Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA Ny.

P POSTPARTUM 6 JAM
DENGAN RETENSIO URINE DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN Hj. YELI
KABUPATEN KARIMUN

Laporan Kasus Kelompok Stase Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan

Disusun oleh:

Kelompok I

Nama NIM
1. SHANTY ANUGRAH ( 220703055 )
2. KASWI MARYANI ( 220703049 )
3. MURNI KURNIAWATI ( 220703057 )
4. RENI SHEVIKA FIBRIYANTI ( 220703052 )
5. DESI SUSILAWATI ( 220703054 )
6. ATMA SARI PINEM ( 220703050 )
7. YULFRIDA R SIAGIAN ( 220703053 )
8. ERNAWATI ( 220703062 )
9. MELDA KEPRIGA ( 22070360 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU 2022
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya
sehingga pembuatan makalah dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA
Ny. P DEANGAN MASTITIS DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN Hj. YELI KABUPATEN
KARIMUN” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas Kelompok Stase I KDPK Profesi Kebidanan Angkatan I Stikes Al-insyirah.

Tak ada gading yang tak retak, maka penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
yang bersifat membangun dan berguna untuk pembenahan dan penyempurnaan serta
memotivasi penulis dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Akhirnya pada kesempatan ini diucapkan terima kasih Ibu Fajar Sari Tanberika, SST, M.
Kes yang tak pernah bosan dan sikap sabarnya memberikan pengajaran kepada kami dan rekan-
rekan mahasiswa yang banyak membantu dan mendukung Kami dalam penulisan karya ilmiah
ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua . Amin.

Karimun, Desember 2022

Penulis

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA Ny. P DENGAN MASTITIS DI


PRAKTEK MANDIRI BIDAN Hj. YELI KABUPATEN KARIMUN

Laporan Kasus Kelompok Stase I Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan


Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui
Tanggal Desember 2022

Disusun oleh:

Nama NIM
MELDA KEPRIGA ( 220703060 )

Disetujui Oleh

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Winda Lusiana,S.Tr.Keb) (Fajar Sari Tanberika,SST.M.Kes)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA Ny. P POSTPARTUM 6 JAM


DENGAN RETENSIO URINE DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN Hj. YELI
KABUPATEN KARIMUN

Laporan Kasus Kelompok Stase I Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan


Telah Diseminarkan pada Tanggal 18 November 2022

Nama NIM
1. SHANTY ANUGRAH ( 220703055 )
2. KASWI MARYANI ( 220703049 )
3. MURNI KURNIAWATI ( 220703057 )
4. RENI SHEVIKA FIBRIYANTI ( 220703052 )
5. DESI SUSILAWATI ( 220703054 )
6. ATMA SARI PINEM ( 220703050 )
7. YULFRIDA R SIAGIAN ( 220703053 )
8. ERNAWATI ( 220703062 )
9. MELDA KEPRIGA ( 220703060 )

Disetujui Oleh
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Winda Lusiana,S.Tr.Keb) (Fajar Sari Tanberika,SST.M.Kes)

Ketua Prodi Profesi Bidan

(Fajar Sari Tanberika,SST.M.Kes)

iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
C. Tujuan............................................................................................ 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 6


A. Tinjauan Umum Prakonseps....................................................... 6
1. Pengertian................................................................................. 6
2. Tanda dan gejala....................................................................... 7
3. Penyebab................................................................................... 9
4. Patofisiologi.............................................................................. 9
5. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 10
6. Penatalaksanaan/Tindakan Inkontinensia Urin…………….. 10
7. Komplikasi................................................................................ 14

BAB III ASUHAN KEBIDANAN ................................................................ 37


A. Data Subyektif.......................................................................... 37
B. Data Obyektif............................................................................ 42
C. Assesment................................................................................. 37
D. Planning.................................................................................... 42

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 49
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 53
A. Kesimpulan.......................................................................................... 53
B. Saran.................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DOKUMENTASI

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi


pada masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat
terjadi pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah melahirkan.
Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu menyusui. Pada mastitis lebih
kurang 10% kasusnya dapat berkembang menjadi abses dengan gejala yang lebih
berat (Prawirohardjo, 2013).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus


infeksi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus
meningkat, dimana 12% kasus diantaranya merupakan infeksi payudara yang
disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum. Indonesia sebagai negara
berkembang di dunia dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10% pada ibu
post partum (WHO, 2005; 2008). Berdasarkan laporan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut kemungkinan
disebabkan karena perawatan payudara yang tidak benar. Pengetahuan tentang
perawatan payudara sangat penting untuk diketahui pada masa nifas, ini berguna
untuk menghindari masalah dalam proses menyusui. Masalah dan gangguan pada
payudara pada waktu menyusui akan mengganggu produksi ASI (Depkes RI,
2007).

Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis.
Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak sempurna,
karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang terlalu ketat, dan
pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis dapat terjadi akibat kuman, dimana
kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri Staphylococcus aureus
(Prawirohardjo, 2013).

1
Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri
ini biasanya terdapat di hidung pada 20-50% manusia, dan sering ditemukan pada
pakaian dan juga pada barang lain yang terkontaminasi pada lingkungan manusia.
Setiap orang biasanya akan mengalami beberapa jenis infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus aureus, seperti keracunan makanan atau infeksi kulit
minor dan juga bisa sampai pada infeksi berat yang mengancam jiwa. Infeksi
Staphylococcus aureus dapat terjadi akibat kontaminasi langsung pada luka
(Brooks et al, 2010). Mastitis dapat berasal dari puting susu yang pecah atau
terdapat fisura menjadi jalan masuknya bakteri Staphylococcus aureus. Sumber
bakterinya dapat berasal dari tangan ibu atau tangan orang yang merawat ibu dan
bayi, bayi, atau dari sirkulasi darah (Varney et al, 2007). Penanganan terbaik
untuk mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan
dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mencegah bendungan ASI dengan
menyusui sejak awal dan sering, teknik menyusui yang benar, dan menghindari
kontak dekat dengan orang yang menderita Staphylococcus (Varney et al, 2007).
Perawatan puting susu pada saat menyusui juga merupakan usaha yang penting
untuk mencegah mastitis. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
membersihkan puting susu sebelum dan setelah menyusui untuk menghilangkan
kerak dan susu yang mengering (Prawirohardjo, 2007).

Berdasarkan latar belakang dan data tersebut maka penulis tertarik untuk
menyusun laporan kasus Ny. P usia 26 tahun dengan Mastittis di PMB Hj. Yeli.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan kasus ini adalah bagaimana asuhan kebidan
nifas dengan Mastitis pada Ny. P di PMB Hj. Yeli.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny. P di PMB Hj. Yeli

2
2. Tujuan Khusus
a. Didapatkannya data subjektif dari Ny. P di PMB Hj. Yeli
b. Didapatkannya data objektif dari Ny. P di PMB Hj. Yeli
c. Ditegakkannya analisa pada Ny. P di PMB Hj. Yeli
d. Ditegakannya penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. P di PMB
Hj. Yeli
e. Diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan
asuhan kebidanan Ny. P di PMB Hj. Yeli

D. Manfaat
1. Bagi Pusat Pelayanan Kesehatan
Dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas asuhan pada ibu postpartum
dengan mastitis serta mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung
asuhan kebidanan nifas dengan mastitis pada Ny. P
2. Bagi Klien dan Keluarga
a. Ibu dan keluarga dapat mengetahui mengenai penyebab mastitis
b. Ibu dan keluarga dapat mengetahui dampak dari mastitis
c. Ibu dan keluarga dapat mendapatkan penanganan berupa asuhan
kebidanan nifas dengan mastitis
d. Ibu dan keluarga mengetahui cara pencegahan terjadinya mastitis
3. Bagi Profesi Bidan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai asuhan
kebidanan pada ibu postpartum dengan mastitis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih yang
dapat disertai infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada primipara
(ibu pertama kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum memiliki
kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Staphilococcus Aureus. Kasus
mastitis diperkirakan terjadi dalam 12 minggu pertama, namun dapat pula
terjadi pula sampai tahun kedua menyusui (Maretta Nur Indahsari & Chusnul
Chotimah, 2017). Mastitis perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan luka
sehingga terjadi mastitis infeksi. Mastitis adalah masalah umum yang
signifikan pada ibu menyusui yang dapat berkontribusi pada penyapihan
menjadi masalah yang paling banyak dilaporkan(Rsud, Margono, &
Purwokerto, n.d.). Pada mastitis terdapat dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu, mastitis biasanya dapat menurunkan produksi ASI sehingga ibu akan
berhenti menyusui. Kemudian, mastitis juga berpotensi menyebabkan
beberapa penyakit (Nurhafni, 2018). Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis
non infeksi dan mastitis infeksi. Mastitis non infeksi yang biasanya
disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi, tetapi tetap di payudara). Ibu
yang mengalami mastitis non infeksi biasanya merasakan payudara terasa
nyeri, bengkak dan ketidaknyaman (Chiu et al., 2010) . Stasis susu mungkin
memiliki sebab-sebab antara lain : Bayi tidak menempelkan payudara secara
efektif saat menyusui. Bayi mengalami kesulitan mengisap ASI dari
payudara. Bayi jarang mendapat ASI. Saluran susu dapat tersumbat karena
tekanan pada payudara seperti 11 pakaian ketat. Apapun yang menghentikan
ASI tidak diekspresikan dengan benar biasanya akan menghasilkan stasis
susu, yang sering menyebabkan penyumbatan saluran susu jika dibiarkan
akan timbul luka sehingga mangakibatkan infeksi, sedangkan mastitis infeksi
disebabkan oleh bakteri yang umumnya tidak berkembang dalam saluran
susu. tetapi, jika saluran susu berhenti kemungkinan infeksi akan tumbuh

4
tumbuh. Para ahli percaya bahwa bakteri yang ada di permukaan kulit
payudara masuk ke payudara melalui retakan kecil atau pecah di kulit.
Mereka juga menyarankan bahwa bakteri di mulut bayi bisa masuk ke
payudara ibu saat menyusui (Walker, 2009). Diagnosis mastitis biasanya
klinis, dengan pasien yang mengalami nyeri tekan dalam satu payudara
(Jeanne & Spencer, 2008).
B. Tanda dan Gejala
Menurut (Djusad S, 2020), tanda dan gejala retensio urine adalah sebagai
berikut :
1. Urine sedikit-sedikit
2. Urine yang keluar menetes
3. Nyeri pada perut bagian bawah
4. Ada masa bulat yang muncul pada atas simfisis pubis
5. Memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih
6. Rasa tidak puas setelah berkemih
7. Kandung kemih terasa penuh (distensi abdomen)
8. Kesulitan dalam memulai berkemih setelah persalinan
9. Letak fundus uteri tinggi atau tidak berpindah dengan kandung kenih yang
teraba (terdeteksi melalui perkusi) dan kemungkinan sakit perut bagian bawah.
(Devi, 2019).

C. Penyebab
Penyebab retensio urine pada ibu nifas menurut (Djusad S, 2020), adalah
sebagai berikut :
1. Persalinan dengan ekstrasi vakum atau forcep
2. Persalinan kala II lama
3. Trauma kandung kemih atau ureter saat melahirkan
4. Ruptur perineum
5. Berdasarkan penelitian Devi, 2019 ruptur perineum yang terjadi pada saat

5
ibu melahirkan dapat memengaruhi terjadinya retensio urine. Ibu yang
mengalami ruptur perineum kebanyakan menahan buang air kecil karena
rasa sakit di daerah perineum. Selain itu ruptur yang terjadi bisa sampai
ke otot detrusor kandung kemih sehingga mengurangi refleks berkemih
setelah melahirkan. Dalam hal ini, retensi urine terjadi sebagai akibat dari
ruptur perineum yang mengakibatkan efek penghambatan urine dan
kejang kandung kemih.Penelitian ini juga sejalan dengan studi yang
dilakukan oleh Cavkatar pada tahun 2014 yang menemukan bahwa
retensio urine lebih sering ditemui pada wanita yang mengalami laserasi
perineum.

D. Patofisiologi
Secara patofisiologi, retensio urine merupakan akibat dari satu atau lebih
mekanisme, antara lain penurunan kontrakstilitas kandung kemih, kontraksi
detrusor yang buruk, kelainan anatomi, gangguan relaksasi outlet atau
gangguan koordinasi neurologis dari proses berkemih.
Elastisitas traktus urinarius meningkat selama kehamilan akibat perubahan
hormonal, sehingga mengakibatkan penurunan tonus otot polos. Peningkatan
kapasitas kandung kemih selama kehamilan sudah dibuktikan. Dimulai sejak
bulan ketiga kehamilan, tonus otot kandung kemih menurun dan kapasitasnya
meningkat secara perlahan. Wanita hamil umumnya melai berkeinginan
untuk berkemih saat kandung kemihnya terisi 250-4000 ml. Uterus yang
membesar meningkatkan tekanan pada kandung kemih sehinggga
menggandakan tekanan pada kandung kemih dimulai pada minggu ke-38
kehamilan yang menandakan adanya penurunan kapasitas kandung kemih,
hal tersebut akan hilang pada saat bayi dilahirkan. Tanpa beban uterus yang
membatasi kapasitasnya, kandung kemih pasca persalinan menjadi hipotoni,
hal ini akan terjadi selama beberapa hari atau minggu. Secara garis besar,
patofisiologi retensio urine pasca persalinan dibagi menjadi dua yaitu :
Perubahan hormon dan perubahan respons kontraktil kandung kemih dan
Trauma persarafan yang terjadi di kandung kemih.

6
E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Artinawati (2014) terdapat beberapa pemeriksaan penunjang


untuk masalah inkontinensia urin, antara lain :
1. Urinalis
Spesimen urin yang bersih diperiksa untuk mengetahui penyebab
inkontinensia urin seperti hematuria, piuria, bakteriuria, glukosuria,dan
proteinuria.
2. Pemeriksaan darah
Dalam pemeriksaan ini akan dilihat elektrolit, ureum, kreatinin, glukosa,
dan kalsium serum untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang
menyebabkan poliuria.
3. Tes laboratorium tambahan
Tes ini meliputi kultur urin, blood urea nitrogen, kreatinin, kalsium,
glukosa, dan sitologi.
4. Tes diagnostik lanjutan
 Tes urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran
kemih bagian bawah
 Tes tekanan uretra untuk mengukur tekanan di dalam uretra saat
istirahat dan saat dinamis
 Imaging tes untuk saluran kemih bagian atas dan bawah.

7
F. Penatalaksanaan/Tindakan Inkontinensia Urin
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Aspiani (2014) yaitu dengan
mengurangi faktor risiko, mempertahankan homeostatis, mengontrol inkontinensia urin,
modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis, dan pembedahan. Dari beberapa hal
tersebut, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kartu cataan berkemih
Yang dicatat dalam kartu catatan yaitu waktu berkemih, jumlah urin yang keluar baik
secara normal maupun karena tak tertahan. Banyaknya minuman yang diminum, jenis
minuman yang diminum, dan waktu minumnya juga dicatat dalam catatan tersebut.
b. Terapi non farmakologi
Terapi ini dilakukan dengan cara mengoreksi penyebab timbulnya inkontinensia urin,
seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, dan hiperglikemi. Cara yang
dapat dilakukan adalah :
- Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih)
dilakukan dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga waktu berkemih 6-7x/hari.
Lansia diharapkan mampu menahan keinginan berkemih sampai waktu yang
ditentukan. Pada tahap awal, diharapkan lansia mampu menahan keinginan berkemih
satu jam, kemudian meningkat 2-3 jam.
- Melakukan latihan otot dasar panggul atau latihan kegel
mengembalikan fungsi kandung kemih sepenuhnya serta mencegah prolaps urin
jangka panjang.
- Mempertahankan eliminasi normal urine
Intervensi terebut terdiri atas meningkatkan kecukupan asupan cairan,
mempertahankan kebiasaan berkemih normal dan membantu eliminasi.
- Meningkatkan asupan cairan akan meningkatkan produksi urine, yang pada
gilirannya akan menstimulasi refleks berkemih, asupan cairan harian normal 1500ml
sudah mencukupi kebutuhan cairan bagi sebagian besar klien dewasa.
- Kateterisasi

8
G. Komplikasi Retensio Urin
Dalam jangka pendek, retensio urine jika tidak terdeteksi akan menyebabkan atonia
kandung kemih dan infeksi; komplikasi retensio urine pada kandung kemih dimulai pada
volume residu urin 500-800 ml. Deteksi dini retensio urin penting karena peregangan
kandung kemih yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan permanen. Peregangan
berlebihan pada kandung kemih dapat menimbulkan retensio urine pasca persalinan
peristen, kerusakan irreversible otot detrusor serta infeksi traktus urinarius berulang.
Penelitian Andolf (1994), Lee (1999), dan Yip (1997) yang dikutip pada studi Yip (2004)
memperlihatkan bahwa pada wanita pasca-persalinan, retensio urine pada ibu nifas kembali
normal dalam 2-6 hari diagnosis. Akan tetapi, studi Ching Chung (2002) memperlihatkan
beberapa kasus tidak kembali berkemih normal setelah beberapa minggu.
Retensio urine pasca-persalinan dapat menyebabkan kerusakan permanen otot detrusor
dan serat saraf parasimpatik di dinding kandung kemih yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi detrusor tersebut. Kejadian retensio urine pasca-persalinan pervaginam sering
ditemukan. Retensio urine berat dapat menyebabkan komplikasi seperti distensi kandung
kemih peristen, uremia dan sepsis yang dapat berujung pada kematian.

9
BAB III
LAPORAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Jum’at, 18 November 2022


Waktu : Pukul 14.00 WIB
Tempat pengumpulan data : PMB Hj. Yeli

A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny ‘P’ Nama suami : Tn ‘A’

Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun

Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikann : SMA
Pendidikann : SMA
Status : Kawin
Status : Kawin
Pekerjaan : pegawai honorer
Pekerjaan : IRT Suku/ Bangsa : melayu/Indonesia

Suku/ Bangsa : melayu/Indonesia Alamat : Sungai pasir

Alamat : Sungai pasir

2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama: Ibu mengeluh tidak bisa BAK
Kronologi penyakit saat ini: Ibu melahirkan normal pukul 08.00 wib 6 jam kemudian
dilakukan pemeriksaan TD: 130/80, N: 70x/menit, S: 36,9 °C, RR: 20x/menit, ibu
mengeluh tidak bisa BAK, nyeri pada kandung kemih karena penuh.

10
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
TD : 120/80 mmhg
S : 360C
N : 80x/menit
R : 20x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Genitalia : terdapat luka laserasi, dan sesekali masih nyeri
Palpasi perut : TFU 1-2 jari diatas pusat, kandung kemih penuh

C. ASSESMENT
Diagnosa : Ny. P umur 26 tahun postpartum 6 jam dengan retensio urin

D. PLANNING
1. Memberitahukan kepada ibu kandung kemih penuh sehingga harus BAK kekamar mandi.
Ibu tidak bisa BAK, Urine keluar sedikit, nyeri bawah perut.
2. Memberitahukan kepada ibu bahawa ibu mengalami retensio urine pasca melahirkan dan
harus dipasang kateter. Ibu mengerti dan setuju.
3. Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter. Ibu mengerti dan sudah dilakukan
4. Memberikan KIE dan motivasi untuk melakukan mobilisasi ringan. Ibu mau bergerak
perlahan dibantu dengan keluarga.
5. Memberikan KIE tentang nutrisi dan cairan yang adekuat. Ibu sudah minum 1 gelas
setiap 30 menit sekali.
6. Memberikan KIE tentang personal hygiene. Ibu mengerti dan sudah dilakukan dengan
baik.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pemeriksaan data subjektif hari Jum’at,tanggal 18 November 2022, pukul 14.00
WIB, Ny. P postpartum 6 jam mengeluh nyeri perut, dan ada rasa ingin BAK, tetapi tidak
bisa (urine keluar sedikit-sedikit, nyeri bawah perut).
Pada pemeriksaan Data Objektif didapat hasil tanda-tanda vital normal, pada pemeriksaan
inspeksi genitalia terdapat luka laserasi dan palpasi bagian perut terdapat nyeri dan masa
bulat pada simpisis, urine yang keluar sedikit-sedikit. Menurut (Djusad S, 2020) tanda dan
gejala dari pasien disebut dengan Retensio Urine. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. P
usia 26 tahun postpartum 6 jam dengan retensio urine.
Penyebab retensio urine pada Ny. P berdasarkan pemeriksaan fisik Inspeksi genitalia
terdapat luka laserasi. Berdasarkan penelitian Devi, 2019 ruptur perineum yang terjadi pada
saat ibu melahirkan dapat memengaruhi terjadinya retensio urine.
Menurut Aspiani, 2014 penatalaksanaan retensio urin bisa dilakukan dengan terapi non
farmakologi, yaitu pemasangan kateterisasi. Pada kasus Ny. P postpartum 6 jam dengan
keluhan tersebut dilakukan pemasangan kateter yang disebut dengan bladder training. Pada
penelitian oleh FL, Inas Tsurayya, dkk jika pasien tidak dapat berkemih hingga waktu
kepulangan dari rumah sakit, strategi berikutnya adalah mengajarkannya kateterisasi
mandiri secara intermiten di rumah hingga volume residu urin 150 ml. Ny. P dilakukan
pemasangan kateter selama 3 hari setelah itu dilakukan aff kateter dan Ny. P mengatakan
sudah bisa BAK dengan normal.

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asukan kebidanan pada ibu nifas dengan retensio urine
terhadap Ny. P di PMB Hj. Yeli Kabupaten Karimun, menggunakan dokumentasi SOAP,
pengkajian data di peroleh hasil data subjektif ibu mengatakan tidak dapat BAK. Data
objektif meliputi kandung kemih teraba penuh. Pada langkah intervensi data diperoleh
diagnosa Asuhan Kebidanan Masa Nifas Ny. P Postpartum 6 jam dengan Retensio Urine.
Masalah yang muncul yaitu ibu tidak bisa Buang Air Kecil masih terasa nyeri pada luka
jahitan. Kebutuhannya adalah segera dilakukan katerisasi, melatih berkemih mandiri, dan
mengajarkan personal hygine, menganjurkan untuk banyak minum, mengajarkan senam
nifas. Perencanaa yang dilakukan untuk perawatan dirumah yaitu berupa bledder training
melatih berkemih, banyak minum dan banyak istirahat untuk memenuhi kebutuhan masa
nifas
Pelaksanaan dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun karena
adanya dukungan keluarga dalam membantu memberikan Asuhan Kebidanan, Hasil yang
didapatkan Ny. P keadaan umum baik, dan sudah bisa buang air kecil sendiri tanpa
bantuan katerisasi, masalah Ny. P dengan retensio urine teratasi.

B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan agar Praktik Mandiri Bidan Hj. Yeli mendapatkan informasi tentang ibu
nifas dengan Mastitis dan dalam pemberian pelayan kesehatan Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, nifas dan asuhan pada bayi baru lahir sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pada ibu dan anak.
2. Bagi Program Studi Profesi Kebidanan Stikes Al Insyirah
Mendapatkan informasi sebagai bahan kajian atau referensi terhadap materi asuhan
pelayanan kebidanan serta tambahan bacaan di perpustakaan Prodi Kebidanan Stikes
Al Insyirah bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan Mastitis.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan ibu nifas hendaknya melakukan mobilisasi dini perawatan payudara
mandiri pada masa nifas untuk mencegah tejadinya mastitis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Djusad, S.2020. Manajemen Retensio Urin Pasca Persalinan Pervaginam. Depok:


Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UI.

Aspiani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1 (1st ed.; E. T.A. Maftuin,
ed.). Jakarta: Trans Info Media.

Artinawati, S. 2014. Asuhan keperawatan gerontik. Bogor : IN MEDIA

Devi, A. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan Masalah Resiko
Retensio Urine di RS Panti Waluya Malang. Jurnal Keperawatan dan kebidanan. STIKES
Panti Waluya. Malang.

FL, Inas Tsurayya, dkk. Retensio urine postpartum. 2020.  Divisi Uroginekologi
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai