Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ASISI

JI. Veteran II No. 10 Selabatu, Kecamatan cikole, Kota Sukabumi


Tanggal 1 Desember sampai dengan 31 Desember
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Penilaian pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Tahun Pelajaran 2022/2023

DISUSUN OLEH :

Nama : Lina Herlina

Nis : 102021038

Kelas : XII ( Dua Belas)

Kompetensi Keahlian : Asisten Keperawatan

YAYASAN MADANI TEGALLEGA


SMK KESEHATAN TUNAS MADANI
JL. PELABUAN II, KM.8 TEGALLEGA, LEMBURSITU,
SUKABUMI
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN (PKL)
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ASISI

JI. Veteran II No. 10 Selabatu, Kecamatan cikole, Kota Sukabumi

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini telah disahkan di Sukabumi pada Tanggal Tiga Puluh Satu
Desember Dua Ribu Dua Puluh Dua

Pembimbing Peserta,

Suci Nurjanah, A. M. Keb Lina Herlina

Menyetujui

Kepala Wisma Asisi Kepala Kompetensi keahlian


asisten keperawatan

SRS. M. Bernadeth. SFS Cucu Sulastri, S. KM

Mengetahui,

Kepala SMK Kesehatan Tunas Madani

Nina Sariah, S. Pd
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini. Laporan praktek
kerja lapangan yang telah disusun ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas siwa/i
sebagai pertanggung jawaban atas kegiatan praktek kerja lapangan di dunia kerja.
Laporan ini ditulis berdasarkan program praktek kerja lapangan yang
dilaksanakan oleh saya di Panti Sosial Tresna Werdha Asisi yang dimulai pada
tanggal 1 Desember sampai dengan tanggal 31 Desember

Oleh Karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang membantu dalam penyusunan laporan ini terutama kepada :

1. Hj. Fitri Hayati, M. M. Pd selaku ketua Yayasan Madani Tegallega Kota


Sukabumi.
2. Nina Sariya, S. Pd selaku Kepala SMK Kesehatan Tunas Madani Kota
Sukabumi.
3. Cucu Sulastri, S. KM selaku Ketua Kompetensi Program Keahlian Asisten
Keperawatan di SMK Keshatan Tunas Madnani Kota Sukabumi.
4. Suci Nurjanah, A. M. Keb selaku guru pembimbing di SMK Kesehatan Tunas
Madani.
5. SRS. M. Bernadeth. SFS selaku pembimbing lahan.
6. Seluruh guru produktif dan guru – guru yang ada di SMK Kesehatan Tunas
Madani.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan


ini masih banyak sekali kekurangan, penulis terbuka pada masukan, kritik, dan
saran yang diberikan.

Sukabumi,Desember 2022

Lina Herlina

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Tujuan Praktek Kerja Industri ...........................................................
C. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Industri ........................................
D. Profil Klinik Dkt Pangrango...............................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Definis Penyakit ................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
C. Manifestasi Klinis...............................................................................
D. Komplikasi .........................................................................................
E. Penatalaksanaan .................................................................................
1. Medis ...........................................................................................
2. Keperawatan ................................................................................
BAB III DOKUMENTASI KEPERAWATAN ............................................
A. Pengkajian .........................................................................................
B. Diagnosa ............................................................................................
C. Intervensi ...........................................................................................
D. Implementasi .....................................................................................
E. Evaluasi .............................................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran- Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ..............................................................................................................1


Gambar 1.2...............................................................................................................5
Gambar 1.3

iii
DAFTAR TABEL

Tabe l.1

Tabe 2.1

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu kegiatan pengalaman belajar bagi


peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam memberikan pelayanan
dasar keperawatan bagi siswa SMK kesehatan pendidikan sekolah Menengah
Kejuruan dengan bidang studi keahlian kesehatan kompetensi Asisten
Keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang
terampil. Pengalaman praktek kerja lapangan membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh di kelas
pada situasi nyata sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi saat ini.
Sehingga saya sebagai siswa dapat mengikuti Praktek Kerja Lapangan dengan
baik serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang saat ini.

B. Tujuan Praktek Kerja Industri

1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan, saya diharapkan
mampu memberikan pelayanan dasar keperawatan secara komprehensif
dan mampu melakukan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga.

2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan saya diharapkan dapat
membantu dalam pelaksanaan:
a. Melakukan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan tindakan
keperawatan
b. Menerapkan prinsip etika, etiket dalam keperawatan
c. Menerapkan prisip infeksi nosocomial
d. Melakukan personal hygine kepada klien/pasien
e. Melakukan perawatan pirenium (vulva hygine)

1
2

f. Menyiapkan tempat tidur sebagai bagian dari asuhan keperawatan


g. Memberikan alat-alat keperawatan
h. Memasang buli-buli panas
i. Memasang kirbat es
j. Mengukur tanda-tanda vital
k. Menolong klien atau pasien buang air kecil ditempat tidur
l. Menolong klien atau pasien buang air besar ditempat tidur
m. Memberi kompres dingin
n. Memberi kompres hangatMembantu pasien atau klien duduk ditempat
tidur
o. Memindahkan klien atau pasien dari tempat tidur ke brangkar dan
sebaliknya
p. Mobilisasi klien/pasien miring kiri, kanan dan berbaring

C. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Tempat dan Waktu pelaksana praktek kerja lapangan yaitu Di Panti Sosial
Tresna Werdha Asisi, JI. Veteran II No. 10 Selabatu, Kecamatan cikole, Kota
Sukabumi, yakni dari tanggal 1 Desember 2022 s.d 31 Desember 2022.

Gambar 1.1 Panti Sosial Tresna Werdha Asisi


3

D. Profil Tempat Praktek Kerja Industri


1. Sejarah
Berdiri pada tanggal 31 Oktober 1959. Karya awal yang di rintis oleh bidang
pendidikan dan kesehatan pada tanggal 14 April 2007, Karya sosial yakni PSTW
Panti Sosial Tresna Werdha Asisi bagi para lanjut usia pengelolaannya di alihkan
dari Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) kepada yayasan mardi
waluya, maka sejak waktu itulah Karya pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha
Wisma Asisi menjadi bagian dari Yayasan Mardi Waluya.
Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi merupakan tempat kediaman para
lanjut usia, yang karena kemampuannya sendiri memilih untuk tinggal di Panti
Sosial Tresna Werdha Asisi , Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi
diresmikan pada tanggal 18 Januari 1996 Oleh : Mgr Michael Cosmas Angkur.
DFM dan Wali kota madya sukabumi, H. Udin Koswara. S.H.
Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi di sukabumi sebagai wujud
kehadiran suster suster Fransiskan Sukabumi, yang peduli dan siap sedia untuk
melibatkan diri dalam karya perutusan dalam pelayanan, maka mewujudkan
dalam visi dan misi. Pada awalnya Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi
melayani Oma Opa dengan alakadarnya. Dengan semangat cinta kasih dan
pengorbanan dalam kegembiraan inilah, Para pengurus Panti Sosial Tresna
Werdha Asisi mengabdi Tuhan lewat pelayanan terhadap sesama yang menderita.
Pengalaman selama ini, banyak hal yang ingin terus di perbaiki dan di lengkapi.
Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi mencoba untuk memperbaiki Pelayanan
secara maksimal dan utuh. Hal tersebut tentu saja hanya dapat di capai jika Panti
Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi di lengkapi dengan sarana yang memadai,
baik secara sarana rohani maupun sarana fisik.
Ketika Panti Sosial Tresna Werdha Asisi dibuka pada tanggal 18 Januari
1996, Penghuni baru seorang Opa dan 3 orang Oma. Penghuni Panti Sosial Tresna
Werdha Wisma Asisi tidak dapat di prediksi setiap bulan, karena terkadang
bertambah, berkurang, meninggal maupun kembali ke rumah karena kemauannya
sendiri. Untuk saat ini penghuninya lumayan banyak.
4

2. Visi Misi
1) Visi
Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan sosial yang berkomitmen tinggi
dilandasi semangat doa, Persaudaraan, serta pembaruan diri untuk
mencapai kekudusan dan keselamatan jiwa-jiwa.
2) Misi
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan, Pendidikan, dan sosial secara
cerdas, santun holistic, berkualitas, dan profesional.
a. Membentuk sumber daya manusia yang berkomitmen tinggi
b. Menjadikan doa sebagai kekuatan dalam pelayanan
c. Mewujudkan persaudaraan dengan sesama dan alam ciptaan
d. Melakukan pembaharuan diri terus-menerus
e. Melestarikan Budaya setempat
f. Mewujudkan kesejahteraan seluruh warga Mardhi Waluya
g. Mencapai kekudusan dan keselamatan jiwa-jiwa dalam kehidupan sehari-
hari.
3) moto
Menjadi tempat pengungsian bagi yang susah dan menderita (secara
bijaksana dan mendidik)

3. Struktur Organisasi
PENANGGUNG JAWAB
Sr. M. Bernadeth. SFS

Gambar 1.2 Stuktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi
5

4. Denah Lokasi

Gambar. 1.3 Denah Lokasi Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Asisi

5. Sarana dan prasarana


a. Kantor dan gudang pangan t. Kursi roda
b. Kamar tamu u. Ruang Tv Untuk Lansia
c. Ruang poliklinik v. Wasrey
d. Kamar sakit
e. Kamar lansia
f. Ruang Santa Anna
g. Ruang Rufinus
h. Ruang Fransiskus
i. Ruang Lidwina
j. Ruang Maseo
k. Ruang Grasio
l. Kamar Singgah
m. Dapur
n. Ruang Makan Lansia
o. 2 Ruang aula
p. 1 Kapel
q. Gedung OB
r. Asrama karyawan
6

s. Garasi
6. Tenaga kerja
1) Geron (petugas perawat) : 9 orang
2) Wasrey : 3 orang
3) Bagian dapur : 3 orang
4) Satpam : 6 orang
5) Office Boy : 2 orang

7. Jenis Pelayanan
Memberikan pelayanan pendampingan kepada para lanjut usia dalam proses
penerimaan diri melalui lima tahap : Denial (penyangkalam-penolakan),
kemarahan, tawar menawar, depresi dan penerimaan.

Memberikan pelayanan pendampingan kepada para lanjut usia agar


mengalami sentuhan ; senyum, sapa, santun, safety.

8. Manajemen Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3)


1) Keamanan : keamanan di Panti Sosial Tresna Werdha
Wisma Asisi aman,
2) Kesehatan : Kesehatan di Panti Sosial Tresna Werdha wisma
Asisi Sehat, terdapat Tempat untuk bercuci
tangan di area Panti Sosial Tresna Werdha
Wisma Asisi hanya kurang dibagian depan
saja.
3) Keselamatan Kerja : Keselamatan Kerja di Panti Sosial Tresna
Werdha Wisma Asisi aman,dapat menggunakan
APD, alat kerja terawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang


menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif
Huda, 2016). Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya & Putri 2013).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke nonhemoragik dapat
disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke
non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat
disebabkan oleh pendarahan intraserebrum hipertensi dan perdarahan
subarachnoid (Wilson & Price, 2016)

B. Etiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini
disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah
ke otak (Pudiastuti, 2011). Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami sumbatan sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah
pada jaringan otak, thrombosis otak, aterosklerosis dan emboli serebral yang
merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat pembentukan plak
sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan oleh penyakit
jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau
hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron) dan hipertensi (Muttaqin,
2011).
1. Faktor risiko stroke

11
12

Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor atau yang sering
disebut multifaktor. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke
dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (non-
modifiable risk factors) dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (modifiable
risk factors) (Nastiti, 2012). Berikut faktor-faktor yang berkaitan dengan stroke
antara lain:

a) Faktor risiko tidak dapat dikendalikan


a) Umur
Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia
55 tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua
pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas
65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang
lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok dewasa muda
dan tidak memandang jenis kelamin.
b) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena
stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebihtinggi daripada wanita, tetapi serangan
stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan
hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena
stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga
kemungkinan meninggal lebih besar.
c) Ras Ada
variasi yang cukup besar dalam insiden stroke antara kelompok etnis
yang berbeda. Orang-orang dari ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi
untuk semua jenis stroke dibandingkan dengan orang-orang dari ras
kaukasia. Risiko ini setidaknya 1,2 kali lebih tinggi dan bahkan lebih tinggi
untuk jenis stroke ICH (Intracerebral Hemorrahage).
d) Faktor genetik
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling berkaitan.
Dalam hal ini hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah menjadi
13

faktor genetik yang berperan. Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan
dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah juga
meningkatkan risiko stroke.
b) Faktor risiko dapat dikendalikan
a) Hipertensi Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama
yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan
orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke
ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan
darah di atas 140-90 tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena
dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan
pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor-faktor lain di luar
hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Orang yang tidak
menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90 tahun,
menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Sejumlah
penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat mengurangi risiko
stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka kematian karena stroke
sebesar 40 persen.
b) Diabetes Mellitus
Pada penderita DM, khususnya Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) terdapat faktor risiko multiple stroke. Lesi
ateriosklerosis pembuluh darah otak baik intra maupun ekstrakranial
merupakan penyebab utama stroke. Ateriosklerosis pada pembuluh darah
jantung akan mengakibatkan kelainan jantung yang selanjutnya dapat
menimbulkan stroke dengan emboli yang berasal dari jantung atau akibat
kelainan hemodinamik. Pada ateriosklerosispembuluh darah otak yang
besar, perkembangannya mengikuti peningkatan tekanan darah, tetapi pada
pembuluh darah kecil, misal dinding pembuluh darah penetrans, suatu end-
arteries berdiameter kecil menebal karena proses jangka panjang dari
deposisi hialin, produk lipid amorphous, dan fibrin. Suatu mikroaneurisma
dapat terjadi pada daerah yang mengalami ateriosklerosis tersebut dan
14

selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit dibedakan dengan


lesi iskemik primer tanpa menggunakan suatu pemeriksaan imajing
(Misbach, 2013).
Penderita diabetes cenderung menderita ateriosklerosis dan
meningkatkan terjadinya hipertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah.
Kombinasi hipertensi dan diabetes sangat menaikkan komplikasi diabetes,
termasuk stroke. Pengendalian diabetes sangat menurunkan terjadinya
stroke (Yulianto, 2011).
c) Kenaikan kadar kolesterol/lemak darah
Kenaikan level Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan faktor
risiko penting terjadinya aterosklerosis yang diikuti penurunan elastisitas
pembuluh darah. Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada
pasien dengan kadar kolestrol di atas 240 mg%. Setiap kenaikan 38,7 mg%
menaikkan angka stroke 25%. Kenaikan HDL 1 m mol (38,7 mg%)
menurunkanterjadinya stroke setinggi 47%. Demikian juga kenaikan
trigliserid menaikkan jumlah terjadinya stroke (Yulianto, 2011).
d) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke baik perdarahan maupun
sumbatan, tergantung pada faktor risiko lainnya yang ikut menyertainya
(Dourman, 2013). Fakta membuktikan bahwa stroke banyak dialami oleh
mereka yang mengalami kelebihan berat badan dan bahkan sebagian kasus
umumnya dialami oleh penderita obesitas (Lingga, 2013).
e) Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol memiliki efek sekunder terhadap peningkatan
tekanan darah, peningkatan osmolaritas plasma, peningkatan plasma
homosistein, kardiomiopati dan aritmia yang semuanya dapat
meningkatkan risiko stroke. Konsumsi alkohol yang sedang dapat
menguntungkan, karena alkohol dapat menghambat thrombosis sehingga
dapat menurunkan kadar fibrinogen dan agregasi platelet, menurunkan
lipoprotein, meningkatkan HDL, serta meningkatkan sensitivitas insulin
(Misbach, 2013).
15

f) Aktifitas fisik
Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya
stroke dan penyakit jantung. Olahraga secara cukup rata-rata 30 menit/hari
dapat menurunkan risiko stroke(Yulianto, 2011). Kurang gerak
menyebabkan kekakuan otot serta pembuluh darah. Selain itu orang yang
kurang gerak akan menjadi kegemukan yang menyebabkan timbunan
dalam lemak yang berakibat pada tersumbatnya aliran darah oleh lemak
(aterosklerosis). Akibatnya terjadi kemacetan aliran darah yang bisa
menyebabkan stroke (Dourman, 2013)
g) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah
diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan
perokok ringan. Merokok hampir melipat gandakan risiko stroke iskemik,
terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko
subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab
nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda
ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke
menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa
merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih
banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis.

C. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif Huda, 2016), manifestasi klinis stroke sebagai berikut:

a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan


b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Bicara pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
16

h. Nyeri kepala hebat


i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak

D. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral
dan luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran darah
serebral sehingga ketersediaan oksigen ke otak menjadi berkurang dan akan
menimbulkan kematian jaringan otak (Bararah, & Jauhar, 2013).
Komplikasi Stroke Menurut (Pudiastuti, 2011) pada pasien stroke yang
berbaring lama dapat terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
1) Bekuan darah (Trombosis) Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh
menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga
dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk
dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
2) Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak pengaruh dirawat dengan
baik maka akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
3) Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal
ini menyebabkan cairan terkumpul di paruparu dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni.
4) Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang
gerak dan immobilisasi.
5) Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi
perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.

E. Penatalaksanaan
Menurut penelitian (Setyopranoto, 2016) penatalaksanaan pada pasien
stroke non hemoragik adalah sebagai berikut:
17

1. Penatalaksanaan medis
Terapi Farmakologi
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rtPA
(Recombinant Tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen
neuroproteksi, yaitu sitikoin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
Terapi farmakologi yang digunakan pada pasien stroke non hemoragik
yaitu:
1) Fibrinolitik/ trombolitik (rtPA/ Recombinant Tissue Plasminogen
Activator)
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut.
Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase,
namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase. Obat
ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang
terikat pada fibrin. Efek samping yang sering terjadi adalah risiko
pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
angioedema. Beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa rentang
waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat
memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka
kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4, atau 5 jam setelah onset gejala.
2) Antikoagulan Terapi antikoagulan ini untuk mengurangi pembentukkan
bekuan darah dan mengurangi emboli, misalnya Heparin dan warfarin.
3) Antiplatelet Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pencegahan stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi
platelet. Aspirin merupakan salah satu antiplatelet yang
direkomendasikan penggunaannya untuk pasien stroke.
4) Antihipertensi
 Pasien dapat menerima rtPA namun tekanan darah >185/110 mmHg,
maka pilihan terapi yaitu labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit, dapat
diulang 1 kali atau nikardipin 5 mg/jam IV, titrasi sampai 2,5 mg/jam
18

tiap 5-15 menit maksimal 15 mg/jam; setelah tercapai target maka dapat
disesuaikan dengan nilai tekanan darah tidak tercapai <185/110 mmHg,
maka jangan berikan rtPA.
 Pasien sudah mendapat rtPA, namun tekanan darah sistolik >180-230
mmHg atau diastol >105-120 mmHg, maka pilihan terapi yaitu labetalol
10 mg IV, kemudian infus IV kontinu 2-8 mg/menit atau nikardipin 5
mg/jam IV, titrasi sampai 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit, maksimal 15
mg/jam. Tekanan darah selama dan setelah rtPA
2. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut
a) letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil.
b) Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisa gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi.
c) Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten).
d) Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, stroke berisiko terjadinya
dehidrasi karena penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi
cairan ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan
darah. kristaloid atau koloid 1500-2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan,
hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi
melalui oral hanya dilakukan jika fungsi menelan baik, dianjurkan
menggunakan nasogastriktube.
e) Pantau juga kadar gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3
hari pertama.
f) Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistol
>220 mmHg, diastol >120 mmHg, Mean Arteri Blood Plessure (MAP)
>130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
19

didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
g) Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang
direkomendasikan yaitu natrium nitropusid, penyekat reseptor alfabeta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
h) Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 110 mmHg.
i) Jika kejang, diberikan diazepam 5-20mg iv pelan-pelan selama 3 menit
maksimal 100mg/hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
j) Jika didapat tekanan intrakranial meningkat, diberikan manitol bolus
intravena 0,25-1 g/ kgBB per 30 menit dan jika dicurigai fenomena
rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30
menit setelah 6 jam selama 3-5 hari
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
b) Program manajemen Bladder dan bowel.
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi range of
motion (ROM).
d) Pertahankan integritas kulit.
e) Pertahankan komunikasi yang efektif.
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
g) Persiapan pasien pulang.
3) Pembedahan dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm
atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
ventrikulo peritoneal bila ada hidrosefalus obstruksi akut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. E DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPHOID
DI KLINIK DKT PANGRANGO KOTA SUKABUMI

Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2022


Jam : 09 : 38
Nama pengkaji : Lina Herlina

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Nn. E
Umur : 19 tahun
Alamat : Cikondang Rt/Rw 4/2 Desa Cikondang
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk : 10 Oktober 2022
Jenis kelamin :P
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Kawin

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. S
Umur : 43 Tahun
Alamat : Cikondang Rt/Rw 4/2 Desa Cikondang
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

18
19

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan demam tinggi
sudah 4 hari dan pasien lemah.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan panas tinggi
disertai menggigil kadang kala di
sertai keluhan pusing, mual
muntah, dan berat badan turun.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan di dalam
anggota keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit seperti ini.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum.

Kesadaran umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

GCS. : 15

b. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Suhu : 38, 3 C
Respirasi : 22 x/m
Nadi : 98 x/m

c. Pemeriksaan HEAD TO TOE :


1. Kulit : Kulit tampak bersih, tidak ada lesi,
turgor kulit tidak elastis dan kulit
teraba hangat.
20

2. Kuku : Kuku terlihat pendek dan bersih,


tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
CRT kuku 2 detik.
3. Rambut dan kepala : Rambut terlihat hitam panjang
sebahu, kulit kepala bersih, bentuk
kepala simetris, tidak nyeri di
tekan, dan tidak ada benjolan.
4. Wajah/muka : Bentuk wajah terlihat simetris,
putih bersih, wajah pasien tampak
pucat.
5. Mata : Mata terlihat cekung, penglihatan
terkadang kunang kunang dan
kedua mata simetris
6. Telinga : Bentuk kedua telinga simetris,
pendengaran normal, dan tidak ada
lesi.
7. Hidung : Bentuk hidung terlihat simetris,
mancung, tidak ada lesi, lubang
hidung simetris, dan penciuman
normal
8. Mulut : Bentuk mulut terlihat simetris,
bibir dan mukosa kering, terlihat
pucat dan pengecapan normal.
9. Leher : Leher terlihat simetris, dan tidak
ada benjolan.
10. Thorax/ dada dan paru paru : Terlihat simetris, tidak ada lesi,
tidak ada kelainan bentuk dada,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada
masalah pada saat inspirasi
maupun ekspirasi.
11. Payudara : Payudara terlihat sama besar, tidak
21

ada benjolan, dan tidak ada nyeri


tekan.
12. Abdomen : Perut tampak bersih, tidak ada lesi,
terlihat simetris, dan tidak ada nyeri
tekan.
13. Punggung : Punggung terlihat simetris, tidak
ada benjolan, dan tidak ada nyeri
tekan.
14. Ekstramitas atas : Turgor kulit tidak elastis, jari-jari
lengkap, tidak ada edema dan
terlihat simetris.
15. Ekstramitas bawah : Kedua kaki simetris, jari-jari
lengkap tidak ada lesi.
16. Genetalia : Tidak ada lesi, bentuk simetris,
dantidak ada benjolan.
22

4. Pola Aktivitas

No Pola Aktivitas Sehat Sakit Masalah

1. Makan Mual muntah


- Frekuensi 3 x 1 Hari 1 x 1 hari
- Jenis makanan Nasi, lauk pauk Bubur
- porsi 1 Porsi ½ porsi

2. Minum Mual muntah


- frekuensi 8 x 1 Hari 4 x 1 Hari
- jenis 3 x 1 Hari Air mineral
- porsi 2 Liter 1 Liter

3. BAK Tidak ada


- frekuensi 4 x 1 hari 2 x 1 hari masalah
- Aroma Khas Khas
- Warna Kuning Kuning

4. BAB Tidak ada


- frekuensi 1 x 1 hari 1 x1 hari masalah
- Waktu Sore hari Sore hari
- jenis lembek lembek

5. Personal hygiene Peningkatan suhu


- mandi 2 x 1 hari 1 x 1 hari tubuh
- keramas 2 x 1 minggu 1 x 1 minggu
- gosok gigi 2 x 1 hari 2 x 1 hari

6. Pola aktivitas Kuliah Tidak kuliah Tidak ada


masalah

7. Pola tidur Tidak ada


- Tidur siang 2 Jam /hari 3 jam /hari masalah
23

- Tidur malam 8 Jam /hari 5 jam /hari

Tabel 3.1 Pola Aktivitas Pada Ny. E Di Klimik DKT Pangrango Kota Sukabumi

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Pemberian Therapi Pengobatan

NO Nama Rute Kegunaan Dosis Waktu


pengobatan

Untuk mengatasi
demam dan
1. Paracetamol Oral 2 x 500 mg 2 minggu
meringankan
nyeri

Untuk
mengobati
2. Kotrimoksazol Oral 2 x 960 mg 2 minggu
penyakit akibat
infeksi bakteri

Untuk
menghambat
kenaikan
produksi asam
lambung dan
3. Ranitidine Oral 2 x 150 mg 2 minggu
mencegah
gangguan
munculnya
gejala
pencernaan

4. Donperidone Oral Untuk 3 x 10 mg 1 minggu


24

menghentikan
mual muntah

Tabel 3.2 Pemberian Therapi Pada Ny. E Di Klinik DKT Pangrango

7. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Bakteri Salmonella Hipertermia


- Pasien mengatakan thypi
demam sejak 4 hari
yang lalu Masuk ke saluran
- Pasien mengatakan cerna melalui
pusing makanan dan
DO: minuman
- Pasien tampak lemah
- TD : 90/60 mmHg Peradangan pada

- N : 98 x / menit saluran cerna

- R : 24 x / menit
- S : 38, 3 C Merancang pelepasan

- Akral teraba hangat zat pirogen dan


leukosit

Zat pirogen mengalir


dalam darah

Hipotalamus

Merespon dengan
meningkatkan suhu
25

tubuh

Deman thypoid/typus
abdominalis

Inplamasi kuman pada


usus halus

Peningkatan suhu
tubuh

Hipetermia

2. DS: Bakteri salmonella Ketidak seimbangan


- Pasien mengatakan tyhpi nutrisi : kurang dari
mual muntah kebutuhan tubuh
- Pasien mengatakan Masuk ke saluran
tidak nafsu makan cerna melalui
- Pasien mengatakan makanan dan
berat badan menurun minuman
DO:
- Menghabiskan ½ porsi Sebagian di

makan musnahkan asam

- TD : 90/60 mmHg lambung

- N : 98 x / menit
- P : 24 x / menit Peningkatan produksi

- S : 38, 3 C asam lambung

- Akral teraba hangat


Mual muntah
26

Berat badan menurun

Ketidak seimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Tabel 3.3 Analisa Data Pada Nn. E Di Klinik DKT Pangrango Kota Sukabumi

8. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
2. Hipertermia b.d peradangan pada saluran cerna

9. Intervensi Keperawatan

No Hari/ Tujuan Intervensi Rasional


dx tanggal

1. 10/10 Tupan : Setelah 1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui


di lakukan 2. Ajurkan pasien keadaan umum
tindakan untuk makan pasien
keperawatan sedikit tapi sering 2. Untuk mencegah
selama 1×24 jam 3. Anjurkan pasien kenaikan asam
diharapkan untuk banyak lambung.
kondisi pasien makan dan 3. Untuk
membaik minum mempercepat
Tupen : Setelah 4. Berikan penkes penyembuhan
dilakukan tentang makanan pasien.
tindakan yang bergizi.
keperawatan 5. Kolaborasi
selama 1×24 jam dengan dokter
27

diharapkan pasien - Paracetamol,


tidak - Kotrimoksazol,
mengeluhkan - Ranitidine,
mual muntah - Doneperidone

2. 10/10 Tupan : Setelah 1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui


di lakukan 2. Anjurkan pasien keadaan umum
tindakan menggunakan pasien
keperawatan pakaian yang 2. Agar suhu tubuh
selama 1×24 jam tipis dan longgar pasien dapat
di harapkan 3. Anjurkan pasien menurun
demam/hiperterm untuk kompres 3. Agar pasien dapat
ia dapat terasasi hangat atau paham tentang
atau suhu tubuh dingin perjalanan
menurun 4. Berikan penkes penyakit
kepada keluarga 4. Untuk
 tidak pusing
pasien tentang mempercepat
Tupen : Setelah penyakit penyembuhan
dilakukan 5. Kolaborasi pasien
tindakan dengan dokter
keperawatan - Paracetamol,
selama 1× 24 jam - Kotrimoksazol,
di harapkan suhu - Ranitidine,
tubuh pasien - Doneperidone
menurun

Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Pada Nn. E Di Klimik DKT Pangrango Kota
Sukabumi

10. Implementasi Dan Evaluasi


28

No Hari/ Implementasi Paraf Evaluasi/ respon Paraf


tanggal

1. 10/10 1. Mengkaji TTV S : Pasien


pasien mengatakan
2. Menganjurkan mengerti dan
pasien untuk makan paham tentang
sedikit tapi sering informasi yang di
3. Anjurkan pasien berikan
untuk banyak makan O : TTV :
dan minum - TD : 90/60
4. Memberikan feskes - N : 98/m
tentang kebutuhan - S : 38, 3 C
nutrisi dalam tubuh - R : 2x/m
5. Kolaborasi dengan - Paracetamol,
dokter - Kotrimoksazol,
- Paracetamol, - Ranitidine,
- Kotrimoksazol, - Doneperidone
- Ranitidine, 98 x/m
- Doneperidone A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
hentikan

2. 10/10 1. Mengkaji TTV S:


2. Menganjurkan pasien mengatakan
pasien untuk demam menurun
memakai pakaian dan sudah tidak
yang tipis dan terasa pusing
longgar O : TTV :
3. Menganjurkan - TD : 90/60
29

pasien untuk - N : 98/m


kompres hangat - S : 38, 3 C
atau dingin - R : 2x/m
4. Memberikan - Paracetamol,
Berikan penkes - Kotrimoksazol,
kepada keluarga - Ranitidine,
pasien tentang - Doneperidone
penyakit A:
5. Kolaborasi dengan Masalah teratasi
dokter sebagian
- Paracetamol, P:
- Kotrimoksazol, Intervensi di
- Ranitidine, hentikan
- Doneperidone
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Pada Nn. E Di Klimik DKT Pangrango Kota
Sukabumi
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan Penyakit

Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan


penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini
biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu,
bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.

Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh


tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang
terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases
dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau
fases penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang
yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter,
Demam tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan
memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini
bisa menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal.

S : Pasien mengatakan panas tinggi disertai menggigil kadang kala di sertai


keluhan pusing, mual muntah, dan berat badan turun.
O : TTV :
- TD : 90/60
- N : 98/m
- S : 38, 3 C
- R : 2x/m
A : Masalah teratasi sebagian.

P :

1. Mengkaji TTV pasien


2. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

34
35

3. Anjurkan pasien untuk banyak makan dan minum


4. Memberikan feskes tentang kebutuhan nutrisi dalam tubuh
5. Kolaborasi dengan dokter
- Paracetamol
- Kotrimoksazol
- Ranitidine
- Doneperidone
6. Mengkaji TTV
7. Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan longgar
8. Menganjurkan pasien untuk kompres hangat atau dingin
9. Memberikan Berikan penkes kepada keluarga pasien tentang penyakit
10. Kolaborasi dengan dokter
- Paracetamol,
- Kotrimoksazol,
- Ranitidine,
- Doneperidone

B. Saran
1. Klinik DKT Pangrango Kota Sukabumi
Disiplin kerja dan rasa kekeluargaan yang sudah terjalin baik untuk tetap di
pertahankan.Pelayanan keperawatan lebih di tingkatkan dan mempertahankan
pula pelayanan yang sudah ada.Sarana dan prasarana serta pelayanan harap
ditingkatkan,sehingga dapat mencapai tujuan pelayanan yang optimal.
2. Saran untuk SMK Kesehatan Tunas Madani Kota Sukabumi
Diharapkan kedepannya, guru pembimbing dari sekolah lebih sering melakukan
peninjauan ke tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan guna memonitoring siswa dan
dengan ini dapat lebih mudah dalam menyampaikan kesulitan yang dihadapi ditempat
Praktek Kerja Lapangan. Selain itu pembekalan kepada siswa Praktik Kerja Lapangan
sebaiknya lebih mantap sehingga hasil yang dicapai akan lebih maksimal
3. Saran untuk siswa
1. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman selama kegiatan Praktek Kerja
36

Lapangan didalam kehidupan sehari-hari


2. Mempertahankan disiplin kerja yang didapatkan selama kegiatan Praktek
Kerja Lapangan
3. Mempertahankan motivasi kerja dan visi dalam bekerja yang didapatkan
selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan
4. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama belajar di SMK Kesehatan
Tunas Madani dan lahan Praktek Kerja Lapangan serta memanfaatkannya
bagi diri pribadi,keluarga,orang lain dan masyarakat luas.

C. Kesan pesan/Kesimpulan PKL

Setelah melakukan PKL selama satu bulan di DKT Pangrango, semua


target dapat tercapai. Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan PKL,
dapat disimpulkan bahwa;

a. a.Dapat mengetahui dan merasakan bagaimana melaksanakan pekerjaan di


dunia kerja secara nyata
b. b.Menambah pengalaman,wawasan,dan ilmu pengetahuan yang belum
dimengerti dan diketahui
c. c. Kegiatan tersebut sangat membantu meningkatkan kemampuan siswa/i
Dokumentasi kegiatan di Klinik DKT Pangrango

Profil penulis
Nama : Lina Herlina
Kelas : XII ( Dua Belas)
Nis : 102021038
Alamat : KP.Cikareo 003/005
Hobi : Game Online
Agama : Islam
Gol.darah: -
A.
30

Anda mungkin juga menyukai