0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan22 halaman
Berikut ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut merupakan form telaah buku referensi yang berisi daftar 4 buku bacaan dengan informasi penulis, penerbit, dan ringkasan isi masing-masing bab.
2. Ke-4 buku tersebut membahas tentang manajemen pendidikan pondok pesantren, pembentukan karakter melalui teks hikayat, pendidikan karakter berbasis pesantren, serta manaj
Berikut ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut merupakan form telaah buku referensi yang berisi daftar 4 buku bacaan dengan informasi penulis, penerbit, dan ringkasan isi masing-masing bab.
2. Ke-4 buku tersebut membahas tentang manajemen pendidikan pondok pesantren, pembentukan karakter melalui teks hikayat, pendidikan karakter berbasis pesantren, serta manaj
Berikut ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Dokumen tersebut merupakan form telaah buku referensi yang berisi daftar 4 buku bacaan dengan informasi penulis, penerbit, dan ringkasan isi masing-masing bab.
2. Ke-4 buku tersebut membahas tentang manajemen pendidikan pondok pesantren, pembentukan karakter melalui teks hikayat, pendidikan karakter berbasis pesantren, serta manaj
NIM : F.1910843 JUDUL PENELITIAN : Strategi manajemen pesantren dalam menginternalisasikan karakter religious DAFTAR BUKU BACAAN
NO IDENTITAS BUKU PENULIS HASIL BACAAN
1 MANAJEMEN PENDIDIKAN Dr. H. M. Hadi Dalam Bab II Hal.20 PONDOK PESANTREN Purnomo, M. Pd Mastuhu membagi unsur-unsur system pendidikan pesantren yang Penerbit dan Distribusi: Bildung dikelompokkan sebagai berikut: Pustaka Utama (CV. Bildung Nusantara) Jl. Raya Pleret KM 2 1. Aktor atau pelaku: kiai, santri dan Banguntapan Bantul Yogyakarta pengurus: 55791 Telpn: +6281227475754 2. Sarana perangkat keras, seperti: (HP/WA) masjid, rumah kiai, asrama, atau Email: pondok, rumah kiai dan sebagainya. bildungpustakautama@gmail.co 3. Sarana perangkat lunak, seperti m tujuan, kurikulum, metodologi Website: pengajaran, evaluasi, dan alat-alat www.penerbitbildung.com pendidikan lainnya.
2 BUDAYA PESANTREN DALAM Titin Nurhayati Dalam Bab II Hal 20
PEMBENTUKAN KARAKTER Ma’mun, I. Pesantren sebagai Pusat MELALUI TEKS-TEKS HIKAYAT Syarief Pembentukan Karakter Islami BERBAHASA SUNDA Hidayat, Elis Beberapa karakter baik yang dibina Cetakan 1, Januari 2019 Suryani dan dikembangkan di lingkungan Diterbitkan oleh Unpad Press pesantren adalah karakter baik Grha Kandaga, Gedung berdasarkan konsep Islam, yaitu Perpustakaan Unpad Jatinangor, karakter yang berkaitan dengan Lt I Jl. Raya Bandung – dirinya dan karakter yang berkaitan Sumedang dengan pihak di luar dirinya. Karakter yang berkaitan dengan dirinya : ikhlas, benar, ridha, zuhud, qanaat, tawadhu, sabar, tawakal, mandiri, dll. Karakter yang berkaitan dengan pihak di luar diri adalah : cinta Allah, takut akan murka Allah, cinta Rasul, cinta agama, syukur, kasih sayang, hormat, toleransi, tanggung jawab, cinta tanah air, dll. 3 PENDIDIKAN KARAKTER ABDULLAH BabIV Hal 62 tentang Pendidikan BERBASIS PESANTREN HAMID M.Pd Karakter Pondok Pesantren (pelajar dan santri dalam era IT & Cyber culture) Karakter religius memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Diterbitkan oleh : Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam karaker religius menurut IMTIYAZ 2017 Zayadi antara lain, sebagai berikut: 1) Nilai Ilahiyah Nilai Ilahiyah ialah nilai yang berkaitan dengan ketuhanan (hablum minallah), yangmana hal pokok dari ketuhanan ialah keagamaan. Nilai- nilai yang paling mendasar dalam nilai ilahiyah adalah: 2) Nilai Insaniyah Nilai Insaniyah ialah nilai yang berkaitan dengan manusia (hablum minan-nas), yaitu budi pekerti.
Karakter religius terbentuk dari lima
metode, yaitu: keteladanan, pembiasaan, nasihat, perhatian/ pengawasan, dan hukuman. 1) Metode Keteladanan Metode keteladanan ialah suatu cara efektif untuk mempersiapkan santri dari segi akhlak, pembentukan mental dan rasa sosialnya. 2) Metode Pembiasaan Metode pembiasaan ialah cara yang dipakai untuk membiasakan santri dalam berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam. 3) Metode Nasehat Metode Nasehat ialah metode yang efektif dipakai dalam pembentukan keimanan anak, mempersiapkan budi pekerti, mental, dan sosialnya. 4) Metode Perhatian/ Pengawasan Metode perhatian/ pengawasan ialah usaha untuk mencurahkan perhatian secara penuh, mengikuti perkembangan santri dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental, rasa sosialnya. 5) Metode Hukuman Metode hukuman iaalah usaha yang digunakan oleh pengasuh dalam mendidik santrinya apabila metode yang lain belum membuat santri berubah menjadi lebih baik 4 Manajemen Berbasis Sekolah, Made Saihu Dalam Bagian ke 12 Halaman 285 Madrasah, dan Pesantren tentang BUDAYA PESANTREN YANG MENDUKUNG MANAJEMEN BERBASIS Diterbitkan oleh : PESANTREN Penerbit : Yapin An-Namiyah Secara garis besar, tipologi pesantren Jl. Aren II. No. 37 Pondok bisa dibedakan paling tidak menjadi ArenTangerang Selatan 15421 tiga jenis, walaupun agak sulit untuk Telp : membedakan secara ekstrim diantara tipe-tipe tersebut yaitu salafiyah (021) 735 2600; email: (tradisional), khalafiyah (modern), namiyapress@gmail.com dan terpadu Salafiyah adalah tipe pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, atau kitab-kiab klasik yang ditulis oleh para ulama terdahulu. Metode pengajaran yang digunakan hanyalah metode bandongan, sorogan, hafalan dan musyawarah. Khalafiyah adalah tipe pesantren modern, yang di dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam dan ilmuilmu pengetahuan umum, tetapi masih tetap mengajarkan kitab-kitab klasik seperti pesantren salafiyah. Pola kepemimpinan pesantren tipe ini biasanya kolektif demokratis, sehingga tugas dan wewenang telah dideskripsikan secara jelas, sehingga tidak ada pemusatan keputusan pada figur seorang kiai. Sistem yang digunakan adalah sistem klasikal, dan evaluasi yang digunakan telah memiliki standar yang jelas dan modern 5 Manajemen Sumber Daya Insani Dr. H. Amir, Dalam BAB II Hal.31 tentang Ala Pesantren M.Pd Rancang Bangun Pengembangan SDI Diterbitkan pertama kali oleh : H. Fauzan, S.Pd., M.Si a. Komponen-komponen ASWAJA PRESSINDO Perencanaan SDI Anggota IKAPI b. Perencanaan Organisasi No.071/DIY/2011 Jl.Plosokuning c. Pengauditan Sumber Daya V/73, Minomartani, Insani Sleman,Yogyakarta d. Peramalan Sumber Daya Insani Telp.(0274) 4462377 E-mail: aswajapressindo@gmail.com Website: www.aswajapressindo.co.id 6. MANAJEMEN SISTEM MISDAH Dalam Chapter 2 tentang Sosial PESANTREN Budaya Pondok Pesantren halaman 38 Diterbitkan oleh Menurut Mas’ud dkk ada beberapa IAIN PONTIANAK PRESS tipologi atau model pondok (Anggota IKAPI) pesantren yaitu :
Jalan Letjend Suprapto No. 19 1) Pesantren yang mempertahankan
Pontianak kemurnian identitas asli sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-Idin) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang Jawa tengah dan lain-lain. 2) Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal. 3) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalam baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan Kantor Kementerian Agama) maupun sekolah (sekolah umum di bawah Dinas Pendidikan) dalam berbagai jenjang bahkan ada yang sampai perguruan tinggi yang tak hanya meliputi fakultasfakultas keagamaan melainkan juga fakultas- fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya. 4) Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santri belajar disekolah-sekolah atau perguruanperguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama di pesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bias diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya. 7 Manajemen KURIKULUM Dr. Bab IV tentang Implementasi TERINTEGRASI Kajian di Mohammad Kurikulum Terintegrasi antara Pesantren dan Madrasah Zaini, M.M. Madrasah dan Pesantren hal. 248 Penerbit Pustaka Ilmu Menurut Finch & Crunkilton, ada empat model implementasi Griya Larasati No. 079 kurikulum yang dapat dipilih, yaitu: Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta Telp/Faks: (1) program pendidikan berbasis (0274)4435538 individu (individual educational E-mail: program), radaksipustakailmu@gmail.com (2) pembelajaran berbasis modul Website: https:// (modularized instruction), www.pustakailmu.co.id (3) pendidikan berbasis kompetensi Layanan WhatsApp: (competency-based-education), dan 081578797497 (4) kewirausahaan berbasis sekolah Anggota IKAPI (school-bayedenterprise) Cetakan I, 10 Desember 2020 8 PENDIDIKAN PESANTREN Sutejo Ibnu Dalam Bab IV tentang Pembentukan Pakar Kepribadian Santri Hal.69 218 halaman; 14 x 21 cm Konsep ikhlas sebagai pembentukan pribadi santri adalah konsep yang bersumber dari ajaran tasawwuf Wali Songo yang tetap dilestarikan sampai dengan sekarang. Komunitas pesantren meyakini keikhlasan tetap menjadi fondasi utama dalam mengantarkan para santri mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, baik sebagai hamba Allah, anggota masyarakat, dan warga negara. Karenanya, konsep ikhlas, yang terbukti telah teruji dan lulus dalam proses seleksi interaksi sosial dari zaman ke zaman, tidak perlu digantikan. Dalam hal ini pendidikan pesantren mesti mengukuhkan norma al-mukhafadhah bi almashalikh al- qadim wa al-akhdzu bi al-jadid al- ashlakh. 9 PERGESERAN LITERATUR Dr. Agus Dalam Bab III tentang Metode PONDOK PESANTREN Pahrudin, Pembelajaran di Pesantren Nurul SALAFIYAH M.Pd Huda Hal.67
(Studi Pada Pesantren Drs. Ada beberapa metode pembelajaran
Roudlotussolihin Purwosari Amiruddin, di pesantren Nurul Huda yang Padangratu Kabupaten Lampung M.Ag. menunjukkan ciri khas salafiyahnya Tengah dan Nurul Huda antara lain; metode sorogan, Pringsewu, Kabupaten bandongan, wetonan, halaqah, bahsul Tanggamus) masail dengan materi pokoknya kitab-kitab "kuning" atau kitab Penerbit klasik. Metode sorogan adalah metode yang dilaksanakan dengan cara santri menyodorkan sebuah Pustaka Ali Imron kitab kepada kyai dan dibaca di hadapannya, dan jika ada kesalahan Perum Polri Haji Mena dalam membaca sang kyai langsung membenarkannya. Adapun metode Natar Lampung selatan wetonan dilaksana kan dengan cara kyai membaca suatu kitab dalam HP. 0822 8003 5489 waktu tertentu, dan para santri email : masing-masing membawa kitab pustakaaliimron@gmail.com untuk menyimak dan mendengarkan bacaan kyai. Ada pula metode bandongan yaitu; seorang kyai membacakan suatu kitab dan menerjemahkan kata-kata yang sulit. Di Sumatera, metode bandongan dikenal dengan istilah khalaqah atau balaghan. 10 BILIK-BILIK PESANTREN NURCHOLIS Dalam Bab pertama tentang Pola ‘CAK NUR’ pergaulan dalam pesantren Hal.28 Penerbit : MADJID Terdapat dua macam pengajian di PARAMADINA pesantren yang berkembang pada waktu itu, yaitu weton dan sorogan. Weton adalah pengajian, yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih lagi kitabnya. Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang atau beberapa orang santri kepada kiainya untuk diajari kitab tertentu. Pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju, khususnya yang berminat hendak rnenjadi kiai. 11 MODEL PESANTREN Dr. H. Masnur Dalam BabVII tentang Model MODERN SEBAGAI Alam, M.Pd.I Pesantren Ala Madrasah Hal.188 ALTERNATIF PENDIDIKAN MASA KINI DAN Model pesantren modern, jika MENDATANG diamati terdapat beberapa variasi yaitu: Diterbitkan oleh : a. Pada pendidikan sekolah Gaung Persada (GP) Press mengikuti format pendidikan barat terutama dalam pengajaran klasikal, tetapi isi pendidikan lebih menonjolkan ilmu agama, sebagaimana dikembangkan oleh Sumatera Thawalib. b. Pola pendidikan sekolah yang mengikuti pola gubernemen dengan ditambah beberapa mata pelajaran agama, sebagaimana dikembangkan Adabiyah Shool. c. Pola pendidikan madrasah mengutamakan pelajaran agama, tetapi pelajaran umum diberikan secara terbatas, seperti yang dikembangkan pada Madrasah Diniyah Zainuddin Labai el Yunisi. d. Pola pendidikan madrasah yang menggabungkan antara muatan keagamaan dengan non keagamaan secara seimbang, seperti yang dikembangkan oleh pesantren Muhammadiyah/Hamka. Dari beberapa variasi di atas, maka pola pendidikan madrasah yang menggabungkan antara muatan keagamaan dengan non keagaman atau materi agama dengan materi umum secara seimbang, bisa dijadikan alternatif pilihan untuk model pendidikan masa kini dan masa mendatang, yaitu menerapkan pola pendidikan madrasah dengan system pesantren, artinya madrasah plus pesantren. Pada zaman globalisasi yang penuh tantangan, maka tuntutan penciptaan Sumber Daya Manusia yang unggul dibidang mental spiritual, kaya dengan pengetahuan agama dan unggul dibidang sains dan teknologi, serta keterampilan yang bersifat aplikatif, skiil, sudah seharusnya dilakukan. Merupakan sesuatu yang mutlak dan peran ganda pesantren untuk masa mendatang tidak bisa ditawar lagi. Pola pesantren seperti ini bisa disebut pesantren “komprehensif” yaitu pesantren gabungan antara tradisional dan modern, atau istilah lain dapat disebut dengan pesantren “campuran/kombinasi”. Pola pendidikan secara komprehen merupakan idola, favorit serta idaman masyarakat masa mendatang, karena pesantren bisa berperan ganda, disamping transfer ilmu, juga berfungsi sebagai agent of development (agen perubahan) melakukan peran sosial, ekonomi dan bahkan politik, mengingat kondidsi masyarakat yang sangat dinamis. 12 Model KEPEMIMPINAN Kiai Dr. H. Dalam Bab II tentang Terbentuknya Pesantren Dari Tradisi Hingga Machfudz, Budaya Religius di Pondok Membangun Budaya Religius M.Pd.I. Pesantren Hal.80 Penerbit Pustaka Ilmu Pengembangan budaya religius semakin menemukan relevansinya di Griya Larasati No. 079 pesantren, karena : Tamantirto, Kasihan, 1) Penyelengaraan pendidikan Bantul Yogyakarta Telp/Faks: pondok pesantren dalam bentuk (0274)4435538 asrama memungkinkan para santri E-mail: untuk belajar disiplin, menjalin radaksipustakailmu@gmail.com kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, kemandirian, dan Website: https:// kesederhanaan atau yang lebih www.pustakailmu.co.id tepatnya belajar prihatin karena semua fasilitasnya amat terbatas. 2) Dengan belajar di pondok pesantren selain memperoleh pendidikan agama dan budi pekerti, juga memperoleh pendidikan umum, 3) Di pondok pesantren diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal hidup mandiri, sehingga para santri diharapkan lebih mandiri ketika kembali kelingkungan masyarakatnya. 4) Sistem yang dikembangkan pondok pesantren lebih memungkinkan para santri berkompetisi secara realistis, bukan saja dalam prestasi belajar tetapi juga prestasi dalam berusaha dan bekerja. Pengembangan sikap egalitarian dikalangan para santri merupakan ciri dan kelebihan pondok pesantren. 5) Pondok pesantren menciptakan ikatan persaudaraan diantara para santri tanpa paksaan, dengan jangkauan yang luas dan panjang menjadi modal dasar terpenting dalam membangun masyarakat madani. Dan 6) Sistem pondok memungkinkan timbulnya semangat belajar tanpa henti dikalangan para santri, yang belajar dengan sadar bagi perbaikan dirinya. Mereka belajar agar mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa hubungan kepemimpinan Kiai dengan pengembangan budaya religius di pondok pesantren adalah sangat erat 13 MODEL PEMBERDAYAAN Lailial Dalam Bab II tentang Peran Pondok MUTU PONDOK PESANTREN Muhtifah Pesantren sebagai Pusat Studi dan SEBAGAI PUSAT STUDI Pemberdayaan MasyarakatHal.25 MASYARAKAT Zaenuddin Pontren sebagai lembaga keagamaan Diterbitkan oleh IAIN Pontianak Nurhamzah Islam yang memiliki potensi Press pengembangan masyarakat, perlu memiliki kemampuan dan Jalan Letjend. Suprapto No. 19 kemandirian sebagai pusat studi Telp./Fax. 0561-734170 masyarakat. Amien Haedari dan Pontianak, Kalimantan Barat Ishom El-Saha (2004) mengungkapkan bahwa Pontren sebagai pusat studi masyarakat dapat diwujudkan melalui fungsionalisasi pelayanan Pontren, yaitu: 1) pelayanan Ta’lim, 2) pelayanan Ubudiyah, dan 3) pelayanan Mu’amalah. Pelayanan ta’lim Pontren kepada masyarakat bertujuan untuk membentuk budaya masyarakat pembelajar (learning society), yaitu masyarakat yang senantiasa belajar atau belajar sepanjang hayat (life long education) Dibidang pelayanan Ta’lim dapat berupa, pelayanan pendidikan formal dan pendidikan non-formal dalam bentuk pengajian kitab. Bidang pelayanan ubudiyah meliputi pelayanan; bantuan hukum Islam, pengelolaan ZIS, pengembangan Wakaf, pengurusan jenazah, bimbingan manasik haji, pelaksanaan Qurban dan Aqiqah, profesi muballigh, profesi imam, profesi khatib, profesi qari’, dan kegiatan kelompok dzikir. Pelayanan bidang Mu’amalah yaitu; manajemen bank syari’ah, manajemen UKM, manajemen perdagangan, manajemen pertanian, manajemen peternakan, manajemen perkebunan, manajemen perikanan, manajemen pertukangan, manajemen industri, manajemen BLK, manajemen travel biro dan penyewaan, manajemen wartel dan warnet. Kemandirian pontren dalam mengembangkan potensi umat dapat dilakukan melalui penerapan pelayanan Ta’lim, pelayanan Ubudiyah, dan pelayanan Mu’amalah. Selain itu, menurut Amin Haedari, dan Ishom El-Saha (2004) adalah dengan melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam program-program, seperti teknologi tepat guna (TTG), perkoperasian, pengembangan industri kecil (small bisniss program), peningkatan pendapatan (income generating program), dan kegiatan agribisnis. Kemandirian Pontren dalam pengembangan potensi budaya dan kearifan lokal disesuaikan potensi lokal yang dimilikinya. Untuk Pontren “Al-Mukhlishin” melalui aktualisasi dan pelestarian budaya dan kearfian lokal Galaherang dengan situs-situsnya, yaitu; keraton “Amantu Billah”, masjid “Jami’atul Khair”, makam, dan sungai Galaherang. 14 PEMBARUAN PENDIDIKAN Dr. ALI Dalam Bab5 Hal 120 tentang DI PESANTREN LIRBOYO ANWAR, M. pembaruan aspek metode KEDIRI Ag. pembelajaran Ponpes lirboyo menjelaskan bahwa ada 5 metode Penerbit pembelajaran, yaitu bandongan, PUSTAKA PELAJAR sorogan, hafalan, musyawarah, dan bas\ul masā`il Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167 Telp. 0274-381542 Fax 0274- 383083 E-mail: pustakapelajar@yahoo.com 15 PENDIDIKAN PESANTREN: Achmad Dalam BAB 1 tentang Elemen POLA PENGASUHAN, Muchaddam Pembentukan Santri Hal. 8 PEMBENTUKAN KARAKTER, Fahham menjelaskan bahwa Di masa lalu, DAN PERLINDUNGAN ANAK seorang santri yang masuk dalam sistem pendidikan pesantren ingin Diterbitkan oleh: mengusai ilmu-ilmu keislaman dan P3DI Setjen DPR RI dan Azza mengajarkan ilmu yang mereka kuasi Grafika itu di tengah-tengah masyarakat. Kini motif seorang santri masuk 2015 dunia pesantren bukan saja untuk Diterbitkan oleh: menguasai ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga menguasai berbagai Pusat Pengkajian, Pengolahan bentuk skill yang diajarkan di Data dan Informasi (P3DI) pesantren. Di luar semua itu, motif orang tua melepas anak ke pesantren Sekretariat Jenderal DPR RI adalah agar ia memiliki kepribadian Gedung Nusantara I Lt. 2 yang baik: religius, sederhana, mandiri, jujur, disiplin, sopan, taat Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta dan hormat kepada orang tua, dan Pusat 10270 kepribadian baik lainnya. Ada dua jenis santri dalam sistem pendidikan pesantren, pertama santri mukim adalah santri yang tinggal di pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pesantren selama 24 jam, kedua santri kalong adalah mereka yang tidak tinggal di asrama pesantren dan hanya mengikuti beberapa kegiatan pesantren secara terbatas, misalnya kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnnya yang ditentukan oleh masing-masing pesantren. 16 PESANTREN AHMAD Pada Hal.72 Bab 1 tentang Model MULTIKULTULAR MODEL YUSUF Pendidikan Karakter religius PENDIDIKAN KARAKTER HUMANIS RELIGIUS Menurut Al-Ghazali model DIPESANTREN NGALAH pembentukan karakter (akhlak), PASURUAN yaitu: (1)Mujahadah dan Riyadhah, (2) keteladanan, (3) pembiasaan, (4) DITERBITKAN : pemberiannasihat, (5) kisah, (6) pemberian ganjaran.'”? PT RAJAGRAFINDO PERSADA Menurut Mulyasa model pendidikan karakter yang dapat diterapkan di sekolah antara lain: (1) pembiasaan, (2) keteladanan, (3) pembinaan disiplin peserta didik, (4) CTL (contextual learning and teacing), (5) bermain peran, (6), dan pembelajaran partisipasif.'” Sedangkan menurut Hidayatullah pembentukan karakter meliputi: (1) keteladanan, (2) penanaman/penegakan kedisiplinan, (3) pembiasaan, (4) menciptakan suasana yang kondusif, (5) integrasi dan internalisasi.!°* Lebih lanjut model pendidikan karakter yang dapat diterapkan di lembaga pendidikan menurut Hasan meliputi: (1) internalisasi, (2) intervensi, (3) pembiasaan, dan (4) motivasi.” Tidak jauh berbeda model pendidikan karakter di atas dengan teori teaching force yang digagas oleh E. Stone bahwa dalam pendidikan karakter agar dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan dibutuhkan kesiapan yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan. Menurutnya bahwa pendidikan secara umum adalah penyerahan kekuatan psikologis.'”8 Yaitu sebagai sebuah perubahan dalam hal sikap, kemampuan, yang diperoleh melalui pengalaman. Model teaching force ini memiliki tiga unsur yang meliput: (1) unsur kekuatan peniruan atau pemberi contoh (modeling force), (2) unsur kekuatan kondisi yang dibangun (conditioning force), dan (3) unsur kekuatan kognisi atau proses pembentukan pengetahuan (cognitive force). 17 IMPLEMENTASI SOFYAN Pada halaman 46 Menjelaskan PENDIDIKAN KARAKTER MUSTOIP Tindakan moral Diterbitkan & dicetak oleh MUHAMMAD Tindakan moral merupakan keluaran JAPAR dari pengetahuan moral dan perasaan CV. Jakad Publishing Surabaya moral yang terinternalisasi dalam 2018 bentuk tindakan. Seseorang yang memiliki kualitas moral dan kecerdasan emosional, maka akan mampu melakukan tindakan dalam bentuk perilaku sesuai dengan pengetahuan dan perasaan akan kebenaran. 1) Kompetensi Kompetensi moral memiliki potensi dalam mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam perbuatan yang efektif. Dalam memecahkan suatu permasalahan, seseorang harus memiliki kompeten si praktis, meliputi: mendengarkan, menyampaikan pendapat, dan mengusahakan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. 2) Keinginan Tindakan keinginan seseorang harus dilandasi dengan kecintaan terhadap kebaikan dan kebenaran. Pilihan yang benar pada situasi moral, terkadang memberikan sebuah pilihan yang sulit untuk menentukan tindakan yang efektif dalam Implementasi Pendidikan Karakter mengatasi permasalahan tersebut. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, seseorang memerlukan keinginan sebagai penjaga emosi agar tetap di bawah kendali dan untuk mengetahui serta berpikir secara menyeluruh dimensi moral dalam situasi moral ter-sebut. 3) Kebiasaan Pembiasaan dalam tindakan moral akan memberikan kesan bermakna dalam pembentukan karakter peserta didik. Pengalaman yang diulangi dalam aktivitas membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk tindakan. 18 MANAJEMEN PESANTREN DI KHOIRIYAH Pada hal 144 bab 2 menjelaskan ERA GLOBALISASI pesantren modern adalah pesantren Penerbit yang telah melakukan dinamisasi dari model pesantren (salaf) yang Airlangga University Press selama ini ada. Beberapa strategi yang telah dilakukan pesantren antara lain sebagai berikut. 1. Pembinaan pimpinan pesantren, yang dititikberatkan pada pengembangan pola-pola kepemimpinan yang lebih sesuai dengan kepentingan pesantren di masa depan. 2. Peningkatan mutu pengajaran di pesantren, yang meliputi: penyusunan kurikulum yang lebih relevan bagi keperluan masyarakat, penyusunan silabus pengajaran yang dapat mengembangkan rasa kesejarahan pada ahli- ahli agama di masa depan, penataan periodik bagi tenaga-tenaga pengajar, penyediaan alat-alat pengajaran yang lebih memadai bagi keperluan dan sebagainya. 3. Menjalin pola-pola hubungan pesantren dengan lembaga kemasyarakatan yang lainnya, meliputi pola-pola hubungan dengan lembaga keagamaan di luar Islam, lembaga-lembaga pengembangan dan penyelidikan di berbagai lapangan, serta lembaga-lembaga pemerintahan. 4. Pengadaan keterampilan bagi para santri baik pendidikan kejuruan teknik maupun pendidikan karakter. 5. Pembinaan hubungan antarpesantren guna mengatasi kekurangan dalam struktur kehidupan pesantren. 6. Pengembangan nilai-nilai sosial budaya di kalangan warga pesantren secara lebih teratur. Termasuk dalam hal ini, penciptaan sebuah badan yang bertugas membuat penilaian periodik atas pengajaran dan mengusahakan peningkatan (evaluasi) mutu. 7. Regenerasi pimpinan yang berlangsung dengan sehat, artinya pergantian pimpinan pondok secara bertahap dan teratur, yang memungkinkan penumbuhan nilai-nilai baru dalam kehidupan pesantren secara konstan. Pimpinan akan mampu memadukan keperluan- keperluan praktis akan kemajuan (terutama materiil) dan antara tradisi keagamaan yang diwarisi dari generasi sebelumnya. 8. Rekonstruksi bahan-bahan pengajaran ilmu-ilmu agama, baik kitab-kitab klasik maupun buku-buku pengajaran modern sebagai daya pendorong untuk mengembangkan rasa kesejahteraan dalam beragama. 19 MANAJEMEN & Kompri, Pada hal. 33 menjelaskan tentang KEPEMIMPINAN PONDOK M.Pd.I LIMA UNSUR POKOK PESANTREN PESANTREN Penerbit lima unsur pokok yang menjadi elemen dasar dari tradisi pesantren, PRENADAMEDIA GROUP yakni pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri dan kiai. Dengan demikian, unsur-unsur tradisi pesantren dapat dikategorikan lagi menjadi tiga kelompok: 1. Sarana Perangkat Keras; Pondok dan Masjid Dalam suatu pesantren, pondok dan masjid merupakan dua bangunan yang sangat penting. Pondok pada dasarnya adalah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para santri tinggal bersama dan mendapat bimbingan dari kuai. Pondok, asrama bagi santri, ini sekaligus menjadi ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional lainnya di masjid-masjid, surau, bahkan madrasah pada umumnya. Kehadiran masjid tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pesantren yang dianggap sebagai tempat paling tepat untuk mendidik santri, terutama praktik sembah yang lima waktu, khotbah dan sembahyang Jumat, dan pengajian kitab-kitab Islam klasik. Jadi, masjid merupakan tempat sentral bagi transformasi dan isnad ilmu dipesantren. Kiai dan Santri Berbicara tentang seorang pimpinan dalam pondok pesantren tidak terlepas daripada sosok seorang kiai. Pada kalangan pesantren kiai merupakan aktor utama. Kiailah yang merintis pesantren, mengasuh, menentukan mekanisme belajar dan kurikulum, serta mewarnai pesantren dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian dan kecenderungan yang dimilikinya. Karena itu, karekteristik pesantren dapat diperhatikan melalui profil kiainya. Kiai dan santri dalam tradisi pesantren adalah dua entitas yang tak dapat dipisahkan. Kiai adalah elemen yang paling esensial dan kehadirannya merupakan sesuatu yang niscaya. Walau hanya sebagai orang biasa, tetapi sebagai seorang alim, arif, jawaban atas berbagai persoalan, sifatnya yang tawaduk, ikhlas, orang-orang umumnya me- nempatkannya sebagai figur yang sangat sakral. Sehingga eksistensi kiai sesungguhnya merupakan pemimpin nonformal bagi masyarakat Dengan kelebihan berbagai dimensi tersebut, kiai merupakan figur dan pemimpin sentral dalam suatu pesantren. Santri, biasanya berkonotasi pada siswa yang belajar pada suatu pesantren untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen lain yang juga sangat penting setelah kiai. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri. a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Merekalah yang bertanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari; mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. b. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri 3. Aktivitas Intelektual; Pengajian Kitab-kitab Islam Klasik Tujuan utama para santri untuk berguru ke pesantren tidak lain adalah belajar agama. Pelajaran- pelajaran agama biasanya didapat dari menggali kitab-kitab Islam klasik yang memang tersedia banyak di pesantren. Mungkin lantaran warna/jenis kertasnya yang berwarna kuning, kitab-kitab Islam klasik tersebut, sebagaimana telah disinggung di awal, disebut dengan kitab kuning. Kendati pada perkembangan berikutnya, kitab-kitab yang berwarna putih pun dianggap sebagai kita kuning. Dalam komunitas pesantren tradisional (salafiy dan semi salafiy), pengajian kitab-kitab Islam klasik ini sangatlah penting. Bahkan pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama penganut paham Syafi’iyah, merupakan satu- satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren Menurut Nata, dikutip Anwar, terdapat dua unsur yang dapat dalam kegiatan pondok pesantren: a. Kedaulatan penuh Unsur pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan menggunakan sistem yang dianggap unik, yaitu kedaulatan penuh di bawah kepemimpinan seorang kiai. b. Keunikan Sistem Pendidikan Sistem pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan di dalam pondok pesantren berbeda dengan model pendidikan lainnya, walupaun pada beberapa sisi memiliki kesamaan. 20 PENDIDIKAN PESANTREN: Achmad Pada Hal.19 menjelaskan metode dan POLA PENGASUHAN, Muchaddam tehnik pembelajaran Secara umum PEMBENTUKAN Fahham metode pembelajaran yang KARAKTER,DAN digunakan di pesantren adalah: PERLINDUNGAN ANAK sorogan, bandongan (wetonan), musyawarah (mudzakarah), hafalan, Diterbitkan oleh: dan lalaran.14 Ada juga metode lain P3DI Setjen DPR RI dan Azza yang kerap digunakan di pesantren, Grafika yakni metode demontrasi dan riyadlah. 2015 a. Sorogan, yakni metode belajar individu di mana seorang santri berhadapan langsung dengan kiai atau guru. Teknisnya, seorang santri membaca materi yang telah disampaikan kiai. Selanjutnya kiai membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh santri tersebut mengikuti kiai membaca dan menjelaskan berbagai kitab. b. Bandongan/Wetonan, yakni metode pembelajaran kelompok dan bersifat klasikal, dimana seluruh santri untuk kelas-kelas tertentu musyawarah/mudzakarah, yakni metode pembelajaran berupa diskusi berbegai masalah yang ditemukan oleh para santri. Metode ini digunakan untuk mengolah argumentasi para santri dalam menyikapi masalah yang dihadapi. d. Hafalan, yakni metode untuk menghafal berbagai kitab yang diwajibkan kepada para santri. Dalam praktiknya, metode hafalan merupakan kegiatan kolektif yang diawasi oleh kiai. e. Lalaran, yakni metode pengulangan materi yang dilakukan oleh seorang santri secara mandiri. Materi yang diulang merupakan materi yang telah dibahas di dalam sorogan maupun bandongan, untuk memperkuat penguasaan materi. f. Metode demontrasi atau praktik ibadah, yakni metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan kemampuan pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan atau kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan ustadz. g. Metode riyadlah merupakan metode pembelajaran yang menekankan aspek olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan berbagai cara berdasarkan petunjuk dan bimbingan kiai. Metode-metode di atas, diaplikasikan dengan berbagai teknik pembelajaran, antara lain sebagai berikut: a. Teladan (uswah), yakni teknik pembelajaran dengan memberi contoh nyata kepada santri. Teknik ini hampir sama dengan teknik demonstrasi, tapi cakupannya lebih luas, yakni terletak pada semua sisi kehidupan dari seorang kiai atau guru. b. Pembiasaan (adat), yakni teknik pembelajaran dengan memupuk kebiasaan kepada seorang santri untuk melakukan hal-hal tertentu. Teknik ini dimaksudkan untuk internalisasi atau kristalisasi materi ajar ke dalam diri santri.