Anda di halaman 1dari 2

Angka HIV/AIDS Meningkat, Buah Kebebasan Seksual

Oleh: Isti Rahmawati, S.Hum

Kasus infeksi HIV dalam setahun terakhir terus meningkat. Kenaikan ini terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Dilansir dari detikNews.com, Dedie A Rachim, Wakil Walikota Bogor mengungkapkan saat
ini ada 7.923 orang yang terinfeksi HIV/AIDS di kotanya. Jumlah ini meningkat dibanding tahun
sebelumnya 7.601 orang. (7/12)

Di Kabupaten Tangerang pun sebanyak 522 orang telah terkonfirmasi positif mengidap penyakit
HIV/AIDS pada 2022. Angka tersebut merupakan akumulasi sejak awal tahun hingga November
2022. (Kompas.com, 5/12)

Mirisnya, HIV juga menginfeksi anak karena penularan dan turunan dari orangtuanya. Di Kabupaten
Grobogan mencatat ada 91 anak di wilayahnya terjangkit HIV/AIDS. Sub Koordinator
Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Grobogan, Gunawan Cahyo Utomo, menyatakan
anak-anak yang terinfeksi tersebut rata-rata berusia 0-10 tahun. (Jawapos.com, 5/12)

Menyikapi kenaikan tersebut, beberapa LSM seperti UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif,
Ikatan Perempuan Positif Indonesia membuat Aliansi Nasional untuk mengakhiri AIDS pada Anak di
Indonesia dalam memperingati Hari AIDS Sedunia, pada 1 Desember 2022.

Aliansi tersebut dibentuk sebagai upaya mengakhiri AIDS pada anak dengan memastikan anak yang
hidup dengan HIV bisa mengakses pengobatan dan memutus infeksi baru pada anak. Menurut data
hanya 25 persen pasien anak yang menjalani pengobatan ARV.

Laporan UNAIDS Global menunjukkan ketidaksetaraan adalah alasan yang mendasari sulitnya
penanggulangan AIDS. Norma terkait gender yang diskriminatif juga dianggap dapat menghambat
berakhirnya pandemi AIDS. Bahkan, Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima menyebut bahwa
dunia tidak akan mampu mengalahkan AIDS jika patriarki masih kuat.

Jika kita perhatikan, penanggulangan terhadap masalah HIV/AIDS ini masih fokus pada tataran hilir.
Padahal, jelas bahwa penularan HIV/AIDS terbesar melalui seks bebas. Seks bebas di sini tak hanya
yang dilakukan oleh kelompok heteroseksual tetapi juga kelompok L98T. Angkanya sekitar 18,7
persen dari keseluruhan kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Apalagi penularan infeksi HIV/AIDS pada komunitas pasangan sejenis jauh lebih besar resikonya.
Centre for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
di Amerika Serikat menjelaskan bahwa risiko terinfeksi HIV di antara lelaki seks lelaki (LSL) adalah
satu dari enam, dibandingkan dengan laki-laki heteroseksual satu dari 524, dan perempuan
heteroseksual satu dari 253.

Parahnya, kelompok yang menyimpang seperti kelompok L98T seolah diberi tempat di negeri ini.
Alhasil, bagaimana bisa menyelesaikan masalah HIV/AIDS jika seks bebas dibiarkan. Kondisi inilah
yang makin merumitkan upaya penghentian penularan HIV/AIDS. Bagaimana bisa dihentikan jika
kebebasan perilaku dibiarkan?

Satu sisi negara dan LSM terkait membuat berbagai program tetapi di sisi yang lain hak reproduksi
dan seksual melegalisasi seks bebas dan penyuka sesama jenis dengan alasan hak asasi dibiarkan.
Seharusnya, aktivitas seks bebas inilah yang menjadi konsern negara. Edukasi yang digalakkan saat
ini sekadar edukasi seks "aman" bukan menutup kran seks bebas secara sempurna.
Aturan Tegas

Islam memiliki aturan tegas terhadap aktivitas seks bebas dan L98T. Jelas setiap muslim sebenarnya
sudah mengetahui bahwa Islam mengharamkan aktivitas seksual di luar pernikahan apalagi L98T
yang menyalahi fitrah manusia.

Namun, manusia masa kini berani membangkang pada aturan Allah. Mereka telah terlena dengan
jargon kebebasan yang lahir dari sekularisme. Hukum syara' dianggap mengekang ide kebebasan
mereka. Hingga akhirnya lahirlah generasi akhir zaman yang jauh dari Islam. Nauzubillah

Allah Taala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra’ [17]: 32).

Islam memiliki hukuman yang tegas bagi pelaku L98T. Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa yang
menjumpai orang yang melakukan perbuatan homoseksual seperti kelakuan kaum Luth, maka
bunuhlah keduanya (pelaku dan objeknya).” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Khatimah

Jelas bahwa persoalan HIV/AIDS bukan soal ketidaksetaraan gender atau angka semata. Ini menjadi
bukti bahwa liberalisasi seksual yang lahir dari sistem ini hanya akan melahirkan kerusakan. Hanya
kembali pada aturan Islamlah negeri ini bisa selamat dari berbagai kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai