Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM WANITA KARIER


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il Fiqhiyah

Dosen Pengampu :
Moh. Fadhil, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Layla Dewi Safitri (2001011862)
2. Yuhyil Ayda Rahma (2001011872)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH
TAMBAK BERAS – JOMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat karunia
serta hidayah Nya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang berjudul “Hukum Wanita Karier” ini ialah karya
tulis yang terbentuk dari hasil kerja kelompok penulis dan merupakan syarat dari
aspek penilaian mata kuliah Masa’il Fiqhiyah. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya banyak kekurangan, terutama informasi serta sumber yang kami
dapatkan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini. Semoga Allah
SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada
kita semua, Aamiin.

Jombang, 28 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR…………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………...1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Wanita Karier…....……………………………………..4
B. Hukum Wanita Karier...............…………………………………5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………...13
B. Saran………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dimasa lampau, wanita masih sangat terikat dengan nilai-nilai tradisional yang
mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, jika ada wanita yang berkarier
untuk mengembangkan keahliannya diluar rumah, maka mereka dianggap telah
melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan dari pergaulan masyarakat dan
lingkungannya. Dengan demikian, mereka kurang mendapat kesempatan untuk
mengembanhkan diri di tengah kalangan masyarakat. Seiring dengan berubahnya cara
pandang masyarakat terhadap peran dan posisi wanita di tengah kalangan mereka,
maka kini sudah banyak kaum wanita yang berkarier, baik di kantor pemerintah
maupun swasta, bahkan ada yang berkarier di kemiliteran dan kepolisian,
sebagaimana laki-laki. Kehidupan modern kini tidak memberi peluang untuk
membatasi gerak kaum wanita. Kaum wnaita dapat bekerja dan berkarier dimana saja
selagi ada kesempatan. Hal ini, nyaris menggeser kedudukan yang didominasi oleh
kaum laki-laki, maka tidak aneh kalau ada perempuan karier menggantikan kaum
laki-laki sebagai penanggung jawab dalam nafkah rumah tangga. Kenyataan ini
tampak sekali dalam kehidupan masyarakat modern, khususnya yang berada di kota-
kota besar. Berdasarkan realitas tersebut, pada satu dimensi kaum wanita patut
berbangga karena kehidupan kaumnya sudah maju. Namun, pada dimensi lain,
kemajuan tersebut sangat memprihatinkan, kadang timbul hal yang cenderung bersifat
negatif, bukan saja dikalangan wanita, tetapi juga dikalangan suami dan anak-anak
sebagai anggota keluarga, terutama bagi wanita yang lebih mementingkan kariernya
daripada rumah tangganya, sehingga peran utama sebagai ibu rumah tangga sering
terlupakan. Agar perempuan karier itu dapat melaksanakan kedua tugasnya dengan
baik, tugas dalam rumah tangga dan tugas dalam kariernya, maka perlu adanya upaya
untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Namun, masalahnya
kemudian, bagaimana pandangan Islam terhadap keterlibatan wanita di berbagai
sektor diluar rumah, sedangkan wanita mempunyai peran utama sebagai ibu rumah
tangga. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan
membahas mengenai wanita karier dalam perspektif hukum Islam.

B. Rumusan masalah

4
1. Apa definisi Wanita Karier?

2. Apa hukum Wanita Karier?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Wanita Karier.
2. Untuk mengetahui hukum dari Wanita Karier.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanita Karier


Dalam KBBI, “wanita” memiliki arti perempuan dewasa. Sedangkan “wanita karier”
memiliki arti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan
sebagainya).1
Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi, peran para wanita pada
saat ini juga semakin maju dan berkembang. Jumlah wanita karir di Indonesia semakin
meningkat. Khususnya di berbagai kota-kota besar, wanita cenderung memilih berperan
ganda bahkan ada yang multifungsional dikarenakan mereka mendapatkan lebih banyak
kesempatan untuk mengembangkan diri. Peran wanita bukan hanya dalam pendidikan
tetapi lebih jauh terlibat dalam karier ekonomi, bisnis maupun politik. Tidak ada larangan
secara mutlak wanita untuk berkarier. Banyak yang dilakukan wanita pada masa sekarang
menjadi wanita karier. Sedangkan di sisi lain, wanita mempunyai peran sebagai ibu dan
istri yang mengharuskan wanita untuk tetap di rumah. Bekerja dalam Islam merupakan
hak setiap muslim, terbuka bagi siapa pun selama mereka menginginkannya dan pekerjaan
tersebut tidak mendatangkan bahaya. Dalam Islam, karier wanita harus bertujuan baik
seperti untuk mendidik wanita dan anak-anak. Akan tetapi, yang banyak dijumpai justru
tidak demikian, wanita yang berkarier di dunia luar mereka cenderung lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk karier dan mereka lebih memprioritaskan kenaikan jabatan
daripada menghabiskan waktu di rumah bersama dengan keluarganya. Jika hal ini terjadi
terus menerus maka akan terjadi permasalahan yang rumit dalam kehidupan rumah
tangganya. Ada beberapa faktor yang bersifat intern yang mendorong para wanita bekerja
diluar rumah. Beberapa faktor tersebut diantaranya sebagai berikut: pendidikan, tuntutan
hidup, ingin punya penghasilan sendiri.
B. Hukum Wanita Karier
Peranan wanita karier dalam dunia pendidikan Islam ada tiga yaitu : Wanita sebagai
ibu.

1
https://kbbi.web.id/wanita.html (online, diakses 28 Desember 2022)

6
ِ َّ ‫َأخَبَريِن ْ َأبُو َسلَ َمة بْن َعْب ُد الرَّمْح َ ِن‬
ُ‫َأن َأبَا ُهَر ْيَر َة َرض َي اهلل َعْنه‬ ْ ‫الز ْه ِرى‬
ُّ ‫س َعن‬
ُ ُ‫َأخَبَرنَا يُون‬ ْ ‫َح َّدثَنَا َعْب َدا ُن‬
ْ ‫َأخَبَرنَا َعْب ُد اهلل‬

ِّ َ‫صلَّى اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َما ِم ْن َم ْولُْو ٍد ِإالَّ يُ ْولَ ُد َعلَى الْ ِفطَْر ِة فَ ََأب َواهُ يُ َه ِّو َدنِِه َويُن‬
‫صَرانِِه َْأو مُيَ ِّج َسانِِه َكما ُتْنتَ ُج‬ َ ‫قَ َال قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫الْبَهْي َمةُ هَب ْي َمةً مَجْ َعاءَ َه ْل حُت ُّس ْو َن فْي َها م ْن َج ْد َعاء‬
“Abdan menceritakan kepada kami (dengan berkata) 'Abdullah memberitahukan kepada
kami (yang berkata) Yunus menceritakan kepada kami (yang berasal) dari al-Zuhri (yang
menyatakan) Abu Salamah bin 'Abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu
Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah,
Kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani,
atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor
binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada
yang cacat (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)? (HR. al-Bukhari).
Wanita karier selain bekerja untuk meningkatkan karier dan keahliannya, juga
menjadi seorang ibu dalam keluarganya, yaitu mendidik anak. Karena, ibu mempunyai
ikatan yang khusus dan paling dekat dengan batin sang anak. Sebagai wanita karier harus
bisa memposisikan ketika dalam keluarganya sebagai seorang ibu yaitu mendidik dan
menyayangi anaknya. Harus mempunyai tanggung jawab khusus untuk memperhatikan
dan mengembangkan kepribadian anak khususnya dalam pendidikan agama, pendidikan
Islam harus tertanam dalam jiwa anak sedini mungkin termasuk ketauhidan.
Sebagai istri. Wanita karier pada saat ini juga mempunyai peran sebagai seorang istri,
ketika diluar berperan sebagai wanita karier tapi dalam keluarga harus bisa memposisikan
perannya sebagai seorang istri terhadap suami. Wanita sebagai pasangan suami diharuskan
bisa menjalankan tiga peran dalam waktu bersamaan. Yaitu sebagai istri, teman, maupun
kekasih. Meskipun menjadi seorang wanita karier yang mempunyai keahlian atau
pendidikan tinggi, ketika berperan sebagai seorang istri di hadapan suami harus bisa
memposisikan dirinya sebagai seorang istri, jika ada masalah dapat berdiskusi dan
memecahkan masalah dengan suami dengan pikiran yang terbuka, tidak membentak suami
maupun bersikap mempunyai kedudukan tinggi diatas suami, karena suami tetap menjadi
kepada keluarga di dalam rumah tangga.
Sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Wanita karier sebagai pribadi yang sukses
merupakan bagian dari anggota masyarakat yang dianggap mampu mengayomi
masyarakat.

7
ِ ِ ِ ِ ‫عن َأيِب‬
‫ َو‬,‫ف‬ ُ َ‫ الْ ُمْؤ م ُن ُمْؤ ل‬: ‫صلَّى اهلل َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ُ َ‫ َوالَ َخْيَر فْي َم ْن الَ يَْأل‬, ‫ف‬ َ ‫ قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬: ‫صال ٍح َع ْن َأيِب ْ ُهَر ْيَر َة‬
َ َْ
ِ ‫َّاس َأْن َفعُ ُه ْم لِلن‬
‫َّاس‬ ِ ‫َخْي ُر الن‬

“Dari Abu Sholih dari Abu Hurairah, ia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,”Orang


beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap
ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia”.
(HR. Thabrani dan Daruquthni).
Wanita karier dengan segala pengetahuan dan kemampuannya diharapkan dapat
membantu dalam meningkatkan pengembangan pendidikan di kalangan masyarakat.
Seperti dengan mengadakan kegiatan yang bisa membawa kebaikan bagi masyarakat di
lingkungannya.2
Para ulama masih memperdebatkan bolehkah seorang wanita (istri) bekerja di luar
rumah. Untuk mengetahui bagaimana hukum wanita yang bekerja atau berkarir dapat
dilihat dari fatwa-fatwa para ulama. Ada dua pendapat tentang boleh tidaknya wanita
bekerja di luar rumah. Pendapat yang paling kuat menyatakan tidak boleh, karena
dianggap bertentangan dengan kodrat wanita yang telah diberikan dan ditentukan oleh
Tuhan. Peran wanita secara alamiah, menurut pandangan ini, adalah menjadi istri yang
dapat menenangkan suami, melahirkan, mendidik anak, dan mengatur rumah. Dengan kata
lain, tugas wanita adalah dalam sektor domestik. Pendapat yang relatif lebih longgar
menyatakan bahwa wanita diperkenankan bekerja di luar rumah dalam bidang-bidang
tertentu yang sesuai dengan kewanitaan, keibuan, dan keistrian, seperti pengajaran,
pengobatan, perawatan, serta perdagangan. Bidang-bidang ini selaras dengan kewanitaan.
Wanita yang melakukan pekerjaan selain itu dianggap menyalahi kodrat kewanitaan dan
tergolong orang-orang yang dilaknat Allah karena menyerupai pria. Sesuai dengan hadis
Nabi Saw berikut ini :

ِّ ‫ِّس ِاء من‬


‫الر َج ِال‬ ِ ِ ِ ‫الرج ِال ِمن الن‬
َ ‫ِّساء َوالْ ُمتَ َشبِّهنْي َ بالن‬
ِ ِ َّ ِ ٍ َّ‫َع ْن اِبْ ِن َعب‬
َّ َ ‫اس قَ َال لَ َع َن َر ُس ْو ُل اهلل‬
َ ْ َ ِّ ‫ الْ ُمتَ َشِّب َهات ب‬: ‫صلى اهلل َعلَْيه َو َسل َم‬
ِ ‫(رواه‬
)‫الرتمذي‬ ُ ََ
Terjemahnya: “Dari Ibnu ‘Abbas berkata : "Rasulullah Saw melaknat kaum wanita yang
menyerupai kaum laki-laki dan (malaknat pula) kaum laki-laki yang menyerupai kaum
wanita”. (H.R. al-Tirmidzi). Larangan di sini bukanlah keluar rumah, tetapi lebih kepada
jenis pekerjaan yang dilakukannya, di mana wanita dianjurkan untuk memilih profesi yang

2
Igmanur Lailiyah dan Burhanuddin Ridlwan, “Peran Wanita Karier Dalam Pendidikan Islam, (Jombang : Al
Misbah Jurnal Islamic Studies, 2020), h. 76-77

8
sesuai dengan fitrah kodrati mereka sebagai seorang wanita. Kendatipun demikian, wanita
tinggal di rumah ini lebih utama. Mereka menganggap lemahnya postur tubuh wanita dan
kelembutan sifatnya akan mempersulit dirinya dalam mengatasi kelelahan serta kesulitan
akibat bekerja. Menurut Qasim Amin, pendapat yang mewajibkan wanita harus berada
dalam rumahnya tidak lain bersumber dari adat dan tradisi masyarakat Arab pada masa
lalu. Dahulu, kehidupan pada masyarakat Arab Jahiliyyah merupakan kehidupan keras
yang penuh dengan peperangan dan pembunuhan (untuk memperebutkan daerah
kekuasaan), karena mata pencaharian mereka adalah berburu, dan kondisi tersebut tidak
memungkinkan wanita untuk turut serta melakukan apa yang dilakukan oleh kaum pria.
Oleh karena itu, derajat kaum wanita menjadi rendah dalam anggapan mereka. Adapun
sekarang, kita sudah berada dalam keadaan yang relatif aman, semuanya telah ada undang-
undang yang mengaturnya. Alasan mengapa para wanita harus ikut bekerja, karena pada
setiap negara banyak dijumpai kaum wanita yang belum menikah ataupun wanita yang
terpaksa bercerai dengan suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati, ataupun wanita
yang telah bersuami namun dia juga terpaksa harus bekerja mencari nafkah karena tekanan
kemiskinan atau karena suami tidak mampu atau malas bekerja. Atau ada sebagian wanita
yang telah menikah tetapi tidak memiliki anak. Dalam kondisi-kondisi seperti inilah para
wanita tidak boleh dilarang bekerja atau berkarier di luar rumah.
Diantara faktor-faktor yang mendorong atau memotivasi seorang wanita untuk
bekerja atau berkarier di luar rumah antara lain :
a. Unsur Pendidikan
Banyak di antara para wanita karier yang bekerja bukan karena dorongan
faktor ekonomi semata, karena suami mereka berpenghasilan lebih dari cukup dan
mempunyai pekerjan tetap, tetapi lebih karena didorong faktor keinginan
mempraktikkan dan memanfaatkan ilmu yang telah diperjuangkan selama bertahun-
tahun di perguruan tinggi. Hal itu, disebabkan oleh struktur pola wanita berubah sama
cepatnya dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi, baik bentuk
penampilan maupun aktivitasnya. Semangat emansipasi wanita harus mendapatkan
tempat yang seimbang di tengah hiruk pikuknya peradaban Indonesia saat ini. Dan
kontribusi wanita yang besar itu merupakan konsekuensi logis hasil pendidikan.
Dengan kata lain, banyaknya kaum wanita yang menempuh pendidikan, kaum wanita
menjadi lebih mampu dan lebih menguasai berbagai bidang (lapangan kerja) dan tidak
sedikit diantara mereka yang juga menekuninya sebagai sebuah profesi atau karier,
sehingga pada akhirnya menjadikan mereka mandiri dari segi ekonomi.

9
b. Unsur Ekonomi
Kerap kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat
suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terlebih
lagi pada saat sekarang, dimana harga barang dan biaya hidup relatif tinggi, membuat
sang istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah,
meskipun "hati" nya tidak ingin bekerja. Islam tidak pernah melarang seorang istri
ikut membantu suaminya dalam mencari nafkah, bahkan dianjurkan. Istri Nabi Saw,
Siti Aisyah dan Khadijah juga membantu Nabi dalam menunjang ekonomi keluarga.
Dan walaupun istri juga dibolehkan turut mencari nafkah, peran seorang istri hanya
untuk membantu. Kewajiban suamilah untuk menghidupi keluarganya. Akan tetapi
dalam keadaan darurat, istri boleh boleh saja tampil dan berperan sebagai tulang
punggung keluarga dalam mencari nafkah, mengingat adanya anjuran dalam agama
tentang kewajiban seorang muslim untuk menolong dan membantu muslim lainnya.
Bekerjanya seorang ibu, berarti sumber pemasukan keluarga tidak hanya satu,
melainkan dua. Dengan demikian, pasangan tersebut dapat mengupayakan kualitas
hidup yang lebih baik untuk keluarga, seperti dalam hal pendidikan, tempat tinggal,
sandang, pangan, serta fasilitas kesehatan.
c. Unsur Sosial
Tuntutan zaman menyebabkan wanita yang meninggalkan keluarga untuk
bekerja semakin berpengaruh kuat. Seringkali bukan semata-mata untuk mencukupi
kebutuhan hidup saja wanita harus bekerja, tetapi juga didorong oleh faktor-faktor
lainnya seperti untuk meningkatkan status sosial. Seperti halnya pria yang ingin
dihormati dan diakui status dan kedudukannya baik di lingkungan keluarga maupun di
dalam masyarakat, wanita pun memiliki keinginan yang sama untuk diakui. Dan
dengan semakin tingginya jabatan atau kedudukan seorang wanita karier di tempat dia
bekerja, akan semakin meningkatkan status sosial, penghargaan serta penghormatan
masyarakat terhadap dirinya.
d. Kebutuhan aktualisasi diri
Selain karena dorongan faktor ekonomi, keberadaan wanita karir juga
dimotivasi oleh kebutuhan aktualisasi diri, keinginan mempraktikkan dan
memanfaatkan ilmu yang telah diperjuangkan selama bertahun-tahun di perguruan
tinggi. Seorang wanita yang bekerja (berkarir) dapat mengekspresikan dirinya, dengan
cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu dan mendatangkan
kebanggaan terhadap dirinya, terutama jika prestasinya tersebut mendapatkan

10
penghargaan dan umpan balik yang positif. Wanita berusaha menemukan arti dan
identitas dirinya dan pencapaian tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan
kebahagiaan.3 Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas
manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan
saja menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah, yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari cara
dirinya mensyukuri kenikmatan Allah.4
e. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya
Ini biasanya dilakukan oleh perempuan yang menganggap bahwa uang diatas
segalanya, dimana yang paling penting dalam hidupnya ialah menumpuk kekayaan.
d. Untuk mengembangkan Bakat
Bakat dapat melahirkan wanita karier. Seorang yang bukan sarjana. Namun
berbakat dalam bidang tertentu, akan lebih berhasil dalam kariernya dibanding
seorang sarjana dari fakultas tertentu yang tidak berbakat. Dengan munculnya faktor-
faktor tersebut, maka semakin terbuka kesempatan bagi wanita untuk terjun ke dunia
karier.5
Dampak positif wanita karier, antara lain:
a. Dengan berkarier, perempuan dapat membantu meringankan beban keluarga yang
tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan,
tetapi dengan adanya perempuan ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka
krisis ekonomi dapat ditanggulangi.
b. Dengan berkarier, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada
keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang
dukutinya sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam kariernya, putra-putrinya
akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri
tauladan bagi masa depannya. Dalam memajukan serta mensejahterakan
masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum perempuan
karena dengan segala potensinya, wanita mampu dalam hal itu, bahkan ada di
antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh laki-laki, dapat berhasil
ditangani oleh wanita, baik karena keahliannya maupun karena bakatnya.

3
Asriaty, Wanita Karir Dalam Pandangan Islam, (Jurnal Al Maiyyah : 2014), h. 178-182
4
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 2
5

11
c. Dengan berkarier, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya, lebih
bijaksana, demokratis dan tidak otoriter. Sebab dengan kariernya itu, ia bisa dan
belajar memiliki pola pikir yang moderat. Kalau ada problem dalam rumah tangga
yang harus diselesaikan, maka ia segera mencari jalan keluar secara tepat.
d. Dengan berkarier, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau
sedang mendapat gangguan jiwa akan terhibur dan jiwanya akan menjadi sehat.
Dampak negatif wanita karier antara lain:
a. Terhadap anak-anak
Perempuan yang hanya mengutamakan kariernya akan berpengaruh pada
pembinaan dan pendidikan anak-anak, maka tidak aneh kalau banyak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Kurangnya komunikasi antara ibu dan anak-anaknya bisa
menyebabkan keretakan sosial. Anak-anak merasa tidak diperhatikan oleh orang
tuanya, sopan santun mereka terhadap orang tuanya akan memudar bahkan sama
sekali tidak mau mendengar nasihat orang tuanya. Pada umumnya, hal ini
disebabkan karena si anak merasa tidak ada kesejukan dan kenyamanan dalam
hidupnya, sehingga jiwanya berontak. Sebagai pelepas kegersangan hatinya
akhirnya mereka berbuat dan bertindak seenaknya, tanpa memperhatikan norma-
norma yang ada di lingkungan masyarakat.
b. Terhadap suami
Istri yang bekerja di luar rumah setelah pulang dari kerjanya tentu ia merasa capek,
dengan demikian kemungkinan ia tidak dapat melayani suaminya dengan baik
sehingga suami merasa kurang hak-haknya sebagai suami. Untuk mengatasi
masalahnya, si suami mencari penyelesaian dan kepuasan di luar rumah terhadap
rumah tangga. Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan
ibu rumah tangga sebagai wanita karier, yang waktunya banyak tersita oleh
pekerjaannya di luar rumah sehingga ia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
istri dan ibu rumah tangga. Hal ini dapat menimbulkan pertengkaran, bahkan
perceraian kalau tidak ada pengertian dari suami.
c. Terhadap kaum laki-laki
Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karier, kaum laki-laki
tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut atau
dirampas oleh kaum wanita.
d. Terhadap masyarakat.

12
Wanita karier yang kurang memperdulikan segi-segi normatif dalam pergaulan
dengan lain jenis dalam lingkungan pekerjaan atau dalam kehidupan sehari-hari
akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.
Upaya Penanggulangan dampak negatif dari wanita karier :
1. Dalam berkarier, tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban utama sebagai ibu
rumah tangga, yaitu mengurus suami dan anak-anak. la harus menomorsatukan
urusan rumah tangga di atas segalanya. Dalam hal ini, perlu adanya pengaturan
yang baik. Kemudian untuk menanggulangi perpecahan keluarga, harus ada izin
suami terhadap dunia karier seorang perempuan sejak awal, karena adanya saling
pengertian antara suami dan istri akan muncul saling keterbukaan dan menanamkan
keikhlasan bekerja demi memperoleh manfaat bersama.
2. Tidak melampaui batas kodrat perempuan. Perempuan bekerja yang tidak sesuai
dengan kodrat keperempuannya akan membawa konsekuensi terhadap
ketidakseimbangan antara fisik dan mentalnya. Gejala fisik yang diakibatkan oleh
keinginan menjalankan pekerjaan di luar batas kemampuan adalah keletihan yang
dapat menghilangkan gairah hidup, sedangkan dari segi mental, akan dijumpai
gejala kejiwaan, seperti selalu ingin marah, merasa cemas, sering sedih, serta stress,
bisa menimbulkan berbagai konflik dengan suami dan anak, bahkan, dengan orang-
orang di tempat kerja.
3. Tidak melampaui batas-batas dan aturan, agama, utamanya dengan lain jenis dalam
lingkungan pekerjaan, sering menimbulkan fitnah atau pengaruh negatif terhadap
dirinya, rumah tangganya dan rumah tangga lawan jenisnya sebab hubungan terus-
menerus antara laki-laki dan perempuan dalam suatu lingkungan kerja dapat
menimbulkan perbuatan yang mendekati zina. Apabila perempuan karier tetap
menjaga akhlakul karimah dan aturan-aturan agama dalam lingkungan kerjanya,
maka kemungkinan timbulnya fitnah dapat dicegah
Wanita boleh saja keluar dan berkarier di luar rumah. Apabila ada keperluan
bagi seorang wanita untuk bekerja keluar rumah maka harus memenuhi beberapa
ketentuan syar'i agar kariernya tidak menjadi perkerjaan yang haram. Syarat-syarat itu
adalah
1. Memenuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya baik dalam hal pakaian ataupun
lainnya.

13
2. Mendapat izin dari suami atau walinya. Wajib hukumnya bagi seorang istri untuk
mentaati suaminya dalam hal kebaikan dan haram baginya mendurhakai suami,
termasuk keluar dari rumah tanpa izinnya.
3. Pekerjaan tersebut tidak ada khalwat dan ikhtilat (Campur baur) antara laki-laki dan
wanita yang bukan mahram. Sebagaimana firman Allah "Dan apabila kalian
meminta pada mereka sebuah keperluan, maka mintalah dari balik hijab". (QS. Al
Ahzab: 53)
Juga sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
‫الَ خَيْلَُو َّن َر ُج ٌل بِ ْامَر ٍَأة ِإاَّل َم َع ِذ ْي حَمَْرٍم‬

"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama


mahramnya" (HR. Bukhori Muslim). Seorang wanita muslimah agar terlihat
istimewa dia harus dapat menjaga kehormatan dalam pergaulannya. Harus
membatasi diri dalam pergaulan. Seorang wanita apalagi yang sudah mempunyai
suami harus hati-hati dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan kemurkaan Allah,
salah satunya adalah adanya batasan pergaulan dengan non-muhrim.
4. Tidak menimbulkan fitnah

Wanita yang berkarier di luar rumah tidak menimbulkan fitnah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menutupi seluruh tubuhnya di hadapan laki-laki asing dan
menjauhi semua hal yang berindikasi fitnah, baik di dalam berpakaian, berhias atau
pun berwangi-wangian (menggunakan parfum).
5. Tetap bisa mengerjakan kewajibannya sebagai ibu dan istri bagi keluarganya,
karena itulah kewajibannya yang asasi. Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai
dengan tabiat dan kodratnya seperti dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit
dan lain-lain.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Wanita karier adalah wanita yang menekuni dan mencintai sesuatu
atau beberapa pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relative lama, untuk
mencapai sesuatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan. Untuk
berkarier berarti harus menekuni profesi tertentu yang membutuhkan
kemampuan, dan keahlian.
Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karier yaitu,
pendidikan, terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, untuk
alasan ekonomis, untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, untuk
mengisi waktu yang lowong, untuk mencari ketenangan dan hiburan, untuk
mengembangkan bakat. Ada berbagai pendapat mengenai hukum wanita
karier ini yang semuanya berdasarkan alasan tersendiri, diantaranya ada yang
melarang wanita menjadi wanita karier dan ada yang memperbolehkan wanita
berkarier di luar rumah.
Terjunnya wanita dalam dunia karier menimbulkan dampak positif dan
negatif. Sehingga wanita dalam berkarier harus sesuai dengan koridor Islam
agar tidak menyalahi aturan syar’i, selain itu tidak melupakan tugas utamanya
sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.

B. Saran

15
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai mengenai materi
hukum tentang fasakh nikah dalam makalah ini. Tentunya masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena terbatasnya pengetahuan
dan kekurangan referensi. Kami harapkan teman-teman memberikan kritik dan
saran yang dapat membangun demi sempurnanya makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asriaty. Wanita Karir Dalam Pandangan Islam. (Jurnal Al Maiyyah : 2014).

https://kbbi.web.id/wanita.html (online, diakses 28 Desember 2022)

Lailiyah, Igmanur., dan Ridlwan, Burhanuddin. “Peran Wanita Karier Dalam


Pendidikan Islam. (Jombang : Al Misbah Jurnal Islamic Studies. 2020).

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. (Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima
Yasa. 1995).

17

Anda mungkin juga menyukai