Anda di halaman 1dari 10

PERPAJAKAN DI ERA PANDEMI COVID-19

MAKALAH
Disusun Sebagai Tugas Makalah Hukum Bisnis Pertemuan ke 11

OLEH
NAMA : META OLVIYANI
KELAS : A.2.3
NPM : 2111135

DOSEN PENGAMPU
DR. Nur Rois, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BATURAJA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan semua
rahmat-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis. Selain itu, penulisan
makalah ini juga bertujuan ntuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang mata kuliah
yang saat ini sedang dipelajari.

Materi dalam makalah ini cukup menarik. Akan tetapi, penulis sadar bahwa pasti masih ada
kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun
bagi para pembaca.

Baturaja, 15 April 20222

Penulis

i
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan .......................................................................................................................... 1


BAB II Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
BAB III Pembahasan ...................................................................................................................... 2
3.1 Pengertian Pajak ............................................................................................................... 2
3.2 Beberapa ahli memberikan definisi pajak sebagi berikut: ............................................... 2
3.3 Pengertian Pandemi .......................................................................................................... 2
3.4 Pajak Penghasilan ............................................................................................................. 3
3.5 Subjek Pajak Penghasilan................................................................................................. 3
3.6 Membedakan Setoran Pajak Saat Pandemi ...................................................................... 4
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 6
4.1 Kesimpulam ..................................................................................................................... 6
4.2 Saran ................................................................................................................................. 6
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 7

ii
BAB I PENDAHULUAN

Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di tengah masyarakat, kebijakan-kebijakan


dibidang perpajakan akan selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi termasuk dalam
masa pandemi Covid 19 sekarang ini. Peranan pajak yang sangat penting karena merupakan
sumber utama pendapatan di Indonesia. Pemerintah menggunakan dana pajak tersebut dalam
rangka melakukan pembangunan infrastruktur pelayanan publik, pembiayaan pendidikan, subsidi
bahan bakar minyak (BBM), terutama dibidang kesehatan yang menjadi fokus utama 2 tahun
terakhir karena membutuhkan banyak alokasi dana akibat situasi pandemi Covid 19 dan juga
aspek lain-lainnya. Berbagai dampak yang terjadi akibat Covid-19 memberikan efek domino
pada aspek sosial, ekonomi dan keuangan. Hal tersebut mengharuskan Pemerintah harus
mengeluarkan strategi kebijakan baru di bidang ekonomi/moneter/fiskal. Salah satunya dibidang
perpajakan, yang ditunjukkan oleh menurunnya penerimaan pajak, dukungan insentif pajak dan
penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga
mengalami penurunan dampak jatuhnya harga komoditas.
Kementerian Keuangan mencatatkan penerimaan negara sebesar Rp 1.082,02 triliun hingga
Agustus 2020. Angka tersebut merosot 13.5% jika dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu yakni sebesar Rp 1.189,28 triliun. Dimana realisasi penerimaan negara tersebut terdiri
atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 795,95 triliun dan Penerimaan Negera Bukan Pajak
(PNBP) sebesar Rp 232,07 triliun. Berdasarkan realisasi tersebut, yang paling banyak
penerimaan pendapatan negara adalah perpajakan. Pajak merupakan pemasukan Negara terbesar
dibandingkan sektor lainnya. Namun, ditengah situasi yang sulit ini 2 masyarakat tidak mampu
untuk memenuhi kewajibannya dalam perpajakan karena mengalami penurunan pendapatan yang
sangat tajam diberbagai sektor akibat pandemi Covid-19 ini.

BAB II RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.Apa pengertian pajak dan pandemi?
2.Apa yang di maksud dengan jenis pajak penghasilan?
3.Bagaimana cara membedakan setoran pajak saat pandemi dari -19% sampai positif?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui pengertian pajak dan pandemi

2.Untuk mengetahui salah satu jenis pajak yaitu pajak penghasilan

3.Dapat membedakan setoran pajak saat pandemi dari -19% sampai positif

1
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh seorang wajib pajak
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.

3.2 Beberapa ahli memberikan definisi pajak sebagi berikut:

1. P.J.A Adriani memberikan definisi pajak “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan
tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
2. Menurut Rochmat Soemitro “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
3. Menurut Waluyo “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara yang
menyelenggarakan pemerintah”.
3.3 Pengertian Pandemi

Pandemi berasal dari bahasa Yunani pan dan demos yang berarti semua + rakyat. Pandemi
berarti epidemi global yang menular dan menjangkiti orang banyak secara luas, bahkan antar
benua.
WHO atau World Organization Health mengatakan bahwa untuk terjadinya pandemi, ada
beberapa syarat, yakni timbulnya penyakit tersebut adalah hal baru dalam suatu
populasi.Subjek penyebab penyakit menginfeksi manusia dan membuat manusia tersebut
sakit serius dan subjek penyebab penyakit menyebar dengan gampang dan berkelanjutan
pada manusia. Sebuah penyakit bisa dikatakan jadi pandemi jika menular dan menyebabkan
banyak kematian. Meskipun kanker jadi salah satu penyakit yang paling mematikan, tapi
tidak bisa disebut pandemi karena tidak menular. Pandemi adalah wabah penyakit yang
menyebar luas secara global. Berdasakan ketetapan WHO, pandemi tidak berhubungan
dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi, namun pada penyebaran

2
geografisnya. Pandemi biasanya menyebar luas hingga ke daerah yang jauh dari wilayah
pertama wabah tersebut ditemukan. Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke
beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang.
Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan
umumnya menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi merupakan istilah yang digunakan
untuk peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi di area
tertentu.Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan suatu
penyakit, melainkan hanya tingkat penyebarannya saja. Dalam kasus saat ini, COVID-19
menjadi pandemi pertama yang disebabkan oleh virus corona. Sebelum adanya pandemi
tersebut, telah terjadi berbagai pandemi influenza di dunia. Di mana salah satunya adalah flu
babi yang merebak pada tahun 2009. Penyakit ini terjadi ketika strain influenza baru (H1N1)
menyebar ke seluruh dunia. Sementara itu, kasus pandemi influenza terparah di dunia terjadi
saat pandemi flu Spanyol pada tahun 1918, yang menyebabkan 50 juta kematian di seluruh
dunia.
3.4 Pajak Penghasilan

Definisi Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan yang
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan.
Selain itu, pengaturan terbaru tentang pajak penghasilan juga dalam UU Cipta Kerja No. 11
Tahun 2020 dan melalui UU HPP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.
3.5 Subjek Pajak Penghasilan

Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:


A .1. orang pribadi
2.warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
B. Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

3
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap
C. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia,
yang dapat berupa:
• tempat kedudukan manajemen
• cabang perusahaan
• kantor perwakilan
3.6 Membedakan Setoran Pajak Saat Pandemi

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah harus bekerja keras agar ekonomi tetap berjalan di
tengah mobilitas yang harus dibatasi. Aktivitas ekonomi yang tidak sepenuhnya berjalan,
membuat penerimaan pajak di masa pandemi ikut terperosok.Sebelum adanya pandemi saja,
Indonesia masih belum mampu mencapai maksimum target penerimaan pajak, padahal
berbagai kebijakan dan fasilitas pemerintah diklaim sudah ditingkatkan. Di tengah pandemi
Covid-19 sekarang ini yang belum dapat dipastikan kapan akan berakhir tentu mempengaruhi
realisasi penerimaan pajak. Terbukti terjadi di sepanjang tahun lalu tatkala pandemi Covid-19
mulai masuk ke Indonesia.
Penerimaan pajak pada 2020 anjlok cukup dalam. Pandemi virus corona (Coronavirus
Disease-2019/Covid-19) yang membuat ekonomi mati suri membuat setoran pajak ambles.
Total penerimaan pajak 2020 tercatat Rp 1.070 triliun. Angka ini adalah 89,3% dari target
yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 72/2020 sebesar Rp 1.198,8 triliun.
Dibandingkan dengan realisasi 2019, ada penurunan 19,7%. Jika dibedah, lebih rinci lagi,
penerimaan negara setiap bulan di tahun 2020 silam selalu menurun. Misalnya penerimaan
negara pada Januari-Maret 2020, penerimaan pajak hanya mencapai Rp 241,61 triliun atau
hanya 14,71% dari target APBN 2020 yang sebesar Rp 1.642,57 triliun. Penurunannya mulai
lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 5%. Kemudian penerimaan pajak
hingga akhir April 2020, tercatat turun 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Realisasinya senilai Rp 376,7 triliun atau 30% dari target APBN 2020 yang sudah diubah
menjadi Rp 1.254,1 triliun.
Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Mei 2020 masih tercatat turun 10,8% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Penurunan tersebut tercatat makin dalam dibandingkan dengan
akhir bulan sebelumnya 3,1%.Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Mei 2020 senilai Rp
444,6 triliun atau 35,4% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No.
54 /2020 senilai Rp1.254,1 triliun.Adapun realisasi penerimaan pajak hingga akhir Juni 2020
senilai Rp 531,7 triliun atau 44,4% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai
Perpres No. 72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun.Berdasarkan data Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) sepanjang semester I-2020 penerimaan pajak mencapai Rp 531,8 triliun,
terkoreksi 12% year on year (yoy) di mana pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 604,3

4
triliun.Bila dibedah, setiap bulannya pada Januari-Juni 2020, penerimaan pajak tidak pernah
tumbuh. Pada Juni lalu misalnya, pendapatan pajak hanya terealisasi Rp 87,2 triliun. Angka
tersebut kontraksi 0,17% yoy atau lebih rendah dari pada Juni tahun lalu sebesar Rp 105,8
triliun.
Saat itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran
(Banggar) DPR, Kamis (9/7/2021) mengungkapkan ada empat penyebab penerimaan pajak di
Semester I-2020 mengalami kontraksi.Pertama, tekanan aktivitas usaha akibat pembatasan
sosial pada kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada kontraksi penerimaan pajak.Kedua,
Dampak perlambatan ekonomi dan pemanfaatan insentif pajak terlihat pada pertumbuhan
negatif pada hampir seluruh jenis penerimaan pajak.Ketiga, kontraksi juga terlihat pada
setoran pajak dari sektor utama perekonomian sebagai dampak perlambatan ekonomi dan
turunnya harga komoditas.Keempat, insentif fiskal Covid-19 dalam rangka program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mulai dimanfaatkan dan juga adanya restitusi pajak
yang dipercepat turut mempengaruhi rendahnya penerimaan pajak pada semester I-2020," ujar
Sri Mulyani kala itu.
Dari data realisasi APBN tahun 2020, realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar Rp1.072,1
triliun atau terkontraksi 19,6% dibandingkan realisasi tahun 2019.Realisasi penerimaan pajak
2020 tersebut 89,4% dari target APBN dari Perpres 72 atau terdapat shortfall berkisar Rp
126,7 triliun. Faktor shortfall tersebut, memiliki andil terhadap membengkaknya realisasi
pembiayaan anggaran sebesar Rp945,8 triliun atau naiknya defisit anggaran menjadi 6,1%
dari Produk Domestik Bruto (PDB).

5
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Makalah yang berjudul perpajakan di era pandemi covid-19 terhadap penerimaan pajak di
Indonesia tahun 2020 dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak merupakan elemen
terpenting dalam sumber pendanaan dan membiayai pengeluaran umum suatu Negara.
Tanpa adanya pajak Negara tidak dapat melakukan pembayaran maupun melayani
masyarakat. Pada masa pandemi COVID-19 indonesia mengalami penurunan yang cukup
signifikan dalam hal penerimaan pajak. Dikarenakan banyak usaha yang tutup sehingga
banyak yang menunggak iuran pajak.

4.2 SARAN

Sebagai warga Negara yang baik hendaklah taat membayar pajak, karena pajak
merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh warga Negara. Hasil dari pajak
itu digunakan untuk kebutuhan masyarakat itu sendiri.

6
Daftar Pustaka

(1) Jurnal Akuntansi, Perpajakan dan Auditing, Vol. 1, No. 2, Desember 2020, hal.277-289
JURNAL AKUNTANSI, PERPAJAKAN DAN AUDITING
http://pub.unj.ac.id/journal/index.php/japa DOI: http://doi.org/XX.XXXX/Jurnal Akuntansi,
Perpajakan, dan Auditing/XX.X.XX
(2) Adinda putri, Cantika. Membedakan setoran pajak
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210727140757-4-264004/membedah-setoran-pajak-saat-
pandemi-dari-19-sampai-positif (diakses tanggal 27 juli 2021)
(3) Fitriya, Mekari klik pajak https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-
tarif
perhitungan/#:~:text=Apa%20itu%20PPh%20atau%20Pajak,Tahun%201983%20tentang%20Paja
k%20Penghasilan (diakses tanggal 22 oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai