Anda di halaman 1dari 21

Evaluation of bioremediation

potential of three benthic


annelids in organically
polluted marine sedimen
Mana Ito, Katsutoshi Ito, Kohei Ohta, Takeshi Hano,
Toshimitsu Onduka, Kazuhiko Mochida, Kazunori Fujii
Kelompok 7 – 6B

Nafisah Piolinov Selina


Muthia Iskandar Hadayani
11190950000063 11190950000062 11190950000070
Contents

01 03
Introduction Results and discussion

02 04
Materials and methods Conclusion
A
b Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan efek perbaikan dari tiga annelida bentik
annelida laut pada sedimen yang tercemar secara organik dari perairan Marina di Hatsukaichi,

s Hiroshima, Jepang. Dua polychaetes (Perinereis nuntia and Capitella cf. teleta), dan satu oligochaete
(Thalassodrilides sp.), yang diinkubasi dalam sedimen selama 50 hari. Memberikan efek nilai pada

t sifat fisikokimia seperti bahan organik (kehilangan penyalaan), potensial redoks (Eh), asam volatil
sulfida (AVS), dan degradasi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Polychaetes yang terdiri dari P.

r nuntia and C. cf. teleta secara signifikan mampu meningkatkan level Eh dan menurunkan level AVS
lebih tinggi dibandingkan dengan oligochaete Thalassodrilides sp. dan control (tanpa organisme

a bentik). Konsentrasi PAH total menurun secara signifikan dari tingkat awal dengan ketiga
kelompok sampel uji; Thalassodrilides sp. memiliki kemampuan yang baik untuk mereduksi PAH

c dalam sedimen. Hasil ini menunjukkan bahwa organisme bentik memiliki sifat remediasi spesifik
spesies dan fungsi ekologis dalam sedimen tercemar organik.

t
1 . Introduction
 Muara sangat penting bagi kehidupan banyak spesies hewan, banyak spesies hewan bergantung pada muara
untuk menjadikannya tempat tinggal dan berkembang biak.
 Pada sedimen di daerah pesisir yang merupakan zona bentik, bahan organik dari sumber laut dan darat
terakumulasi cukup besar dalam sedimen muara dan pesisir, disebabkan oleh masukan sejumlah besar pakan
ikan yang tidak dikonsumsi dan kotoran ikan.
 Hal tersebut menyebabkan kondisi anoxic, peningkatan sulfida, serta menyebabkan masalah serius seperti
eliminasi komunitas bentik, rumput laut serta ganggang.
 P. nuntia berpotensi digunakan untuk pengolahan air limbah dengan mereduksi bahan organic.
 Polychaete Capitella teleta mampu untuk memulihkan sedimen yang terkontaminasi organik dengan
meningkatkan tingkat dekomposisi bahan organik sedimen
 C. teleta dapat mendegradasi minyak, hidrokarbon asiklik, dapat berkontribusi pada remediasi sedimen yang
tercemar oleh PAH.
 Dan, Thalassodrilides sp., dapat mentoleransi sedimen hipoksia dan sulfida.
2.Materials and methods

2.1. Animals and sediment

 Annelida yang digunakan berasal dari dua tempat yang berbeda, 2 jenis berasal dari sekitaran
Laut Uwakai di bagian selatan Ehime, Jepang meliputi kelompok Oligochaete Thalassodrilides
sp. (Naididae) dan polychaete Capitella cf. teleta (Capitellidae) Sedangkan satu jenis annelida
lainnya dibeli dari Prefektur Kochi Gokai-Seisan Union (Kochi, Jepang) berupa olychaete P.
nuntia (Nereididae).
 Sedimen yang digunakan berasal dari Hatsukaichi Marina di Hiroshima, Jepang.
2.2. Experimental design

Mikrokosmos diisi Sekitar 150 mg biomassa dari bentik P.


Mikrokosmos buatan disiapkan dengan sedimen nuntia, C. cf. teleta, dan Thalassodrilides sp.
dari kolom kaca bening (diameter sebanyak 150 g dan dimasukkan kedalam 3 kolom mikrokosmos
9,0 cm, tinggi 12,2 cm) 300 mL air laut dan 1 kolom tanpa cacing bentik. Diulangi
yang disaring satu kali setiap perlakuan

Setelah 50 hari, air diatas


Air di atas permukaan sedimen,
sedimen dihilangkan atau Keempat kolom mikrokosmos
deberikan sedikit aerasi, kemudian
dibuang dari mikrokosmos uji, diberikan pakan ikan setiap 3 hari
kolom ditutup dan disimpan dalam
dan ORP (mV) sedimen diukur sekali (5% dari total biomassa per
suhu kamar pada inkubator dengan
pada kedalaman 2 cm hari; sekitar 22,5 mg).
suhu 20oC selama 50 hari
menggunakan ORP Meter

ORP = oxidation-reduction potential


2.2. Experimental design

LOI setiap lapisan diukur dengan AVS diukur menggunakan tabung


Hasil ORP diubah menjadi nilai pembakaran pada suhu 600 oC selama 2 pendeteksi gas Hedorotech-S
potensial redoks (Eh) dengan jam, pada setiap kedalaman sedimen. (GASTEC, Kanagawa, Japan)
menggunakan rumus Eh = ORP + 206 Sedimen dibagi menjadi lapisan atas (0-1 setelah ekstraksi dari setiap lapisan
- 0,7(t-25), dimana t adalah suhu air. cm), lapisan bawah (1-2 cm), dan dan seluruh sedimen dalam H2SO4
sedimen utuh (0-2 cm). mengikuti intruksi pabrik.

Organisme bentik disortir dari sub-


sampel sedimen secara keseluruhan.
Konsentrasi 16 PAHs diukur dalam Infauna hidup dibersihkan di air laut
seluruh sedimen (Tabel 1). dan biomassanya diukur; biomassa
kolom total diperkirakan dari
pengukuran ini.
Cholera
Disease
Here is where your
presentation begins
2.3 Chemical analysis

Bacterial origin
2.4 Data analysis

Efisiensi pengurangan PAH cacing (WPRE) berasal dari ng PAH yang berkurang per g cacing per hari
(ng total PAHs.g−1 cacing−1 hari−1). Semua analisis statistik kecuali analisis komponen utama (PCA)
dilakukan dengan menggunakan Excel TOUKEI 2010 untuk Windows (versi 1.03, Esumi, Tokyo,
Jepang). Data mengenai LOI, Eh, AVS, Konsentrasi PAH, dan WPRE dianalisis dengan analisis varians
satu arah (ANOVA). Perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok diidentifikasi oleh tes multi-
perbandingan Tukey. Perbedaan dianggap signifikan pada nilai P kurang dari 0,05. PCA dilakukan
menggunakan MS-DIAL (Tsugawa et al., 2015), dan menentukan distribusi kelompok bentik dan
hubungan antar parameter yang diukur (AVS, Eh, konsentrasi PAH dengan jumlah cincin aromatik).
Analisis Z-score digunakan untuk menstandarisasi matriks data mentah untuk menghilangkan pengaruh
unit yang berbeda.
3 . Result and discussion
3.1 Biomass and bioturbation

Biomassa awal di ketiga mikrokosmos bentik adalah 150 ± 0,58


mg pada Thalassodrilides sp. (Grup Ts), 150 ± 1,0 mg dalam C.
ct. teleta (grup Ct), dan 150 ± 5,9 mg dalam P. nuntia (grup Pn).
Kemudian, estimasi biomassa per mikrokosmos setelah 50 hari
berturut-turut adalah 370 ± 36, 790 ± 92 dan 840 ± 82 mg Ts, Ct,
dan Pn, dan terdapat perbedaan biomassa yang signifikan pada 50
hari pada semua perbandingan antar kelompok (P < 0,05).
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam munculnya sedimen
setelah 50 hari inkubasi secara visual.
Fig. 1. Microcosms at 0 (a) and 50 days (bee). (b) Control without
benthic organisms; (c) Thalassodrilides sp.; (d) Capitella cf. teleta;
(e) Perinereis nuntia.
3.2. Physicochemical properties in the sediment

 Pada hari ke-50, LOI lapisan 0-1 cm pada kelompok Pn


cenderung rendah dibandingkan dengan kelompok lain,
meskipun tidak ada perbedaan signifikan LOI lapisan
antar kelompok (Gbr. 2).

 Tingkat Eh di semua perlakuan pada inkubasi 50


hari secara signifikan lebih tinggi daripada
tingkat awal (P <0,05), dan nilai di semua
kelompok bentik meningkat dari negatif menjadi
positif (Gbr. 3).
3.2. Physicochemical properties in the sediment

Level awal AVS adalah 1,5 1,5 mg


S.g−1 di seluruh sedimen. Setelah
50 hari, nilai AVS dari seluruh
sedimen dalam kelompok bentik
secara signifikan lebih rendah dari
tingkat awal 1,5 1,5 mg S.g−1 (P
<0,05) (Gbr. 4).

AVS = Acid-volatile sulfide


3.3 PAH concentrations in the sediment

 Konsentrasi total PAH pada kelompok

Cholera
kontrol, Ts, Ct, dan Pn pada hari ke-50
diturunkan masing-masing menjadi 89,
56, 55, dan 68% dari kadar awal.
 Pada semua kelompok, termasuk
kontrol, pada hari ke-50, naftalena dua

Disease
cincin tidak terdeteksi, dan
asenaphthylene, acenaphthene, dan
fluorene tiga cincin PAHS berkurang
secara signifikan dibandingkan dengan
konsentrasi awalnya (P <0,05).
 Secara keseluruhan, konsentrasi total
Here is where your PAH pada kelompok Ts dan Ct pada
presentation begins 50 hari secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (P <0,05)
3.3 PAH concentrations in the sediment

 WPRE total PAH pada akhir percobaan


adalaah 1400 + 170 ng total PAHs.g−1
cacing−1 hari−1 pada kelompok Ts, yang
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
pada Ct dan Pn pada total PAH 870 ± 170
dan 550 + 140 ng total PAHs.g−1 cacing−1
hari−1 secara berturut-turut (P < 0.05)
 WPREs pada setiap PAH pada kelompok Ts
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok bentik lainngya (P < 0.05)
 Pada kelompok Ct , WPREs dan PHAs lima
Fig. 5. Worm PAH reduction efficiency (WPRE) by benthic group. Ts, dan enam cincin secara signifikan lebih
Thalassodrilides sp.; Ct, Capitella cf. teleta; Pn, Perinereis nuntia. Error bars tinggi daripada kelompok Pn (P < 0.05)
represent standard deviations (n ¼ 3 for each). Values with different lowercase
letters are significantly different from each other (P < 0.05)
3.4 Principal component analysis

Fig. 6. Plots of scores (a) and loadings (b) from PC1 and PC2, and scores (c) and loadings (d) from PC1 and PC3 from Principal
Component Analysis. 0 d, the beginning of experiment. Ts, Thalassodrilides sp.; Ct, Capitella cf. teleta; Pn, Perinereis nuntia at 50 days
 Dalam penelitian ini, polychaete besar yaitu P. nuntia tampaknya memiliki kemampuam aktivitas
menggali lebih baik dari spesies yang lebih kecil, seperti C. cf. teleta dan Thalassodrilides sp.
 Hasil ini menunjukkan bahwa air oksidatif dan bahan organik dari lapisan permukaan hinga lapisan
sedimen yang lebih dalam itu terurai
 Dalam penelitian ini tingkat AVS dalam sedimen sebesar 1,5 mg S/g , yang 7,5 kali lipat lebih tinggi dari
tingkat yang direkomendasikan atau dianjurkan (0,2 mg S/g) untuk budidaya akuatik yang berkelanjutan.
Dalam sedimen yang dibioturbasi oleh polychaetes P. nuntia dan C. cf. teleta selama 50 hari, tingkat
AVS menurun drastic
 kehadiran salah satu dari tiga organisme bentik yang diuji mendorong degradasi PAH dari sedimen yang
terkontaminasi di lingkungan. Terutama, C. cf. teleta dan Thalassodrilides sp. memiliki potensi tinggi
untuk menurunkan konsentrasi total PAH (di sini, masing-masing menjadi 55 dan 56% dari tingkat awal).
Dalam biotransformasi xenobiotik seperti PAHs, fase I (seperti CYP) dan enzim fase II turut terlibat. Gen
CYP dan aktivitas CYP telah ditunjukkan dalam annelida. P. nunti, C. teleta, dan Thalassodrilides sp.
telah terbukti memiliki gen CYP.
 Dalam penelitian ini, konsentrasi sebagian besar PAH dua dan tiga cincin dalam sedimen menurun,
meskipun ada tidaknya organisme bentik, setelah diinkubasi 50 hari.
 Selain itu, organisme bentik dalam sedimen lumpur merangsang pertumbuhan genera yang penting
secara ekologis, yang terlibat dalam biodegradasi alkana, aromatik, dan biofenil poliklorinasi. C. cf.
teleta dan Thalassodrilides sp., yang secara signifikan menurunkan konsentrasi PAH
 Kadar oksigen dalam sedimen mempengaruhi degradasi kontaminan organik.
 Dalam penelitian kami, P. nuntia dan C. cf. teleta sedimen teroksidasi, tetapi P. nuntia tidak
menurunkan konsentrasi PAH secara signifikan, dibandingkan dengan kontrol tanpa organisme
bentik. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas mikroba, dikombinasikan dengan oksidasi sedimen,
bukanlah faktor penting untuk degradasi PAH
 P. nuntia dan C. cf. teleta terbukti berguna dalam oksidasi sedimen tereduksi, dan C. cf. teleta dan
Thalassodrilides sp. berkontribusi kuat terhadap degradasi PAH dalam sedimen. Capitella spp. dan
Thalassodrilides sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi hipoksia dan sulfida dan
konsentrasi PAH yang tinggi (Gamenick et al., 1998; Mendez et al., 2001; Ito et al., 2016b),.
menunjukkan bahwa mereka adalah kandidat yang menjanjikan untuk memulihkan sedimen yang
sangat tercemar secara organik, sesuai dengan karakteristik sedimen.
Kesimpulan

P. nuntia dan C. cf. teleta terbukti berguna dalam oksidasi sedimen tereduksi, dan C. cf.
teleta dan Thalassodrilides sp. berkontribusi kuat terhadap degradasi PAH dalam sedimen.
Capitella spp. dan Thalassodrilides sp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
hipoksia dan sulfida dan konsentrasi PAH yang tinggi (Gamenick et al., 1998; Mendez et
al., 2001; Ito et al., 2016b),. menunjukkan bahwa mereka adalah kandidat yang
menjanjikan untuk memulihkan sedimen yang sangat tercemar secara organik, sesuai
dengan karakteristik sedimen.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai