Petunjuk hidup (guidance of life) itu meliputi: (1). Norma agama (religiousche norm); (2).
Norma etika (etische norm); dan (3). Norma hukum (juridische norm).
Subjek Subjek
Hukum Hukum lain
diatur oleh:
1. Religiusche Norm
2. Ethische Norm
3. Juridische Norm
Norma yang mengatur Pemerintah meliputi:
Dikaitkan dgn lembaga negara bentuknya adalah lembaga negara, yg memutar lembaga negara
sebagai roda.
Pemerintah eksekutif
negeri tertinggi)
Berkaitan dgn “hukum birokrasi pemerintah” ada 4 faktor yang harus dipenuhi:
Ad. 1. Di negara manapun secara universal hukum terdiri dari hukum tertulis dan tak tertulis.
Prosentase antara keduanya yang bervariasi di berbagai negara. Hukum yang tak
tertulis disebut sebagai konvensi. Hukum birokrasi yang tidak tertulis bersumber
dari keajegan yang terus menerus. Untuk hukum adat sebagai sumber hukum tak
tertulis syaratnya:
Ad.2. Kajian hukumnya dilakukan terhadap birokrasi Pemerintah di bawah Presiden. Setiap
departemen memiliki rule of the game-nya sendiri-sendiri.
Ad. 4.Harus ada tujuan negara yang mau dicapai oleh birokrasi pemerntah. Tujuan negara
tersebut sudah diatur dalam alinea IV UUD 1945 yaitu untuk umewujudkan negara
adil dan makmur yang terdiri dari:
Ada 4 (empat) aspek yang menjadi hakikat dari birokrasi pemerintah, yaitu:
Aparat pemerintah mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah memiliki 2
(dua) fungsi yaitu:
Ad. A. Bestuursfunctie
Ad. B. Verzorgensfunctie
Kalau fungsi ini tidak dilaksanakan, maka roda pemerintahan tetap berjalan,
hanya saja pencapaian tujuan negara akan terpengaruh. Misalnya, jaksa
tupoksinya adalah sebagai penuntut umum, lalu diberikan tugas tambahan untuk
melakukan penyuluhan hukum dalam rangka kadarkum yang merupakan fungsi
pelayanan (verzorgensfunctie). Apabila fungsi pelayanan tidak dilaksanakan,
maka roda pemerintahan tetap berjalan, tetapi tidak memberikan kesadaran
hukum bagi masyarakat melalui penyuluhan hukum itu.
Kewenangan yang dimiliki oleh aparat pemerintah hanya ada 2 (dua) yaitu:
Contoh-contoh
Sifat kewenangan semacam itu merupakan kewenangan yang bersifat “permanen”, artinya saat
berakhirnya/hapusnya tidak diketahui. Setiap aparat pemerintah harus menghormati kewenangan
original dari aparat pemerintah yang lain.
Sering aparat pemerintah yang semula belum memiliki wewenang, setelah diberikan pelimpahan
kewenangan menjadi memiliki wewenang.
Contoh-contoh:
Wewenang yang dilimpahkan dari Bupati kepada Wakil Bupati dalam hal pemberian ijin
tertentu, yang sebenarnya menjadi wewenang original dari Bupati yang bersangkutan.
Pelimpahan kewenangan dari seorang Guru Besar kepada asisten yang memiliki golongan
kepangkatan III/C untuk menguji.
a. Mandat
Pemberi mandat disebut dengan mandans, sedangkan penerima mandate disebut dengan
mandataris. Dalam mandate, yang beralih hanya sebagian wewenang,
pertanggungjawaban (responsibility) tetap berada di tangan mandans. Dalam hal KTUN
yang ditetapkan melalui mandat, yang digugat ada 2 (dua) pihak, yaitu: mandans dan
mandataris.
b. Delegasi
Pemberi delegasi disebut dengan delegans, sedangkan penerima delegasi disebut dengan
delegataris. Dalam delegasi, yang beralih adalah seluruh wewenang, termasuk
pertanggungjawabannya.
Dalam praktek Peradilan TUN, untuk memastikan kewenangan diperoleh berdasarkan mandat
atau delegasi dapat ditentukan berdasarkan kode dalam surat keputusannya:
Kedua kewenangan yang bersifat non original ini bersifat insindentil, artinya berakhirnya jelas,
yaitu akan berakhir pada saat pejabat yang memiliki kewenangan original mengambil kembali
kewenangan originalnya.
Ketidakwenangan seorang aparat pemerintah dapat disebabkan karena 3 (tiga) hal, yaitu:
Misalnya, Presiden dapat mengeluarkan Perpres atau Keppres, Menteri dapat mengeluarkan
Permen atau Kepmen, dan seterusnya.
Kuliah di Magister Ilmu Hukum UAJY, 11/11/2008 Prof. Dr. Muchsan, S.H.
a. Peraturan perundang-undangan (regeling)
Produk hukum tertulis yang materinya mempunyai daya ikat kepada sebagian atau seluruh
penduduk negara. Titik beratnya adalah pada bentuknya, yaitu: tertulis dan isinya mengikat
kepada seluruh penduduk negara. Mempunyai sifat abstrak --- sehingga disebut sebagai produk
hukum in abstracto.
Untuk menguji peraturan perundang-undangan digunakan prosedur judicial review yang diatur
dalam PERMA No. 1/2004. Terhadap peraturan perundang-undangan yang substansinya
kebijakan public (public policy) sebaiknya digunakan mekanisme legislative review. MA akan
mengalami keterbatasan dalam menguji peraturan perundang-undangan yang bersifat kebijakan
publik, karena hanya melihat dari sudut hukumnya saja, tidak melihat dari sudut kebijakan.
Upaya hukum untuk menguji KTUN dilakukan terhadap PTUN, yang pengujiannya dilakukan
dalam 3 (tiga) tingkatan (gugatan, banding dan kasasi).
Produk hukum yang tidak terikat pada 3 (tiga) indikator di atas, wadahnya harus peraturan.
Apabila tidak terikat pada 3 indikator di atas merupakan KTUN.
Misalnya:
Setiap WNI yang memenuhi syarat-syarat tertentu dapat diangkat sebagai PNS.
(merupakan peraturan karena tidak terikat pada ketiga syarat di atas).
Mengangkat A sebagai capeg PNS di Biro Hukum Provinsi DIY sejak tanggal 1 Agustus
2008 (karena tidak terikat pada 3 syarat di atas, maka merupakan KTUN).
Ternyata dalam perkembangan sistem hukum di negara kita, produk hukum yang pertama
(peraturan perundang-undangan) yang membahas adalah Hukum Tata Negara. Pembahasan
hukum birokrasi pemerintahan hanya Keputusan TUN. HTP merupakan hukum yang
mempelajari negara dalam keadaan bergerak (in function). Geraknya roda pemerintahan lebih
banyak diatur oleh Keputusan TUN, sehingga jumlah Keputusan TUN menjadi sangat
banyak.
Pengertian dari Keputusan TUN diatur dalam UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun
2004 yaitu:
Penetapan tertulis yang dibuat oleh pejabat TUN yang mendasarkan diri pada peraturan
perundang-undangan bersifat konkrit, individual dan final
Ad. 1. Tertulis disini titik beratnya pada wujudnya yang tertulis, bukan pada bentuknya. Tidak
termasuk keputusan lisan.
Individual = jelas subjek hukum yang dituju (op naam, menunjuk nama subjek hukum
tertentu). Individual tidak hanya diartikan satu, tetapi bisa ditujukan kepada kelompok
yang memiliki homogenitas tinggi. Misalnya: SK pengangkatan pegawai untuk pegawai
dengan pangkat yang sama, SK Walikota tentang retribusi bagi pedagang buah-buahan
di sepanjang Malioboro.
Final = Keputusan TUN tersebut langsung menimbulkan akibat hukum. Wujud akibat
hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.
Ad. 1. Gerak masyarakat lebih cepat daripada gerak hukum. Hal ini bisa menimbulkan
kekosongan hukum (rechtsvacuum) dalam kehidupan masyarakat.
Ad. 2. Dalam UU Otda mengenai PAD yang meliputi pajak, retribusi, penghasilan perusda, dan
lain-lain pendapatan yang sah. Hal yang terakhir bisa menimbulkan kebebasan
penafsiran. Peraturan perundang-undangan harus memberikan pembatasan
penggunaan penafsiran bebas.
Ad. 4 Sampai sekarang belum ada UU yang mengatur kepentingan umum. Produk hukum yang
mengatur kepentingan umum saat ini diserahkan pengaturannya melalui Perpres. UU
No. 20/1961 masih mendefinisikan kepentingan umum secara abstrak, akibatnya
pengaturan mengenai kepentingan umum di Indonesia masih bersifat abstrak.
Perbuatan diskresi terutama untuk aspek yang keempat ini mubazir karena definisi
kepentingan umum yang ada masih bersifat abstrak dan tidak memberikan kepastian
hukum.
Keputusan Tata Usaha Negara dapat dibedakan atas 3 (tiga) kategori, yaitu:
Pada prinsipnya, suatu Keputusan TUN harus bersifat tertulis, kecuali dalam hal-hal tertentu bisa
berbentuk lisan, yaitu:
Kuliah di Magister Ilmu Hukum UAJY, 17/11/2008 Prof. Dr. Muchsan, S.H.
Hapusnya Keputusan TUN disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu:
Teori Van Poeltje dalam bukunya “Bestuurskunde” ---) Rebus sit stantibus (teori
causalitas/sebab akibat), maknanya adalah setiap peristiwa hukum lahir karena penyebab-
penyebab tertentu, kalau penyebab itu sudah tidak ada, peristiwa hukum itu akan kehilangan
relevansinya.
Sarana/a tool
Hukum yang mengatur sarana-sarana negara disebut hukum sarana negara. Setiap manajemen
memerlukan peralatan.Dalam memutar roda pemerintahan diperlukan sarana-sarana.
Hukum yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara negara dengan benda-benda
yang digunakan oleh negara untuk melaksanakan fungsinya.
Sehubungan dengan hubungan hukum antara negara dengan tanah ada 2 (dua) pendapat, yaitu:
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang
dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
Dalam teori legal drafting perumusan ketentuan dalam pasal atau ayat ada 2 (dua) metode:
1. Rumusan yang bersifat limitatif, artinya bersifat rigid/pasti.
2. Rumusan yang bersifat fakultatit/enumeratif.
Ditinjau dari teori legal drafting di atas, Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI 1945 termasuk dalam
rumusan ketentuan yang bersifat limitatif. Jadi, terhadap bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya hubungan negara hanya sebagai pelindung. Selain
terhadap bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya,
hubungan negara terhadap benda-benda adalah sebagai pemilik. Hal tersebut membawa
konsekuensi yuridis bahwa negara dalam memperoleh tanah harus menggunakan cara hukum
publik (pelepasan/pembebasan/pencabutan hak atas tanah), tidak boleh menggunakan cara
hukum perdata (jual beli, tukar menukar). Kriteria kepentingan umum yang dijadikan dasar
dalam pengadaan tanah ada 3 (tiga) macam, yaitu:
Pengawasan/Control System
1. Pengawasan politik (political control) oleh lembaga-lembaga politik seperti MPR, DPR,
DPRD, BPD.
2. Pengawasan sosiologis (social control) yang bisa dilakukan secara langsung (direct)
misalnya melalui demonstrasi atau tidak langsung (indirect) melalui media massa.
3. Pengawasan administratif (administrative control), yaitu pengawasan internal di
lingkungan pemerintah seperti yang dilakukan oleh Irjen, Bawasa, dan lain-lain.
4. Pengawasan yuridis (judicial control) yang dilakukan oleh peradilan umum dan peradilan
tata usaha negara. Hakim yang baik dalam melakukan pengawasan harus memiliki 3
(tiga) sifat yaitu:
a. Homo eticus, yaitu orang yang beretika, bermoral, memiliki fatsoen dan bijak.
b. Homo politicus, orang yang memiliki kebijakan dalam mengambil putusan.
c. Homo yuridicus, yaitu orang yang ber-instink keadilan.
5. Pengawasan oleh Ombudsman (ombudsman control)
6. Pengawasan independen oleh NGO (independence control)
SKEMA PERKULIAHAN HUKUM BIROKRASI PEMERINTAHAN
TRIAS POLITICA
(SEPARATION OF POWER)
STRUKTUR ORGANISASI
PEMEERINTAHAN
KEWENANGAN &
KEFUNGSIAN
HUKUM BIROKRASI
PEMERINTAHAN PRODUK HUKUM
PEMERINTAHAN
SARANA PEMERINTAHAN
SISTEM PENGAWASAN
PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH
STRUKTUR ORGANISASI
PROVINSI
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
KHUSUS/ISTIMEWA
PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH DESA
BESTUREN FUNCTIE
KEFUNGSIAN
a.Bersifat pokok/absolut
b.Conditio sine quanon
VERZORGEN FUNCTIE
Non
Departemen Departemen a. Bersifat relatif
b.
Tupoksi
ATRIBUTIF/ORIGINAL
a. Bersifat constitutive
KEWENANGAN
b. Bersifat permanen
NON
ATRIBUTIF/NON
ORIGINAL
MANDAT DELEGASI
-MANDANS - DELEGANS
- DELEGATARIS
- MANDATARIS
BERSIFAT INDIVDUAL
PERBUATAN NYATA
(FEITELIJK HANDELING)
PERBUATAN HUKUM
PEMERINTAH (BESTUREN
HANDELING)
PERBUATAN HUKUM
(RECHTELIJKE HANDELING
PUBLIK PRIVAT
A. REGELING
B. BESCHIKKING
a. PENETAPAN TERTULIS
b. PRODUK PEJABAT TUN
KEPUTUSAN TUN c. MENDASARKAN PADA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
d. BERSIFAT: KONKRIT, INDIVIDUAL DAN
FINAL
TERTULIS
BENTUK
LISAN
CONSTITUTIF
JENIS KTUN SIFAT
DEKLARATOIR
KEKUATAN HUKUM
EENMALIG
SEMENTARA
TEGAS KABUR
SDM
SARANA MUTLAK
HK KEPEGAWAIAN
BENDA
HK BENDA NEGARA
HUKUM SARANA
PEMERINTAHAN UANG/MONEY
HK KEUANGAN NEGARA
PENDUDUK
HK LINGKUNGAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN
TEKNIK PERUNDANG-UNDANGAN
POLITICAL CONTROL
Masyarakat:
SOCIAL CONTROL
- direct
- indirect
SISTEM
PENGAWASAN
ADMINISTRATIVE CONTROL
Internal executive
Peradilan Umum
JUDICIAL CONTROL
Peradilan TUN
OMBUDMSAN CONTROL
INDEPENDENCE CONTROL
(NGO)