Pelajaran ke-15 ini kita masih membahas tentang susunan kalimat fi’liyah. Namun hanya ada penambahan pola
dalam susunan kalimat pada pelajaran kali ini: lihat table 1 berikut:
Pola kalimat dalam pelajaran ini terdiri dari fi’il dan fa’il, baik disertai maf’ul bih kemudian ditambah keterangan
tempat yang berbentuk jar majrur.
مضاف إليه
ظراف مكان
مضاف
فاعلفعل
Pada pembahasan kita terdapat fi’il, fa’il, maf’ul bih, zharaf makan, dan jar majrur. Berikut ini kami akan
memberikan pengertian tentang hal tersebut:
Fi’il:
الفعل وهو كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت بزمان وضعا
Artinya: Fi’il adalah sebuah kalimat yang menunjukkan suatu makna pada dirinya dan diiringi dengan waktu
dalam bentuknya.
Fa’il:
Artinya: Fa’il yaitu isim yang dirafa’kan yang didahului oleh fi’il dan dia yaitu yang melakukan pekerjaan
tersebut.
Maf’ul Bih:
Artinya: Maf’ul bih yaitu isim yang dinashabkan yang menjadi sasaran oleh perbuatan fa’il (Lih: table 1)
Zharaf Makan:
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada’ adalah
I’robnya rofa’.
Khobar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada’ serta bisa
berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat). I’robnya khobar juga rofa’.
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya isim mudzakar (laki-
laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal),
khobarnya juga harus isim mufrod.
Contoh :
( Zaid adalah seorang guru) ( َزيْد ُأسْ تا َ ُذdua orang orang laki-laki itu adalah 2 guru) الرَّ ُجالَ ِن ُأسْ تاَذاَ ِن ( Zaid rumahnya
besar)َزيْد َب ْي ُت ُه َك ِب ْي ُر
Keterangan :
Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam adalah khobar.
Pada contoh 1 dan contoh 2 dapat kita lihat kesesuaian anara mubtada’ dan khobar dalam hal bilangannya.
Sedangkan pada contoh 3 khobarnya adalah berupa jumlah/kalimat.
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat nominal apabila khobarnya berupa kalimah isim (kata benda)
Contoh : ُ َز ْي ُد طاَلِب (Zaid adalah seorang pelajar)
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat verbal apabila khobarnya berupa kalimah fi’il (kata kerja)
Contoh : َز ْي ُد جا َ َء الَي ْال َم ْد َر َس ِة (Zaid telah datang ke sekolah)
Keterangan
Pada kalimat pertama dapat kita lihat bahwa khobarnya berupa kalimah isim yaitu ُ طاَلِبsehingga terbentuk
kalimat nominal sedangkan pada kalimat ke-dua khobarnya berupa kalimah fi’il yaitu جا َ َء sehingga terbentuk
kalimat verbal.
JUMLAH FI’LIYAH
Jumlah fi’liyah ADALAH jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il. Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata
kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk
mudzakar. Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap
mufrod (tunggal).
Contoh:
Keterangan :
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya yaitu mudzakar dan
muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap
mufrod
ArtiBunyi BacaanBahasa ArabSiswatilmiidun ت ِْل ِمي ٌْذSiswitilmiidatunٌت ِْل ِمي َْذةGurumadarrisun ٌ َمدَ رِّ سKepala
SekolahMudiirul madrosati ُم ِد ْي ُر ْال َم ْد َر َس ِةPustakawankutubiyyun ٌُّك ُت ِبي
4. Perlengkapan Sekolah
menurut Muhammad Husain dalam bukunya yang berjudul Qowaidu As Shorfi beliau mendefiniskan isim tafdhil
sebagai berikut :
احب ِه َعلَى َغي ِْر ِه
ِ ص َ اِسْ ُم ال َت ْفضِ ي ِْل ه َُو اِسْ ٌم َمص ُْو ٌغ َعلَى َو ْز ِن اَ ْف َع ُل َولَ ْو َت ْق ِديْرً ا لِدَ اَل لَ ِة َعلَى ِز َيادَ ِة
artinya Isim tafdil adalah ism yang dibentuk mengikuti pola af’alu untuk menunjukkan salah satunya lebih dari
yang lainnya.
Jadi Isim tafhdil adalahkata benda untuk menunjukkan kata paling, atau ter- dalam bahasa Indonesia, seperti
kata terpanjang, terbesar, atau paling bagus, paling baik. Adapun 3 ciri-ciri isim tafdhil sebagai berikut
Isim tafdhil tidak boleh menerima tanda harokat tanwin, baik itu dhommah tain, kasroh tain dan fathah tain,
contoh (ُ )اَ ْك َبرakbaru artinya paling besar, tidak boleh dibaca akbaron, akbarin atau akbarin. ( )اَصْ غَ ُرAshgoru
artinya paling sedikit, tidak boleh dibaca ashgorun,a shoron atau asghorin
Isim tafdhil mengikuti wazan af’alu (ُ)اَ ْف َعل
Isim tafdhil tidak mengalami perubahan ketika kalimat menggunakan isim mudzakkar atau muannats.
Contoh Isim Tafdhil
Berdasarkan penjelasan di atas. Berikut 19 contoh isim tafdhil dan artinya.
BACA JUGA
Pada dasarnya, setiap mubtada’ terletak diawal kalimat (jumlah). Akan tetapi adakalanya khabar diletakan
sebelum mubtada’ (al-khabar muqaddam) dan mubtada’ diakhirkan sesudah khabar (al-mubtada muakhar).
1. Khabar boleh didahulukan sebelum mubtada’ jika mubtada berupa isim ma’rifat, sedangkan khabarnya
berupa syibhul jumlah. Contoh:
ِ اَ ْلقُرْ اَنُ َعلَى ْال َم ْك َتatau ُب اَ ْلقُرْ اَن
- ب ِ َعلَى ْال َم ْك َت
Alquran diatas meja - diatas meja ada Alquran
- ِ اَ ْلمِصْ َبا ُح َف ْوقَ ال َّس ْقف atau َف ْوقَ ال َّس ْقفِ اَ ْلمِصْ َبا ُح
lampu ada di atas langit-langit - diatas langit-langit ada lampu
- اَ ْل ِك َتابُ فِى ْال َحقِ ْي َب ِةatau ُفِى ْال َحقِ ْي َب ِة اَ ْل ِك َتاب
Kitab ada didalam tas - didalam tas ada kitab