Anda di halaman 1dari 9

RESUME HARIAN

KOASS PJJ STASE ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 12 Juli – 8 Agustus 2021

Nama : Alfi Rahmatika


NIM : 22010120220147

Resume Webinar Ilmiah “Thyroid Disease and COVID-19”

Tanggal : Minggu, 1 Agustus 2021


Materi 1 : Thyroid Disorder in COVID-19
Pengampu : Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, K-EMD

Jadi bisa timbul gejala gondok saat infeksi COVID-19

Pada virus COVID-19 terdapat struktur glycoprotein


spike yang membutuhkan reseptor ACE-II pada sel
host sehingga ikatan keduanya memberikan dampak
sistemik.

- ACE-II receptor ini terdapat pada organ thyroid dan


juga terdapat pada hypothalamus dan hypofisis. Jauh
lebih banyak ekspresinya pada sel-sel thyroid
ACE-II receptor juga terdapat pada kelenjar thyroid dibandingkan di lokasi paru walaupun manifestasinya
pada paru dan lain-lain, tetapi resiko dampak atau
efek pada kelenjar thyroid ini juga ada saat infeksi - Deiodinase 2 mengubah T4 → T3
COVID-19. - Deiodinase3 mengubah T4 → reverse T3 yang inaktif.
- Kemungkinan besar aktivitas deiodinase meningkat
saat infesi COVID-19 → menyebabkan konversi T4
menjadi T3 meningkat → terjadi umpan balik negative
ke sekresi TRH dan TSH.

- Eskpresi ACE-II receptor ini terdapat pada


hypothalamus, tentu membawa dampak yang tidak
ringan.
- Manifestasi COVID-19 pada thyroid bisa 3
kemungkinan: - Proses deiodinase ini menjelaskan mengapa terjadi
1) Thyrotoksikosis gangguan hiptiroid primer dan hipotiroid sekunder
2) Hipothyroid pada COVID-19.
3) Non thyroid illness syndrome
- Akibat infeksi pada thyroid dan aksisnya

Mekanismenya ada 2 kemungkinan:


1) Kerusakan oleh virusnya langsung
Jadi mungkin sel host detruksi akibat virus
2) Melalui mekanisme respon inflamasi oleh imun

- Siykoin IL-6 manifestasinya lebih banyak pada severe


atau ringan

- Sitokin yang keluar merupakan respon inflamasi


imunitas
- Lalu bagaimana respon terhadapt thalamus?
- Sebleumnya terdapat proses deiodinase, mngubah
hormone perifer T4 menjadi T3 yang aktif, oleh enzim
deiodidenase. Enzim deiodidenase ada tipe 1,2 dan 3.
Berikut bukti-bukti penelitian turunnya produsi TSH BIsa direct effect virus ke sel tiroid atau karena efek
dan T3 akibat dari sitokin-sitokin respon imun

Berikut gangguan thyroid yang bisa terjadi pada - Manifestasi SAT pada awlanya itu adalah tirotoksikosis
pasien COVID-19 → kemudian TSH tersupresi, fT4, fT3 dan tiroglobulin
- Tetapi antara tirotoksikosis, hipotiroidisme, NTI ini naik, tetapi ada bukti yang menjelaskan tidak ada
tidak dapat dibedakan apakah dia akibat dari direct thyroid autoantibodi.
atau indirect effect pada tubuh. - Ada 3 fase:
- Tetapi rendahnya T3 pada kasus tirotoksikosis 1) Tirotoksikosis
ternyata prognosisnya lebih buruk. 2) Hipotiroidisme
- SAT merupakan Sub acute thyroiditis yang terjadi 3) Eutiroidisme
pada COVID-19 akibat tiroiditis.

Destructive thyroiditis itu terjadi karena adanya


Sebenarnya untuk tirotoksikosis itu penyebabnya nekrosis atau apoptosis yang luas pada sel folikular,
banyak, bisa karena grave’s disease, hipermetabosme, diikuti pelepasan antigen dan sitokin dan kemokin.
nodul toksis, adenoma toksis, pemerian obat-obatan.
Tetapi akibat COVID-19 itu pasti berbeda.

- Garis merah mencermikan T4 menurun pada


trotoksikosis hingga berbulan-bulan terjadi hipotiroid
Mekanisme gangguan tiroid pada COVID-19 berbagai - Ada yang disertai dengan nyeri atau tidak
macam:
1) Hipotiroidisme primer
2) Hipotiroideime sekunder akibat gagguan aksis
hipofisis-hipothalamus
Dari penelitian didapatkan adanya asien COVID Kondisi hipotiroid pada COVID-19 tidak ada korelasi
dengan T4 yang tinggi tetapi tidak ada autoantibodi dengan prognosis. Tetapi pada COVID-19 kematian
- Manifestasi lain yg meningkat: leukositosis, dll atau prognosis tergantung dari komorbid.
- Terapinya tidka diberi hormone tiroid tetapi diberi
kortikosteroid

Apakah penyakit autoimun ini lebih beresiko menjadi


COVID-19 yang lebih serius?
- Tidak ada indikasi
Ini gambaran laboratorium, awalnya TSH kesannya
terstimulasi (gambar 1), ternyata dalam bbrp minggu
berikutnya dia menurun (gambar 3), jadi harus hati-
hati menerjemahkan kadar TSH pada pasien COVDI-19

TSH terganggu kadarnya saat pemberian heparin dan


hidrokortisone saat COVID-19 jadi hati-hati
menerjemahkan kadar TSH nya.

KESIMPULAN:
1) Gangguan fungsi tiroid jangka pendek akibat
COVID-19 perlu diwaspadai. Bukan semua kasus
harus diskrinning tanpa indikasi khushs.
2) Telemedicine
3) Manajemen adekuat
Tanggal : Minggu, 1 Agustus 2021
Materi 2 : Vaksin COVID-19, uji klinik dan pengembangan terbaru
Pengampu : Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, K-AI

- Jumlah kandidat vaksin ada 200, terbaru ini vaskin


dengan platform DNA virus yang masih uji klinik tahap
3 di Indoneisa, dibuat Korea.
- Platform: inactivated (Sinovac dan Sinopahrm), vector
virus (Jhonson&Jhonson dan Cansino, AstraZeneca),
mRNA (Pfizer dan moderna), protein subunit
(Novavac)
- Platform DNA itu sulit diramalkan efek jangkan
panjangnya.

Penanggulangan COVID-19 ini dasarnya adalah


protocol kesehatan
- Pembatasan mobilisasi untuk menurunkan insidensi
- 6M
- Vaksinasi COVID-19 untuk pencegahan
- 3T
- Isolasi mandiri, terapi di RS (jika terdapat gejala klinik
yang berat) = untuk penderita

- Astrazeneca itu dibuat dari vector adenovirus dibuat


di Inggris

Salah satu caa pencegahan: Vaksinasi


- Angka kematian di Indonesia cukup tinggi
- Kasus aktif: orang yang sedang terinfeksi sampai dia
dinyatakan sembuh (dinyatahkan negative PCR) - Diawali dengan preklinik: uji sederhana pada binatas
- Flattening the curve atau melandaikan kurva mencit dan monyet. Dinilai pada mencit uji toksisitas,
merupakan salah satu cara agar RS tidak melamapaui lalu jika aman lanjut pada monyet dilihat keamanan,
batasan. respon imun, dna penyesuaian dosis.
- Masuk ke uji klinik 1 pada orang sehat: dinilai Sinovac:
keamanan dan imunogenisitas (tapi biasa ini lebih - Efek samping lebih jarang dan ringan
banyak di uji tahap 2 karena jumlah subjek lebih - Tetapi karena seluruh virusnya digunakan untuk
banyak). mendapat antibody sehingga banyak penggunaan
- Uji tahap 2: sudah bisa dihitung efikasi, imunogenitas, antigen di permukaanya. Sehingga antibody yang
dan keamanan. diinginkan, yaitu protein Spike S1, tidak terlalu tinggi.
- Setelah diizinkan untuk beredar entah itu emergency Efikasinya menjadi tidak terlalu tinggi sekitar 65-67%.
use atau penggunaan biasa, tetap diawasi kemanan Astra Zeneca:
dan imunogenitas untuk kepentingan masyarakat. - Keunggulan: efikasi cukup tinggi sekitar 70%, proteksi
terhadap varian delta cukup baik meskipun menurun
Pfizer/Moderna:
- Efikasi di atas 90% (Paling tinggi)
- Proteksi terhadap varian delta hanya sedikit menurun
Jadi untuk pencegahan varian delta, terbaik
Pfizer/Moderna, lalu AstraZeneca/Cansino/Jhonson-
Jhonson. Paling rendah: Sinovac. (Terendah bukan
berarti tidak, tetap melindungi dari varain delta tetapi
tidak setinggi vaksin lain).

Contoh: Sinovac
- Sudah dilakukan challenge test, jadi monyet disuntik
placebo dan disuntik vaksin, lalu dipaparkan virus
SARS-CoV-2. Ternyata yang disuntik vaksin virusnya
menghilang, sedangkan yang disuntik placebo dengan
cepat virus masuk ke mukosa saluran nafas dna darah.
Jadi disimpulkan pada binatang, meskipun subjek yang
sudah divaksin tetap terpapar virus, tapi karena sudah
memiliki antibody maka tidak berkembang virusnya,
atau jika berkembang sedikit sekali tidak - Yang tersedia minus 20 di beberapa kota besar
meninggalkan gejala berat dan tidak menularkan. sehingga Moderna masih meungkinkan.
- Uji klinik tahap 1 untuk orang sheat di China. Di uji - Pfizer minus 70 tidak tersedia, sehingga perlu
tahap 2 di Bandung. Safety nya bagus dapat pengadaan dan harganya kira-kira 600 juta rupiah
ditoleransi, efikasinya 65.3% (jauh dari batas WHO sehingga pengadaanya sangat terbatas .
yaitu 50%) sehingga digunakan karena emergency use.
- Uji klinik tahap 3 masih dilakukan dan sudah mau
selesai. Diamati selama 3 bulan jadi kadar puncak
antibody terjadi setelah 2 minggu suntikan kedua
SINOVAC dan dalam 6 bulan menurun dengan nyata,
sehingga disini ada alasan untuk menggunakan
booster sehingga kadar antibody naik lagi.
- Ternya vaksin mRNA (Moderna dan Pfizer) juga tidak
lama masa penggunaannya, sekitar 8 bulan.

- Sasaran vaksinasi: 208 juta orang (182 juta orang


target semula, ditambah 25 juta anak-anak) dan masih
mungkin bertambah lagi jika diizinkan untuk ibu
hamil.
- Jika digunakan 2 dosis, jadi sekitar 420 juta
penggunaannya.
- Yang terlaksana baru 46 juta untuk dosis pertama dan
26 juta sudah selesai dosis kedua. Targetnya semua
sudah tervaskinasi pada 2021.
- Jadi presiden meminta 1-2 juta vaksinasi dilakukan pembentukan antibodinya masih rendah (saat diukur
per hari untuk memenuhi target tersebut. antibodi masih rendah).
- Booster: pemberian 2x sudah memberikan respon
pembentukan antibodi yang adekuat, tetapi setelah 6
bulan sudah menutun sehingga perlu booster untuk
antibodi.

Meskipun efikasi sinovac itu lebih rendah dari vaksin


lain, tetapi sinovac mampu menurunkan resiko masuk
RS dan kematian akibat COVID-19 hingga 80%.

- 600 dokter meninggal akibat COVID-19 dengan


puncak pada Bulan Juli. - Platform yang digunakan bisa sama, tetapi jika ada
- Cara menurunkannya yaitu harus meratakan kurva, variasi baru bisa digunakan paltform yang berbeda
jadi kasus baru tidak memuncak. Karena jika agar aktibodi yang digunakan protektif thdp varian
memuncak akan timbul beban kerja dokter yang baru.
meningkat dan pembatasan tatalaksana.
- IDI meminta setelah 6 bulan vaksinasi untuk para
tenaga kesehatan, diberikan vaksinasi booster.
Seharusnya vaksin yang digunakan sama dengan
vaksin sebelumnya (Sinovac), namun karena
munculnya peningkatan varian Delta, maka
disarankan oleh IDI untuk booster diberikan Moderna.
Karena Moderna ini efikasinya paling baik untuk
varian delta.

- Sebenarnya karena penurunan antibodi, smua orang


itu perlu mendapat booster, tetapi ada prioritas
khusus, seperti tenaga kesehatan atau front liner
lainnya, kemudia usia lanjut, penyandang penyakit
komorbid.
- Optimal waktu: tergantung studi imunitas.
- Booster dose: penguatan imun setelah imunitas turun

- Dosis Ke-3: pada pasien-pasien immunocompromised


yang sudah dilakuakn pemberian 2x vaksianasi tetapi
Pertimbangan rekomendasi pemberian vaksin COVID-
19:
Orang-orang yang resiko komplikasi pada COVDI-19
tinggi:
1) Kelompok usia lanjut, terutama yang tiggal di
panti jompo
2) Kelompok >60-65 tahun
3) Orang berusia 16-84 yang memiliki kondisi
medis beresiko tinggi
Kelompok yang beresiko terpapar:
1) Tenaga kesehatan
Varian delta dapat breakthrough
2) Front liner
3) DLL: cleaning service, security, costumer
service

Anda mungkin juga menyukai