Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS DAN EVALUASI PRODUK AGROINDUSTRI


“UJI KIMIA”

Disusun Oleh :
Nama : Nabila Ulinnuha Zakya Nisa
NIM : 205100300111112
Kelompok : 03
Asisten : Ajeng Putri A

LABORATORIUM REKAYASA DAN PROSES AGROINDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia analitik adalah cabang ilmi kimia yang berisi tentang teori dan tata
cara analisis kimia pada bahan atau zat kimia. Dalam analisis kimia terdapat
beberapa perlakuan yaitu memisahkan komponen sampel, mengidentifikasi, dan
menentukan komponen pada sampel yang digunakan. Dalam suatu produk
bahan pangan diperlukan suatu pengujian kimia yang bertujuan untuk
mengetahui kandungan atau senyawa-senyawa yang terkandung pada produk
pangan yang diuji. Selain itu, pengujian kimia juga digunakan untuk melihat
banyaknya zat tertentu yang ada dalam sampel produk pangan yang digunakan.
Zat tersebut akan tertera dalam bentuk konstentasi seperti gram, molar, persen
berat, liter atau ppm.
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengujian kimia yang terdiri dari
pengujian kadar air, uji pH dan uji kadar vitamin C. Adapun sampel yang akan
diujikan yaitu adem sari bubuk, nutrisari jeruk nipis bubuk, adem sari herbal
lemon dan adem sari herbal lemon sparkling. Untuk pengujian kadar air, akan
menggunakan alat yaitu moisture analyzer, untuk pengujian pH akan
menggunakan alat yaitu pH meter dan untuk pengujian kadar vitamin C akan
menggunakan metode titrasi.

1.2 Tujuan
Dalam setiap praktikum tentunya memiliki tujuan yang menjadi parameter
keberhasilan praktikum itu sendiri. Tujuan praktikum ini akan ditujukan untuk
praktikan yang nantinya harus dipenuhi oleh praktikan. Praktikum dikatakan
berhasil apabila praktikan mampu memenuhi seluruh tujuan praktikum. Adapun
tujuan dari praktikum Analisis dan Evaluasi Produk Agroindustri bab Uji Kimia
yaitu agar praktikan memahami dan melaksanakan prosedur uji kimia pada
produk pangan. Selain itu, diharapkan praktikan juga dapat melaksanakan
prosedur uji kimia pada produk pangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apa yang dimaksud dengan uji kimia pada produk pangan?
Dalam pengujian mutu produk pangan diperlukan beberapa pengujian,
salah satunya adalah pengujian kimia. Uji kimia pada produk pangan adalah uji
untuk melihat kandungan kimia yang ada pada produk pangan tersebut. Dengan
begitu, zat kimia dalam produk pangan tersebut dapat diketahui dan dianalisis
(Fikri, 2022).
Dalam pengujian kimia ini, terdapat beberapa uji yang dilakukan.
Pengujian tersebut meliputi uji kadar air, pH serta uji kadar protein (Marantika et
al., 2020). Selain itu, pengujian vitamin C juga menjadi pengujian kimia pada
produk pangan (Mujib et al., 2021).

2.2 Uji Kimia


2.2.1 Kadar air
Kadar air adalah jumlah air yang ada pada bahan pangan serta
dinyatakan dalam bentuk persen dari berat bahan. Pengujian kadar air ini
diperlukan dalam bentuk bahan pangan semi basah. Apabila dalam suatu bahan
pangan tersebut memiliki kadar air yang tinggi, maka pertumbuhan mikroba akan
terjadi secara cepat dan akan berdampak pada pendeknya daya simpan bahan
pangan (Laga et al., 2019).
Metode pengujian kadar air ini dilakukan dengan penimbangan cawan
petri kosong yang sebelumnya telah disterilisasi pada oven dengan suhu 105°C
dalam waktu 60 menit dan dilakukan pada pendinginan selama 15 menit pada
desikator. Selanjutnya dilakukan penimbangan sampel sebanyak g dengan
menggunakan cwan petri yang sudah ditimbang dan diketahui beratnya
sebelumnya. Kemudikan dioven dengan suhu 105°C dalam waktu 3 jam dan
dilakukan pendinginan pada desikator. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar
air dengan menggunakan rumus

%Kadar air = 𝑥 100%

(Mujib et al., 2021).


2.2.2 Kadar Vitamin C
Uji kadar vitamin C pada bahan pangan bertujuan untuk melihat besarnya
kandungan vitamin C yang ada pada bahan pangan tersebut. Vitamin C adalah
vitamin yang banyak ditemukan pada buah ataupun sayuran. Terdapat beberapa
hal yang dapat mempengaruhi kadar vitamin C pada bahan pangan yaitu proses
pengolahan serta proses pengerinagan dengan panas yang dilakukan pada
bahan pangan (Laga et al., 2019).
Metode yang digunakan dalam pengujian kadar vitamin C yaitu dengan
penimbangan sampel dan diletakkan dalam labu Erlenmeyer dan ditambah
dengan aquadest. Selanjutnya dilakukan penghomogenan dan sampel diambil
dengan menggunakan pipet dalam labu Erlenmeyer dan ditambah 1 ml amilum
1%. Kemudian dilakukan titasi dengan larutan baku iod sampai sampel berubah
warna menjadi biru kehitaman. Catat volume titrasi dan hitung %kadar vitamin C
dengan menggunakan rumus:

,
% Vitamin C = 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 100%

Dimana V merupakan volume titrasi, N merupakan Normalitas iodium, W


merupakan berat sampe, K merupakan kesetaran vitamin C dan fp merupakan
factor pengalinya (Mujib et al., 2021).
2.2.3 PH
PH merupakan derajat keasaman dalam bahan pangan. Keasaman ini
dipengaruhi oleh senyawa yang ada dalam bahan pangan itu sendiri. Untuk
bahan angan yang memiliki senyawa asam yang sedikit, maka memiliki tingkat
keasaman yang tinggi. Sebaliknya, apabila bahan pangan memiliki senyawa
asam yang tinggi, maka tingkat keasaman pada bahan pangan terssebut rendah.
Selain senyawa asam, pH pada bahan pangan juga dapat dipengaruhi oleh
senyawa folatil. PH yang terdapat dalam bahan pangan ini akan berpengaruh
terhadap rasa keasaman dari bahan pangan tersebut (Laga et al., 2019).
Metode dalam pengujian pH yaitu dengan menggunakan alat bernama pH
meter. Pengujiannya yaitu dengan sampel diletakkan dalam gelas ukur dan
dihomogenkan. Selanjutnya pH meter dimasukkan dan hasil pH akan nampak
pada display pH meter (Mujib et al., 2021).

2.3 Jelaskan manfaat dari uji kimia (kadar air, vitamin C, pH) untuk menguji
bahan mutu pangan!
Adapun manfaat dari pengujian kadar air yaitu untuk mengetahui kadar
air dari produk pangan yang membuat produk cepat rusak karena adanya
pertumbuhan mikroba. Dengan pengolahan pada produk pangan, maka kadar air
dapat diturunkan, sehingga daya simpan produk menjadi panjang. Hal ini
dikarenakan apabila pada produk pangan memiliki kadar air yang rendah, maka
mikroba akan sulit untuk tumbuh dan berkembang (Laga et al., 2019).
Manfaat dari pengujian pH yaitu untuk mengetahui kadar keasaman yang
ada pada produk pangan. Kadar keasaman ini akan berpengaruh terhadap rasa
dari produk pangan itu sendiri. Manfaat dari pengujian vitamin C yaitu untuk
mengetahui kadar vitamin C pada produk pangan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pengujian kimia bermanfaat untuk mengetahui kandungan
atau zat yang terkandung dalam produk pangan (Mujib et al., 2021).

2.4 Jelaskan pengertian, prinsip kerja dan fungsi dari:


2.4.1 Moisture Analyzer
Moisture analyzer is a laboratory tool designed to determine moisture
content in samples. The samples that can be tested are liquid samples, powder
samples and granule samples. In other words, this moisture analyzer functions as
a measurement of the water content in a food ingredient (Korotcenkov, 2020).
Moisture analyzer merupakan alat laboratorium yang dirancang dalam
menentukan kadar lembab pada sampel. Adapun sampel yang dapat diuji yaitu
sampel cair, sampel serbuk dan sampel granul. Dalam kata lain, moisture
analyzer ini berfungsi sebagai pengukuran kadar air pada suatu bahan pangan
(Korotcenkov, 2020).
Prinsip kerja dari moisture analyzer ini adalah pemanasan sampel dengan
menggunakan suhu tertentu untuk menguapkan kadar air pada sampel.
Penguapan ini akan mengakibatkan berat sampel berkurang hingga proses
penguapan selesai. Pemanasan ini berasal dari lampu halogen yang ada pada
alat. Durasi pemanasan ini bergantung pada kadar air yang ada pada sampel
tersebut (Puteri et al., 2018).
Operation in this moisture analyzer consists of simultaneously stockpiling
and heating the sample. The weighing will be placed at the bottom, above the
bottom will be placed in the drying chamber where the sample is tested. The
combination of these two elements aims to weigh and heat the sample at the
same time (Kowalska et al., 2018).
Pengoperasian dalam moisture analyzer ini teridiri atas penimbanagn dan
pemanasan sampel secraa bersamaan. Penimbangan akan dilletakkan dibagian
bawah, diatas bagian bawah akan diletakan ruang pengering dimana sampel
diuji. Penggabungan kedua elemen ini bertujuan untuk menimbang dan
memanaskan sampel di waktu yang bersamaan (Kowalska et al., 2018).
2.4.2 PH Meter
PH meter merupakan alat laboratorium yang digunakan dalam pengujian
pH suatu bahan pangan. PH merupakan derajat keasaman yang terdapat dalam
bahan pangan. Adapun fungsi dari pH meter adalah untuk menguji nilai pH yang
terdapat dalam bahan yang diuji. (Mujib et al., 2021).
Adapun prinsip kerja dari pH meter ini yaitu menggunakan sensor probe
yang berupa elektroda kaca. Elektroda kaca ini akan mengukur jumlah ino H3O+
yang ada pada larutan yang diuji. Ujung dari elektroda kaca berupa lapisan kaca
dengan bentuk bulat dan dihubungkan dengan plastic memanjang yang berisi
HCL. Pada HCL tersebut, terdapat kawat elektroda dari perak dengan
permukaannya mengandung sewaya yang setara AgCl (Desmira et al., 2018).

2.5 Apa yang dimaksud dengan metode titrasi?


Metode titrasi adalah metode yang digunakan dalam penentuan
konsetntrasi larutan asam basa dengan penggunaan larutan standar. Adapun
larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya yang berupa
asam/basa. Untuk larutan standar asam digunakan dalam penetapan konsentrasi
larutan basa dan larutan standar basa digunakan dalam penetapan konsentrasi
larutan asam. Contohnya adalah cuka termasuk asam lemah, sehingga
dibutuhkan NaOH sebagai larutan standar basa kuat untuk diketahui kebenaran
dari kasar asam pada cuka (Febriana dan Kasmui, 2021).
This titration method is used to determine the concentration of an
unknown acid (Pierre, 2019).Testing the use of this titration method was carried
out with a mixture of distilled water with the sample added with phenolphthalein
indicator. Next, a titration will be carried out using a standard NaOH solution until
a color change occurs. The titration ends until the equivalence point is reached.
The equivalence point is a condition where the moles of acid equivalent are the
same as moles of base equivalents (Hansen et al., 2018).
Metode titrasi ini digunakan utnuk mengetahui konsentrasi asam yang
belum diketahui (Pierre, 2019). Pengujian menggunakan metode titrasi ini
dilakukan dengan campuran aquades dengan sampel yang ditambhkan indicator
penolptalein. Selanjutnya akan dilakukan titrasi menggunakan larutan standar
NaOH hingga terjadi perubahan warna. Titrasi berakhir hingga tercapainya titik
ekuivalen. Titik ekuivalen adalah suatu kondisi mol ekuivalen asam sama dengan
mol ekuivalen basa (Hansen et al., 2018).

2.6 Aplikasi uji kimia pada bidang agroindustry!


Aplikasi uji kimia dapat diterapkan pada bidang agroindustry yaitu pada
pengujian pada produk bekasam ikan kurisi. Pengujian kimia yang dilakukan
yaitu meliputi uji kadar air, pH, dan kadar protein. Untuk produk bekasam ikan
kurisi ini memiliki kadar air sebesar 51,06%, nilai pH 3,07 dan kadar protein
sebesar 14,121% (Marantika et al., 2020).
Selain itu, aplikasi uji kimia juga dapat dilakukan pada pengujian kimia
selai manga alpukat. Pengujian kimia yang dilakukan yaitu meliputi uji kadar
vitamin C, pH dan kadar air. Pada pengujian tersebut, disimpulkan bahwa pada
pengolahan manga alpukat menjadi selai, akan membuat kadar vitamin C
menurun, namun dapat meningkatkan nilai pH dan viskositasnya (Mujib et al.,
2021).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Dalam praktikum ini menggunakan beberapa alat dan bahan yang
digunakan dalam pengujian kimia. Adapun alat yang digunakan yaitu timbangan
analitik, spatula, wadah, moisture analyzer, spatula, pipet bolume 10 ml, labu
ukur 100 ml, Erlenmeyer 50 ml, gelas ukur 100 ml dan gelas beaker 50 ml, 100
ml dan 250 ml. Selain itu, juga menggunakan pipet tetes, bulb, buret, statif,
corong kaca, wadah plastic, pH meter dan botol semprot.
Bahan yang digunakan ini akan menunjang keberhasilan dari praktikum.
Bahan yang digunakan haruslah sesuai dengan takaran dan jumlahnya untuk
menghindari adanya kesalahan. Adapun bahan yang digunakan adalah adem
sari bubuk, nutrisari jeruk nipis bubuk, adem sari herbal lemon, adem sari herbal
lemon sparkling, akuades, kanji, iodin 0,01 N, kertas label dan tisu.

3.2 Diagram Alir


3.2.1 Pengujian Kadar Air

Sampel

Masukkan wadah ke dalam alat moisture analyzer

Kalibrasi alat dengan menekan tare

Masukkan sampel ke dalam wadah yang telah disiapkan

Menakan tombol start dan tunggu hingga nilai yang tertera di layar konstan

Hasil
3.2.2 Pengujian Kadar Vitamin C

Sampel adem sari 10 ml

Aquades hingga
tanda batas Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

Dikocok hingga homogen

Disaring sampel yang telah diencerkan menggunakan kertas saring

1 ml larutan Masukkan 25 ml filtrate ke dalam erlenmeyer


kanji 1%

Titrasi dengan larutan iodin 0,01 N hingga timbul warna biru

Hasil

3.2.3 Pengujian pH

Sampel adem sari

Masukkan sampel dalam wadah

Ukur pH menggunakan pH meter

Nilai pH akan ditampilkan pada layar alat

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Kadar Air


Tahapan awal dalam pengujian kadar air pada praktikum ini adalah
mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Selanjutnya masukkan wadah
pada alat uji kadar air yaitu moisture analyzer. Kemudian kalibrasi alat dengan
menekan tombol tare. Kemudian masukkan sampel ke dalam wadah yang telah
disiapkan dan tekan tombol start serta tunggu hingga nilai kadar air tertera pada
layar alat, sehingga diperoleh hasil yang dituliskan pada data hasil praktikum.
Terdapat 2 sampel yang digunakan pada pengujian kadar air ini yaitu sampel A
dan B yang masing-masing memiliki kadar air yang berbeda. Dari hasil pengujian
kadar air didapatkan kadar air sampel A sebesar 1,43% dan kadar air sampel B
sebesar 1,24%.
Berdasarkan literature dijelaskan bahwa syarat kadar air minuman bubuk
yang sesuai dengan standar SNI 01-4320-1996 yaitu maksimal 3%. Jika
dibandingkan dengan hasil praktikum yang didapatkan maka sampel yang diuji
telah sesuai dengan SNI karena kadar air pada sampel yang diuji adalah sebesar
1,43% dan 1,24%. Dengan demikian, hasil praktikum yang didapatkan telah
sesuai dengan literature (Yolandari dan Batubara, 2019).

4.2 Hasil Uji Kadar Vitamin C


Tahapan awal dalam pengujian kadar vitamin C adalah mempersiapkan
sampel yang akan diuji yaitu adem sari. Selanjutnya encerkan adem sari dengan
menggunakan aquades sebanyak 10 ml pada cawan petri. Kemdian masukkan
larutan adem sari ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong. Selanjutnya
tambahkan aquades sampai dengan tanda batas labu ukur 100 ml dan lakukan
homogenisasi. Kemudian saring sampel yang telah diencerkan menggunakan
kertas saring. Selanjutnya masukkan 25% filtrate dalam erkenmeyer dan
tambahakan 1 ml larutan kanji dengan konsentrasi 1%. Selanjutnya lakukan
proses titrasi dengan meneteskan larutan iodine 0,01 N sampai timbul warna
biru. Kemudian lakukan pengamatan dna pencatatan hasil yang didapatkan.
Pada pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil uji kadar vitamin C dengan
menggunakan iodine 4,5 ml, factor pengenceran 1 dan berat sampel 25 gram
, ,
adalah Kadar vitamin C (mg/100 gram) = ( )
=
, ,
= 15,84 mg/100 gram vitamin C.

Berdasarkan literature, pengujian kadar vitamin C dapat dilakukan


dengan metode titrasi iodimetri. Pada metode titrasi iodimetri ini akan
menggunakan larutan iodium yang berguna untuk menunjukkan jumlah vitamin C
yang asa pada sampel sebagai senyawa dihidroaskorbat. Selain itu juga terdapat
penambahan pati atau amilum yang bertujuan untuk membentuk kompleks warna
biru yang dibentuk karena reaksi dengan iodium. Keuntungan menggunakan
metode titrasi iodimetri ini adalah penggunaannya yang mudah dan murah.
Namun kekurangannya adalah hasil yang didapatkan kadang tidak akurat. Pada
literature dijelaskan bahwa kadar vitamin C pada makanan umumnya sebesar
40-50 g/100 gram vitamin C. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel
pada praktikum yang dilakukan memiliki kandungan vitamin C yang tinggi
(Rahayuningsih et al., 2022).

4.3 Hasil Uji pH


Langkah awal yang dilakukan pada pengujian pH yaitu menyiapkan
sampel yang digunakan. Selanjutnya masukkan sampel ke dalam wadah yang
telah dipersiapkan. Kemudian ukur pH menggunakan alat pH meter. Hasil kadar
pH akan tampil pada display pH meter. Amati dan catat hasil uji yang telah
dilakukan. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, dapat diketahui hasil uji nilai pH
sampel C adalah 3,7 dan hasil uji pH sampel D adalah 4,3. Dapat disimpukan
bahwa kedua sampel memiliki pH yang rendah dan memiliki tingkat keasaman
yang cukup tinggi.
Berdasarkan literature, standar nilai pH untuk minuman jeruk adalah
berkisar antara pH 3,65-4,60. Dimana pH pada tingkatan tersebut menunjukkan
bahwa minuman tersebut memiliki sifat asam. Jika dibandingkan dengan
literature, hasil uji pH pada praktikum terlah sesuai dan sampel memiliki tingkat
asam yang cukup (Zakiy et al., 2017).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Uji kimia pada produk pangan adalah uji untuk melihat kandungan kimia
yang ada pada produk pangan tersebut. Pada praktikum analisi dan evaluasi
produk agroindustry tentang uji kimia ini terdapat beberapa tujuan yang harus
dicapai oleh praktikan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah diharapkan
praktikan memahami dan melaksanakan prosedur uji kimia pada produk pangan.
Selain itu, diharapkan praktikan juga dapat melaksanakan prosedur uji kimia
pada produk pangan.
Dalam praktikum uji kimia ini akan dilakukan tiga pengujian yaitu uji kadar
air, uji kadar vitamin C dan uji pH. Uji pertama yang dilakukan adalah uji kadar
air, dimana dari uji kadar air dapat diketahui hasil dari 2 sampel uji yaitu sampel
A dan sampel B. Sampel A memiliki kadar air sebesar 1,43% dan sampel B
memiliki kadar air sebesar 1,24%. Hasil kadar air tersebut telah sesuai dengan
SNI 01-4320-1996 dimana syarat kadar air maksimal untuk minuman bubuk
adalah 3%. Uji kedua yang dilakukan adalah uji kadar vitamin C. Pada uji kadar
vitamin C dilakukan perhitungan yaitu Kadar vitamin C (mg/100 gram) =
, , , ,
( )
= = 15,84 mg/100 gram vitamin C. Hasil

kadar vitamin C yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel yang diuji memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi. Uji ketiga yang dilakukan adalah uji pH pada
sampel C dan sampel D. Hasil uji pH sampel C adalah 3,7 dan hasil uji pH
sampel D adalah 4,3. Dapat disimpukan bahwa kedua sampel memiliki pH yang
rendah dan memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi. Seluruh pengujian
yang dilakukan telah sesuai dengan literature yang digunakan.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah diharapkan praktikan lebih
memperhatikan penjelasan materi. Selain itu, pada saat melakukan praktikum di
laboratorium, diperlukan ketelitian dan hati-hati pada saat melakukan pengujian.
Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan
menghindari adanya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Desmira, Aribowo D, Pratama R. 2018. Penerapan sensor ph pada area


elektrolizer di pt. sulfindo adiusaha. Jurnal PROSISKO 5(1): 9-12
Febriana Z dan Kasmui. 2021. Desain media pembelajaran chemistry is fun
berbasis android pada materi titrasi asam basa. Journal of Chemistry in
Education 10(2): 17-23
Fikri AN. 2022. Bioteknologi dan Penerapannya dalam Penelitian dan
Pembelajaran Sains. Pekalongan: Nasya Expanding Management.
Hansen LD, Transtrum MK, Quinn CF. 2018. Titration Calorimetry: From Concept
to Application. Switzerland: Springer.
Korotcenkov G. 2020. Handbook of Humidity Measurement, Volume 3: Sensing
Materials and Technologies. Boca Raton: CRC Press.
Kowalska M, Janas S, Wozniak M. 2018. Innovative application of the moisture
analyzer for determination of dry mass content of processed cheese. Heat
and Mass Transfer 54: 3071-3080
Laga A, Langkong J, Muhpidah. 2019. Pengaruh penggunaan jenis gula
terhadap mutu kurma tomat. Canrea Journal 2(1): 62-68
Marantika NA, Hayati S, Sudjatinah. 2020. Konsentrasi garam terhadap sifat
kimia, fisik dan organoleptic bekasam ikan kurisi (Nemipterus
nemathophorus). Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 15(1): 40-
46
Mujib A, Rohmayanti T, Aminullah. 2021. Kajian kandungan vitamin c, sifat
fisikokimia, dan sensori selai manga alpukat. Jurnal Teknologi Pertanian
Andalas 25(2): 138-144
Pierre D. 2019. Acid-base titrasion. Undergraduate Journal of Mathematical
Modeling: One + Two 10(1): 1-17
Puteri RAM, Mutmainah, Setiadi MB. 2018. Perancangan alat sampling pasir
silica dalam proses pengecekan di pt. xyz. Jurnal Nasioanl Sains dan
Teknologi, 17(1): 1-5
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Rahayuningsih J, Sisca A, Eliyarti, Angasa E. 2022. Analisis vitamin c pada buah


jeruk pasaman untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masa pandemic
covid-19. Journal of Research and Education Chemistry 4(1): 29-33
Yolandari AC dan Batubara SC. 2019. Formulasi minuman serbuk instan
mentimun menggunakan metode mixture design. Jurnal Teknologi dan
Kesehatan 1(2): 75-92
Zakiy JM, Dwiloka B, dan Rizqiati H. 2017. Kualitas minuman sinbiotik
bengkuang (pachyrhizus erosus) menggunakan inoculum lactobacillys
fermentum dengan waktu inkubasi yang berbeda. Jurnal Teknologi
Pangan, 1 (1) : 21- 24

Anda mungkin juga menyukai