RINGKASAN
Tiwul Instan adalah salah satu pemikiran usaha kami, dimana usaha kami ini merupakan
bentuk pengembangan dari produksi tiwul pada umumnya, dimana tiwul tersebut dikemas
menggunakan kemasan yang menarik dengan berbagai varian beratnya. Produk tiwul yang
dihasilkan bisa dikemas menggunakan karung maupun standing pouch dalam ukuran yang
mudah untuk dibawa. Produk ini cocok untuk berbagai kalangan, mengingat manfaat yang
dimiliki tiwul sangat banyak.
Tiwul Instan usaha yang sedang saya kembangkan ini sejatinya sudah berjalan lama,
namun masih dengan cara tradisional tanpa kemasan, merk, dan juga promosi. Konsep yang
nantinya akan dijalankan yaitu menjadikan usaha ini sebuah cikal-bakal konsep usaha tiwul
modern dengan memberikan merk maupun kemasan yang menarik.
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu penghasil ubi kayu terbesar kedua setelah beras.
(Manihot utilisima) disebut juga ubi kayu atau singkong, tinggi karbohidrat 32,4 gram
dan 567,0 gram kalori dalam 100 gram singkong. Dengan demikian singkong dapat
menggantikan beras. Pemrosesan dasar singkong dibedakan menjadi 3 macam hasil
perindustrian hasil fermentasi singkong (tape atau peyyem), singkong yang dikeringkan
(gaplek), dan tepung singkong atau tepung gaplek.
Salah satu olahan setengah jadi dari singkong yang banyak diproduksi masyarakat
di Indonesia adalah gaplek. Gaplek merupakan bentuk olahan sementara sebelum diolah
menjadi nasi tiwul. Bagian terbesar gaplek yang ada di Indonesia dijadikan produk
pangan, salah satunya adalah “Tiwul”. Tiwul merupakan salah satu makanan tradisional
yang dijadikan makanan pokok sebagian masyarakat di Indonesia. Selain itu tiwul instan
juga diharapkan dapat didayagunakan untuk persediaan bahan pangan ketika ada
bencana, musim paceklik dan lain-lain, sehingga dapat mencukupi kebutuhan zat gizi.
Selain dapat menggantikan beras sebagai makanan pokok, tiwul yang berasal dari
singkong mempunyai manfaat yang banyak bagi kesehatan. Tiwul juga kaya akan zat-zat
bergizi yang tentunya menyehatkan tubuh. Bagi penderita penyakit diabetes tiwul
menjadi salah satu anjuran terbaik untuk dijadikan makanan pokok.
Selain itu kami mengarapkan usaha tiwul ini dapat berkembang dan melebarkan
sayap lebih luas dan kami terus berinovasi dalam pengembangan usaha ini agar
masyarakat sekitar dapat merasakan dampaknya secara langsung, mengingat
masyarakat sendiri tidak dapat mengatur harga singkong.
Menciptakan peluang usaha dibidang kuliner merupakan salah satu bentuk usaha
yang potensial dalam rangka pendapatan laba yang besar, salah satunya kuliner
berbentuk jajanan ringan yang bisa mendapatkan sebuah nilai potensial keuntungan di
lingkungan perkotaan, pedesaan maupun lingkungan kampus.
Belakangan ini kuiner yang sifatnya simple dan inovatif serta memiliki rasa yang
berbeda banyak digemari oleh kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum
khususnya kuliner yang sifatnya jajanan ringan. Dengan melihat peluang tersebut maka
saya tertarik untuk mendirikan usaha dibidang kuliner yang memiliki ciri khas yang
berbeda dengan kuliner yang lain. Kuliner yang akan saya tawarkan adalah jajanan tiwul
tradisional yang dapat di sajikan secara instan dan tidak ribet.
Nama usaha ini saya namakan TIWUL INSTAN karna sebelumnya makanan ini
sangat susah di nikmati karna proses pembuatannya yang lumayan lama dan sulit.
Menenukan ide dari mie instan yg dapat di konsumsi secara cepat, maka saya mencoba
untuk membuat makanan atau jajanan tradisional ini agar dapat di nikmati secara instan
juga.
1.2 VISI
Menciptakan peluang usaha dibidang kuliner merupakan salah satu bentuk
usaha yang potensial dalam rangka pendapatan laba yang besar, salah satunya kuliner
berbentuk jajanan ringan yang bisa mendapatkan sebuah nilai potensial keuntungan
dilingkungan perkotaan, pedesaan maupun lingkungan kampus.
1.3. MISI
1. Menciptakan lapangan kerja sendiri
2. Memiliki penghasilan sendiri
3. Menciptakan inovasi kuliner yang baru dan digemari banyak orang
4. Mengurangi tingkat pengangguran dengan membuka cabang di beberapa
lokasi
5. Mengurangi beban pengeluaran keluarga
1.4 TUJUAN
1. Mengetahui fungsi lain dari sebuah tiwul yang tadinya hanya dimanfaatkan
sebagai pengganti beras
2. Mengetahui cara untuk meningkatkan harga jual tiwul
3. Menghasilkan produk tiwul yang inovatif untuk meningkatkan nilai dari sebuah
tiwul
4. Memasarkan tiwul dengan berbagai inovasi menarik.
BAB II
II. PEMBAHASAN
2.1 PROFIL USAHA
Tiwul merupakan salah satu jenis makanan khas tradisional yang berasal dari
daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Makanan ini dibuat dari hasil olahan tanaman
singkong atau ubi kayu. Bahan baku pembuatan tiwul adalah tepung gaplek. Gaplek
merupakan singkong atau ubi kayu yang telah dikupas dan dikeringkan dengan cara
dijemur. Tiwul memiliki karakteristik berbentuk butiran kuning kecoklatan dengan
tekstur pulen semi basah dan agak menggumpal. Selain itu, tiwul juga memiliki cita
rasa yang unik serta aroma singkong yang kuat.
Si tiwul adalah produk tiwul instan yang dalam proses pembuatannya dilakuakn
dengan baik. Produk si tiwul memiliki kemasan yang menarik dan kekinian, serta
praktis saat dibawa. Produk ini sangat cocok untuk para mahasiswa maupun
masyarakat luas yang ingin mengonsumsi tiwul dengan mudah. Kemasan yang
istimewa membuat produk terkesan mewah, hal tersebut dapat ditambah dengan
sentuhan misalnya merapihkan produk dan penggunaan standing pouch.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan tiwul instan meliputi singkong
atau ubi kayu, gula merah, garam, dan formula rasa. Bahan lain yang dibutuhkan
adalah kemasan dan label produk untuk tiwul instan, serta bahan-bahan lainnya.
Tahapan pembuatan tiwul meliputi:
1. Perendaman
Gaplek yang sudah kering direndam air bersuhu 4o C dalam wadah bak. Apabila
gaplek sangat kering, waktu perendaman lebih lama kurang lebih dua hari dua malam.
Setelah sehari semalam direndam dalam air, gaplek dicuci dan diganti air
rendamannya, kemudian direndam lagi. Hari berikutnya air rendaman dibuang dan
gaplek dicuci bersih hingga kelihatan putih kemudian ditiriskan.
2. Penggilingan/penepungan
3. Pembuatan butiran
Adonan yang masih dalam keadaan lembek dibentuk menjadi butiran dengan
cara diayak menggunakan ayakan (irig) yang lubangnya berukuran kurang lebih 0,3-0,5
cm. Kemudian hasil ayakan diputar-putar atau ‘diinteri’ menggunakan tampah dengan
tujuan untuk memisahkan ukuran butiran kecil dan butiran besar.
4. Penjemuran pertama
Pada penjemuran pertama butiran tiwul hanya dijemur sampai setengah kering
karena setelah dijemur akan langsung dikukus.
5. Pengukusan
Setelah selesai dijemur, butiran tiwul kemudian dikukus. Butiran tiwul yang
setengah kering ditempatkan pada kukusan bambu yang diletakkan di atas dandang.
Proses pengukusan dilakukan sampai matang yang ditandai dengan perubahan warna
dari putih menjadi kuning kecoklatan.
6. Pendinginan
Tiwul yang sudah matang kemudian didinginkan dengan meratakan tiwul pada
wadah tampah atau nampan plastik selama kurang lebih 12 jam.
7. Penjemuran kedua
8. Pengemasan
2. Target Pasar
Target penjualan produk ini adalah masyarakat secara umum, rumah makan,
bahkan tidak menutup generasi milenial menjadi target penjualan yang
mumpuni. Saat ini banyak orang yang memilih cara instan untuk menikmati
berbagai hal, oleh sebab itu produk tiwul instan ini dibuat untuk
mempermudah para konsumen tiwul maupun penggemar tiwul untuk
mengonsumsinya. Penggunakan teknologi informasi yang semakin masif sangat
mendukung pemasaran produk ini bisa lebih luas lagi.
3. Positioning
Strength (Kekuatan)
Bahan baku mudah didapatkan, karena petani banyak menanamnya. Modal
yang digunakan tidak terlalu banyak. Peralatan yang digunakan mudah diperoleh,
karena merupakan peralatan rumah tangga.
Weakness (Kelemahan)
Harga bahan baku naik setiap waktu dalam periode tertentu. Pembuatan produk yang
cukup lama. Bahan tidak tahan lama.
Opportunities (Kesempatan)
Mengembangkan usaha menjadi lebih luas. Menambah inovasi terhadap produk yang
sudah ada. Memperoleh keuntungan yang maksimal. Makanan ini digemari
masyarakat.
Threath (Ancaman)
Munculnya produk baru dengan kualitas dan kreasi yang lebih baik. Kesulitan untuk
menemukan media promosi yang tepat.
BAB III
III. RENCANA ANGGARAN
1. BIAYA TETAP
2. BIAYA VARIABEL
3. BEP
Bv = Rp. 35.000 : 7 picis = Rp. 5.000
Bt = Rp. 29.000
= 3 unit
= Rp. 29.000/0.667
= Rp. 43.478
BAB IV
IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Ide–ide kreatif dapat kita kembangkan dalam berbagai hal salah satunya dengan
berwirausaha.
2. Berwirausaha dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keseimbangan
ekonomi di masyarakat.
3. Berwirausaha tidak harus dengan modal yang besar, apabila kita mau berusaha
tentu akan ada jalan untuk mencapai kesuksesan.
4. Manfaatkan waktu yang sudah ada diantara kita dengan sebaik mungkin.
5. Kesuksesan bukan orang lain yang mengantarkan tetapi kita yang harus
menjemputnya.
4.2 SARAN