01 03
Introduction Results and discussion
02 04
Materials and methods Conclusion
A
b Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan efek perbaikan dari tiga annelida bentik
annelida laut pada sedimen yang tercemar secara organik dari perairan Marina di Hatsukaichi,
s Hiroshima, Jepang. Dua polychaetes (Perinereis nuntia and Capitella cf. teleta), dan satu oligochaete
(Thalassodrilides sp.), yang diinkubasi dalam sedimen selama 50 hari. Memberikan efek nilai pada
t sifat fisikokimia seperti bahan organik (kehilangan penyalaan), potensial redoks (Eh), asam volatil
sulfida (AVS), dan degradasi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Polychaetes yang terdiri dari P.
r nuntia and C. cf. teleta secara signifikan mampu meningkatkan level Eh dan menurunkan level AVS
lebih tinggi dibandingkan dengan oligochaete Thalassodrilides sp. dan control (tanpa organisme
a bentik). Konsentrasi PAH total menurun secara signifikan dari tingkat awal dengan ketiga
kelompok sampel uji; Thalassodrilides sp. memiliki kemampuan yang baik untuk mereduksi PAH
c dalam sedimen. Hasil ini menunjukkan bahwa organisme bentik memiliki sifat remediasi spesifik
spesies dan fungsi ekologis dalam sedimen tercemar organik.
t
1 . Introduction
Muara sangat penting bagi kehidupan banyak spesies hewan, banyak spesies hewan bergantung pada muara
untuk menjadikannya tempat tinggal dan berkembang biak.
Pada sedimen di daerah pesisir yang merupakan zona bentik, bahan organik dari sumber laut dan darat
terakumulasi cukup besar dalam sedimen muara dan pesisir, disebabkan oleh masukan sejumlah besar pakan
ikan yang tidak dikonsumsi dan kotoran ikan.
Hal tersebut menyebabkan kondisi anoxic, peningkatan sulfida, serta menyebabkan masalah serius seperti
eliminasi komunitas bentik, rumput laut serta ganggang.
P. nuntia berpotensi digunakan untuk pengolahan air limbah dengan mereduksi bahan organic.
Polychaete Capitella teleta mampu untuk memulihkan sedimen yang terkontaminasi organik dengan
meningkatkan tingkat dekomposisi bahan organik sedimen
C. teleta dapat mendegradasi minyak, hidrokarbon asiklik, dapat berkontribusi pada remediasi sedimen yang
tercemar oleh PAH.
Dan, Thalassodrilides sp., dapat mentoleransi sedimen hipoksia dan sulfida.
2.Materials and methods
Annelida yang digunakan berasal dari dua tempat yang berbeda, 2 jenis berasal dari sekitaran
Laut Uwakai di bagian selatan Ehime, Jepang meliputi kelompok Oligochaete Thalassodrilides
sp. (Naididae) dan polychaete Capitella cf. teleta (Capitellidae) Sedangkan satu jenis annelida
lainnya dibeli dari Prefektur Kochi Gokai-Seisan Union (Kochi, Jepang) berupa olychaete P.
nuntia (Nereididae).
Sedimen yang digunakan berasal dari Hatsukaichi Marina di Hiroshima, Jepang.
2.2. Experimental design
Bacterial origin
2.4 Data analysis
Efisiensi pengurangan PAH cacing (WPRE) berasal dari ng PAH yang berkurang per g cacing per hari
(ng total PAHs.g−1 cacing−1 hari−1). Semua analisis statistik kecuali analisis komponen utama (PCA)
dilakukan dengan menggunakan Excel TOUKEI 2010 untuk Windows (versi 1.03, Esumi, Tokyo,
Jepang). Data mengenai LOI, Eh, AVS, Konsentrasi PAH, dan WPRE dianalisis dengan analisis varians
satu arah (ANOVA). Perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok diidentifikasi oleh tes multi-
perbandingan Tukey. Perbedaan dianggap signifikan pada nilai P kurang dari 0,05. PCA dilakukan
menggunakan MS-DIAL (Tsugawa et al., 2015), dan menentukan distribusi kelompok bentik dan
hubungan antar parameter yang diukur (AVS, Eh, konsentrasi PAH dengan jumlah cincin aromatik).
Analisis Z-score digunakan untuk menstandarisasi matriks data mentah untuk menghilangkan pengaruh
unit yang berbeda.
3 . Result and discussion
3.1 Biomass and bioturbation
Cholera
kontrol, Ts, Ct, dan Pn pada hari ke-50
diturunkan masing-masing menjadi 89,
56, 55, dan 68% dari kadar awal.
Pada semua kelompok, termasuk
kontrol, pada hari ke-50, naftalena dua
Disease
cincin tidak terdeteksi, dan
asenaphthylene, acenaphthene, dan
fluorene tiga cincin PAHS berkurang
secara signifikan dibandingkan dengan
konsentrasi awalnya (P <0,05).
Secara keseluruhan, konsentrasi total
Here is where your PAH pada kelompok Ts dan Ct pada
presentation begins 50 hari secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (P <0,05)
3.3 PAH concentrations in the sediment
Fig. 6. Plots of scores (a) and loadings (b) from PC1 and PC2, and scores (c) and loadings (d) from PC1 and PC3 from Principal
Component Analysis. 0 d, the beginning of experiment. Ts, Thalassodrilides sp.; Ct, Capitella cf. teleta; Pn, Perinereis nuntia at 50 days
Dalam penelitian ini, polychaete besar yaitu P. nuntia tampaknya memiliki kemampuam aktivitas
menggali lebih baik dari spesies yang lebih kecil, seperti C. cf. teleta dan Thalassodrilides sp.
Hasil ini menunjukkan bahwa air oksidatif dan bahan organik dari lapisan permukaan hinga lapisan
sedimen yang lebih dalam itu terurai
Dalam penelitian ini tingkat AVS dalam sedimen sebesar 1,5 mg S/g , yang 7,5 kali lipat lebih tinggi dari
tingkat yang direkomendasikan atau dianjurkan (0,2 mg S/g) untuk budidaya akuatik yang berkelanjutan.
Dalam sedimen yang dibioturbasi oleh polychaetes P. nuntia dan C. cf. teleta selama 50 hari, tingkat
AVS menurun drastic
kehadiran salah satu dari tiga organisme bentik yang diuji mendorong degradasi PAH dari sedimen yang
terkontaminasi di lingkungan. Terutama, C. cf. teleta dan Thalassodrilides sp. memiliki potensi tinggi
untuk menurunkan konsentrasi total PAH (di sini, masing-masing menjadi 55 dan 56% dari tingkat awal).
Dalam biotransformasi xenobiotik seperti PAHs, fase I (seperti CYP) dan enzim fase II turut terlibat. Gen
CYP dan aktivitas CYP telah ditunjukkan dalam annelida. P. nunti, C. teleta, dan Thalassodrilides sp.
telah terbukti memiliki gen CYP.
Dalam penelitian ini, konsentrasi sebagian besar PAH dua dan tiga cincin dalam sedimen menurun,
meskipun ada tidaknya organisme bentik, setelah diinkubasi 50 hari.
Selain itu, organisme bentik dalam sedimen lumpur merangsang pertumbuhan genera yang penting
secara ekologis, yang terlibat dalam biodegradasi alkana, aromatik, dan biofenil poliklorinasi. C. cf.
teleta dan Thalassodrilides sp., yang secara signifikan menurunkan konsentrasi PAH
Kadar oksigen dalam sedimen mempengaruhi degradasi kontaminan organik.
Dalam penelitian kami, P. nuntia dan C. cf. teleta sedimen teroksidasi, tetapi P. nuntia tidak
menurunkan konsentrasi PAH secara signifikan, dibandingkan dengan kontrol tanpa organisme
bentik. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas mikroba, dikombinasikan dengan oksidasi sedimen,
bukanlah faktor penting untuk degradasi PAH
P. nuntia dan C. cf. teleta terbukti berguna dalam oksidasi sedimen tereduksi, dan C. cf. teleta dan
Thalassodrilides sp. berkontribusi kuat terhadap degradasi PAH dalam sedimen. Capitella spp. dan
Thalassodrilides sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi hipoksia dan sulfida dan
konsentrasi PAH yang tinggi (Gamenick et al., 1998; Mendez et al., 2001; Ito et al., 2016b),.
menunjukkan bahwa mereka adalah kandidat yang menjanjikan untuk memulihkan sedimen yang
sangat tercemar secara organik, sesuai dengan karakteristik sedimen.
Kesimpulan
P. nuntia dan C. cf. teleta terbukti berguna dalam oksidasi sedimen tereduksi, dan C. cf.
teleta dan Thalassodrilides sp. berkontribusi kuat terhadap degradasi PAH dalam sedimen.
Capitella spp. dan Thalassodrilides sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
hipoksia dan sulfida dan konsentrasi PAH yang tinggi (Gamenick et al., 1998; Mendez et
al., 2001; Ito et al., 2016b),. menunjukkan bahwa mereka adalah kandidat yang
menjanjikan untuk memulihkan sedimen yang sangat tercemar secara organik, sesuai
dengan karakteristik sedimen.
Thanks!