Anda di halaman 1dari 31

Catatan Refleksi

untuk Transformasi Pembelajaran


Totok Suprayitno

Analis Kebijakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Oktober 2022
Tentang Hakekat Pendidikan
Hakekat pendidikan

“Pendidikan adalah daya upaya untuk


memajukan bertumbuhnya budi pekerti,
pikiran dan tubuh anak. Bagian-bagian
itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup anak-
anak kita”.
Ki Hajar Dewantara

2
The Objective of Education is

LEARNING
Learning Pembelajaran adalah proses perolehan atau modifikasi informassi,
pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai, keterampilan, atau perilaku
melalui pengalaman, Latihan atau Pendidikan

Education Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


memfasilitasi dan mewujudkan pembelajaran agar pelajar
secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Schooling Sekolah merupakan salah satu cara melaksanakan pendidikan.

3
Lifelong Learning:
Sekolah harus menjadi
tempat penumbuhan
budaya belajar

Belajar itu tidak pernah


tamat!

“Once you stop learning, you


start dying”
(Albert Einstein)

4
Kualitas hasil belajar (learning outcome) adalah
tantangan utama
Flat Learning Profile: Sekolah tapi Tidak Belajar

Sumber: Andrabi, et.al. 2020 dalam INOVASI, SMERU, dan UNICEF, 2020 6
Terdapat isu kompetensi siswa di …yang berpotensi berakibat buruk pada
Indonesia… kelangsungan kemasyarakatan

1 dari 2 siswa Kesadaran rendah


terhadap hoax yang
belum mencapai
kompetensi minimum literasi disebarkan di masyarakat
membaca1

2 dari 3 siswa Daya saing rendah di era


berbasis teknologi dan digital
belum mencapai
kompetensi minimum
numerasi1
1. Hasil AKM konsisten di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD / SMP / SMA /
SMK / sederajat)

Sumber: Asesmen Nasional 2021 7


Persepsi guru tentang kualitas pembelajaran lebih positif dibanding persepsi
siswa, padahal persepsi siswa lebih berkorelasi pada kompetensi

Persentase penilaian baik terhadap aspek kualitas pembelajaran1 Korelasi sub-kategori kualitas pembelarajan terhadap capaian
% kompetensi numerasi
CONTOH BEBERAPA ASPEK - TIDAK EXHAUSTIVE Penilaian siswa CONTOH KOMPETENSI NUMERASI Penilaian siswa
Penilaian guru CONTOH BEBERAPA ASPEK - TIDAK EXHAUSTIVE Penilaian guru

1,9% 0,52
Ekspektasi akademik 79,6% Ekspektasi akademik 0,15

0,9% 0,52
Umpan balik konstruktif 33,6% Umpan balik konstruktif 0,18

Panduan guru 1,3%


19,8%
Panduan guru 0,14
0,51

Aktivitas interaktif 0,1%


11,1%
Aktivitas interaktif 0,16
0,42

• Perbedaan persepsi antara guru dan murid menujukkan bahwa level pembelajaran berorientasi siswa masih rendah di
seluruh jenjang pendidikan
• Penting untuk memperhatikan penilaian siswa terhadap kualitas pembelajaran; penilaian siswa memiliki korelasi yang
lebih besar kepada kompetensi dibandingkan penilaian guru

1. Dari kategori penilaian “kurang”, “sedang”, dan “baik”

Sumber: Asesmen Nasional 2021 8


Belajar itu memerdekakan
Berguru kepada Warisan Kearifan Tokoh Bangsa
“Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk
kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai
anggauta persatuan.”
Ki Hadjar Dewantara,
Pendiri Taman Siswa, Yogyakarta

“Tujuan pendidikan adalah pendidikan yang


memerdekakan, yaitu membebaskan alam fikiran murid
dari sekat-sekat alam dan manusia untuk mencapai gilang
gemilang lahir dan batin.”
Mohammad Sjafei,
Pendiri INS Kayutanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat)

10
Merdeka Belajar: Menghilangkan Belenggu-belenggu dalam Pembelajaran

Belenggu-belenggu dalam Learning Cycle:

§ Aturan standar proses yang kaku dan


terlalu teknis
§ Malpraktek PTM: bukan sebagai feedback
untuk perbaikan pembelajaran, tapi
sekedar sebagai syarat angka kredit
§ Malpraktek Pembelajaran: sekedar taat
aturan, bukan proses yang
memerdekakan siswa
§ …

11
“The devils lie in details”:
bentuk soal pun bisa menjadi tirani berpikir anak…
KD kelas 7: menjelaskan dan menentukan urutan pada bilangan bulat (positif dan negative) dan pecahan (biasa,
campuran, decimal, persen)

Promosi Promosi
Toko C Toko D
Beni hanya memiliki uang Rp100.000,00. Ia ingin
membeli kemeja di toko C seharga
Rp200.000,00. Ternyata kemejanya sudah tidak
tersedia. Teman Beni memberi tahu bahwa
kemeja yang sama ada di toko D dengan harga
yang sama. Apakah Beni mampu membeli
kemeja yang diinginkannya dari toko D?

Jelaskan alasanmu!
12
Teach Less, Learn More

TEACHING
LEARNING
RULE COMPLIANCE 13
Belajar itu
menumbuhkan potensi anak secara holistik

”Education without character is not education at all”


(Albert Einstein)
Learning Strategy: Not all teachable but catchable

15
Pembelajaran adalah Pemahaman atas Nilai dan Penumbuhan
Karakter

Pendidikan
Agama
dan Budi
Pekerti

PPKn,
dan lain-lain
Sejarah 1. Pembelajaran yang bermakna
2. Ekosistem dan budaya sekolah
Nilai-Nilai yang sehat
Kebajikan
3. Guru sebagai teladan
4. Lingkungan keluarga dan
masyarakat yang memperkuat
penumbuhan nilai-nilai dan budi
Matematik Bahasa pekerti anak
a Sains Indonesia

16
Siklus Penumbuhan Karakter

Ajaran “Tri Nga”,


Ki Hadjar Dewantara

Components of good
character (Lickona, 1992)

17
Kurikulum Merdeka untuk memerdekakan
19
Kurikulum Merdeka dirancang untuk MENDUKUNG transformasi
pembelajaran

20
Bagaimana profil pelajar dibangun di satuan
pendidikan Dasar dan Menengah ?
Intrakurikuler
Kompetensi dan karakter yang
Muatan Pelajaran
dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila
Kegiatan/pengalaman belajar.
dibangun dalam keseharian dan
dihidupkan dalam diri setiap individu
peserta didik melalui budaya sekolah,
pembelajaran intrakurikuler, projek Beriman, Projek Penguatan Profil
penguatan profil Pelajar Pancasila, bertakwa kepada
maupun ekstrakurikuler. Tuhan Yang Pelajar Pancasila (SD - SMA)
Maha Esa,
berakhlak mulia
Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Budaya
Mandiri Berkebinekaan Kerja (SMK)
global

Pelajar
Indonesia Projek Lintas Disiplin Ilmu yang
kontekstual dan berbasis pada
kebutuhan masyarakat/permasalahan
di lingkungan sekolah.
Bergotong
Bernalar kritis
royong

Budaya Sekolah Kreatif

Ekstrakurikuler
Iklim sekolah, kebijakan, pola
interaksi dan komunikasi, serta Kegiatan untuk
norma yang berlaku di sekolah.
mengembangkan minat dan
bakat.

21
Pentingnya Kemitraan

”It takes a village to raise a child”


(Hillary R. Clinton)
• Kemitraan: Kerjasama dua orang atau lebih atau sekelompok orang untuk
tujuan yang saling menguntungkan (common goods). Dalam pendidikan,
tujuan tersebut adalah kualitas belajar dan hasil belajar siswa yang lebih baik.
• Kemitraan bisa bersifat formal, informal, atau bahkan hanya
incidental/spontanitas/handsake.
• Agar efektif, kemitraan harus menguntungkan kedua pihak yang bermitra.
• Dalam kemitraan, pengambilan keputusan dilakukan secara kolaboratif. Tidak
ada individu atau kelompok tertentu yang mendikte keputusan.
• Beberapa kemitraan strategis yg bisa dibangun:
§ Sekolah—Keluarga
§ Sekolah—Masyarakat
§ Sekolah—Profesional
§ Sekolah—Organisasi

• Sekolah perlu mengoptimalkan manfaat Program Kampus Mengajar.


• Program Praktisi Mengajar bisa diadopsi/adaptasi untuk sekolah-sekolah.

23
Waspadai jebakan Isomorphic Mimicry
(Taken from Prof. Lant Pritchett, The Rebirth of Modern Education)

25
Hindari dan Cegah berbagai bentuk Kamuflase

• Implementasi Kurikulum Merdeka hanya sekedar berubah dokumen, tapi


tidak terjadi perubahan cara belajar.
• Jumlah sekolah yang akses PMM sebagai satu-satunya indikator
keberhasilan transformasi pembelajaran di sekolah.
• Kelengkapan sarana prasarana sebagai kamuflase mutu sekolah.
• KMM disalahgunakan sebagai kamuflase kentuntasan belajar siswa.
• Akreditasi sekolah berbasis pada ketaatan administrative (administrative
compliance)
• …

Akuntabilitas sesungguhnya adalah hasil belajar siswa, bukan sesuatu yang


hanya terlihat bagus di permukaan.

26
Waspadai jebakan anggaran:
transformasi pembelajaran tidak harus berbiaya besar
Transformasi Pembelajaran tidak harus berbiaya besar

28
29
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai