTK), yang telah dipublikasikan dan dokumentasikan di perpustakaan SMA Negeri 2 Mendo Barat, hasil
karya dari :
1. Identitas Penulis :
Nama : IMROATUN RODHOH, S.Pd
NIP : 198612012009032004
Unit Kerja : SMA Negeri 2 Mendo Barat
2. Jenis Karya : Laporan PTK
3. Judul : Penggunaan Metode Demontrasi dengan Media Model untuk
Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar dalam Materi
Penyelenggaraan Jenazah Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mendo Barat
Kecamatan Mendo Barat.
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan sebagai syarat Kenaikan Pangkat/Golongan.

Penagan, 18 November 2022

Kepala SMAN 2 Mendo Barat

Drs. MUHAMMAD GUNADI

NIP 19670705 199903 1 005


1

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan atas dasar kurangnya aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Siswa tidak fokus dan kurang termotivasi dalam
proses belajar mengajar, sehingga nilai hasil belajar yang dicapai siswa tidak maksimal.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan metode Demontrasi dengan Media
Model, metode yang digunakan adalah metode diskriptip kwantitatif. Bentuk penelitian yang
dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas dengan subjek dari penelitian siswa kelas XI jurusan
akuntansi SMAN 2 Mendo Barat berjumlah 32 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode demontrasi dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini terlihat dari
meningkatnya prestasi hasil belajar dan aktivitas siswa mencapai 86,36% dan ketuntasan hasil
belajar siswa 78,45.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terlihat bahwa Penggunaan Metode Demontrasi
dengan Media Model dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI jurusan MIPA
SMAN 2 Mendo Barat Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka.
2

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami bisa menyelesaikan PTK ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan modul ini.
Tentunya modul ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam PTK ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki PTK ini.

Kami berharap semoga modul yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Atas bantuan yang diberikan, penulis harapkan semoga dijadikan amal kebajikan disisi Allah
SWT dan penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.

Penagan, November 2022


Penulis

Imroatun Rodhoh, S.Pd.I


3

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .......................................................................................... 0
Abstrak ....................................................................................................... 1
Kata Pengantar ......................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 4
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 11
C. Batasan Masalah .................................................................. 11
D. Rumusan Masalah ............................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik ................................................................ 13
B. Penelitian Relevan ............................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ................................................................. 36
B. Persiapan PTK ..................................................................... 37
C. Subjek Penelitian.................................................................. 37
D. Sumber Data......................................................................... 38
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………………………. 38
F. Indikator Kinerja ………………………………………….. 40
G. Analisis Data …………………………………………….. . 41
H. Prosedur Penelitian ……………………………………….. 43

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komonikasi mengalami

kemajuan yang sangat pesat, teknologi komonikasi seperti satelit, tv, radio, dan komputer

beserta media model. Penggunaan media model ini sangat membantu aktivitas proses

belajar mengajar di kelas, terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan bacaan ayat berikut ini :


‫ٰيٓاَيُّها الَّذ ْينَ ٰامنُ ْٓوا ا َذا قيْل لَ ُكم تَفَ َّسحُوْ ا فى ْالم ٰجلس فَا ْفسحُوْ ا ي ْفس هّٰللا‬
ِ ;َ‫ح ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن ُش ; ُزوْ ا فَا ْن ُش ; ُزوْ ا يَرْ ف‬
‫;ع‬ ِ َ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ َ

‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬


ٍ ۗ ‫هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬

Artinya:Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:"Berlapang-


lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
1
(Q.S.Al-Mujadillah: 11)

Penemuan-penemuan baru dalam ilmu dan teknologi telah membawa pengaruh yang

sangat besar dalam bidang pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut bukan saja terjadi

pada kurikulum, metodologi pengajaran, tetapi juga terjadi dalam bidang administrasi,

organisasi dan personil. Perubahan tersebut merupakan suatu inovasi dalam sistem

pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada, yang juga termasuk didalamnya

media pembelajaran. Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar

yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar

mengajar khususnya dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

1
Al-Qur’an terjemahan
Wina Sanjaya, Penelitian tindakan Kelas (Kencana; Jakarta),2010. h. 56
5

Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk

menyerupai orang dewasa.2 Menurut Jean Piaget Pendidikan sebagai penghubung dua sisi,

disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi lain nilai sosial, intelektual dan moral yang

menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap

individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

hidupnya. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar

dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan

siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan dalam diri siswa dalam

tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap.3

Dalam kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan yang bersinergi yaitu guru mengajar

dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar dengan baik agar dapat

menerima materi yang diberikan oleh seorang guru, dan guru juga harus berkompeten

didalam melakukan pembelajaran. Guru yang menguasai secara mendalam terhadap materi

yang ia ingin sampaikan itulah guru yang profesional.

Undangu-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Masih cukup banyak guru yang memakai metode konvensional dalam melaksanakan

pembelajaran. Metode tersebut bukanlah suatu kesalahan, tetapi jika terus menerus hal

tersebut dipakai tentunya tidak ada variasi didalam seorang guru dalam melakukan

2
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( Bandung: Alfabeta, 2011 ) h.15
3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Bumi Aksara, 2011), h. 48
4
Departemen Agama RI, Sisdiknas, (Jakarta:2006), h.8
6

pembelajarannya. Sudah saatnya guru harus mengembangkan metode pembelajarannya

kearah yang lebih kreatif dan inovatif.

Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak

hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan.

Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu

menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Daradjat, pada dasarnya ada

tiga kopentensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: kopentensi kepribadian, kompetensi

penguasaan atas bahan dan kompetensi cara-cara mengajar.5

Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh dalam

kepribadian guru. Dengan memiliki tiga kompetensi dasar tersebut diharapkan seorang guru

dapat mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara

profesional. Seorang guru harus mampu merencanakan, menyusun program satuan

pelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih

metode yang bervariatif dan efektif.

Menurut Usman6, bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru

menguasai dan mampu mengatur siswa dan model pembelajaran serta mengendalikannya

dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, disamping itu juga

hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa merupakan

syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Ketepatan seorang guru dalam memilih metode

pengajaran yang efektif akan dapat menghasilkan tercapainya tujuan pembelajaran yang di

inginkan. Sebaliknya jika seorang guru dalam memilih metode pengajaran tidak sesuai

dengan materi yang akan disampaikan maka tujuan pembelajaran yang efektif tersebut tidak

akan tercapai. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukardi bahwa, proses

5
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.263
6
.M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.Rosdakarya, 2007), h,97
7

pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang

tidak efektif.7

Berdasarkan hal di atas, salah satu ciri keberhasilan belajar adalah ketika seorang

guru bisa mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik yang berakhlak

mulia serta mampu membuat suatu yang baru dalam mengembangkan pola pembelajaran

kearah yang lebih efektif dan kreatif. Dalam rangka mewujudkan tercapainya suatu tujuan

pendidikan itu membutuhkan berbagai macam cara, suatu cara didalam proses pembelajaran

lazim disebut dengan metode. Karenanya penerapan metode yang tepat sangat

mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Salah satu contoh dalam

menyajikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat digunakan metode

demontrasi. Seorang guru diharapkan dapat menyajikan materi dengan menggunakan

metode demotrasi yang dapat membantu proses belajar mengajar di kelas agar

penyampaian materi lebih mudah diserap oleh siswa.

Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah kejuruan terdiri atas empat mata

pelajaran, yaitu : Alqur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah kebudayaan Islam.

Keempat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri dimana Al-Quran hadits

menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara

tekstual dan konstektual serta mengamalkan kandungan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek

Akidah menekan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan

yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al-asmaul Husna. Aspek fikih

menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang baik dan

benar. Aspek sejarah kebudayaan islam menekankan pada kemampuan mengambil inti dari

peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam) meneladani tokoh-tokoh berprestasi.8

Berdasarkan hasil observasi awal pada semester pertama tahun pelajaran 2019/2020

yang dilakukan oleh peneliti, terlihat adanya kesenjangan antara target yang ditetapkan
7
Sukardi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu. 2010), h. 10
8
. Mahmud Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yokjakarta, Pilar Media, 2011), h.179-182
8

dengan fakta yang terjadi dilapangan. Sebagian besar siswa masih banyak yang kurang

bergairah atau bersemangat didalam belajar, bersikap kurang kreatif (pasif). Akibatnya para

siswa merasa sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran

yang diajarkan. Atas dasar hal tersebut dimungkinkan karena kurang termotivasinya

siswa yang disebabkan guru tidak menggunakan metode yang kurang menarik perhatian

siswa dalam menyampaikan materi pembelajarannya. Ketepatan seorang guru dalam

memeilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat

menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang

diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang

efektif dalam suatu pembelajara, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai

pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukadi

bahwa, proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai

pembelajaran yg tidak efektif.9

Dalam pemilihan metode pengajaran ada beberapa faktor yang harus menjadi dasar

pertimbangan yaitu: berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik, kemampuan

guru, sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta

kelemahan metode pengajaran.10

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mencoba menggunakan metode demontrasi dalam penyampaian

materi Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Mendo Barat Kecamatan Mendo Barat

semester Ganjil tahun ajaran 2022/2023. Dengan harapan dapat mempermudah

komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses mengajar dan dapat meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Mendo Barat Kecamatan Mendo Barat

9
Sukardi, Guru powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu.2006), h. 10
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.
191-193
9

Seorang siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam dikatakan kurang

berhasil apabila perubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukan

kebijaksanaannya untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat dalam

waktu yang telah ditentukan . untuk mencapai suatu prestasi belajar yang maksimal,

banyak aspek yang mempengaruhinya, diantaranya aspek guru, siswa, metode

pembelajaran dan lain-lain.

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran disekolah umum

mempunyai peranan yang sangat strategis dan sangat signifikan dalam pembentukan moral,

akhlak, dan etika peserta didik. Dalam kurukulum SMA edisi 2004 merupakan mata

pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.

Agama Islam memiliki tiga kerangka dasar yaitu : aqidah, syariah, dan akhlaq. Pendidikan

Agama Islam adalah suatu proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik

dan mengangkat derajat kemanusiaannyanya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah)

ajaran islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 11 Mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam berfungsi memekarkan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotor,

dan afektip. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai, timbulnya hal tersebut adalah dari stimulasi

yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Dengan demikian belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Kompleksitas

belajar dapat dipandang dari dua subjek yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa

belajar dialami suatu proses , siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan

belajar. Dari guru proses belajar tersebut tampak sebagai prilaku belajar tentang sesuatu

hal. Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang dimulai dengan

kemampuan pemahaman konsep dasar tentang Pendidikan Agama Islam itu sendiri,

mengingat pentingnya pendidikn agama islam dalam berbagai bidang kehidupan manusia

11
H.M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), h 17
10

maka perlu diperhatikan mutu pengajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam yang diajarkan disetiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk pengetahuan tentang

Pendidikan Agama Islam maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang

baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai. Salah satu

cara untuk memperoleh pengetahuan Pendidikan Agama Islam yang baik dan untuk

mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan

menggunakan metode pembelajaran demontrasi. Yang dimaksud dengan metode

demontrasi ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunakan peragaan yang

ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua siswa lebih mudah

dalam memahami materi pembelajaran.12 Dengan metode demontrasi, guru akan lebih

mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka

melakukan kegiatan yang sama.

Program pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar yang dilakukan di SMA Negeri

2 Mendo Barat berawal pukul 07.30 s/d pukul 14.00 wib dalam arti dapat menimbul rasa

kejenuhan pada diri masing-masing anak, jika bentuk pembelajaran yang dilakukan hanya

seperti memakai metode ceramah, diskusi, yang sipatnya cepat menimbulkan rasa bosan.

Dari pernyataan dan teori yang telah dipaparkan di atas maka peneliti ingin

melakukan penelitian tindakan kelas terhadap” Penggunaan Metode Demontrasi Dengan

Media Model Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Dalam Materi

Penyelenggaraan Jenazah kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mendo Barat Kabupaten

Bangka”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah dilakukan dengan munculnya masalah-masalah yang ada di

kelas antara kain :

12
Ismail, Srategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ( Semarang, Rasail Media Group, 2009 ) h.
20
11

1. Hasil tes siswa pada tahun sebelumnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dibawah

KKM 75

2. Guru PAI belum melaksanakan tugas perencanaan pembelajaran dengan baik

3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI tidak bervariasi

4. Metode pembelajaran yang dipakai tidak menarik perhatian siswa

5. Rendahnya aktivitas siswa dalam belajar PAI

6. Perhatian siswa didalam pembelajaran PAI cenderung tidak fokus

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, penulis membatasi

masalah penelitian pada “penggunaan metode demontrasi dengan media model dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mendo Barat ”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka

penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan Metode demontrasi dengan media model pada materi Pendidikan

Agama Islam untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Mendo Barat ?

2. Bagaimana penggunaan Metode demontrasi dengan media model dalam penyajian atau

penyampaiannya dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas

XI IPA di SMA Negeri 2 Mendo Barat ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini

adalah untuk :
12

1. Menemukan metode demontrasi dengan perbantuan media model yang tepat dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam melakukan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam khususnya kelas XI.

2. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan penggunaan metode demontrasi dengan media model.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan dapat melengkapi penelitian sejenis dengan cakupan subjek kelas XI .

2) Memberikan informasi tentang karateristik siswa kelas XI IPA khususnya di sekolah

SMA Negeri 2 Mendo Barat dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada

pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti dan observer sebagai masukan untuk peningkatan pengelolaan kelas

dengan menggunakan metode demontrasi di sekolah menengah atas.

2. Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam belajar penyelenggaraan jenazah dengan

mengunakan metode demontrasi dengan harapan agar siswa tidak jenuh dan bosan.

3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah, guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Khalayak umum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu pengembangan

ilmu pengetahuan yang dampaknya akan kita rasakan kedepan bagi generasi kita.

5. Pengembangan keilmuan, dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dunia

Pendidikan.

BAB II

KAJIAN TEORI
13

A. DESKRIPSI TEORITIK

1. Pengertian Metode Demontrasi

Metode demontrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan

untuk memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan

sesuatu kepada anak didik.13 Selanjutnya menurut Ahmad Munji Nasih metode demontrasi

adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan

melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.14

Demontrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu anak didik

untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.15

Aspek yang penting dalam menggunakan metode demontrasi diantaranya:

1. Demontrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemontrsikan

tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. misalnya alatnya terlalu kecil atau

penjelasannya tidak jelas.

2. Demontrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa

sendiri tidak dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai

pengalaman yang berharga.

18
3. Tidak semua hal dapat didemontrasikan dikelas karena alat-alat yang terlalu besar atau

yang berada ditempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.

4. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang di

demontrasikan.

13
.Ismail SM , Srategi pembelajaran Agama Islam Berbasis paikem ( Semarang Rasail Media group, 2008)
Hal 20
14
Ahmad Munjih Nasih dan lilik Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
( Bandung: Refika Aditama,2009), h. 63
15
Ibid..., h.63
14

5. Dan adapun sebaiknya dalam mendemontrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih

dahulu mendemontrasikan dengan sebaik-baiknya, baru diikuti oleh murid-muridnya

yang sesuai petunjuk .

Dari beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penggunakan metode

demontrasi tersebut penulis dapat menyimpulkan karateristik metode mengajar demontrasi

antara lain:

1. Berpikir sistematis

2. Pemahaman terhadap proses sesuatu

3. Menggunakan alat-alat bantu

4. Ada proses peniruan

5. Menganalisa kegiatan secara proses

6. Mempertunjukkan objek yang sebenarnya

7. Guru dan siswa sama-sama mempunyai aktivitas

Adapun dalam metode demontrasi ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya

sebagai dapat dipaparkan dibawah ini.

Kelebihan metode demontrasi antara lain:16

1. Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh

guru dapat diamati

2. Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di demontrasikan, jadi

proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak kepada

masalah lain

3. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

4. Dapat menambah pengalaman anak didik

5. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan

6. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit
16
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam....,
h.64
15

7. Dapat menjawab semua masalah yang timbul didalam pikiran setiap siswa

karena ikut serta berperan secara langsung.

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demontrasi tersebut, maka

dalam bidang study Pendidikan Agama Islam ada beberapa hal yang dapat

didemontrasikan seperti pelajaran tajwid, sholat dan materi penyelenggaraan jenazah.

Prosedur yang harus dilakukan dalam pembelajaran metode demontrasi adalah:

1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut.

2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemontrasikan

3. Pelaksanaan demontrasi bersamaan dengan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.

4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, atau laatihan) terhadap hasil demontrasi.

5. Membuat kesimpulan.

Apabila materi penyelenggaraan jenazah ini yang betul dan baik telah dimiliki

oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemontrasikan didepan para murid,

tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan

kesan yang dalam bagi anak didik, karena guru telah memberikan pengalaman kepada anak

didik baik bagi anak didik yang menjalankan demontrasi ataupun bagi yang

menyaksikannya.

Kekurangan metode demontrasi antara lain:17

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Apabila terjadi kekurangan media, metode demontrasi menjadi kurang efesien

3. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya

4. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit

5. Apabila siswa tidak aktif maka metode demontrasi menjadi tidak efektif.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunakan metode demontrasi tersebut

adalah:
17
Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...,h.
63
16

1. Rumuskan secara spesific yang dapat dicapai oleh siswa

2. Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur

sesuai dengan sekenario yang telah direncanakan.

3. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum demontrasi dimulai

4. Usahakan dalam melakukan demontrasi tersebut sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya.

Peran metode demontrasi dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar

penggunaan metode demontrasi perbantuan media model ini mampu

mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima.

Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benar-

benar efektif dan efesien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan

pesan pembelajaran yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa. metode yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah metode demontrasi. Metode demontrasi mempunyai

kemampuan atau potensi mengatasi kekurangan guru, metode demontrasi mampu

menyampaikan materi secara jelas dan mudah dipahami siswa. Dengan demikian

penggunaan metode demontrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan aktivitas

serta prestasi belajar siswa akan meningkat

2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demontrasi

a. Tahap persiapan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan:

1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai setelah proses demontrasi berakhir, yang mana

tujuan ini meliputi aspek seperti aspek pengetahuan, sikap atau kerampilan.

2. Persiapkan garis besar langka-langkah demontrsi yang akan dilakukan. Garis-gari besar

langkah demontrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.

3. Lakukan uji coba demontrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan
17

b. Tahap pelaksanaan

1. Langkah pembukaan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum demontrasi dilakukan

diantranya:

a) Mengatur tempat duduk agar semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa

yang didemontrasikan.

b) Mengemukakan tujuan yang harus dicapai oleh guru dan siswa

c) Menugaskan siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan

demontrasi.

2. Langkah-langkah pelaksanaan demontrasi

a) Mulailah demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk

berfikir, contoh dengan pertanyaan-pertanyaan, sehingga mendorong siswa untuk

tertarik memperhatikan demontrasi.

b) Dapat menciptakan suasana yang menyejukkan misalnya siswa tidak merasa tegang

dalam belajar, adanya humoris yang mengandung nilai pendidikan.

c) Meyakinkan siswa bahwa materi yang diberikan adanya suatu respon positif dari

siswa tersebut.

d) Berikan kesempatan kepada siswa agar mereka aktif memikirkan apa yang sedang

diperhatikan pada saat demontrasi itu berlangsung.

3. Langkah mengakhiri demontrasi

Apabila demontrasi telah dilakukan, proses pembelajaran hendaknya diakkhiri

dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk meyakinkan apakah siswa

memahami proses demontrasi itu atau tidak. Kemudian guru dan siswa diharapkan

melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demontrasi guna perbaikan

berikutnya.

4. Aktivitas Belajar
18

Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung

banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-

masing siswa tersebut terdapat prinsip aktip yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.

Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu mengarahkan

tingkah laku menuju ketingkat perkembangan yang diharapkan.

Pandangan Islam mengenai aktivitas ini dapat disimpulkan dalam berbagai dalil naqli

Qs. Al-Alaq: 1-5

َ ُّ‫ اِ ْق َرْأ َو َرب‬٢ ‫ق‬


٥ ‫ َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬٤ ‫ الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬٣ ‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
َ َ‫ َخل‬١ ‫ق‬ َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬

Artinya: Bacalah dengan menyebutkan nama Tuhanmu yang telah menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan TuhanMulah yang maha mulia,
yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya

Ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima oleh nabi Muhammad, yang

diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua umat manusia untuk selalu menelaah,

membaca, belajar, dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia itu sendiri. Perintah

membaca, belajar, berargumentasi, smenulis dengan perantaraan Qalam (pena). Ini jelas

menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Hal ini termasuk kedalam suatu

aktivitas yang mana manusia harus terus berupaya merubah konsep perbaikan dirinya menuju

kepada aktivitas islam sejati.

Pendidikan modren lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar

sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan

keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal

tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pandangan asas keaktifan

(aktifitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.18
18
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), h 90.
19

a. Jenis-jenis Aktivitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi,

antara lain Dierich (dalam Hambali) membagi kegiatan belajar menjadi delapan kelompok,

sebagai berikut:

a) Kegiatan-kegiatan visual: Membaca, melihat gambar gambar, mengamati eksperimen,

demontrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan suatu pakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik,

mendengarkan siaran radio.

d) Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,

bahan-bahan copy, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi

angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f) Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari,

berkebun.

g) Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, mencegahkan masalah,

menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h) Kegiatan-kegiatan emosional: Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Dari pendapat Dierich (dalam Hamalik) diatas dapat difahami aktivitas dalam

kegiatan belajar itu adalah menulis, membaca, mendengar, melihat, dan meliputi kerja

metrik, mental, dan emosional.


20

Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu,

antara lain :

1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

3) Memupuk yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat

memperlancar kerja kelompok.

4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat

bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.

5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan,

musyawarah dan mufakat.

6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat , dan hubungan

antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya

verbalisme,

8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam

masyarakat yang penuh dinamika.

b. Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Belajar

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran.

Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat

alternatif yakni:
21

a) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas. Asas aktivitas dapat dilaksanakan

dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang tersruktur, baik dalam bentuk

komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil.

b) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui

metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah dan

sebagainya.

B. PENELITIAN RELAVAN

1. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Upaya atau hasil belajar dalam pencapaian tujuan pendidikan harus dilaksanakan

dengan semaksimal mungkin, hasil belajar Pendidikan Agama Islam tertumpuh pada empat

aspek, yaitu (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat-ayat Allah

SWT. Dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis (anfus); (2) mengetahui ilmu

Allah SWT, melalui pemahaman terhadap kebenaran mahkuk-Nya; (3) mengetahui kekuatan

(qudrah) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreativitas mahluk-Nya; dan

(4) mengetahui apa yang diperbuat Allah SWT. (Sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan

jenis-jenis prilakunya.19 Ajaran islam yang dibawah Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT

berisi pedoman hidup pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan

dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan mahkluk bernyawa yang lain dengan benda

mati dan dengan alam semesta.20

19
Abdul mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010), h. 78
20
Ahmad Munjin Naseh dan Lilik Kholidah, Metode Dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...,h
14-15
22

Setiap materi pelajaran selalu mempunyai karateristik yang berkaitan dengan tujuan

pembelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun karateristik

pendidikan agama Islam antara lain:21

1. Pendidikan Agama Islam memiliki dua sisi kandungan. Pertama sisi keyakinan yang

merupakan Wahyu Ilahi dan Sunnah Rasul, berisikan hal-hal yang mutlak dan berada

diluar jangkauan indra dan akal. Kedua, sisi pengetahuan yang dapat diindrakan dan

dinalar, pengalaman-pengalaman yang terlahir dari fikiran dan prilaku para pemeluknya.

2. Pendidikan Agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada

pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat Ilahiyah yang jelas dan pasti, baik

dalam hubungan manusia dengan pencipta, dengan sesama, maupun dengan alam sekitar.

3. Pendidikan Agama Islam bersifat fungsional, terpakai sepanjang hayat manusia

4. Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk menyempurnakan bekal keagamaan anak didik

yang sudah terbawa sejak dari rumah.

5. Pendidikan Agama Islam tidak dapat diberikan secara persial melainkan secara

konfrehensif dan holistik pada setiap level lembaga pendidikan yang sesuai dengan

tingkat daya berfikir mereka.

Dengan demikian karateristik tersebut diatas dalam ajaran islamnya sudah mencakup

semua dimensi-demensi kehidupan dari pelajaran pendidikan Agama islam itu sendiri.

Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa,

tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam

hasil belajar. Yakni a.keterampilan dan kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian, c. Sikap

dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: a.

21
Ahmad Munjin Naseh dan Lilik Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...,
h 15-16
23

Informasi verbal, b. keterampilan intelektual. c. strategi kognitif. d. sikap. e. Keterampilan

motoris.22

Perumusan tujuan Pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang

meliputi beberapa aspeknya, misalnya tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan

karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu

sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran:191 sebagai berikut :

َ ‫ض َر َّب َنا َما َخلَ ْقتَ ٰه َذا بَاطِ اًل ۚ ُسب ْٰح َن‬
َ ‫ك َفقِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ ِ ‫الَّ ِذي َْن َي ْذ ُكر ُْو َن هّٰللا َ قِ َيامًا َّوقُع ُْو ًدا َّو َع ٰلى ُج ُن ْو ِب ِه ْم َو َي َت َف َّكر ُْو َن فِيْ َخ ْل ِق الس َّٰم ٰو‬
ۚ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬

Artinya : (Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “ Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan semua ini sia-sia; Maha suci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.23

Diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya

berupa ibadah (sebagai ‘abd Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya dimuka bumi (khalifah

Allah). Sebagaimana firman Allah dibawah ini dalam surat Al-An’am 162.

‫اي َو َم َماتِيْ هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي ۙ َْن‬


َ ‫صاَل تِيْ َو ُن ُسكِيْ َو َمحْ َي‬
َ َّ‫قُ ْل اِن‬
Artinya: Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan
sekalian Alam.”

Berdasarkan isi kandungan ayat pada Qs Ali-Imran:191 dan Qs.Al-An’am 162

tersebut diatas bahwa Allah SWT menciptakan manusia tidaklah dengan sia-sia melainkan

ada tujuan – tujuan tertentu dijadikannya sebagai abdi Allah dan sebagai pemimpin dimuka

bumi. Bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang

telah ditetapkan. Yang mana tujuan Pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu,

prinsif-prinsif itu adalah:24

22
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003),h 23

23
Abdul Mujib,Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), h.71
24
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana Prenada Media) h. 73
24

1. Prinsif universal (Syumuliyah). Prinsip yang memandang keseluruan aspek agama

(akidah, ibadah, dan akhlak serta muamalah), manusia (jasmani, rohani,dan nafsani),

masyarakat dan tatanan kehidupannya.

2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qaiqtishadiyah). Prinsip ini adalah

keseimbangan antara berbagai asfek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan

individu dan komunitas.

3. Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip yang didalam terdapat ajaran dan hukum yang

memberi kejelasan terhadap kejelasan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hukum

masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan,kurikulum, dan metode pendidikan.

4. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip yang memperhatikan perbedaan

pesrta didik, baik ciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, minat sikap, tahap pematangan

jasmani, akal, emosi, sosial, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa

semua individu tidak sama dengan yang lainnya.

Dari beberapa prinsip tujuan pendidikan islam tersebut mencerminkan suatu arah

yang hendak dicapai mencakup segala aspek perkembangan peserta didik.

Tujuan merupakan standar usaha yang ditentukan, serta mengarahkan usaha yang

akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping

tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-

citakan, dan terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha

pendidikan.25

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif,

dan ranah psikomotoris.

25
Ahmad d. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung:`Al-Ma’arif,1989) h. 45-46
25

Ranah kognitif yang di maksud dalam hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah

pengetahuan anak/ siswa di dalam menggali ajaran Islam itu sendiri. Ruang lingkup ajaran

Islam mencakup tiga domain, yaitu:26

1. Kepercayaan (i’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman, seperti iman kepada

Allah, Malaikat, Kitabullah, Rasulullah, hari kebangkitan, dan takdir

2. Perbuatan (amaliyah), yang terbagi dua bagian: (1) masalah ibadah, berkaitan dengan

rukun Islam, seperti syahadat, sholat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lain yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT. (2) masalah muamalah, berkaitan

dengan interaksi manusia dengan sesamanya, baik perseorangan maupun kelompok

seperti akad, pembelanjaan, hukuman, hukum jinayah (pidana dan perdata).

3. Etika (khuluqiyah), berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adab, atau sopan santun

yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai keutamaan, nilai-nilai

seperti jujur (shidiq), terpecaya (amanah), adil,sabar, syukur, pemaaf, tidak tergantung

pada materi (zuhud), menerima apa adanya (qana’ah), berserah diri kepada Allah

(tawakal), malu berbuat buruk (haya’), persaudaraan (ukhuwah), toleransi (tasamuh),

tolong menolong (ta’awun), dan saling menanggung (takaful) adalah serangkaian bentuk

dari budi pekerti yang luhur (akhlaq al-karimah.

Dari tiga asfek ruang lingkup diatas dapat di simpulkan mewakili dari ketiga ranah yang

di inginkan dalam hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yakni dari asfek kognitif

(pengetahuan) afektif (sikap ) dan psikomorik (perbuatan)

a. Ranah kognitif (tipe hasil belajar pengetahuan)

Istilah pengetahuan dimaksud sebagai terjemahan dari kata Knowledge dalam

taksonomi bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam

istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hapalan.

26
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kencana Prenada Media) h 12
26

Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut perlu dihafal dan di ingat

agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan.

1. Tipe hasil belajar Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu: a.

pemahaman terjemahan. b. pemahaman penafsiran. c. pemahaman ektrapolasi.27

Pemahan terjemahan adalah pemahaman tingkat terendah mulai dari

terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke dalam

bahasa arab. Pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagian-bagian

terdahulu dengan diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari

grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

Pemahaman ektrapolasi yakni pemahaman tingkat tinggi yang mana seseorang

diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang

konsekwensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,

ataupun masalahnya.

2. Tipe hasil belajar aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongrit atau situasi

khusus.Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Abtraksi adalah suatu

proses hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku

dibidang ilmu tertentu.

c. Tipe hasil belajar analisis

27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003),h 24
27

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas susunanannya. Analisis merupakan kecakapan yang

komplek, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumya. Dengan

analisis diharapkan seseorang mempunyai pengalaman yang komprehensif dan

dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk

beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya,

untuk hal lain lagi memahami sistimatikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat

berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikaasikannya pada situasi

baru secara kreatif.28

d. Tipe hasil belajar sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman,

berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat di pandang sebagai berpikir konvergen

yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir devergen. Dalam berpikir

konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang

sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir devergen. Dalam berpikir

devergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Berpikir sintesis

merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

Berpikir kreatif merupakan hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.

Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas

juga beroperasi dengan cara berpikir devergen .

e. Tipe hasil belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, dan metode. Dilihat

dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kreteria atau standar

28
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Kencana Prenada Media) h 27
28

tertentu. Dalam tes esay standar atau kreteria tersebut muncul dalam bentuk frase.

Dalam proses pembelajaran evaluasi sangatlah penting, dengan evaluasi seseorang

dapat mengetahui batas kemampuan yang dimilikinya. Mengembangkan

kemampuan evaluasi harus dilandasi dengan pemahaman, aplikasi, analisis, dan

sintesis. Dengan demikian akan mempertinggi mutu evaluasinya. Hasil belajar

sebagai objek evaluasi tidak hanya bidang kognitif tetapi juga hasil belajar bidang

afektif dan psikomotoris.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan

bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki

penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi

belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan pembelajaran kognitif dan ini

harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh

sebab itu penting dinilai hasil-hasilnya. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif

sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana

sampai tingkat yang kompleks.

1. Receving/ attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,

gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini kesadaran, keinginan untuk menerima

stimulus, kontrol, atau rangsangan dari luar.

2. Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

simulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,

kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
29

3. Valuing (penilaian). Dalam evaluasi penilaian ini termasuk pada kesediaan

menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan

kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistim organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain.

5. Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai

yang telaah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yakni :

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, motoris

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi

Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar saat ini,

tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar

bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang apektif dan

psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penelitian.

Dari uraian diatas beberapa rumusan tujuan pendidikan mengklasifikasikan

hasil belajar Benyamin Bloom yang telah membagi tiga ranah tersebut tidak dapat

dipisahkan dalam kita melakukan aktivitas pembelajaran. Ranah kognitif ditipe hasil

belajar pengetahuan sangat tinggi pemahamannya.


30

2. Pengertian Media model

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audian (siswa)

untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Pada hakikatnya penggunaan media dalam proses belajar mengajar merupakan

proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia komunikasi

tersendiri dimana guru atau dosen dan siswa atau mahasiswanya bertukar pikiran untuk

mengembangkan ide dan pengertian.29

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media sangatlah berperan

penting didalam proses pembelajaran, dengan suatu alat/ media siswa dapat menimbulkan

dalam dirinya semangat belajar. Karena didorong untuk selalu kreatif dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang kita inginkan. Media dapat juga dijadikan suatu dunia komunikasi

tersendiri bagi guru dan para siswanya. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar

mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut :

1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau

mahasiswa

2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung

oleh siswa di dalam kelas, seperti objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-

gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan media akan dapat

diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.

3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan

belajarnya.

29
. Asnawir, Media pembelajaran. (Jakarta Ciputat pers). Hal. 20
31

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat

secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan hal-

hal yang ingin dicapai

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongrit, dan realistis. Penggunaan

media seperti gambar, film, model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar

yang benar

6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan

media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam dan konsep-konsep dengan

sendirinya semakin lengkap. Sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu

timbul

7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar

Dari uraian tentang penggunaan media diatas sangatlah mendukung, pemanfaatan

media tersebut tentu terjadi perkembangan positif disini antara guru dan siswa saling dapat

memberi nilai aktifitas yang sangat penting yaitu memberikan motivasi kepada siswa,

membangkitkan minat baru dan adanya interaksi langsung guru, siswa dan lingkungan kelas

pembelajarannya.30

3. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi

mutu proses kegiatan belajar mengajar. Media merupakan komponen yang sangat penting

dalam suatu proses komunikasi. Proses komunikasi melibatkan paling kurang tiga komponen

utama, yakni pengirim atau sumber pesan (source), perantara (media), dan penerima

(receiver).

Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsif penggunaannya antara lain:

1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari

suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai

30
Rayandra Asyar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran ( Jakarta, Gaung Persada) h. 92-93
32

tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu

dibutuhkan.

2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan

dalam/usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

3. Guru hendaknya benar-benar menguasai tehnik-tehnik dari suatu media pengajaran yang

digunakan.

4. Penggunaan media pengajaran harus di organisir secara sistimatis bukan sembarang

menggunakannya.

5. jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu macam media, maka guru

dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar

mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.

Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran

dalam proses belajar mengajar, yakni:

1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan

2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat merespon siswa belajar

3. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran

siswa.31

Banyak manfaat dari media pembelajaran yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

a. Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian

materi pembelajaran yang diberikan dikelas seperti buku,media boneka, poto dan nara

sumber sehingga peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai karateristik

masing-masing.

b. Peserta didik punya pengalaman yang beragam selama proses pembelajaran.

Pengalaman yang bervariasi ini akan sangat berguna bagi peserta didik dalam

31
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta Gaung persada) h. 40
33

menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab yang berbagai macam, baik dalam

pendidikan, di masyarakat dan lingkungan kerjanya.

c. Memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya dalam pelajaran Pendidikan

Agama Islam adanya ditampilkan dilayar kaca peristiwa manasik haji, sikap perilaku

terpuji, dan penyelenggaraan jenazah.

d. Dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis, menggunakan kemampuan

imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas

dan inovatif.

e. Menambah kemenarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan

semangat minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi

yang disajikan, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.

4. Fungsi Media Model Pembelajaran

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar

mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa

dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang

komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana kongrit, serta mudah dipahami. Dengan

demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap

materi pembelajaran.32

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis

antara lain media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa,

media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan, media

dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis, dan media dapat

membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.33

Jadi penggunaan alat media pembelajaran ini merupakan salah satu sarana untuk

meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah SMA Negeri 2
32
Rayandra Asyar, Kretaif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta, Gaung Persada) h. 20
33
.Usman, Basyirudin, Media Pembelajaran, Jakarta Ciputat pers, h 14
34

Penagan Kecamatan Mendo Barat khususnya dikelas XI IPA. Media yang dipilih disini

adalah memakai suatu metode demontrasi dengan media model boneka.

5. Hubungan Metode Dan Media Model Dengan Aktivitas Dan Hasil Belajar

Metode dalam pandangan Arifin (dalam Naseh) adalah suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai tujuan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “metode“ adalah cara yang teratur

dan berpikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat kita pahami bahwa metode ini

sangat berperan penting didalam proses pembelajaran, media model adalah suatu alat yang

digunakan seorang guru didalam menyampaikan materi yang akan diberikan, sehingga

tentunya hubungan antara penggunaan metode dan media model didukung dengan adanya

suatu bentuk penyatuan antara metode dan media model yang saling menberikan kelancaran

didalam seorang guru menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam.

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam masalah menegakkan sholat pernah

mengajarkan kepada sahabat dengan menggunakan metode “demontrasi” di depan mereka,

agar mereka lebih jelas dan mudah menirunya. Nabi memerintahkan sebagai berikut:

‫صلو ا كما ر ايتمو ني ا صل‬

Artinya: Sholatlah kamu seperti kamu lihat aku sholat

Penulis membaca dalam sejarah pendidikan Islam. Al gazali, seorang ahli pikir dan

ahli tasawuf Islam yang terkenal dengan gelar “Pembela Islam” (Hujjatul Islam), banyak

mencurahkan perhatian kepada masalah pendidikan. Menurut Al-gazali, seorang pendidik

agar memperoleh sukses dalam tugasnya harus menggunakan metode serta cara yang tepat

arah.34 Al-Gazali menguraikan antara lain “... metode untuk melatih anak adalah salah satu

dari hal-hal yang amat penting. Anak adalah amanat yang dipercayakan kepada kedua orang

tuanya. Hatinya bersih, murni, laksana permata yang amat berharga, sederhana, dan bersih

dari ukiran dan gambaran apapun.

34
. Al- Gazali, Al Ihya Ulumudin, juz III, h. 63
35

Dari pemikiran Al-gazali tersebut dapat penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa

seorang guru harus dapat memberikan metode yang tepat sasarannya kepada anak didik yang

sedang diajarkan, dan tiap ukiran yang digoreskan oleh seorang guru kepadanya dan ia akan

cenderung kearah manapun yang kita kehendaki. Oleh karena itu, bila dibiasakan dengan

sifat-sifat yang baik, maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan

akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Orang tuanya, gurunya, pendidiknya

juga akan turut berbahagia bersamanya. Sebaliknya, bila anak itu kita biasakan dengan sifat-

sifat jelek dan kita biarkan begitu saja maka dia akan celaka dan binasa.

Hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah ketaatan kepada kekuasaan Allah

mutlak yang mana mengandung makna penyerahan diri secara total kepada Allah Yang Maha

Esa menjadikan manusia menghambahkan diri hanya kepadanya semata. Bila manusia telah

bersikap menghambakan diri sepenuhnya kepda Allah (Khaliknya) berarti telah berada

didalam dimensi kehidupan yang menyejahterahkan di dunia membahagiakan di akhirat.

Inilah tujuan pendidikan Islam yang optimal sesuai doa kita sehari-hari yang selalu kita

panjatkan kepda allah setiap waktu:

‫ربنا اتن في الدنيا حسنة و في اال خر ة حسنة وقنا عذ ا ب االنا ر‬

Pemilihan metode mengajar yang tepat sangat berpengaruh kepada aktivitas dan hasil

belajar siswa. Guru hendaknya memaksimalkan penggunaan metode di dalam pembelajaran.

Dengan penggunaan metode, media yang tepat, tentunya akan menimbulkan semangat dalam

diri siswa yang dapat nantinya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa itu sendiri

BAB III

METODE PENELITIAN
36

A. Setting Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research) yaitu

suatu bentuk penelitian yang bersifat inovatif, dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

bentuk siklus. PTK bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kwalitas praktik-praktik

pembelajaran di kelas. Sebagai mana yang diharapkan oleh Depdiknas: “ Melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji,

ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan

hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis.”35

Tujuan penelitian tindakan kelas sebagaimana dijelaskan Basrowi antara lain; 1)

meningkatkan atau memperbaiki praktek pembelajaran disekolah, 2) dapat meningkatkan

kinerja guru sehingga menjadi profesional, 3) meningkatkan mutu pendidikan, 4) guru

menjadi kreatif dalam mengembangkan proses pembelajarannya.36

Dari tujuan penelitian tindakan kelas yang diungkapkan Basrowi tersebut penulis

dapat menyimpulkan bahwa seorang guru yang profesional harus bisa merancang

(merencanakan), serta melaksanakan dan mengevaluasi serta merefleksi tindakan yang

dilakukan dalam pembelajarannya.

Sejalan dengan pendapat diatas, Kusnandar37 juga mengemukakan tentang penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: 51

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru

yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama orang lain (kolaborasi) dengan

jalan merencanakan (merancang), melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara kolaboratif

35
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, “ Pedoman Peyusunan Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research)”. Depdiknas, 2004 . h .2
36
Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Referensi Utama PTK untuk guru serta Mahasiswa
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Ciawi- bogor,2008) h.52-53
37
Kusnandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2009) h. 44-45
37

dan partisipatif yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dikelasnya melalui

suatu tindakan tertentu dalam satu siklus.38

Dalam penelitian tindakan ini guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh atas

hasil penelitian yang akan dicapainya dengan menggunakan Metode Demontrasi dengan

Media Model Dalam Meningkatkan Ativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA tahun

pelajaran2022-2023.,

B. Persiapan PTK

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mendo Barat Kabupaten Bangka Tahun

Pelajaran 2022-2023. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA, karena aktivitas dan hasil

belajar merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran di kelas XI IPA.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa – siswi kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mendo Barat

tahun pelajran 2022/2023 yang jumlah muridnya 32 orang. Dengan rincian sebagai berikut:

Keadaan Siswa Kelas XI IPA SMA NEGERI 2


MENDO BARAT Tahun Pelajaran 2022-2023
Siswa SMA
Negeri 2 Mendo Laki-laki Perempuan Jumlah
Barat
Kelas XI IPA 18 16 32

Penentuan subjek penelitian didasarkan pada pertimbangan: (1) kesesuaian masalah

penelitian ini dengan silabus semester genap kelas XI IPA tentang aktivitas dan hasil belajar

khususnya pada standar kompetensi penyelenggaraan Jenazah, (2) hasil pengamatan selama

ini menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa XI jurusan akuntansi masih berada

dibawah kreteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 75.

D. Sumber Data
38
Kusnandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009), h.44-45
38

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan peneliti, maka data yang

diperlukan dalam penelitian ini yaitu data yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar

siswa dalam proses belajar mengajar. Yang mana sesuai dengan indikator pada standar

kompetensi yang telah ditetapkan pada penelitian ini.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti melakukan studi observasi, tes

tertulis tentang memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah, dan dokumentasi. Berkenaan

dengan bentuk data yang diperlukan maka sumber data penelitian ini meliputi siswa kelas XI

IPA SMA Negeri 2 Mendo Barat .

E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen penelitian

observasi dan tes hasil belajar. Observasi 39 adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis fenomena yang diteliti. Diantaranya observasi pengolahan metode pemberian tugas

belajar atau resetasi, observasi aktivitas siswa dan guru dan tes formatif.

Pengamatan setiap perkembangan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas,

peneliti menggunakan lembar observasi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajran pengelolaan dikelas, serta

penilaian hasil belajar.

2. Rencama program pengajaran ( RPP)

Yang merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam

mengajar disusun untuk setiap putaran. Masing-masing RPP yang berisi tentang

39
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003;reprint),
h.51
39

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembalajaran khusus dan

kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar observasi kegiatan belajar mengajar

a. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran.

b. Lembar observasi pengolahan metode pemberian tugas belajar dan resetasi untuk

mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

4. Tes Formatif

Tes yang digunakan mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses

pembelajaran. Tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang

mana tes ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah esay

yang berjumlah 5 soal.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan aspek yang akan di

amati yaitu: data tentang aktivitas siswa datang tepat waktu, siswa aktif memperhatikan

keterangan yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran, siswa aktif dalam

bertanya tentang pelajaran yang diberikan, siswa aktif tanya jawab dalam diskusi, siswa

ikut aktif menjaga perangkat dan alat pembelajaran dalam kelas, siswa aktif mengerjakan

tugas/evaluasi yang diberikan guru dengan baik, siswa aktif mengerjakan latihan dan PR

yang diberikan oleh guru, siswa aktif membantu kawan belajar. Tehnik pengumpulan

data untuk setiap asfek tersebut adalah:

a. Lembar Observasi
40

Observasi membahas tentang data situasi belajar mengajar pada saat

dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembaran observasi sebagai

berikut:

1) Lembaran observasi prestasi siswa dalam kegiatan tes dalam proses belajar

mengajar oleh mitra dan peneliti

2) Lembaran observasi kemampuan guru mengajar oleh mitra

3) Lembaran observasi terstruktur keterlibatan (pengalaman/belajar siswa) oleh

mitra dan peneliti.

b. Dokumentasi

Tehnik dokumentasi adalah cara untuk memperoleh data dalam rangka

menganalisa masalah yang akan diteliti. Penulis memerlukan sebagai keterangan atau

informasi dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.

Tehnik yang digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk mencari data berupa

catatan, agenda yang berasal dari guru dan data-data tentang sekolah. Dokumentasi

digunakan untuk mendapatkan yang tidak dapat diperoleh melalui evaluasi dan

observasi. Sumber data yang dimaksud antara lain: buku-buku kajian, hasil-hasil

penelitian yang relevan serta arsif-arsif yang berhubungan dengan penelitian.

F. Indikator Kinerja

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan suatu media model

menimbulkan beberapa keadaan, ada siswa yang memang memperhatikan, ada yang

sibuk dengan aktivitas sendiri, dan ada sama sekali tidak memperhatikan. Jika

keadaan ini ditemukan, maka sangat bermanfaat sekali bagi peneliti. Untuk

merencanakan alternatif perbaikan tindakan pada siklus berikutnya, analisis reflektif

dilakukan bersama tim peneliti.

Pembahasan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu media model. Data yang
41

diperoleh dari observasi dapat digunakan untuk dapat digunakan untuk melakukan

pembahasan evaluasi. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui apakah

dengan menggunakan media model aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

G. Analisis Data

Analisa data yang dimaksud adalah untuk menganalisis tingkat keberhasilan

atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tulisan pada setiap akhir

putaran40.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata

∑ X₁
tes formatif dapat dirumuskan: X=
n

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994

(Depdikbud, 1994) yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor

65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 85

% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65 %.untuk

menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Ʃ Siswa yang tuntas belajar Ʃ Siswa


P= ×100 %
∑ Siswa

2. Untuk lembar observasi

40
.Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah, (Jokjakarta, Gava Media, 2011),
h.191.
42

a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran terbimbing. Untuk menghitung

lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan terbimbing digunakan

rumus sebagai berikut:

P ₁+ P ₂
X=
2

Dimana: P₁ = Pengamat 1 dan P₂ = Pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Untuk menghitung lembar observasi

aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:

X
%= ×100 %
ƩX

jumlah hasil pengamatan P+ P


X= =
jumlah pengamat 2

2. Untuk mengetahui perbedaan antara kelas yang menggunakan metode demontrasi

dengan kelas yang tidak menggunakan metode demontrasi menggunakan Uji T

yaitu sebagai berikut

(MH −ML)
t=

√[ ∑ X ₁2 +∑ X ₂²
¿(¿−1) ]
Keterangan :

t : daya beda

MH : rata-rata dari kelas yang menggunakan metode

demontrasi

ML : rata-rata dari kelas yang tidak menggunakan metode

demontrasi

∑X₁² : jumlah kwadrat deviasi individual dari kelas yang

menggunakan metode demontrasi

∑X₂² : Jumlah kwadrat deviasi individual dari kelas yang

tidak menggunakan metode demontrasi


43

H. Prosedur Penelitian

Waktu penelitian adalah saat penelitian ini dilaksanakan atau dilangsungkan.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2022/2023. Dengan rincian tabel dibawah

ini:

November Desember Januari


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan:
Observasi, x
Menyusun RPP,
Menyusun
intsrumen
Penelitian,
menyiapkan
Kelas dan
peralatan
2 Pelaksanaan:
Proses x
pembelajaran
x
siklus I,
Observasi siklus
I, Evaluasi Siklus
I
Proses x
Pembelajaran
siklus II,
observasi Siklus
II, evaluasi siklus
x
II
Proses
Pembelajaran
Siklus III,
observasi silus
III, Evaluasi silus
III
x
Membandingkan x
dengan kelas II
IPA
Sebagai uji
efektivitas
penggunaan
metode
demontrasi.
44

Pembahasan x
temuan siklus I,
II, III

3 Penyusunan
Laporan

Menyusun hasil x
Pelaporan hasil x x

Penelitian ini direncanakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan membangkitkan aktivitas dan hasil belajar para siswa

dengan menggunakan media model. Dalam penelitian tindakan kelas ini guru langsung

mempraktekkan pembelajaran yang dilakukannya, jadi dalam hal ini guru bertindak sebagai

peneliti internal.

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan ini melibatkan teman sejawat,

sehingga penelitian ini dapat disebut “Collaborative Action Research”.41 Penelitian tindakan

kelas yang dilakukan dengan berkolaborasi akan sangat membantu terutama dalam hal

memperjelas permasalahan yang akan diperbaiki, mencari tindakan yang dianggap efektif,

melakukan monitoring dan evaluasi serta merefleksikan hasil-hasil evaluasi tersebut.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan persiklus, satu siklus 3 kali pertemuan.

Secara umum setiap siklus perbaikan mutu dengan penelitian tindakan kelas terdiri dari:

1. Rencana yaitu membuat rencana tindakan untuk melakukan perbaikan mutu tentang

aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.

2. Tindakan yaitu mengimplementasikan tindakan tersebut sesuai dengan rencana.

3. Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap efek dari tindakan yang berlebih

berlebihan.

4. Refleksi yaitu merefleksikan hasil tindakan tersebut sebagai dasar, perencanaan

berikutnya.

41
Moersetyo Rahadi, Statistik Pendidikan ( Pustaka Setia, Bandung 2005)
45

Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah

mencapai 85 % atau lebih. Dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Sebanyak ≥ 75% siswa dapat memahami materi

b. Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai ≥ 75

c. Untuk kreteria keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian

Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus

dilalui. Berikut ini model penelitian tindakan kelas yang penulis namakan dengan model

penelitian tindakan kelas bentuk siklus.

Refleksi Awal

Studi
Pendahuluan
Perencanaan
Tindakan

Implementasi 1

Observasi 1 Observasi 2

Refleksi 1
Refleksi 2 Implementasi 2

Perencanaan 2

Implementasi 2
Observasi 3

Perencanaan 3 Implementasi 3

Refleksi 3

Gambar. Model Penelitian Tindakan Kelas Bentuk Siklus42


Berikut ini dijelaskan urutan pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas sesuai

dengan tahap-tahap di atas :

42
. Sugiyono, Metode Penelitian Kwantitatif, Kwalitatif (Alfabeta Bandung) H.6-7
46

1. Perencanaan

a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, antara lain Rencana Program Pembelajaran

(RPP), dan alat peraga

b. Mempersiapkan lembaran observasi mengajar, untuk mencatat ketika guru

menerangkan materi menggunakan metode demontrasi dalam proses pembelajaran

dikelas.

c. Mempersiapkan alat peraga yang dipergunakan dalam rangka meningkatkan prestasi

hasil belajar siswa

d. Menyusun srategi yang akan dilaksanakan

e. Menjadikan Metode demontrasi dengan perbantuan media model, dan hasil belajar

sebagai pemecahan masalah

f. Menyusun jadwal pelaksanaan

2. Tindakan ( pelaksanaan)

Tindakan utama yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil

belajar siswa dengan menggunakan metode demontrasi. Materi yang berkenaan dengan ini

adalah Penyelenggaraan Jenazah yang penyampaiannya adalah sebagai berikut:

a. Pada pertemuan pertama, guru mengimformasikan tentang materi yang akan

disampaikan yaitu tentang penyelenggaraan jenazah

b. Pada setiap pertemuan guru menjelaskan tentang pengertian, dan fungsi

penyelenggaraan jenazah serta tujuan yang ingin dicapai untuk kegiatan pembelajaran

selanjutnya

c. Guru juga memperhatikan secara menyeluruh tentang aktivitas siswa dalam

pembelajaran yang sedang berlangsung.

d. Memberikan tugas membaca tentang materi penyelenggraan jenazah di rumah (bahan

disediakan) untuk menambah ilmu pengetahuan bagi siswa tersebut.


47

Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa siklus.tahap- tahap

pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Siklus I

Merencanakan skenario dalam tindakan.

Siklus II

Menyiapkan skenario dalam tindakan, kemudian memilih media yang berdasarkan

evaluasi dari siklus yang pertama yang sesuai dengan materi siklus ke II apabila belum

mendapatkan hasil yang sesuai dengan KKM yang ditetapkan maka dilanjutkan kepada

siklus ke tiga.

3. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali, mengamati, semua indikator

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (termasuk efek sampingan dan efek

lanjutannya) dan hasil yang ingin dicapai sebagai dampak dari tindakan yang sudah

dilakukan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung.

Aspek yang utama yang di amati adalah :

a. Guru mengajar dalam menjelaskan materi pembelajaran, merumuskan materi pelajaran

dengan menggunakan metode demontrasi menyimpulkan materi pelajaran.

b. Prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran oleh guru aspek yang di amati mitra dan

peneliti :

1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran

2. Perhatian siswa pada penjelasan guru

3. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran

4. keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan

5. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan

c. Kemampuan guru mengajar, yang perlu diperhatikan mitra, meliputi :

1. Cara atau tehnik membuka pelajaran oleh guru


48

2. Tehnik dalam melakukan apersepsi oleh guru

3. penguasaan kelas dan pengelolaan kelas

4. proses pembelajaran

5. Srategi bertanya

6. Srategi mengajar

7. penguasaan bahan atau materi pelajaran

8. Penggunaan alat peraga sehubungan materi yang disampaikan yaitu praktek

penyelenggaraan jenazah.

9. Tehnik dalam mengakhiri pelajaran

4. Repleksikan

Repleksikan sangat penting untuk memahami proses dan hasil perubahan yang

terjadi akibat intervensi, hakikat refleksi adalah upaya untuk mengkaji dari apa yang

terjadi, telah dihasilkan atau yang tidak/ belum tuntas pada siklus yang sedang berjalan.

Kegiatan refleksi meliputi 1) Analisis, 2) Sintesis, 3) Interpretasi atas semua informasi

yang diperoleh pada sebelumnya.


49

DAFTAR PUSTAKA

AL-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelengaraan Penterjemah Al-Qur’an,


Kementrian Agama, 2000

Abdul Mujib, dan Mudzakir, Jusuf. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media,
2010

Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1977

Asyar Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada, 2010

Baharuddin dan Nur Wahyudi, Teori Belajar & Pembelajaran, Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007

Basrowi . Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Referensi Utama PTK Untuk Guru Serta
Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Ciawi, Bogor 2008

Departemen Agama RI, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2006

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi “Pedoman Penyusunan


Tindakan Kelas” (Classroom Action Research). Depdiknas,2004

Daryanto. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian tindakan Sekolah; Jokjakarta Gava Media,
2011

Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru (dari pra-jabatan, Induksi ke Profesional


Madani). Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis). Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003


50

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi


Aksara, 2011

Isjoni, H. Pembelajaran Kooperatif ( Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta didik)


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011

Junaidi, Mahmud. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Jokjakarta Pilar Media, 2011

Kusnandar, Penelitian Tindakan Kelas; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2008

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di


Sekolah) Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008

Nasih, Munjih Ahmad dan Kholidah, Nur, Lilik. Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Bandung: Refika Aditama 2009

Nata, Abdullah. Manajemen Pendidikan ( Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia).


Jakarta: Prenada Media Group, 2010

Rahadi, Moersetyo. Statistik Pendidikan : Pustaka Setia Bandung, 2005

Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar), Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. Perencanaan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada


Media,2011

Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Jakarta, 2010

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kwantitatif, Kwalitatif R & D) Bandung:


Alfabeta, 2009

Sukardi. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Usman, M. User. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya, 2007


51

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam


Kelas/ semester : XI/ 2
Program Keahlian : Semua Program
Alokasi Waktu : 9 x 45’ ( 3 x Pertemuan)
Standar Kompetensi : Muamalah
Sub Kopetensi : Penyelenggaraan Jenazah
Indikator : Siswa mampu mempraktekkan Kaifiat
Penyelenggaraan Jenazah
Tujuan Pembelajaran: Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat
mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani,
dan mensholatkan jenazah
Materi Pembelajaran : Tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Metode Pembelajaran : 1. Guru memberikan contoh (demontrasi) tata cara memandikan,
mengafani, mensholatkan jenazah dengan baik dan benar
2. Siswa memperaktekkannya kembali tentang tata cara memandikan
jenazah

Langka-langkah Kegiatan Pembelajaran:


Pertemuan pertama
1. Kegiatan pembelajaran
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai pelajaran dengan membaca doa
 Guru mengecek kehadiran dan keadaan siswa
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai dalam materi penyelenggaraan jenazah
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
52

 Menyiapkan bahan-bahan/ alat yang digunakan dalam proses memandikan, mengafani


jenazah seperti tempat menidurkan jenazah, air, sabun, sarung tangan, kain kafan, ember,
kapas.
 Guru mempraktek memandikan,mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru memberikan contoh dahulu, siswa memperhatikan sesuai dengan urutan tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dengan baik dan benar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
 Siswa mengulang kembali tata cara memandikan,mengafani, mensholatkan jenazah,
dengan baik dan benar.
 Siswa menghafal bacaan niat memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah, kemudian
menampilkan bacaanya.
 Siswa langsung mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazahnya, secara bergantian dan di bimbing.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
 Guru tanya jawab tentang materi yang baru dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan pembelajaran.
 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 Penutup/ doa.
Pertemuan kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.
53

 Memberikan motivasi agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.


 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran
penyelenggaraan jenazah pada bab memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi.
2. Kegiatan Inti.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
 Masing-masing siswa menghafal bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
 Siswa mulai mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi bacaan tentang niat memandikan, cara menghamparkan kain kafan,
dan niat mensholatkan jenazah dan menampilkannya.
 Perorangan siswa mempraktekkannya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
 Guru bertanya jawab tentang materi yang baru dipelajari.
 Siswa memberikan pendapatnya didalam menerima pelajaran tentang penyelenggaraan
jenazah.
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
penyelenggaraan jenazah.
 Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
materi penyelenggaraan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
di dalam memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan Pembelajaran materi
penyelenggaraan jenazah.
54

 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 Penutup/ doa
Pertemuan ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.
 Memberikan motivasi dan penguatan agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi pada memandikan, mengafani, mensholatkan harus sesuai
dengan buku tuntunan yang telah di berikan.
 Guru menegaskan kepada siswa agar mengikuti pelajaran tentang penyelenggaraan
jenazah dengan serius.
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
 Masing-masing siswa menghafalkan niat memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah.
 Siswa mulai mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
 Masing-masing siswa menghafalkan bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi niat bacaan tentang memandikan, cara menghamparkan kain kafan
untuk mengafani, bacaan niat untuk sholat jenazah dan menampilkannya.
 Perorang siswa mempraktekkannya secara bergantian
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
55

 Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari


 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
penyelenggaraan jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan belajar.
 Guru memberikan tes kepada siswa di akhir pelajaran untuk dijadikan nilai awal pada
materi penyelenggaran jenazah.
 penutup/ doa.
Alat/Sumber Belajar:
1. Buku paket PAI kelas XI
2. Buku panduan paket penyelenggaraan jenazah
3. Alat-alat praktek (demontrasi) tentang jenazah
Penilaian :

Indikator Teknik Bentuk Instrumen/ soal


pencapaian penilaian instrumen
target

Dapat Tes tertulis Menjawab Jawablah


memandikan, pertanyaan pertanyaan
mengafani, dengan singkat
mensholatkan dan jelas
jenazah

Mengetahui Penagan, November 2022

Kepala Sekolah Guru PAI

Drs. M.Gunadi Imroatun Rhaudhah, S. Pd.I

Nip: 19670705 199903 1 005 Nip: 19861201 200903 2 004


56

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam


Kelas/ semester : XI/ 2
Program Keahlian : Semua Program Keahlian
Alokasi Waktu : 9 x 45’ ( 3 x Pertemuan)
Standar Kompetensi : Muamalah
Sub Kompetensi : Penyelenggaraan Jenazah
Indikator : Siswa mampu mempraktekkan Kaifiat
penyelenggaraan Jenazah
Tujuan Pembelajaran: Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat
mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani,
dan mensholatkan jenazah
Materi Pembelajaran : Tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Metode Pembelajaran : 1. Guru memberikan contoh (demontrasi) tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
dengan baik dan benar
2. Siswa mempraktekkannya kembali tentang tata
cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Langka-langkah Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan pertama
1. Kegiatan Pembelajaran
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai pelajaran dengan membaca doa
 Guru mengecek kehadiran dan keadaan siswa
 Guru memberikan pengantar dan penguatan tentang bahan ajar yang akan disampaikan
dan memperjelaskannya kembali kompetensi yang harus dicapai dalam materi
penyelenggaraan jenazah.
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
57

Dalam kegiatan eksplorasi:


 Guru Menyiapkan bahan-bahan/ alat yang digunakan dalam proses memandikan,
mengafani jenazah seperti tempat menidurkan jenazah, air, sabun, sarung tangan, kain
kafan, ember, kapas,
 Guru mempraktek memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru memberikan contoh dahulu, siswa memperhatikan sesuai dengan urutan tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dengan baik dan benar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
 Siswa mengulang kembali tata cara memandikan,mengafani, mensholatkan jenazah,
sesuai buku petunjuk yang telah diberikan dengan baik dan benar.
 Siswa menghafal bacaan niat memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah, kemudian
menampilkan bacaanya.
 Siswa langsung mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazahnya, secara bergantian dan dan bimbing
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
 Guru tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan pembelajaran.
 guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 penutup/ doa.
Pertemuan kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
58

 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.


 Memberikan motivasi agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran
penyelenggaraan jenazah pada proses memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi.
2. Kegiatan Inti.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi;
 Siswa mulai memperaktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
 Masing-masing siswa menghafalkan bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah dengan baik dan benar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi bacaan tentang niat memandikan, cara mengafani, niat mensholatkan
jenazah dan menampilkannya.
 Siswa secara perorangan memperaktekkannya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
 Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan jenazah.
 Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi penyelenggaraan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
penyelenggaraan jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan pembelajaran belajar.
 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
59

 penutup/ doa.
Pertemuan ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.
 Memberikan motivasi agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran
penyelenggaraan jenazah
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
 Masing-masing siswa menghafalkan
 Siswa mulai mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
 Masing-masing siswa menghafalkan bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi bacaan tentang memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dan
menampilkannya.
 Siswa mempraktekkan secara Perorangan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
 Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan jenazah.
60

 Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum


memahami tentang materi penyelenggaraan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
 Guru mengadakan tanya jawab seputar pemahaman siswa tentang tata cara
penyelenggaran jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan belajar.
 Guru memberikan tes diakhir pembelajaran untuk menilai kemampuan siswa di dalam
menyerap materi penyelenggaran jenazah dan memberikan tugas mengulanginya lagi
dirumah.
 penutup/ doa.

Alat/Sumber Belajar:
1. Buku paket PAI kelas XI
2. Buku panduan paket penyelenggaraan jenazah
3. Alat-alat praktek (demontrasi) tentang jenazah
Penilaian :
Indikator Teknik penilaian Bentuk instrumen Instrumen/ soal
pencapaian target

Dapat Tes tertulis Menjawab Jawablah


memandikan, pertanyaan pertanyaan
mengafani, dengan singkat
mensholatkan dan jelas
jenazah
61

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
SIKLUS III

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam


Kelas/ semester : XI/ 2
Program Keahlian : Semua Program Keahlian
Alokasi Waktu : 9 x 45 ( 3 x Pertemuan)
Standar Kompentensi : Muamalah
Sub Kopetensi : Penyelenggaraan Jenazah
Indikator : Siswa mampu mempraktekkan Kaifiat
penyelenggaraan Jenazah

Tujuan Pembelajaran: Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat


mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani,
dan mensholatkan jenazah
Materi Pembelajaran : Tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Metode Pembelajaran : 1. Guru memberikan contoh (demontrasi) tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
dengan baik dan benar
2. Siswa memperaktekkannya kembali tentang tata
cara memandikan jenazah.

Langka-langkah Kegiatan Pembelajaran:


Pertemuan pertama
1. Kegiatan pembelajaran
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai pelajaran dengan membaca doa
 Guru mengecek kehadiran dan keadaan siswa
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai dalam materi penyelenggaraan jenazah.
 Guru membagikan nilai hasil tes setelah enam kali pertemuan masih ada siswa yang
belum memahami tentang tata cara memandikan, mengafani, dan mensholatkan jenazah
62

2. Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Menyiapkan bahan-bahan/ alat yang digunakan dalam proses memandikan, mengafani
jenazah seperti tempat menidurkan jenazah, air, sabun, sarung tangan, kain kafan, ember,
kapas,
 Guru mempraktek memandikan,mengafani, mensholatkan jenazah.
 Guru memberikan contoh dahulu, siswa memperhatikan sesuai dengan urutan tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dengan baik dan benar.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
 Siswa mengulang kembali tata cara memandikan,mengafani, mensholatkan jenazah,
dengan baik dan benar.
 Siswa menghafal bacaan niat memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah, kemudian
menampilkan bacaanya.
 Siswa langsung mempraktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazahnya, secara bergantian dan dan bimbing.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru tanya jawab tentang materi yang baru dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah.
 guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan belajar.
 guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 penutup/ doa.
63

Pertemuan kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.
 Memberikan motivasi agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran
penyelenggaraan jenazah pada bab memandikan jenazah.
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi.
2. Kegiatan Inti.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru
 Siswa mulai memperaktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
 Masing-masing siswa menghafalkan bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi bacaan tentang memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dan
menampilkannya.
 Perorang siswa memperaktekkannya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan jenazah.
 guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan jenazah.
64

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
memandikan jenazah.
 guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan belajar.
 guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 penutup/ doa.
Pertemuan ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi:
 Guru dan siswa memulai kegiatan dengan membaca doa.
 Mengecek kehadiran siswa dan memberikan arahan.
 Melakukan tadarus bersama, surat-surat yang telah dihafal siswa.
 Memberikan motivasi agar siswa semangat menerima pelajaran kembali.
 Guru memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan dan
menjelaskannya kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran
penyelenggaraan jenazah
 Guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode
demontrasi.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
 masing-masing siswa menghafalkan.
 Siswa mulai memperaktekkan tata cara memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah
siswa yang lain memperhatikan secara bergantian.
 Masing-masing siswa menghafalkan bacaan memandikan, mengafani, mensholatkan
jenazah.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
 Siswa mengulangi mempraktekkan tentang tata cara memandikan, mengafani,
mensholatkan jenazah.
 Siswa mengulangi bacaan tentang memandikan, mengafani, mensholatkan jenazah dan
menampilkannya.
 Perorang siswa memperaktekkannya.
65

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
 Guru bersama siswa saling memberikan pemahaman yang sama terhadap materi tentang
tata cara memandikan jenazah.
 guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa yang benar-benar belum memahami
tentang materi memandikan jenazah.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seputar pemahaman siswa tentang tata cara
memandikan jenazah.
 Guru dan siswa bersama-sama membuat hasil kesimpulan kegiatan belajar.
 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dapat mengulanginya lagi dirumah.
 Penutup/ doa.
Alat/Sumber Belajar:
1. Buku paket PAI kelas XI
2. Buku panduan paket penyelenggaraan jenazah
3. Alat-alat praktek (demontrasi) tentang jenazah
Penilaian :
Indikator Teknik penilaian Bentuk instrumen Instrumen/ soal
pencapaian target

Dapat Tes tertulis Menjawab Jawablah


memandikan, pertanyaan pertanyaan
mengafani, dengan singkat
mensholatkan dan jelas
jenazah

Mengetahui Penagan, November 2022

Kepala Sekolah Guru PAI

Drs. M.Gunadi Imroatun Rhaudhah, S. Pd.I

Nip: 19670705 199903 1 005 Nip: 19861201 200903 2 004


66

A. Tata cara memandikan jenazah


Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah, yaitu
sebagai berikut
1. Siapkan tempat yang layak. Ruang tempat memandikan hendaknya terjaga dari
pengliatan orang yang lalu lalang dan merupakan tempat yang memberikan kehormatan
bagi jenazah
2. Siapkan peralatan ayau perlengkapan antara lain tempat atau alas memandikan jenazah,
wadah dan air secukupnya, sabun atau pembersih, kapur barus, air mawar atau daun
bidara agar wangi dan tidak bau
3. Orang yang berhak memandikan adalah muhrim dari si mayit seperti orang tua suani atau
istri, anak, kerabat dekat, atau orang lain yang sejenis
4. Dalam memandikan jenazah hendaknya mendahulukan anggota-anggota wudhu dan
anggota badan sebelah kanan pada waktu menyiramkan air. Memandikan jenazah
disunahkan tiga kali atau lebih. Dan menutup aurat
5. Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan yaitu:
- Jenazah itu muslim atau muslimat
- Jenazah itu bukan karena mati syahid ( mati dalam peperangan membela agama)
- Angota badannya masih ada walaupun hanya sebagian yang tinggal
6. Cara memandikan jenazah tersebut adalah sebagai berikut:
- Jenazah di tempatkan ditempat yang terlindung dari panas matahari, hujan, atau
pandangan orang banyak. Jenazah ditaroh diatas difan atau balai-balai
- Memulainya dengan membaca Basmalah
- Jenazah diberi pakaian mandi (pakaian basahan) agar auratnya tetap tertutup
- Membersihkan kotoran dari najis yang melekat pada anggota badan jenazah dengan
sopan dan lemah lembut
- Jenazah diangkat (agak didudukkan) kemudian perutnya diurut supaya kotoran yang
mungkin masih ada diperutnya dapat keluar serta bersihkan mulut, hidung dan
telinganya
- Kotoran yang ada pada kuku-kuku, jari tangan dan kaki dibersihkan termasuk kotoran
yang ada pada mulut dan gigi
- Menyiram air keseluruh badan sampai meratadari atas kepala hingga kaki. Setelah
seluruh badan disiram air, kemudian dibersihkan dengan sabun dan disiram kembali
sampai bersih
67

- Hadis Nabi Muhammad SAW

Artinya “ dari ummu atiyah r.a. nabi saw. Datang kepada kami sewaktu kami
memandikan putri beliau, kemudian beliau bersabda, mandikanlah ia tiga kali atau lima
kali atau lebih, kalu kamu pandang lebih baik dari itu, dengan air serta daun bidara dan
basuhlah yang terakhir dengan dicampurkan air kapur barus”( HR Bukhari dan
Muslim).
7. Setelah diwuduhkan dan terakhir disiram dengan air dicampur kapur barus, daun bidara,
wewangian yang lainnya agar berbau harum. Air untuk memandikan jenazah hendaknya
air biasa yang suci dan mensucikan, kecuali dalam keadaan darurat.
8. Dikeringkan dengan kain atau handuk.
B. Tata Cara Mengafani Jenazah
1. Siapkan perlengkapan untuk mengafani yaitu sebagai berikut:
- kain kafan 3 helai untuk laki-laki dan sesuai dengan ukuran panjang badanya. Kain
kafan 5 helai untuk perempuan dan sesuai ukuran panjang badannya
- Kapas secukupnya
- Bubuk cendana
- wangi
2. Cara mengafani
a. Kain kafan untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat
dipergunakan untuk menutupi seluruh tubuh jenazah, baik laki-laki atau wanita.
Akan tetapi jika mampu disunnahkan bagi jenazah laki-laki dikafani dengan tiga
lapis tanpa baju dan sorban. Masing-masing lapis menutupi seluruh tubuh jenazah
laki-laki
b. Cara memakai kain kafan untuk jenazah tersebut ialah kain kafan itu dihampar
sehelai-sehelai dan ditaburkan haruman-haruman seperti kapur barus dan sebagainya
diatas tiap-tiap lapis itu. Jenazah kemudian diletakkan diatas hamparan kain tersebut.
Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya dan tangan kanan berada diatas tangan
kiri. Hadist Nabi Muhammad SAW
artinya : dari Aisyah r.a bahwa rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain putih
bersih yang terbuat dari kapas dan tidak ada didalamnya baju maupun sorban.”
( HR Bukhari dan Muslim).
c. Adapun untuk jenazah wanita disunahkan untuk dikafani lima lembar kain yaitu
kain basahan , baju, tutup kepala, dan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.
68

Diantara beberapa helai atau lapisan kain diberi harum-haruman. Cara


memakaikannya yaitu mula-mula dihamparkan kain untuk membungkus seluruh
tubuh jenazah. Setelah itu jenazah diletakkan diatasnya setelah kain tersebut diberi
harum-haruman. Kemudian jenazah dipakaikan kain basahan, baju, tutup kepala,
yang masing-masing diberi harum-haruman. Selanjutnya jenazah dibungkus seluruh
tubuhnya dengan kain pembungkus.
d. lubang-lubang seperti lubang hidung dan lubang telinga disumpal dengan kafas
e. lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas
C. Tata Cara Sholat Jenazah
1. Syarat- syarat sholat jenazah:
a. sholat jenazah sama halnya dengan sholat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadast besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap
qiblat
b. mayit sudah dimandikan dan dikafani
c. letak mayit sebelah qiblat orang yang menyolatinya
2. Rukun dan cara mengerjakan sholat jenazah:
Sholat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud serta tidak dengan adzan dan iqomat, dan
caranya sebagai berikut:
Setelah berdiri sebagaimana mestinya akan megerjakan sholat , maka:
a. niat, menyengaja melakukan sholat atas mayit dengan empat takbir menghadap
kiblat karena Allah
Lafas niat untuk mayit laki-laki:
ِ ِ ‫ َمْأم ُْومًا‬/‫ض ِك َفا َي ِة ِا َمامًا‬
‫هلل َت َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ َب َع َت ْك ِب َرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى َه َذ‬
ِ ‫اال َم ِّي‬ َ ُ‫ا‬

Artinya: "Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
(imam/makmum) hanya karena Allah Ta'ala."

Lafas niat untuk mayit perempuan


ِ ِ ‫ َمْأم ُْومًا‬/‫ض ِك َفا َي ِة ِا َمامًا‬
‫هلل َت َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى َه ِذ ِه ْال َم ِّي َت ِة اَرْ َب َع َت ْك ِب َرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ َ ُ‫ا‬
Artinya: "Saya niat salat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu
kifayah, sebagai (imam/makmum) hanya karena Allah Ta'ala."

Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahuakbar”


bersamaan dengan niat, sambil meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri diatas
69

perut, kemudian membaca surat fatiha ( tidak membaca surat yang lain). Setelah
membaca fatiha terus takbir membaca “ Allahu Akbar”
b. setelah takbir yang kedua, terus membaca sholawat atas nabi sebagai berikut
artinya : Ya Allah berilah shalawat atas Nabi dan atas keluarganya, sebagaimana
Tuhan pernah memebari rahmat kepada Nabi ibrahim dan keluarganya, dan
limpahilah berkah atas nabi muhammad dan para keluarganya sebagaimana Tuhan
pernah membarukan berkah kepada nabi Ibrahim dan para keluarganya. Diseluruh
alam ini Tuhanlah yang terpuji yang maha mulia”.
d. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa sebagai berikut
Artinya “ Ya Allah ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterahkan ia dan
ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah
tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air salju dan embun. Bersihkanlah ia
dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan
gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan
gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang
dahulu, dan hindarkanlah ia dari siksa kubur, dan azab api neraka.

Keterangan:
Jika mayit perempuan lafazh lahu menjadi lahaa dan seterusnya.
e. Setelah takbir ke empat, membaca doa sebagai berikut:
Artinya : Ya Allah janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami, dan
jamganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya dan ampunilah kami dan
dia, dan bagi saudara-saudara kita yang mendahului kita dengan iman, dan
janganlah Engkau menjadikan gelisah dalam hati kami dan bagi orang-orang yang
beriman. Wahai Tuhan kami, sesunggunya Engkaulah maha pengampun dan
penyayang”.
f. Kemudian selesai memberi salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri
dengan ucapan sebagai berikut:

Artinya: “ Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.

Anda mungkin juga menyukai